Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PERAN MANAJEMEN RESIKO DALAM KESELAMATAN PASIEN

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK VII

1. M. ABDUL HAMID Z
2. ASHADI
3. FADILA HAFSAH BAPANG

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESETAHAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG S1
MATARAM
2018/2019
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T, karena atas
berkat rahmat dan inayah-Nya terutama rahmat kesehatan dan kesempatan sehingga
kami dapat menyusun Makalah Keselamatan pasien dan Keselamatan kerja dalam
Keperawatan dengan judul “ Peran Manajemen Resiko dalam Keselamatan Pasien”

Terimakasih kami ucapkan kepada pengajar mata kuliah falsafah dan teori
keperawatan ,Ibu Harlina Putri Rusiana, Ners.,M.Kep yang telah membimbing dalam
pembuatan makalah ini.

Terimakasih juga kami ucapkan kepada semua yang ikut berpartisipasi dalam
penyelesaian tugas ini.

Kami sebagai penyusun menyadari bahwa dalam makalah ini, terdapat


banyak hambatan yang dihadapi, namun dengan ketabahan dan kerja keras kami
serta dengan bantuan dari teman- teman sehingga Alhamdulillah segala sesuatu dapat
teratasi.

Kritik dan saran dari semua pihak akan kami terima dengan senang hati demi
kesempurnaan makalah ini.

Mataram, 18 November 2018

Penyusun ,

Kelompok VII

ii
DAFTAR ISI

Halaman judul ........................................................................................................... i

Kata pengantar .......................................................................................................... ii

Daftar isi ................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan masalah .......................................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................................... 2
D. Manfaat ......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Resiko Dan Manajemen Resiko ................................................... 3
B. Proses Manajemen Resiko Pasien Safety Di Rumah Sakit ............................ 4
C. Undang-Undang Manajemen Resiko Rumah Sakit ....................................... 11
D. Alat Penunjang Manajemen Resiko Pasien Safety ........................................ 16
E. Manfaat Manajemen Resiko Pasien Safety .................................................... 18
BAB IV : PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................... 20
B. Saran .............................................................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keselamatan pasien di rumah sakit adalah suatu sistem rumah sakit dalam
membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi
dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (Kemenkes
RI, 2011)
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah
sakit !da enam sasaran keselamatan pasien di rumah sakit yaitu ketepatan
identifikasi, peningkatan komunikasi efektif, peningkatan keamanan obat yang
perlu di"aspadai, kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi,
pengurangan resiko infeksi terkait pelayanann kesehatan pengurangan resiko
pasien jatuh (Depkes, 2010)
Mutu pelayanan sebagai hasil dari sebuah sistem dalam organisasi pelayanan
kesehatan dipengaruhi oleh komponen struktur dan proses organisasi (struktur
dan budaya), manajemen, sumber daya manusia, teknologi, peralatan, finansial
adalah komponen dari struktur proses pelayanan, prosedur tindakan, sistem
informasi, sistem administrasi, sistem pengendalian, pedoman merupakan
komponen proses Keselamatan pasien merupakan hasil interaksi antara
komponen struktur dan proses mutu pelayanan rumah sakit dapat dilihat dari
segi aspek-aspek sebagai berikut aspek klinis (pelayanan dokter, perawat dan
terkait teknis medis), aspek efisiensi dan efektifitas pelayanan, keselamatan
pasien dan kepuasan pasien (Donabedian 1988, dalam Cahyono, 2011)
Konsep manajemen risiko mulai diperkenalkan di bidang keselamatan dan
kesehatan kerja pada era tahun 1980'an setelah berkembangnya teori accident

1
model dan juga semakin maraknya isu lingkungan dan kesehatan pada dasarnya
manajemen risiko bersifat pencegahan terhadap terjadinya kerugian maupun
accident’ (Tantri, 2016.) Rumah sakit yang menerapkan prinsip keselamatan
pasien berkewajiban untuk mengidentifikasi dan mengendalikan seluruh risiko
strategis dan operasional, manajemen risiko juga berhubungan erat dengan
pelaksanaan keselamatan pasien rumah sakit dan berdampak kepada pencapaian
sasaran mutu rumah sakit (Fachmi, 2010)
Berdasarkan latar belakang di atas, dan mengingat pentingnya manajemen
resiko maka, oleh karena itu kelompok akan membahas manajemen risiko
khususnya tentang bagaimana penanggulangan manajemen risiko keselamatan
pasien (patient safety) di rumah sakit
B. Rumusan Masalah
1. pengertian resiko dan manajemen resiko
2. proses manajemen resiko pasien safety di rumah sakit
3. undang-undang manajemen resiko rumah sakit
4. manfaat manajemen resiko pasien safety
C. Tujuan
1. untuk mengetahui pengertian resiko dan manajemen resiko
2. memahami proses manajemen resiko pasien safety di rumah sakit
3. mengetahui undang-undang manajemen resiko rumah sakit
4. mengetahui manfaat manajemen resiko pasien safety

