Anda di halaman 1dari 14

TERAPI BEKAM KERING TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA

PASIEN DENGAN NYERI KEPALA PRIMER

I Wayan Suardana
I Kadek Saputra
Jurusan Keperawatan Poltekkes Denpasar
Email:suardanawayan@yahoo.com

Abstract: Cup Therapy for Reducing pain in Patients with Primary Headache. The purpose
of this study is to examine the effect of dry cupping therapy to reduction pain in patients with
primary headache. This study is a pre-experimental study with one type of group pre-test and
post-test design without a control group. Given the group of subjects observed before the
intervention, then again after intervention observation. Sample of 32 respondents were
obtained through incidental sampling technique. The data was collected by observation
through the interview sheet using a numeric pain scale. Based on statistical tests performed
using the Wilcoxon test (p <0.05) is obtained significance value 0.000 <0.05, therefor Ho is
rejected, which means there is a significant effect of dry cupping therapy to decrease pain in
patients with primary headache.

Abstrak: Terapi Bekam Kering Untuk Menurunkan Nyeri Pada Pasien Dengan Nyeri
Kepala Primer. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektifitas therapy bekam kering
untuk menurunkan nnyeri pada pasien dengan nyeri kepala primer. Penelitian ini merupakan
penelitia pra eksperimental dengan one group pre dan post test design tanpa kelompok
control. Data dikumpulkan dengan menggunakan observasi melalui sheet interview dengan
skala nyeri numerik. Dari hasil analisis dengan menggunakan Wilcoxon test (p <0.05)
didapatkan hasil uji dengan p value = 0,00 (< p,0,05). Hal itu berarti Ho ditolak yang artinya
95 % diyakini bahwa terapi bekam kering dapat menurunkan nyeri pada pasien dengan nyeri
kepala primer.

Kata Kunci: Terapi bekam kering, Skala Nyeri, Nyeri Kepala Primer.

Setiap individu pernah mengalami potensial atau yang dirasakan dalam

nyeri dalam tingkatan tertentu. kejadian-kejadian dimana terjadi

International Association for the Studi of kerusakan.

Pain (1979) dalam Potter & Perry, (2005), Nyeri dapat merupakan faktor utama

mendefinisikan nyeri sebagai suatu sensori yang menyebabkan seseorang merasakan

subjektif dan pengalaman emosional yang ketidaknyamanan dan menghambat

tidak menyenangkan berkaitan dengan kemampuan serta keinginan individu untuk

kerusakan jaringan baik aktual maupun beraktivitas. Maka dari itu individu yang
mengalami nyeri akan mencari upaya pendahuluan Sjahrir dkk (2003) di Medan

untuk menghilangkan nyeri dan terhadap mahasiswa Fakultas Kedokteran

mengembalikan kenyamanan tersebut Universitas Sumatera Utara didapatkan

dengan mencari pengobatan dan perawatan nyeri kepala yang diderita oleh pria

kesehatan(Potter & Perry, 2005). sebesar 78% sedangkan wanitanya 88%.

Nyeri kepala merupakan salah satu Maka dari itu dapat disimpulkan

keluhan yang paling sering dijumpai dalam prevalensi nyeri kepala dialami lebih

kehidupan manusia. Nyeri kepala banyak pada wanita (Cermin Dunia

mempengaruhi lebih dari 90% populasi Kedokteran, 2009).

pada beberapa waktu dalam hidupnya, dan Nyeri Kepala Primer tidak berkaitan

banyak diantaranya yang menderita nyeri dengan suatu abnormalitas struktur

kepala berulang (Sjahrir, 2004). muskuloskeletal ataupun organik, meliputi

Hasil pengamatan yang dilakukan nyeri kepala migrain, nyeri kepala tipe

oleh Syahrir (2009) menyebutkan bahwa tegang (tension headache), dan nyeri

keluhan dari pasien yang berobat jalan di kepala kluster. Menurut IHS

Praktek Spesialis Saraf Bunda Jakarta (Internasional Headache Society) (1988)

selama tahun 2009, ternyata nyeri kepala dalam Sjahrir (2004) menyatakan bahwa

menduduki proporsi tempat yang teratas, nyeri kepala tipe tegang atau Tension Type

sekitar 42% dari keseluruhan pasien Headache (NT) merupakan 90 % dari

neurologi. Hasil penelitian Population keluhan seluruh nyeri kepala primer.

