Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun oleh :
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
KATA PENGHANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan paper yang berjudul “African
Swine Fever”. Kami sangat berharap paper ini dapat bermanfaat dalam rangka
menambah pengetahuan juga wawasan.
Kami menyadari bahwa di dalam paper ini masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan
adanya kritik dan saran demi perbaikan paper yang kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Penyusun
Kelompok B3
ii
DAFTAR ISI
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 1
1.3 Tujuan ............................................................................................................ 1
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Etiologi Arican Swine Fever ........................................................................... 3
2.2 Epidemiologi Arican Swine Fever .................................................................. 4
2.3 Patogenesis ..................................................................................................... 5
2.4 Gejala Klinis ................................................................................................... 6
2.5 Histopatologis ................................................................................................ 7
2.6 Diagnosa African Swine Fever ...................................................................... 10
2.7 Pengobatan ..................................................................................................... 12
2.8 Pencegahan ..................................................................................................... 12
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 12
iii
DAFTAR GAMBAR
perivascular diikat dan terjadi degenerasi limfosit dalam pembuluh darah. .......... 8
Gambar 2c. Hilangnya agregasi folikel dari kelenjar getah bening sternum pada
lapisan kortikal yang terkait dengan edema parah ................................................ 8
Gambar 2d. Paru-paru menunjukkan area edema parah dan kehilangan bahan
seluler .................................................................................................................... 8
Gambar 2e. Ginjal menunjukkan kehilangan renal glomeruli (panah hitam) ....... 9
Gambar 3b. ASF virus di dalam Limpa dengan perkiraan ukuran 175 nm
iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui bagaimana etiologi dari penyakit African Swine Fever
1
b. Untuk mengetahui epidemiologi dari penyakit African Swine Fever
c. Untuk mengetahui patogenesis dari penyakit African Swine Fever
d. Untuk mengetahui gejala klinis dari penyakit African Swine Fever
e. Untuk mengetahui gambaran patologis dari penyakit African Swine Fever
f. Untuk mengetahui diagnosa dari penyakit African Swine Fever
g. Untuk mengetahui pencegahan dan pengobatan dari penyakit African
Swine Fever
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.2 EPIDEMIOLOGI ARICAN SWINE FEVER
African Swine Fever dapat ditularkan melalui vektor atau tanpa vektor
sebagai perantara. Babi domestik dapat melepaskan ASFV dalam ekskresi dan
sekresi melalui cairan oronasal, urin, dan feses. Penumpahan virus dapat
dimulai 2 hari sebelum timbulnya tanda-tanda klinis. Sebagian besar virus ini
terdapat di dalam darah, dapat ditularkan pada saat dilakukan nekropsi,
perkelahian babi, dan ketika babi mengalami diare berdarah.
ASFV dapat masuk kedalam tubuh melalui berbagai selaput lendir setelah
kontak langsung (non-tickborne) dengan babi yang terinfeksi atau lingkungan.
Hewan juga dapat terinfeksi melalui inhalasi dan pakan. ASFV dapat bertahan
di dalam jaringan, dapat tertular jika diberikan makanan babi yang mentah
yang mengandung jaringan hewan yang terinfeksi.
4
seperti nyamuk dan lalat dapat menularkan ASFV secara mekanis. ASFV
ditemukan pada kutu babi (Haematopinus suis) yang terinfeksi secara
eksperimental.
2.3 PATOGENESIS
Pada umumnya, virus ASF masuk ke dalam tubuh babi melalui dua cara,
yakni : pertama, secara langsung melalui mulut dan hidung; dan yang kedua
melalui rute lain seperti kulit, subkutan dan melalui gigitan kutu.
5
Penyebaran virus ASF ke berbagai daerah, biasanya disebabkan oleh
beberapa hal, satu diantaranya : sebagai akibat dari daging babi yang tidak
dimasak dan menjadi limbah. Sehingga, bila terbawa kapal atau pesawat maka
akan menyebar ke daerah lain. Pada tahap berikutnya, bila babi-babi yan sehat
melakukan kontak langsung dengan babi-babi yang sakit, maka pada saat itu
lah virus ASF disebarkan ke hewan-hean lain
6
4 minggu. Lesi ptekie dan sianotik telah dilaporkan pada beberapa hewan
yang pulih.