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi manajemen resiko dalam pelayanan kesehatan


Resiko adalah kemungkinan terjadinya sesuatu ( SDM , finansial,
hukum, management, peristiwa alam, kegiatan operasi, masyarakat, politik,
teknologi) yang akan berdampak (harta, komunitas, biaya, lingkungan,
manusia, kinerja, reputasi, pendapatan, pelayanan) pada tujuan (strategi,
operasional, pelaporan, dan pelayanan) (Ristekdikti, 2015 )
Resiko adalah kemungkinan menderita kerusakan atau kerugian .
asuahan klinis adalah prosedur dalam rangka penanganan dokter pada pasien
resiko klinik adalah bahaya, kesalahan,musibah atau potensi terjadinya hal-
hal yang merugukan pasien, terkait dengan atau sebagai dampak asuhan
klinik yang di berikan kepadanya (Hadi, 2016)
Manajemen Risiko (MR), secara konseptual merupakan upaya
pengendalian dan pencegahan pro'aktif berdasarkan pengalaman agar
permasalahan serupa tidak terulang lagi, manajemen risiko rumah sakit juga
merupakan kegiatan berupa identifikasi dan evaluasi untuk mengurangi risiko
cedera dan kerugian pada pasien, karyawan rumah sakit, pengunjung dan
organisasinya sendiri (The Joint Commission on Accreditation of Healthcare
Organizations/JCAHO)
Manajemen Resiko dalam Pelayanan Kesehatan merupakan upaya
untuk mereduksi KTD yang dalam pelayanan kesehatan apabila hal ini terjadi
akan merupakan beban tersendiri, terlepas dari KTD tersebut karena resiko
yang melekat ataupun memang setelah dianalisis karena adanya error atau
negligence dalam pelayanan. Apabila KTD sudah terjadi, beban pelayanan
tidak hanya pada sisi finansial semata, namun beban psikologis dan sosial
kadang-kadang terasa lebih berat(Idris, 2007)
Menejemen resiko mengacu pada rencana yang komprehensif yang
mengidentifikasi, mengevaluasi,menganalisa,menghilangkan, mengurangi,

3
dan memonitor resiko yang dapat menyebabkan cedera pasien atau karyawan
atau yang dapat mengakibatkan kerugian keuangan atau kewajiban hukum
menejemen resiko klinik merupakan pendekatan aktif untuk,
mengidentifikasi,melakuakan asesment, memilih prioritas resiko dengan
harapan menguramgi resiko negatif (Hadi, 2016)
Manajemen Risiko Terintegrasi adalah proses identifikasi, penilaian,
analisis dan pengelolaan semua risiko yang potensial dan kejadian
keselamatan pasien. Manajemen risiko terintegrasi diterapkan terhadap semua
jenis pelayanan dirumah sakit pada setiap level(Amal, 2016)
B. Proses Dan Peran Perawat Dalam Manajemen Risiko
1. Proses Manajemen Resiko
Proses manajemen resiko klinis, merupakan upaya yang cenderung
pro aktif meskipun sebagian besarnya merupakan hasil belajar dari
pengalaman dan menerapkannya kembali untuk mengurangi atau
mencegah masalah yang serupa di kemudian hari. pada dasar nya
menejemen resiko merupakan suatu proses siklit yang terus menerus ,
yang terjadi dari 4 tahap (Hadi, 2016) yaitu :
a. Risk awareness
Pada tahap ini di harapkan seluruh pihak yang terlibat dalam
sistem bedah sentral memahami situasi yang beresiko tinggi di
bidang nya masing-masing dan aktifitas yang harus di lakukan dalam
upaya mengidentifikasi resiko. resiko tersebut tidak hanya bersifat
medis, melainkan juga yang non medis, sehingga upaya ini
melibatkan menejemen, komite medis, dokter, perawat bedah,
perawat anastesi, dan lain-lain.
b. Risk control ( and or risek prevention)
Menejemen merencanakan langkah-langkah praktis dalam
menghindari dan atau meminimalkan resiko dan melaksanakannya
dengan tepat. dalam bidang medis, menejemen harus bekerja sama
erat dan saling mendukdung dengan komite medis. langkah-langkah