Base di Singapura oleh Ho dkk (2002) Sejumlah penelitian epidemiologi

didapati prevalensi life time nyeri kepala internasional menemukan bahwa

penduduk Singapore adalah pria 80%, prevalensi life time dari nyeri kepala

wanita 85% (p= 0.0002). Angka tersebut adalah 96%, di mana 74% adalah jenis

hampir mirip dengan hasil penelitian nyeri kepala tipe tegang (tension type
headache = TTH) dan 16% adalah tipe pelaksanaan tindakan keperawatan

kluster dengan prevalensi migren komplementer.

pertahunnya 10% (Sjahrir dkk, 2005). Terapi Bakam Kering adalah suatu

Berdasarkan studi pendahuluan yang pengobatan dengan cup yaitu alat untuk

dilakukan di Praktek Perawat Latu Usadha membekam yang menghisap kulit dan

kecamatan Abiansemal, Badung dalam tiga jaringan di bawah kulit, sehingga

bulan terakhir tahun 2011 diperoleh data komponen darah mengumpul di bawah

bahwa 80 % pasien yang datang dengan kulit tanpa pengeluaran darah, yang

keluhan nyeri. Nyeri yang dikeluhkan bertujuan melakukan perbaikan

sebagian besar terdiri atas 70 % nyeri mikrosirkulasi pembuluh darah. Akibatnya

kepala primer. Upaya yang dapat timbul efek relaksasi (pelemasan otot-otot

dilakukan untuk mengurangi nyeri kepala yang kaku dan tegang) (Umar, 2010),

primer adalah berbagai tindakan sehingga dapat mengurangi keluhan nyeri.

keperawatan komplementer sesuai dengan Penelitian ini bertujuan untuk

Peraturan Menteri Kesehatan Republik mengetahui sejauhmana terapi bekam

Indonesia nomor HK.02.02/MENKES/ kering dapat menurunkan nyeri pada

148/I/2010 tentang Izin dan penderita nyeri kepala primer.

Penyelenggaraan Praktik Perawat dalam

BAB III, sebagaimana disebutkan dalam METODE

ayat 3 yaitu Praktik Keperawatan Penelitian ini menggunakan

dilaksanakan melalui kegiatan pelaksanaan rancangan penelitian pre-eksperimental

asuhan keperawatan, pelaksanaan upaya dengan pendekatan one group pre-test dan

promotif, preventif, pemulihan, dan post-test design tanpa kelompok kontrol

pemberdayaan masyarakat serta dan teknik sampling yang digunakan yaitu

dengan teknik insidental sampling.


Penelitian ini dilakukan dalam kurun dirasakan semakin berkurang. Responden

waktu 3 minggu yaitu dari tanggal 28 April pada rentang umur 30-40 tahun mengalami

