Anda di halaman 1dari 8

Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Frekuensi Cuaca Buruk Serta

Kaitannya Dengan Operasi Penerbangan Pesawat di Indonesia


Alfarizki Qodri (13617030), Kalvin Tanoyo (13617055), Dede Maulana (13617062)

Abstrak

Keselamatan penerbangan menjadi perhatian utama dalam dunia penerbangan mulai dari hal
teknis sampai hal non teknis sangat diperhatikan demi menunjang keselamatan penerbangan
termasuk didalamnya penanganan terhadap cuaca buruk.. Salah satu cuaca buruk yang sangat
ditakuti oleh para penerbang adalah Awan Cumulonimbus. Paper ini bertujuan untuk
menginformasikan kepada masyarakat bahwa perubahan iklim akibat pemanasan global telah
membuat pola cuaca di Indonesia mengalami perubahan. Selain masyarakat umum, operator
pesawat terbang juga akan merasakan dampak dari semakin tidak menentunya cuaca. Studi yang
dilakukan adalah studi literatur dari berbagai sumber mengenai pengaruh perubahan iklim
terhadap frekuensi cuaca buruk serta dampaknya terhadap operasi industri penerbangan.

Kata Kunci : Awan Cumulonimbus, perubahan iklim, cuaca buruk

I. PENDAHULUAN keterlambatan (delay) dan pembatalan


(cancel) karena cuaca buruk. Cuaca buruk
Industri Penerbangan Indonesia tengah dapat menginisiasi proses pembentukan
mengalami perkembangan pesat. Menurut awan Cumulonimbus. Awan tersebut dikenal
Pada tahun 2017, jumlah penumpang sangat berbahaya di dunia penerbangan
pesawat di Indonesia diperkirakan mencapai karena sering menyebabkan pesawat
110 juta orang, dengan pasar sebesar US$1,3 mengalami turbulensi ketika terbang.
Miliar. Meskipun dibayangi dengan masalah Ternyata perubahan iklim yang terjadi
keselamatan dan biaya yang tinggi, industri belakangan ini telah membuat pembentukan
penerbangan di Indonesia akan terus tumbuh. awan Cumulonimbus semakin sering terjadi.
Menurut Asosiasi Pengangkutan Udara Menurut BMKG, awan Cumulonimbus yang
Internasional, jumlah penumpang pesawat terbentuk semakin tinggi dan besar sehingga
domestik di Indonesia diperkirakan akan akan sangat mempengaruhi operasi terbang
mencapai 355 juta orang pada tahun 2036. pesawat.

Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal II. DASAR TEORI


Perhubungan Udara, keterlambatan
penerbangan (delay) mencapai 159.153 Cumulonimbus (Cb) adalah awan tebal dan
(19,21%) serta pembatalan penerbangan lebat dengan tingkat vertikal yang cukup
(cancel) mencapai 5.432 (0,66%) dari total besar dengan bentuk seperti gunung atau
penerbangan domestik pada tahun 2017. menara besar, sering dikaitkan dengan hujan
Sekitar 11.879 penerbangan mengalami lebat, kilat, dan guntur. Awan
Cumulonimbus yang sudah mencapai memiliki massa jenis yang
tingkat dewasa memiliki permukaan atas lebih besar. Perbatasan antara
yang rata. kedua udara ini disebut
‘Front’.
Cumulonimbus dapat terbentuk jika terdapat  Convergence
kondisi-kondisi berikut: Aliran udara yang mengalir
1. Terdapat lapisan udara yang tidak dari berbagai arah dipaksa
stabil untuk naik ketika aliran ini
2. Udara harus hangat dan lembab bertemu satu sama lain.
3. Sebuah mekanisme yang membuat  Turbulence
udara hangat nan lembab naik ke atas, Perubahan kecepatan angin
seperti: secara tiba-tiba disertai
 Pemanasan Permukaan dengan perubahan ketinggian
Daratan yang menjadi menghasilkan pusaran udara
semakin hangat akibat dari turbulen.
pemanasan matahari. Udara
menjadi semakin panas dan Menurut Winarso (2012), beberapa
membuat udara naik. Bagian fenomena atmosfer yang dihasilkan awan
udara yang naik disebut Cumulonimbus dan berbahaya bagi dunia
dengan thermal penerbangan antara lain :
 Topografi
Udara dipaksa naik akibat 1. Turbulensi
dari kontur permukaan 2. Pembekuan (icing)
seperti bukit atau gunung. 3. Rambun (hail)
Disebut juga Orographic 4. Sambaran petir (Lightning)
Uplift. 5. Hujan
 Frontal
Massa udara hangat naik di
atas udara yang dingin dan
bawah awan naik ke atas. Awan naik
semakin tinggi dengan sangat cepat
Menurut Tjasyono (2008) menyebutkan hingga tropopause. Temperatur yang
tingkat hidup awan badai/ Cumulonimbus semakin rendah, bahkan dibawah
terbagi dalam tiga fase antara lain titik beku, membuat air di dalam
awan menjadi sangat dingin dan
1. Building Phase
bergabung menjadi satu, membuat
Kantung udara hangat naik ke atas
awan yang semakin besar.
akibat faktor-faktor yang telah
disebutkan sebelumnya. Udara yang
2. Mature Phase
lembab menjadi semakin tinggi,
Ketika bagian atas awan telah
tersaturasi, awan terbentuk. Hal
mencapai ketinggian tertentu, mulai
tersebut menghasilkan panas yang
terjadi presipitasi. Presipitasi dapat
menghangatkan udara dan membuat
berupa air, salju, hingga es (hail) dan
udara terus naik ke atas. Udara di
menyebabkan downdrafts di udara
dalam awan lebih hangat dari udara
sekitar. Gaya gesek antara partikel es
di bagian luar sehingga semakin
yang turun dari awan dan partikel es
banyak udara tertarik dari bagian
yang naik bersama updraft,
menghasilkan tegangan statis pada
awan dengan bagian atas awan III. DATA DAN PEMBAHASAN
memiliki tegangan positif dan bagian
bawah memiliki tegangan negatif. A.Dampak Perubahan Iklim terhadap
Perbedaan potensial sangat besar Intensitas Cuaca Buruk
sehingga dapat menghasilkan petir.
Bagian atas awan mulai menjadi  Awan Cumulonimbus yang
datar seperti awan cirrus, terbentuk semakin intensif
mengandung kristal es, menyebar
membentuk bentuk seperti landasan Pemanasan global akan membuat
di atas awan. pembentukan awan Cumulonimbus semakin
intensif. Syarat pertumbuhan awan tersebut
3. Dissipation Phase ialah ada pengangkatan udara lembab dari
permukaan, sedangkan hal itu tergantung
Efek pendinginan dari downdrafts pada temperatur permukaan. Pemanasan
pada udara di bagian bawah awan global membuat temperatur permukaan
membuat arus updraft dari udara meningkat sehingga penguapan semakin
semakin kecil hingga suatu saat sering terjadi. Hal tersebut menandakan
berhenti. Bagian bawah awan mulai semakin banyak uap air yang terbentuk,
menghilang diikuti oleh bagian atas sehingga kemungkinan awan cumulonimbus
awan secara bertahap. terbentuk dalam jumlah besar akan terjadi.
Energi panas yang lebih besar akibat
kenaikan temperatur permukaan akan
membuat uap air yang bergerak naik ke atas
akan semakin tinggi. Proses pemanasan
yang terjadi terus menerus akan membuat
awan tersebut menjadi lebih tinggi dan lebih
besar dari tahun ke tahun.
Fenomena tersebut banyak terjadi di daerah
khatulistiwa. Meski demikian, bukan berarti
awan kumulonimbus tidak bisa tumbuh di
daerah utara atau selatan khatulistiwa. Awan
kumulonimbus bisa timbul di mana-mana.
Di khatulistiwa penyebabnya pemanasan
permukaan. Sedangkan di daerah lintang
menengah disebabkan pertemuan dua massa
udara yang berbeda. Kemudian, udara yang
panas dan lembab akan naik ke udara yang
dingin lalu membentuk awan kumulonimbus.
Gambar 1. Fase-fase pembentukan Awan Hanya saja, awannya tidak setebal awan di
Cumulonimbus khatulistiwa.
 Muncul hujan es (hail) semakin
sering