4
tersebut di tunjukkan kepada seluruh komponen sistem, baik
perangkat keras, perangkat lunak, maupun sumber daya manusia.
langkah di mulai dengan penilaian resiko (risk assesment) tentang
derajat dan probabilitas kejadian nya, di lanjutkan dengan upaya
mencari jalan untuk menghilangkan resiko (engineering solition),
atau bila tidak mungkin maka di cari upaya menguranginya (atau
control solution) baik terhadap probabilitas nya maupun terhadap
derajat keparahanya, atau apabila hal itu juga tidak mungkin maka
di cari jalan untuk mengurangi dan damfak nya.
Tindakan dapat berupa pengadaan, perbaikan dan pemeliharaan
bangunan dan instrumen yang sesuai dengan persyaratan.
c. Risk contaimen
Dalam hal telah terjadi suatu insiden, baik akibat suatu tindakan
atau kelalaian ataupun akibat dari suatu kecelakaan yang tidak
terprediksikan sebelumnya, maka sikap yang terpenting adalah
mengurangi besar nya resiko dengan melakukan langkah-langkah
yang tepat dalam mengelola pasien dan insidenya. unsur utamanya
baisanya adalah respons yang tepat dan cepat terhadap setiap
kepentingan pasien, dengan di dasari oleh komunikasi yang efektif
d. Risk transfer
Apabila resiko terjadi juga dan menimbulkan kerugian, maka di
perlukan pengalihan penanganan resiko tersebut kepada pihak yang
sesuai, misalnya menyerahkanya kepada sisitem asuransi.
pemahaman manajemen resiko sangat bergantung pada sudut
pandangnya. dari segi bisnis dan industri asuransi. manajemen resiko
cendrung untuk di artika sepihak, yaitu untuk tujuan meningkatkan
ke untungan bisnis dan pemegang sahamnya. dalam bidang
kesehatan dan keselamtan lebih di artikan sebagai pengendalian
resiko salah satu pihak ( pasien atau masyarakat) oleh pihak yang
lain (pemberi layanan). sementara di dalam suatu komunitas pemberi

5
layanan kesehatan itu sendiri, yaitu pengelola rumah sakit dan para
dokternya, harus di artikan sebagai upaya kerjasama berbagai pihak
untuk mengendalikan resiko bersaama. WHO secara resmi
menerbitkan “nine life-saving patient safety solution” pada 2 mei
2007. beberapa contoh yang di tekankan oleh WHO dalam tindakan
riill adalah
1) meningkatkan kebersihan tangan di tempat kerja
2) pengurangan resiko salah nama rupa atau ucpan mirip
(NORUM) kesalahan pemberian obat yang banyak terjadi di
dunia
3) pengurangan kesalahan identifikasi pasien atau kesalahan
prosedur
4) memperbaiki kesenjangan komunikasi antar unit pelayanan pada
saat serah terima pasien
5) mencegah terjadinya prosedur pembedahan yang keliru pada
sisinya
6) akurasi pemeberian obat pada saat transisi atau pengalihan
pasien
7) mencegah salah satu penggunaan cairan elektrolit pekat yang
spesifik
8) menghindari salah sambung slang kateter atau spuit
9) pengunaan alat injeksi sekali pakaii untuk menghindari resiko
penyebaran infeksi

Adapun tahapan dalam manajemen resiko klinik ada lima(Hadi, 2016).

a. Memantapkan kontek
Mengidentifikasi dan memahami lingkungan operasiorganisasi
anda dan konteks strategi dalam rangka untuk program manajemen
resiko klinis pelayanan kesehatan anda menjadi efektif. termasuk di

6
dalamnya adalah faktor yang mendukung dan menghambat, tentukan
tujuan dan saran, struktur organisasi manajemen resiko .
b. Identifikasi resiko
Mengidentifikasi resiko klinis internal dan eksternal yang dapat
menimbulkan ancaman bagi sistem kesehatan, unit organisasi, nisnis
dan tim dan atau pasien. hal yang di identifikasi adalah : apa yang
bisa terjadi, kapan hal itu bisa terjadi, dimana hal itu bisa terjadi,
siapa yang bisa tertimpa yang bisa tertimpa kejadian tersebut
c. Analisis resiko
Melakukan analisis sistematis dari sistem keshatan, organisasi
unit bisnis, dan lingkungan tim untuk memahami sifat resiko dan
mengidentifikasi tugs-tugas untuk tindakan lebih lanjut. hal yang di
lakukan adalah membandingkan tinkat resiko dengan kriteria, analisa
untung rugiresiko di terima atau tidak(Hadi, 2016).
d. Mengelola resiko
Mengidentifikasi berbagai pilihan untuk mengelola resiko,
menilai pilihan, menyiapkan rencana pengelolaan resiko dan
menerapkanya dengan menggunakan sumber daya yang tersedia.
tetapkan alternatif/pilihan, analisa untung dan rugi, pilih tindakan
yang paling sesuai perencanaan tindakan dan iplementasi.
2. pengelolaan resiko klinis dalam manajemen resiko pasien safety
Tahap-tahap pengelolaan risiko klinis
a. Identifikasi Risiko
Identifikasi risiko adalah usaha mengidentifikasi situasi yang
dapat menyebabkan cedera, tuntutan, ataupun kegagalan pemberian
layanan yang aman kepada pasien(Hadi, 2016)
b. Cara identifikasi risiko
Risiko dapat diidentifikasi dengan melihat :
1) Laporan kejadian (Kejadian Tidak Diinginkan, Kejadian Nyaris
Cedera, Kejadian Sentinel, dsb)