2.5 Histopatologis
Pada kasus asf ini secara histopatologi terjadi degenerasi jaringan yang
parah (nekrosis) dan gangguan sirkulasi seperti edema, perdarahan hebat dan
infark yang diamati di semua jaringan. Sebagian llimpa nekrosis diikuti
dengan infiltrasi pembuluh darah dan dikelilingi oleh degenerasi limfosit (gbr.
2a-e). Temuan ini terlihat di semua sampel yang dikumpulkan. Partikel virus
pada limpa berbentuk icosahedral yang berukuran antara 169-206 nm oleh em
ditunjukkan pada gambar 3a-d.
7
Gambar 2b. Gambar 2b. Nekrosis hati yang menunjukkan adanya
kehilangan sel, perivascular diikat dan terjadi degenerasi limfosit dalam
pembuluh darah.
Gambar 2c. hilangnya agregasi folikel dari kelenjar getah bening sternum
(panah putih) pada lapisan kortikal yang terkait dengan edema parah (panah
hitam).
Gambar 2d. Paru-paru menunjukkan area edema parah dan kehilangan
bahan seluler (panah putih dan hitam).
8
Gambar 2e. Ginjal menunjukkan kehilangan renal glomeruli (panah
hitam).
9
Gambar 3c. Limpa menunjukkan adanya virus ASF yang berbentuk
icosahedral (TEM mag. X 70.000).
Gambar 3d. Virus ASF pada Limpa diperkirakan berukuran 170 x 92 nm
(TEM mag. X 70.000).
African swine fever dapat didiagnosis dengan virus isolasi. Virus ini bisa
dideteksi dalam darah dari kehidupan hewan atau jaringan (terutama limpa,
ginjal, amandel dan kelenjar getah bening) dikumpulkan pada nekropsi. ASFV
tidak ditemukan di janin yang gagal; dalam kasus aborsi, sampel darah
seharusnya dikumpulkan dari bendungan jenis sel yang digunakan untuk virus
isolasi termasuk babi leukosit atau sumsum tulang belakang,makrofag alveolar
porselen dan kultur monosit darah. Salah satu studi baru-baru ini
menggunakan sel MARC-1. Sel yang terinfeksi ASFV dapat dideteksi oleh
mereka kemampuan untuk menginduksi hemadsorpsi eritrosit babi ke organ
10
permukaan. Beberapa isolat nonhegisorbing bisa dilewatkan dengan tes ini;
Sebagian besar virus ini avirulen, tapi beberapa menghasilkan penyakit akut
dan simtomatik. PCR atau immunofluorescence juga bisa digunakan untuk
mendeteksi virus, dan PCR dapat digunakan untuk mengkonfirmasi
identitasnya.
11
Gambar 4. Bentuk virus dari African swine fever virus
2.7 PENGOBATAN
2.8 PENCEGAHAN
12
setidaknya selama 30 menit, dengan pengadukan yang sering atau terus
menerus. Dinding kokoh tanpa retak dianggap sebagai bahan bangunan yang
optimal untuk mencegah pembentukan kutu Ornithodoros dan memfasilitasi
kontrol. Acaricides umumnya tidak efektif di mana kayu, batu, tanah atau
dinding / pagar logam yang tumpang tindih menyediakan tempat
persembunyian untuk kutu ini.
13
mencegah kontak dengan reservoir liar telah didirikan di beberapa bagian
Afrika di mana pengenalan yang dimediasi oleh warthog menjadi perhatian.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
15
DAFTAR PUSTAKA
AR, Jambalang, A. Benjamin, et al. 2017. Detection of African Swine Fever Virus
by Histopathology and Transmission Electron Microscopy. National
Veterinary Research Institute Vom. Vol 35 (4) 1078-1083.
16