Polusi akibat asap kendaraan bermotor dan


industri termasuk didalamnya akibat
pesawat telah menghambat proses terjadinya
hujan. Wilayah dengan polusi tinggi seperti
di kota besar cenderung mengalami
kekurangan hujan. Oleh karena polusi
menghambat proses awan menurunkan
hujan, penguapan air yang terjadi semakin
banyak, menumpuk, dan dapat membentuk
badai yang sangat kuat. Penguapan air yang
semakin menumpuk tersebut akan bergerak
semakin ke atas akibat pemanasan di
permukaan dan akan mengalami proses Gambar 2. Intensitas Sambaran Petir di Daerah
pengkristalan ketika mencapai ketinggian Jabodetabek dalam kurun waktu Januari-
tertentu dan suhu di ketinggian tersebut Agustus 2016
sangat dingin. Pemanasan global telah
membuat frekuensi terbentuknya awan
cumulonimbus semakin besar maka Gambar diatas merupakan jumlah sambaran
kemungkinan terjadinya hujan es (hail) petir di Jabodetabek Januari-Agustus 2016.
berpotensi semakin sering. Terlihat bahwa pada saat musim peralihan
(pancaroba) terjadi, intensitas sambaran
 Intensitas munculnya petir semakin petir terjadi lebih banyak. Seperti yang
tinggi sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya
bahwa musim peralihan akan menjadi lebih
Perubahan iklim akibat pemanasan global panjang, itu berarti intensitas sambaran petir
telah membuat pergantian musim di akan semakin banyak terutama di wilayah
Indonesia menjadi kacau. Pemanasan global dataran tinggi sehingga dapat
telah membuat musim pancaroba (peralihan) membahayakan masyarakat setempat serta
di Indonesia menjadi lebih lama dari tahun pesawat yang lewat.
ke tahun. Berbagai fenomena seperti El
Nino Southern Oscillation, Indian Ocean  Intensitas Siklon Tropis yang
Dipole, Sirkulasi Monsun Asia-Australia, semakin tinggi
Inter Tropical Convergence Zone, dan suhu Steranka et al. (1986) memperkirakan
permukaan laut di wilayah perairan bahwa jenis awan cumulonimbus yang
Indonesia yang meningkat turut ikut serta sangat khusus terlibat dalam proses siklon
dalam lamanya musim pancaroba. Musim tropis. Siklon tropis merupakan badai
pancaroba ditandai dengan meningkatnya dengan kekuatan yang besar dengan radius
intensitas petir yang dapat membahayakan. rata-rata siklon tropis mencapai 150 hingga
200 km. Secara teknis, Siklon tropis
didefinisikan sebagai sistem tekanan rendah
non-frontal yang berskala sinoptik yang
tumbuh di atas perairan hangat dengan
wilayah perawanan konvektif dan kecepatan
angin maksimum setidaknya mencapai 34
knot pada lebih dari setengah wilayah yang
melingkari pusatnya, serta bertahan
setidaknya enam jam. Angin sejenisnya bisa
bersifat sangat merusak atau destruktif
tinggi.
Pada praktiknya, frekuensi siklon tropis
tidak dipengaruhi oleh pemanasan global
atau kenaikan temperature laut yang
meningkat. Berikut statistik yang
menunjukan frekuensi siklon tropis yang
terjadi di sekitar Indonesia dari tahun 2000 -
2012.