- 25 Mei 2012, dengan responden yang skala nyeri dengan skor rerata 7,05

diperoleh sebanyak 32 orang. Pengukuran sedangkan 51-59 tahun mengalami skala

skala nyeri mempergunakan skala nyeri nyeri dengan skor rerata 7. Rata-rata

numerik 0-10. penurunan nyeri dilihat dari umur

didapatkan hasil bahwa rerata penurunan

HASIL DAN PEMBAHASAN nyeri paling banyak ditemukan pada

Jumlah sampel yang ditemukan rentang usia 51-59 tahun yaitu sebesar 3

sebanyak 32 orang, dengan karakteristik skor. Hal ini disebabkan karena terjadi

responden sebagai berikut: penurunan persepsi terhadap nyeri yang


Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan
Umur dirasakan seiring dengan bertambahnya
N Umur Freku Perse Cumula
o respond ensi ntase tive umur akibat proses penuaan (Smeltzer,
en (n) (%) Persent
ase (%) 2002).
1 30-40 th 19 59,4 59,4
2 41-50 th 8 28,1 87,5 Intensitas nyeri pada nyeri kepala
3 51-59 th 4 12,5 100
primer adalah gambaran tentang seberapa
Jumlah 32 100
parah nyeri yang dirasakan oleh individu
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat
terkait dengan nyeri kepala primer yang
bahwa sebagian besar responden pada
bersifat subjektif individual sehingga
penelitian ini berada pada umur 30-40
intensitas nyeri yang sama dapat dirasakan
tahun (59,4%). Dalam penelitian ini
berbeda oleh orang yang berbeda (Potter
didapatkan bahwa responden pada rentang
dan Perry, 2005). Nyeri direspon berbeda
umur 30-40 tahun menduduki jumlah
oleh setiap individu karena dipengaruhi
terbanyak yang mengalami nyeri kepala
oleh beberapa faktor yaitu usia dan tahap
primer. Selain itu juga didapatkan bahwa
perkembangan, jenis kelamin, etnis dan
semakin meningkat umur skala nyeri yang
budaya, lingkungan, pengalaman nyeri responden berjenis kelamin laki-laki

sebelumnya, cara memaknai nyeri, (62,5%). Berbeda dengan hasil penelitian

kecemasan dan stres (Mansjoer dkk, 1999). yang dilakukan oleh Sjahrir dkk (2003) di

Usia dan tahap perkembangan sangat Medan terhadap mahasiswa Fakultas

mempengaruhi respon terhadap nyeri. Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Dalam penelitian seluruh responden berada didapatkan bahwa prevalensi nyeri kepala

dalam rentang umur dewasa. Umumnya primer dialami lebih banyak pada wanita

pada dewasa keluhan nyeri bisa dirasakan yaitu 88%. Hal ini disebabkan karena

sebagai nyeri yang hebat dan pada lansia adanya keterlibatan faktor hormonal

nyeri dianggap suatu bagian dari proses sebagai pencetus nyeri. Laki-laki dan

penuaan dan mengakui rasa nyeri adalah wanita tidak mempunyai perbedaan secara

hal yang sulit diterima sehingga terkadang signifikan mengenai respon mereka

diabaikan dan kurang mendapatkan terhadap nyeri. Masih diragukan bahwa

penanganan. Sejalan dengan penjelasan jenis kelamin merupakan faktor yang

Smeltzer (2002) bahwa pada lansia terjadi berdiri sendiri dalam ekspresi nyeri.

perubahan neurofisiologis akibat proses Misalnya anak laki-laki harus berani dan

penuaan sehingga terjadi penurunan tidak boleh menangis dimana seorang

persepsi terhadap nyeri yang dirasakan dan wanita dapat menangis dalam waktu yang

terjadi penurunan elastisitas kulit, maka sama (Gill, 1990 dalam Potter & Perry,

dari itu pada penelitian ini rentang umur 2005). Toleransi terhadap nyeri

lansia tidak dimasukkan dalam kriteria dipengaruhi oleh faktor-faktor biokimia

responden untuk dilakukan penelitian. dan merupakan hal yang unik pada setiap

Berdasarkan hasil penelitian yang individu, tanpa memperhatikan jenis

telah dilakukan terhadap 32 responden kelamin (Potter & Perry, 2005)

didapatkan bahwa sebagian besar


Gambaran skala nyeri responden sebanyak delapan responden (25%)