7
2) Riview rekaman medik (Melakukan telaah rekaman medik untuk
melihat ada/tidaknya penyimpangan dari standar pelayanan
medik)
3) Komplain pelanggan
4) Survei
5) Self assessment dan sebagainya
c. Laporan kejadian
Apabila ditemukan insiden keselamatan pasien, harus dibuat
laporan selambat-lambatnya 2x24 jam setelah insiden terjadi untuk
mengurangi dampak/akibat yang tidak diharapkan. Laporan diisi
dalam formulir untuk orang yang melihat insiden keselamatan pasien.
Format laporan dapat dilihat pada lampiran(Hadi, 2016).
Setelah selesai mengisi laporan, segera serahkan kepada atasan
langsung pelapor. (Atasan langsung disepakati sesuai keputusan
Menejemen: Supervesior/ Kepala Bagian/ Instalasi/ Depertemen/
Urut, Ketua Komite Medis/ Ketua SMF).
Atasan langsung akan memeriksa laporan dan melkukan grading
resiko terhadap insiden yang dilaporkan.
d. Penilaian Probabilitas dan Dampak Risiko
Besarnya risiko berbanding lurus dengan probabilitas terjadinya
risiko dampak risiko, oleh karenaa itu Skor Risiko (SR) dinilai dari
hasil kali antara Probabilitas (P) dan Dampak (D)
SR = P x D
e. Probabilitas
Penilaian tingkat probabilitas/frekuensi risiko adalah dengan
memperkirakan seberapa seringnya insiden tersebut terjadi(Hadi,
2016).

8
Tabel 2.1 skore porbabilitas resiko
Tingkat Resiko Deskripsi
1 sangat jarang : terjadi sekali dalam >5 tahun
2 jarang : terjadi dalam 2-5 tahun
3 mungkin : terjadi dalam 1-2 tahun
4 sering : terjadi beberapa kali setahun
5 sangat sering : terjadi beberapa kali sebulan

f. Dampak
Penilaian dampak/akibat suatu insiden dengan memperkirakan
seberapa berat akibat yang dialami pasien (yang bukan karena
penyakit dideritanya) (Ashari, 2014).
1) Skor 1 : tidak signifikan, tidak ada cedera
2) Skor 2 : monor, cedera ringan, dapat diatasi dengan pertolonga
pertama, misal: luka lecet
3) Skor 3 : moderat, cedera sedang, atau setiap kasus yang
memperpanjang perawatan, atau berkurangnya fungsi fisik,
psikologis ataupun intelektual secara revelsibel, misal: luka
robek
4) Skor 4 : mayor, cedera luas/berat, atau kehilangan kehilangan
fungsi fisik, psikologis ataupun intelektual cecara inversibel,
misal: cacat, lumpuh
5) Skor 5 : katasrofik, pasien meninggal
6) NB : pasien yang mengalami cedera karena penyakit yang
dideritanya BUKAN termasuk insiden keselamatan pasien,
tetapi termasuk komlikasi penyakit.
7) Skor risiko dinilai dengan mengalikan skor probabilitas (P) dan
dampak (D). Hasil kali antara P dan D kemudian dinilai dengan
tabel grading dibawah

9
g. Penanggulangan risiko
Risiko ditanggulangi berdasarkan hasil evaluasi tersebut. Pada
tahaap ini dibuat rencana tindakan yang akan dilaakukan untuk
menanggulangi risiko. Bentuk-bentuk penamggulangan risiko
diantaranya ( Daud,2011 dalam Ashari, 2014) :
1) Menghindari risiko dengan memutuskan untuk tidak melanjutkan
aktifitas yang menimbulkan risiko, misal untuk menghindari salah
transfusi dipuruskan untuk tidak melakukan transfusi di klinik
tersebut
2) Mengurangi probabilitas terjadi risiko, misal untuk
mengurangi/menghilangkan risiko terjadinya salah identifikasi,
dilakukan identifikasi minimal dengan dua penanda identifikasi.
3) Mengurangi dampak terjadi risiko/mitigasi, misal untuk
mengurangi dampak kebakaran, dilakukan pemasangan alaram
kebakaran dan alaam pemadam api otomatis.
4) Berbagai risiko dengan pihak lain, misal: asuransi. Kontrak
dengan pihak luar, metode ini sesuai untuk risiko yang jarang
terjadi, tetapi dampaknya besar, misal kebakaran, gempa, bencana
alam, penggunaan alat medis yang sangat mahal.
5) Mempertahankan risiko, metode ini sesuai dengan risko yang
jarang terjadi dan dampknya kecil, misal pasien kehilangan sandal.