Tabel 1. Jumlah Siklon Tropis yang Terjadi Gambar 3. Total Badai (Hurricanes) yang
di Sekitar Indonesia terjadi di Amerika Utara Dari Tahun 1878-2015

Namun, peningkatan suhu permukaan laut


ini memberikan dampak pada intensitas dan
kekuatan siklon tropis yang dihasilkan.
Salah satu jurnal Kerry Emanuel yang
meneliti terkait faktor lingkungan yang
mempengaruhi Disipation Power yang
dihasilkan Siklon tropis, menunjukan terjadi
peningkatan intensitas potensial ∼10% di
Atlantik tropis (a), dan peningkatan %6% di
Pasifik Utara (b). Hal ini terjadi sebagian
besar karena peningkatan fluks radiasi ke
laut dan penurunan suhu tropopause.

Hal ini juga didukung dengan data frekuensi


total hurricanes di Atlantik Utara yang
terjadi pada tahun 1878-2015 yang tertera
pada gambar di bawah ini
itu, akan ada biaya operasional tambahan
serta pemasukan yang berkurang (karena
penerbangan dibatalkan) untuk pihak
operator.

Gambar 5. Kompensasi Atas Keterlambatan


Penerbangan

Dampak dari awan cumulonimbus tidak


langsung merusak pesawat dan
menyebabkan pesawat hancur berkeping-
keping di udara. Terbang ke dalam awan
Gambar 4 (a), Peningkatan intensitas potensial
cumulonimbus dapat menyebabkan
Siklon Tropis ∼10% di Atlantik Tropis dan (b)
peningkatan %6% di Pasifik Utara kerusakan yang signifikan dan mengancam
keselamatan dari penerbangan tersebut. Hal-
B. Dampak Cuaca Buruk Terhadap hal yang sering dialami ketika terbang
Industri Penerbangan memasuki awan cumulonimbus adalah
terjadinya icing, kerusakan badan pesawat
akibat pecahan es atau kerusakan cat badan
 Dampak Terhadap Operator Pesawat
pesawat akibat terbang dengan kecepatan
(Airline)
yang tinggi di dalam hujan. Salah satu
contoh kasus pada dampak dari awan
Jika operator atau airline melakukan
cumulonimbus terhadap penerbangan: Air
pembatalan atau delay pada penerbangan
France dengan nomor penerbangan 447
akibat cuaca buruk, maka pihak operator
berangkat dari Rio de Janeiro, Brazil menuju
harus memberikan kompensasi kepada
Paris pada 1 Juni 2009. Pesawat Airbus
penumpang mereka. Kompensasi yang
A330 mengalami stall dan tidak bisa pulih
diberikan dapat bermacam-macam, mulai
dari kondisi stall yang menyebabkan
dari makanan hingga refund tiket
pesawat jatuh di Samudra Atlantik dengan
(tergantung pada kasus yang terjadi). Selain
228 korban jiwa (penumpang dan awak
kabin). Diketahui bahwa penyebab jatuhnya IV. SOLUSI
penerbangan tersebut dikarenakan
penumpukan es pada pitot tube yang  Membuat rute penerbangan dengan
menyebabkan pembacaan yang salah mempertimbangkan faktor cuaca
terhadap airspeed dan auto pilot serta auto
thrust pada mesin berhenti bekerja.
Ketika pesawat mengalami kerusakan akibat Rute penerbangan yang dikeluarkan
cuaca buruk, maka pihak maskapai harus oleh maskapai harus
memperbaiki pesawat tersebut sehingga mempertimbangkan faktor cuaca di
pihak maskapai akan mengalami sepanjang rute yang dipilih. Dengan
pengurangan pendapatan karena pesawat memaksimalkan jadwal dan rute
tersebut harus mengalami perbaikan. penerbangan, maka diharapkan
pesawat dapat menghindari cuaca
buruk serta dampak-dampaknya.
 Dampak Terhadap Penumpang