sebelum dan setelah dilakukan bekam termasuk kedalam kategori nyeri ringan

kering dapat dilihat pada table berikut: dan tidak ada lagi responden yang

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Skala Nyeri mengeluh nyeri berat setelah diberikan
Sebelum dan Setelah Diberikan
Terapi Bekam Kering terapi bekam kering.
Skala Nyeri Skala Nyeri Skala nyeri responden sebelum
Sebelum Setelah
Diberikan Diberikan diberikan terapi bekam kering sebagian
Terapi Terapi Bekam
Skala Bekam Kering besar mengalami nyeri dengan rerata skor
Nyeri Kering
Fre Perse Freku Persen nyeri 7,03 (nyeri berat). jenis kelamin
kue ntase ensi tase
nsi (%) (n) (%) perempuan cenderung memiliki skor nyeri
(n)
Ringan 0 0 8 25 yang lebih tinggi daripada laki-laki. Usia
(1-3)
Sedang 8 25 24 75 responden pada rentan umur 30-40 tahun
(4-6)
Berat (7- 24 75 0 0 memiliki skor nyeri lebih tinggi daripada
9)
Total 32 100 32 100 responden pada rentan umur 41-50 dan

Berdasarkan tabel 2, didapatkan 51-59 tahun. Setelah diberikan terapi

gambaran skala nyeri responden sebelum bekam kering didapatkan rerata skor nyeri

diberikan terapi bekam kering dimana sebesar 4,28. Dapat disimpulkan bahwa

kategori skor terbanyak adalah skala nyeri terjadi penurunan rata-rata skala nyeri

berat (7-9) yaitu 24 responden (75%) pasien dengan nyeri kepala primer setelah

sisanyanya sebanyak 8 responden (25%) diberikan terapi bekam kering yaitu rata-

termasuk ke dalam kategori nyeri sedang. rata sebesar 3 skor.

Gambaran skala nyeri setelah diberikan Untuk mengetahui pengaruh terapi

terapi bekam kering dimana kategori nyeri bekam kering terhadap penurunan nyeri

terbanyak adalah nyeri sedang (4-6) yaitu pada pasien dengan nyeri kepala primer

sebanyak 24 responden (75%). Sisanya dilakukan uji statistik dengan


komputerisasi. Berikut ini disajikan penurunan skala nyeri yang dirasakan pada

diagram skala nyeri sebelum dan setelah responden.

diberikan terapi bekam kering. Hasil ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Romy L, dkk pada

tahun 2011 tentang pengaruh pemberian

terapi bekam kering terhadap nyeri leher.

Dalam penelitian ini diperoleh skala nyeri

responden yang mengalami nyeri leher

didapatkan sebelum diberikan terapi

bekam kering sebagian besar mengalami


Gambar 1 Skala Nyeri Sebelum dan Setelah
Diberikan Terapi Bekam Kering
nyeri berat dengan rerata skor nyeri 7
Berdasarkan gambar 1 skala nyeri (nyeri berat).
sebelum dan setelah diberikan terapi Nyeri kepala primer terjadi akibat
bekam kering dapat dilihat perubahan yang spasme otot perikranium. Ketegangan
terjadi pada skala nyeri sebelum dan emosi seringkali akan menyebabkan
setelah diberikan terapi bekam kering. spasme otot, khususnya otot-otot yang
Sebagian besar responden sebelum melekat pada kulit kepala dan otot leher
diberikan terapi bekam kering mengeluh yang melekat pada oksiput, dan keadaan
nyeri dengan skala 7 (nyeri berat) dan ini merupakan penyebab umum dari
setelah diberikan terapi bekam kering timbulnya nyeri kepala Primer (Guyton &
adalah skala 4 (nyeri sedang). Dari hasil Hall, 2006). Emosi dan ketegangan yang
mean, median dan modus pada skala nyeri berlangsung lama akan menimbulkan
sebelum dan sesudah diberikan terapi reflek vasospasme beberapa pembuluh
bekam kering dapat disimpulkan terjadi arteri kepala, termasuk pembuluh arteri