Setelah penanggulangan resiko dilakukan, tahap selanjutnya


adalah evaluasi apakah penanggulangan yang diberikan sudah
berhasil mencapai target yang diharapkan (berkurang/hilangnya
risiko). Jika belum tercapai perlu dilakukan penanggulangan dengan
strategi yang lain(Ashari, 2014)

3. Peran Perawat Dalam Manajemen Resiko


Keperawtan adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu

10
dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan biopsiko spiritual di tujukan
kepada individu, keluarga dan kelompok baik sehat maupun sakit yang
mencakup seluruh proses kehidupan(Hadi, 2016).
Perawat memainkan peran konci dalam keberhasilan program
manajemen resiko karena kemampuan mereka yang unik memungkinkan
memiliki kesempatan untuk mengidentifikasi daerah potensi resiko dan
dan menentukan situasi dapat merugikanpasien. perawat dapat
menggunakan keahlian, pengetahuan dan keterampilan untuk
mengembangkan program-program yang di rancang untuk mengurangi
adverse event adalah kewajiban bagi perawat. peran yang di lakukan
perawat adalah: kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur, pelaporan
tugas wajib dan pelaporan insiden(Hadi, 2016).
C. alat penunjang manajemen resiko pasien safety
1. FMEA atau HFMEA (Failue Mode and Effect Analysis/Healthcare
Failure Mode & Effect Analysis )
FMEA (Failue Mode and Effect Analysis) adalah salah satu tool dalam
metode Lean yang berfungsi untuk mengidentifikasi potensi terjadinya
masalah atau error dalam proses. FMEA di rumah sakit memiliki fungsi
yang sama, hanya saja fokusnya adalah pencegahan kesalahan atau
malpraktek dalam proses pelayanan kesehatan dan penanganan pasien
((NCPS), 2018).
FMEA seringkali disebut dengan HFMEA (Healthcare Failure Mode
& Effect Analysis), dilakukan dalam 5 langkah, yaitu:
a. Langkah 1
Buat definisi lingkup FMEA dengan jelas, dan jabarkan
proses-proses yang akan menjadi bahan studi. Lakukan secara tertulis
dan sertakan bagan atau grafik bila perlu.
b. Langkah 2
Bentuklah tim yang multidisipliner; terdiri atas para ahli dalam
subyek yang menjadi fokus dalam analisa, orang-orang yang terlibat

11
langsung dalam proses yang menjadi bahan analisa, dan beberapa
konsultan yang ahli di bidang lean healthcare (atau FMEA di rumah
sakit), yang akan memberikan panduan selama dan setelah
dilakukannya FMEA.
c. Langkah 3
Definisikan proses dalam bentuk grafis:
1) Buat dan verifikasi sebuah diagram (Flow Diagram) yang
menggambarkan aliran proses (diagram proses vs. kronologis).
2) Buat penomoran untuk setiap langkah dalam proses yang
teridentifikasi dalam flow diagram secara berurutan.
3) Jika prosesnya kompleks, identifikasi area tertentu yang akan
menjadi fokus analisa.
4) Identifikasi semua sub-proses dari setiap proses dalam flow
diagram, lalu urutkan.
5) Buatlah flow diagram yang terdiri atas beberapa sub-proses
tersebut.

d. Langkah 4

1) Lakukan analisa masalah (hazard analysis)


2) Buat daftar failure mode, yaitu proses atau sub-proses yang
berpotensi untuk gagal memenuhi fungsinya dan memberikan
hasil yang maksimal ((NCPS), 2018).
3) Temukan tingkat severity (kerugian) dan probability
(kemungkinan) terjadinya kesalahan.
4) Gunakan Decision Tree.
5) Buat daftar hal yang menjadi penyebab failure mode.

e. Langkah 5

1) Tentukan tindakan dan pengukuran untuk melakukan tindakan:

12
2) Buat keputusan, apakah harus “mengeliminasi”, “mengontrol”
atau “menerima” penyebab dari failure mode.
3) Deskripsikan aksi yang dilakukan untuk setiap failure mode yang
akan mengeliminasi atau mengontrolnya.
4) Identifikasi ‘ukuran tindakan’ yang akan digunakan untuk
menganalisa dan menguji proses yang akan dirancang ulang.
5) Tentukan siapa orang atau tim yang akan bertanggung jawab
untuk melakukan aksi lanjutan untuk mencegah terjadinya
failure.
6) Lakukan konfirmasi kepada top-management untuk mengetahui
apakah mereka menyetujui rencana tindakan tersebut. Dukungan
dari manajemen sangatlah penting untuk keberhasilan program
improvement apapun, di organisasi manapun.