Pembatalan penerbangan dapat menjadi  Menggunakan sistem prakiraan


suatu hal yang ingin dihindari oleh cuaca yang dapat memprediksi cuaca
penumpang pesawat. Pembatalan dapat buruk secara cepat dan akurat
menyebabkan waktu yang terbuang atau
pergantian jadwal secara tiba-tiba dari pihak Sistem tersebut diharapkan bisa
penumpang. Dari banyak kasus yang telah memberikan peringatan dini dari
terjadi, penumpang harus tinggal dan cuaca buruk yang dapat
menunggu penerbangan mereka di bandara membahayakan keselamatan
dalam jangka waktu yang lama, menunggu penerbangan. Dengan adanya
cuaca yang mendukung untuk penerbangan. peringatan, maka tingkat
Namun penumpang akan mendapatkan keselamatan dapat diminimalisir dan
kompensasi dari pihak maskapai apabila kerugian maskapai akibat kerusakan
mengalami delay atau kasus terburuknya, pesawat dapat berkurang.
pembatalan penerbangan akibat cuaca buruk.
Hal ini telah diatur di dalam regulasi
 Solusi jangka panjang adalah
mengenai kompensasi akibat delay,
mengurangi emisi karbon yang
pembatalan, penolakan boarding, dan
dikeluarkan oleh pesawat dengan
downgrade ketika terbang.
melakukan berbagai modifikasi. Jika
hal tersebut dilakukan akan
mengurangi dampak perubahan iklim.
Selain itu, dapat membantu
mengurangi risiko kerugian baik
untuk penumpang maupun operator
itu sendiri
V. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang yang didapat http://jurnal.lapan.go.id/index.php/jurnal_sai
antara lain : ns/article/viewFile/658/576
http://hubud.dephub.go.id/?id/news/detail/34
 Pemanasan global memiliki 11
pengaruh besar terhadap perubahan https://www.skybrary.aero/index.php/Lifecy
iklim dan cuaca sehingga cle_of_the_Thunderstorm
memengaruhi operasi pesawat https://www.weather.gov/source/zhu/ZHU_
terbang. Training_Page/clouds/cloud_development/cl
 Diperlukan solusi jangka panjang ouds.htm
dari berbagai pihak agar perubahan https://news.detik.com/berita/d-
iklim tidak terus terjadi karena 3458961/pemanasan-kota-juga-bisa-
dampaknya sangat terasa di dunia memicu-munculnya-hujan-es
penerbangan . https://tekno.tempo.co/read/623083/di-as-
 Modifikasi pesawat dalam hal ini pemanasan-global-dongkrak-intensitas-
pesawat ramah lingkungan sangat petir/full&view=ok
diperlukan http://meteo.bmkg.go.id/siklon/learn/01/id
http://tcwc.bmkg.go.id/siklon/annual
https://www.epa.gov/climate-
Referensi indicators/climate-change-indicators-
tropical-cyclone-activity#6
Jaka Anugrah I.P, Yusuf Hadi P,dan Dyah https://en.wikipedia.org/wiki/Cumulo
Ajeng S.P,“Analisis Sebaran Petir Cloud to nimbus_and_aviation
Ground (CG) di Wilayah Jabodetabek pada https://en.wikipedia.org/wiki/Air_Fra
Tahun 2016”, Vol 6, Lampung Selatan : nce_Flight_447
Puslitbang BMKG, 2017 https://www.bottonline.co.uk/flight-
delay-compensation/claim-guides/eu-
Emanuel, K.A. 2016 update to data regulation-261-2004
originally published in: Emanuel, K.A. 2007. https://www.garuda-
Environmental factors affecting tropical indonesia.com/id/id/special-
cyclone power dissipation. J. Climate offers/garuda-indonesia-travel-
20(22):5497–5509. insurance.page?

Anda mungkin juga menyukai