yang memasok ke otak. Secara teoritis,


vasospasme akan menimbulkan iskemia mast. Akibat kerusakan ini akan dilepaskan

sebagian otak dan regangan yang hebat beberapa zat seperti serotonin, histamin,

pada dinding arteri termasuk arteri bradikinin dan slow reacting subtance

ekstrakranial seperti arteri temporalis akan (SRS). Zat-zat ini menyebabkan terjadinya

menimbulkan nyeri kepala yang jelas. dilatasi kapiler pada daerah yang dibekam.

Hasil penelitian menunjukkan Dilatasi kapiler juga dapat terjadi di tempat

penurunan rerata skala nyeri responden yang jauh dari tempat pembekaman. Ini

setelah diberikan terapi bekam kering. menyebabkan terjadinya perbaikan

Rerata skala nyeri yang dirasakan mikrosirkulasi pembuluh darah. Akibatnya

responden setelah diberikan terapi bekam timbul efek relaksasi atau pelemasan otot-

kering berada pada skala 4,28 (nyeri otot kaku dan tegang yang merupakan

sedang). Hasil ini sejalan dengan salah satu faktor penyebab timbulnya nyeri

penelitian yang dilakukan oleh Romy L, kepala primer (Umar, 2010).

dkk pada tahun 2011 tentang pengaruh Data dikatakan berdistribusi normal

pemberian terapi bekam kering terhadap apabila nilai signifikan (p>0,05). Karena

nyeri leher. Dalam penelitian ini diperoleh distribusi kedua data berbeda, maka

skala nyeri responden setelah diberikan analisis dapat dilanjutkan dengan

terapi bekam kering sebagian besar berada menggunakan uji non parametrik yaitu

pada skala 4 (nyeri sedang). Sehingga Wilcoxon Test dengan tingkat kemaknaan

dapat disimpulkan bahwa sebagian besar atau kesalahan 5%.

responden mengalami penurunan skala


Hasil analisis data dengan
nyeri setelah diberikan terapi bekam
menggunakan uji Wilcoxon Test dengan α =
kering. Terapi bekam kering bekerja pada
0,05 mendapatkan nilai z hitung atau z
titik tertentu di bawah kulit yang
output lebih besar dari z tabel (–5,047 > –
menyebabkan terjadinya kerusakan dari sel
1,736) menunjukkan terdapat perbedaan
yang signifikan antara skala nyeri sebelum terhadap penurunan skala nyeri pada

dan setelah diberikan terapi bekam kering. pasien dengan nyeri kepala primer

Selain itu nilai z hitung bernilai negatif (-) (p=0,000;α=0,05)

yang berarti menunjukkan penurunan skala Hasil penelitian ini didukung oleh

nyeri sebelum dan sesudah diberikan terapi penelitian yang dilakukan oleh Alireza

bekam kering dan didapatkan hasil bahwa Ahmadi, dkk pada tahun 2008 bahwa

nilai signifikansi (p) yaitu 0,000 yang dalam penelitian ini didapatkan skor

berarti p<0,05 dengan tingkat kesalahan keparahan nyeri kepala menurun setelah

5% maka Ho (nol) ditolak yang artinya ada pengobatan terapi bekam basah. Skor nyeri

pengaruh terapi bekam kering terhadap rata-rata 4,27 sebelum diberikan terapi

penurunan nyeri pada pasien dengan nyeri bekam basah dan rata-rata 1,46 setelah

kepala primer. diberikan terapi bekam basah. Jadi dapat

Hasil penelitian mengenai pengaruh disimpulkan pada penelitian ini ada

terapi bekam kering terhadap penurunan pengaruh yang signifikan pemberian terapi

skala nyeri pada pasien dengan nyeri bekam basah terhadap penurunan nyeri

kepala primer menunjukkan bahwa adanya kepala tipe tegang dan migrain.