2. RCA (Root Cause Analysis)


Root Cause Analysis (RCA) adalah suatu metode analisis terstruktur
yang mengidentifikasi akar masalah dari suatu insiden, dan proses ini
cukup adekuat untuk mencegah terulangnya insiden yang sama. RCA
berusaha menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut : Apa
yang telah terjadi, Apa yang seharusnya terjadi, Bagaimana terjadi dan
apa yang dapat dilakukan untuk mencegah kejadian yang sama terulang
(Share, 2018).
RCA wajib dilakukan pada : Semua kematian yang tidak diharapkan
dan Semua insiden yang diduga mengakibatkan cidera permanent,
kehilangan fungsi atau kehilangan bagian tubuh.
Dalam menentukan penyebab insiden, harus dibedakan antara
penyebab langsung dan akar masalah. Penyebab langsung ( immediate
cause/proximate cause) adalah suatu kejadian (termasuk setiap kondisi)
yang terjadi sesaat sebelum insiden, secara langsung menyebabkan suatu
insiden terjadi, dan jika dieliminasi atau dimodifikasi dapat mencegah

13
terjadinya insiden. Akar masalah ( underlying cause/root cause ) adalah
satu dari banyak faktor (kejadian, kondisi) yang mengkontribusi atau
menciptakan proximate cause , dan jika dieliminasi atau dimodifikasi
dapat mencegah terjadinya insiden. Biasanya suatu insiden memiliki
lebih dari satu akar masalah (Share, 2018).
Adapun langkah-langkah Root Cause Analisis (RCA), sebagai
berikut:
1. Identifikasi insiden yang akan dianalisis
2. Tentukan tim investigator
3. Kumpulkan data
a. Observasi yaitu kunjungan langsung untuk mengetahui keadaan,
posisi, hal- hal yang berhubungan dengan insiden.
b. Dokumentasi yaitu untuk mengetahui apa yang terjadi sesuai
data, observasi dan inspeksi
c. Interview yaitu untuk mengetahui kejadian secara langsung guna
pengecekan data hasil observasi dan dokumentasi.
4. Petakan kronologi kejadian
Sangat membantu bila kronologi insiden dipetakan dalam sebuah
bagan. Ada berbagai macam cara kronologi kejadian, sebagai berikut
:
a. Kronologi cerita / narasi yaitu Suatu penulisan cerita apa yang
terjadi berdasarkan tanggal dan waktu, dibuat berdasarkan
kumpulan data saat investigasi (Share, 2018).
Kronologi cerita digunakan jika:
1) Kejadian sederhana dan tidak kompleks, di mana masalah,
praktek dan faktor kontribusinya sederhana.
2) Dapat digunakan untuk mengetahui gambaran umum suatu
kejadian yang lebih kompleks
3) Dapat digunakan sebagai bagian integral dari suatu laporan
sebagai ringkasan di mana hal tersebut mudah dibaca.

14
Nilai positif : format ini baik untuk presentasi informasi
Nilai negatif :
1) Sulit untuk menemukan titik cerita dengan cepat
2) Sulit untuk mengerti jalan cerita dengan cepat bila melibatkan
banyak pihak.
5. Timeline
Metode untuk menelusuri rantai insiden secara kronologis.
Memungkinkan investigator untuk menemukan bagian dalam proses
di mana masalah terjadi (Share, 2018).
6. Tabular timeline
Merupakan pengembangan timeline yang berisi tiga data dasar:
tanggal, waktu, cerita kejadian asal, dan dilengkapi 3 (tiga) data lain
yaitu: informasi tambahan, praktek yang baik (Good Practice), dan
masalah / CMP (Care Management Problem).
Tabular timeline dapat digunakan pada setiap insiden, berguna pada
kejadian yang berlangsung lama.
7. Time person grids
Alat pemetaan tabular yang dapat membantu pencatatan
pergerakan orang (staf, dokter, pengunjung, pasien, dan lain-lain)
sebelum, selama, dan sesudah kejadian.
Time person grid digunakan ketika :
a. Jika dalam suatu insiden terdapat keterlibatan banyak orang dan
investigator ingin memastikan keberadaan mereka dalam insiden.
b. Berguna pada keadaan jangka pendek
c. Dapat dipetakan ke dalam garis waktu sehingga dapat dipakai
untuk mengetahui kerangka waktu spesifik yang lebih detil.
Langkah-langkah time person grid sebagai berikut:
a. buatlah tabel yang terdiri dari beberapa baris dan kolom
b. dari tabel tersebut, kolom sebelah kiri berisi daftar staf yang
terlibat