perbedaan yang signifikan antara skala Penelitian lain oleh Romy Lauche,

nyeri sebelum dan setelah diberikan terapi dkk tahun 2011 tentang pengaruh terapi

bekam kering pada pasien dengan nyeri bekam kering terhadap nyeri leher kronik

kepala primer (z hitung = –5,047; z tabel = non spesifik disebutkan bahwa responden

–1,736). Nilai z hitung bernilai negatif (-) yang mendapatkan terapi bekam kering

yang berarti menunjukkan penurunan skala efektif dalam mengurangi nyeri leher

nyeri sebelum dan sesudah diberikan terapi kronik non spesifik dibandingkan dengan

bekam kering. Maka dapat disimpulkan responden yang tidak diberikan terapi

bahwa ada pengaruh terapi bekam kering bekam kering. Sebagian pasien
melaporkan nyeri leher berkurang dan bekam kering dapat memunculkan respon

merasakan otot leher lebih terasa tidak relaksasi. Respon relaksasi ini terjadi,

tegang setelah dilakukan terapi bekam apabila dilakukan pembekaman pada satu

kering, sehingga dapat disimpulkan poin. Melalui terapi bekam kering

terdapat perbedaan yang signifikan antara penyebab nyeri kepala yang disebabkan

skala nyeri pada pasien yang mendapatkan oleh spasme otot dan vasospasme

terapi bekam kering dibandingkan dengan pembuluh darah dapat memunculkan

pasien yang tidak mendapatkan terapi respon relaksasi. Respon relaksasi ini

bekam kering. terjadi, apabila dilakukan pembekaman

Penelitian selanjutnya yang pada satu poin, yaitu titik yang berada

mendukung yaitu penelitian yang pada pertemuan leher dengan dua bahu

dilakukan oleh Mohamed Wali pada tahun (titik yang dianjurkan untuk

2007 tentang pengaruh pemberian terapi menghilangkan nyeri kepala, mewakili

bekam terhadap skala nyeri pada pasien organ-organ bagian atas), maka di kulit

dengan nyeri lutut. Dari Penelitian ini (kutis), jaringan bawah kulit (sub kutis),

menunjukkan perbaikan nyeri yang fascia dan ototnya akan terjadi kerusakan

dirasakan oleh responden sebagai akibat dari sel mast dan lain-lain. Akibat

dari terapi bekam. Dapat disimpulkan kerusakan ini akan dilepaskan beberapa zat

bahwa terdapat ada pengaruh yang seperti serotonin, histamin, bradikinin dan

signifikan pemberian terapi bekam slow reacting subtance (SRS). Zat-zat ini

terhadap skala nyeri dan range of motion menyebabkan terjadinya dilatasi kapiler

untuk pasien dengan nyeri lutut anterior. dan arteriol, serta flare reaction pada

Dari uraian di atas maka dapat daerah yang dibekam. Dilatasi kapiler juga

disimpulkan bahwa terapi bekam kering dapat terjadi di tempat yang jauh dari

efektif dalam menurunkan nyeri. Terapi tempat pembekaman. Ini menyebabkan


terjadinya perbaikan mikrosirkulasi Penelitian lainnya menunjukkan

pembuluh darah. Akibatnya, timbul efek bahwa pembekaman di kulit akan

relaksasi (pelemasan) otot-otot yang kaku menstimulasi kuat saraf permukaan kulit