15
c. kolom berikutnya berisi perjalanan waktu (jam, menit) pada baris
atasnya
d. kemudian pada baris di bawah waktu berisi keterangan tempat
atau kegiatan staf yang terlibat
Nilai positif :
a. dapat digunakan pada waktu yang pendek
b. dapat mengidentifikasi keberadaan seseorang dan adanya celah
informasi
c. pemetaan dapat dalam bentuk garis waktu yang efektif
Nilai negatif :
a. hanya dapat digunakan dalam waktu yang pendek
b. orang tidak dapat mengingat waktu di mana ia berada
c. terfokus pada individu

D. Aspek Hukum Dan Undang-Undang Manajemen Resiko Pasien Safety


Mengingat pentingnya manajemen resiko klinik dalam mencegah
adverse event selama perawatan di rumah saki, maka manajemen resiko klinik
harus di laksnakan oleh rumah sakit (Hadi, 2016). Hal ini sesuai dengan
prinsip etika benefecience ( kemurahan hati) dan berlandaskan aspek hukum
yang menguatkan yaitu UU no 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit dan
peraturan mentri kesehatan repoblik indonesia Nomor
169/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang keselamatan pasien rumah sakit,
1. Undang-Undang No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
Pasal-pasal yang mengatur tentang menejemen resiko klinik yang
tertuang dalam Undang-Undang M0.44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit Adalah :
a. Pasal 2 : Rumah Sakit diselenggarakan berdasarkan pancasila dan
didasarkan kepada nilai kemanusian, etika dan profesionalitas,
manfaat, keadilan, persamaan hak dan keselamatan pasien, serta
mempunyai fungsi sosial.

16
b. Pasal 3 : Pengaturan penyelenggaraan Rumah Sakit bertujuan : (b.)
Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien,
masyarakatan, lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia
dirumah sakit
c. Pasal 9 : Persyaratan bangunan sebagaimana dimaksud dalam pasal 7
ayat (1) harus memenuhi : (b.) persyaratan teknis bangunan Rumah
Sakit, sesuai dengan fungsi, kenyamanan dan kemudahan dalam
pemberian pelayanan serta perlindungan dan keselamatan terhadap
semua orang termasuk penyandang cacat, anak-anak, dan orang usia
lanjut.
d. Pasal 13 (3) : Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit
harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan rumah
sakit, standar prosedur operasional yang berlaku, etika profesi,
menghormati hak pasien dan kaselamatan pasien
e. Pasal 16 : Persyaratan peralatan sebagaimana dimaksud dalam pasal
7 ayat (1) meliputi peralatan medis dan nonmedis harus memenuhi
standar pelayanan, persyaratan mutu, keamanan, keselamatan dan
laik pakai
f. PASAL 29.1) Setiap Rumah Sakit mempunyaikewajiban : b.
memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan
antidikriminasi, dan efektif dengan mengutamakan kepentingsn
pasien sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit
g. Pasal 32 : Setiap pasien mempunyai hak: n. Memperoleh keamanan
dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di rumah sakit.
h. Pasal 36 : Setiap Rumah Sakit harus menylenggarakan tata kelola
rumah sakit dan tata kelola klinis yang baik.
i. Pasal 43 : Keselamatan pasien. 1.) Rumah Sakit wajib menenerapkan
standar keselamatan pasien. 2.) stantar keselamatan pasien
sebagaimana dimaksud padaa ayat (1) dilaksanakan melalui
pelaporan insiden, menganalisa, dan menetapkan pemecahan masalah

17
dalam rangka menurunkan angka kejadian yang tidak diharapkan. 3.)
Rumah Sakit melaporkan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) kepada komite yang membimbing keselamatan pasien yang
ditetapkan oleh Menteri. 4.) Pelaporan insiden keselamatan pasien
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibuat secara anonim dan
ditunjukkan untuk mengkoreksi sistem dalam rangka meningkatkan
keselamatan pasien. 5.) Keselamatan lebih lanjut mengenai standar
keselamatan pasien sebagaiman dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
diatur dalam peraturan Menteri.
j. Pasal 54.(2) pembinaan dan pengawasan sebagaimaana dimaksud
pada ayat (1) diarahkan untuk : a. Pemenuhan pengawasan pelayanan
kesehatan yang terjangkau oleh masyarakat; b. peningkatan mutu
pelayanan kesehaaran; c. keselamatan pasien; d. Pengembangan
jangkauan pelayanan; dan e. Peningkatan kemampuan kemandirian
Rumah Sakit.
E. Manfaat dan peran Manajemen Resiko Dalam Pasien Safety
Ashari, (2016), adapun beberapa manfaat dari manajemen resiko secara
umum adalah sebagai berikut:
1. Keputusan yang lebih efektif
2. Efektifitas dalam pelaksanaan program'program atau kegiatan
3. efektifitas pengalokasian dan penggunaan sumber daya
4. standar yang tinggi dalam pelayanan pelanggan
5. standar yang tinggi dalam akuntabilitas
6. Kreatifitas dan inofasi dalam praktik manajemen
7. peningkatan kapasitas
8. peningkatan moral organisasi
9. transparansi

Adapun tujuan dan manfaat dari menejemen resiko klinik (Hadi, 2016) adalah
sebagai berikut :

18
1. meminimalakan terjadinya ‘’ medical erorr, advers event dan harm’’ pada
pasien (membuat asuhan pasien lebih aman)
2. meminimalkan kemungkinan terjadinya klain dan mengendalikan biaya
klain yang harus di tanggung institusi atau mencegah kerugian finansial
bagi rumah sakit dan dokter
Manfaat jika manajemen risiko terintegrasi untuk rumah sakit(Amal, 2016)
1. Informasi yang lebih baik sekitar risiko sehingga tingkat dan sifat risiko
terhadap pasien dapat dinilai dengan tepat.
2. Pembelajaran dari area risiko yang satu, dapat disebarkan di area risiko
yang lain.
3. Pendekatan yang konsisten untuk identifikasi, analisis dan investigasi
untuk semua risiko, yaitu menggunakan RCA.
4. Membantu RS dalam memenuhi standar-standar terkait, serta kebutuhan
clinical governance.
5. Membantu perencanaan RS menghadapi ketidakpastian, penanganan
dampak dari kejadian yang tidak diharapkan, dan meningkatkan keyakinan
pasien dan masyarakat(Amal, 2016).

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Menejemen merupakan kegiatan yang komprehensif yang
mengidentifikasi, mengevaluasi,menganalisa,menghilangkan, mengurangi,
dan memonitor resiko yang dapat menyebabkan cedera pasien atau karyawan
atau yang dapat mengakibatkan kerugian keuangan atau kewajiban hukum,
sehingga membutuhkan aturan hukum yang kuat dalam pelaksanaanya.
Menejemen resiko klinik merupakan pendekatan aktif untuk,
mengidentifikasi,melakuakan asesment, memilih prioritas resiko dengan
harapan menguramgi resiko negatif (Hadi, 2016)
Sehingga dengan menerapkan prinsip manajemen yang optimal maka
peluang untuk terjadinya adverse event lebih dapat berkurang, yang
kemudian akan memilki pengaruh terhadap peningkatan tingkat akriditasi
instasi
B. Saran
Manajemen resiko dalam praktik keperawatan sangatlah pentng untuk
di terapkan sehingga sangat penting jika kita sebagai calon tenaga kesehatan
untuk lebih mengetahui lagi ilmu tentang manajemen resiko di rumah sakit
dan semoga dengan makalah ini dapat menambh wawasan bagi pembaca
terkait bagaimana manajemen resiko pasien rumah sakit kami sadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna sehingga kritik dan saran sangat
kami butuhkan untuk perbaikan makalh selanjutnya

20
Daftar Pustaka

(NCPS), N. C. (2018). Lean Healthcare: 5 Langkah Melakukan FMEA Di Rumah


Sakit . http://shiftindonesia.com/lean-healthcare-5-langkah-melakukan-fmea-
di-rumah-sakit/ di akses pada tanggal 18 November 2018.

Amal, A. N. (2016). manajemen resiko keselamatan pasien rumah sakit.


https://www.researchgate.net/publication/298649240 di akses pada tanggal
16 November 2018.

Ashari, A. (2014). makalah pasien safety. http://e-journal.jurwidyakop3.com/index.


php/jurnal-ilmiah/article/view/238 di akses pada tanggal 16 November 2018.

Hadi, I. (2016). Manajemen Keselamatan Pasien. Yogyakarta: CV Budi Utama.

Idris, F. (2007). Manajemen Resiko Dalam Pelayanan Kesehatan: Konsep Dalam


Sistem Pelayanan Kesehatan. https://www.scribd.com/document/250559512/
makalah-patient-safety-doc. di akses pada tanggal 16 November 2018.

Share, D. (2018). PANDUAN ANALISIS AKAR MASALAH ( ROOT CAUSE


ANALYSIS/ RCA ). http://docshare01.docshare.tips/files/30744/ 307446036.
pdf. di akses pada tanggal 18 November 2018.

21

Anda mungkin juga menyukai