(Umar, 2010). yang akan dilanjutkan pada cornu posterior

Efek relaksasi akan diteruskan ke medulla spinalis melalui saraf A-delta dan

hipotalamus untuk menghasilkan C, serta traktus spina thalamicus ke arah

Corticotrophin Releasing Factor (CRF) thalamus yang akan menghasilkan

serta releasing factors lainnya oleh endorphin sehingga produksi endorpin

adenohipofise. Selanjutnya CRF meningkat. Sedangkan sebagian

merangsang kelenjar pituitary untuk rangsangan lainnya akan diteruskan

meningkatkan produksi melalui serabut aferen simpatik menuju ke

Proopioidmelanocortin (POMC) sehingga motor neuron dan menimbulkan reflek

produksi enkephalin oleh medulla adrenal intubasi nyeri. Dengan meningkatnya

meningkat. Enkefalin adalah peptida kecil produksi enkepalin dan endorphin dapat

yang menyebabkan inhibisi prasinaps menghambat penyaluran stimulus nyeri

serabut tipe C dan A-delta di spina. sehingga sensasi nyeri menjadi berkurang.

Inhibisi ini mengurangi penyaluran (Umar, 2010).


Berdasarkan teori “gate control”
stimulus nyeri keluar medulla spinalis
menjelaskan juga bahwa penyaluran
sehingga dapat mengurangi rasa nyeri.
impuls nyeri yang melewati gerbang nyeri
Selain itu CRF akan menyebabkan
yang terdapat pada daerah kornu dorsalis
terbentuknya ACTH, corticotrophin,
mengalami modifikasi nyeri, dimana
corticosteroid. Corticosteroid ini
didaerah ini akan dikeluarkan suatu
mempunyai efek menyembuhkan
substansi yaitu enkefalin yang akan
peradangan serta menstabilkan
menghambat pengeluaran substansi P.
permeabilitas sel (Umar, 2010).
Substansi P merupakan suatu substansi
yang dikeluarkan oleh kornu dorsalis jika atau sistem kontrol desenden yang bekerja

terdapat adanya impuls nyeri. Sustansi ini dengan melepaskan neuromodulator yang

berfungsi sebagai pencetus timbulnya menghambat transmisi nyeri yaitu

nyeri dan penyaluran/transmisi impuls enkefalin (Potter & Perry, 2005). Enkefalin

nyeri dari jaras aferen menuju jaras ini yang akan menghambat pengeluaran

spinotalamus. substansi P pada kornu dorsalis sehingga


Pengeluaran enkefalin ini dapat
transmisi impuls nyeri dapat dihambat.
dirangsang dengan melakukan Dengan memberikan terapi bekam

pembekaman pada area yang sakit dalam pada satu titik yaitu titik yang berada pada

hal ini nyeri kepala primer yaitu pada titik pertemuan leher dengan dua bahu akan

yang berada pada pertemuan leher dengan memberikan respon relaksasi. Efek

dua bahu (titik yang dianjurkan untuk relaksasi akan diteruskan ke hipotalamus

menghilangkan nyeri kepala, mewakili untuk menghasilkan Corticotrophin

organ-organ bagian atas) (Umar, 2010). Releasing Factor (CRF) serta releasing

Terapi bekam merupakan salah satu teknik factors lainnya oleh adenohipofise.

penanganan nyeri secara nonfarmakologi. Selanjutnya CRF merangsang kelenjar

Pemberian terapi bekam kering akan pituitary untuk meningkatkan produksi

merangsang saraf Beta A yang berdiameter Proopioidmelanocortin (POMC) sehingga

besar yang memiliki kecepatan 30-70 produksi enkephalin oleh medulla adrenal

m/detik. Saraf beta juga akan menyalurkan meningkat. Pengeluaran enkefalin akan

impuls melewati traktus spinotalamus atau menghambat substansi P yang dilepaskan

jalur ascenden kemudian akan berakhir oleh nosiseptor sebagai zat-zat kimiawi

pada bagian otak tengah. Kemudian impuls yang merangsang nyeri, sehingga impuls

ini akan menstimulasi daerah tersebut nyeri dapat dihambat dan nyeri bisa

untuk mengirimkan kembali ke bawah berkurang atau tidak dirasakan (Potter &

yaitu pada kornu dorsalis medula spinalis Perry, 2005).


Berdasarkan hasil teori yang telah Indrasari, Devi. 2009. 100 % Sembuh
Tanpa Dokter. Cetakan I.
dikemukakan, maka dapat disimpulkan Yogyakarta: Pustaka Grhtama.

bahwa terapi bekam kering bermanfaat Mansjoer, A., Triyanti, K., Savitri R.,
Wardhani, W., Setiowulan W. 1999,
untuk menurunkan skala nyeri pada pasien Kapita Selekta Kedokteran Edisi
Ketiga Jilid 1. Jakarta : Media
dengan nyeri kepala primer di Praktek Aesculapius.

Perawat Latu Usada, Abiansemal, Badung. Mohamed W. 2007. An investigation into


the effect of Cupping Therapy as a
treatment for Anterior Knee Pain
SIMPULAN and its potential role in Health
Promotion. Journal of Alternative
Peneltian menemukan rentang umur Medicine. 4(1): 1540-2584

responden 30-40 tahun sebanyak 59,4%. Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor
Hasil analisa data yang menggunakan uji HK.02.02/MENKES tentang Izin
dan Penyelenggaraan Praktik
wilcoxon didapatkan hasil dengan nilai Perawat. 2010.
(hhtp://www.gizikia.depkes.go.id/pe
signifikansi (p) yaitu 0,000 yang berarti rmenkes-no-148-ttg-praktik-pwt-
201, diakses 3 Februari 2012).
p<0,05 dengan tingkat kemaknaan atau
Peraturan Menteri Kesehatan Republik
kesalahan 5% sehingga dapat disimpulkan Indonesia Nomor
1109/MENKES/PER/IX/2007
bahwa terapi bekam kering dapat tentang Penyelenggaraan
Pengobatan Komplementer
menurunkan nyeri pada pasien dengan Alternatif di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan. 2007.
nyeri kepala primer. (hhtp://www.gizikia.depkes.go.id,
diakses 4 Februari 2012).
DAFTAR RUJUKAN
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar
Fundamental Keperawatan. Edisi
Guyton & Hall. 1997. Fisiologi keempat. Jakarta: EGC.
Kedokteran. Jakarta:EGC.
Romy L., Holger C., Kyung-Eun Choi,
Ho KH, Ong BKC. 2002. A community Thomas R., Felix J., Gustav J., and
based study of headache diagnosis Frauke M. 2011. The influence of a
and prevalence in Singapore. series of five dry cupping
Cephalalgia; 23:6-13. treatments on pain and mechanical
thresholds in patients with chronic
Howard and Lawrence. 2002. Buku saku non-specific neck pain.
Neurologi. Jakarta: EGC. Complementary and Alternative
Medicine. 63(11): 1472-6882
Sjahrir dan Nasution D. 2003. Prevalensi
nyeri kepala paroksismal pada
mahasiswa FK.USU Medan.
dibacakan di Biennieal Meeting
PNPNCh, Surabaya.

Sjahrir, H. 2004. Mekanisme terjadinya


Nyeri Kepala Primer dan Prospek
Pengobatannya. Medan:
Universitas Sumatera Utara:3-5.

Sjahrir H. 2009. Insidens jenis penyakit


pasien yang berobat jalan
dipraktek klinik saraf Klinik
spesialis Bunda. Cermin dunia
Kedokteran, 36 (6) : 399-402.

Sjahrir, Iqbal & Rambe. 2005.


Perbandingan Nilai Visual Analog
Scale dengan Skala Verbal Derajat
Nyeri Kepala Pada Penderita Nyeri
Kepala Primer di RSUP Adam
Malik Medan. Majalah Kedokteran
Nusantara volume 38 (4) :279-280

Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar


Keperawatan Medikal Bedah :
Brunner & Suddarth, Edisi 8,
Volume 3, EGC : Jakarta.

Umar, Wadda. 2010. Bebas Stroke dengan


Bekam. Surakarta: Thibbia.

Anda mungkin juga menyukai