Anda di halaman 1dari 10

BAB 3

PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN YANG


BERLANDASKAN
PADA NILAI-NILAI LUHUR

Kebudayaan merupakan identitas suatu bangsa yang dapat


membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lainnya. Identitas
budaya terdiri atas perangkat konsep dan nilai-nilai yang mengatur
hubungan antara manusia dan Tuhan, antarsesama manusia serta
antara manusia dan alam semesta. Dalam memasuki milenium ketiga
yang antara lain, ditandai dengan terjadinya perubahan tata nilai
sebagai akibat adanya interaksi antarbudaya dalam proses globalisasi
yang sedang melanda dunia, bangsa Indonesia menghadapi tantangan
yang berat dalam pembangunan bidang kebudayaan. Untuk itu,
upaya pembangunan karakter bangsa masih membutuhkan kerja
keras yang persisten dan konsisten sehingga mampu mengatasi
ketertinggalan. Sinergi segenap komponen bangsa dalam
melanjutkan pembangunan karakter bangsa terus diperkuat dalam
rangka mewujudkan bangsa yang berkarakter, maju, berdaya saing,
dan mewujudkan bangsa Indonesia yang bangga terhadap identitas
nasional yang dimiliki, seperti nilai budaya dan bahasa.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk revitalisasi dan
reaktualisasi nilai budaya serta pranata sosial kemasyarakatan. Upaya
tersebut telah menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan yang,
 
 
antara lain, ditandai oleh semakin berkembangnya berbagai dialog
lokal, nasional, dan internasional; tumbuhnya pemahaman atas
keberagaman; dan menurunnya eskalasi konflik lokal horizontal di
dalam masyarakat. Oleh karena itu, pengembangan dan pembinaan
kebudayaan nasional diarahkan untuk mempertinggi derajat
kemanusiaan bangsa, melalui (1) mengaktualisasikan nilai-nilai
budaya bangsa dan penguatan ketahanan budaya dalam menghadapi
derasnya arus budaya global; (2) meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam mengapresiasi pesan moral yang terkandung pada
setiap kekayaan dan nilai-nilai budaya bangsa; serta (3) mendorong
kerja sama yang sinergis antarpemangku kepentingan dalam
pengelolaan kekayaan budaya.

I. Permasalahan yang Dihadapi


Pengembangan kebudayaan yang sudah dilakukan sampai saat
ini belum sepenuhnya sesuai dengan harapan karena masih rentannya
soliditas budaya dan pranata sosial yang ada di dalam masyarakat
sehingga potensi konflik belum sepenuhnya dapat diatasi. Hal itu
diperberat dengan munculnya kecenderungan penguatan orientasi
primordial, seperti kelompok, etnis, dan agama yang berpotensi
memperlemah keharmonisan bangsa. Permasalahan tersebut, antara
lain, disebabkan oleh berbagai perubahan tatanan kehidupan,
termasuk tatanan sosial budaya yang berdampak pada terjadinya
pergeseran nilai-nilai di dalam kehidupan masyarakat.
Isu dinamika sosial dalam kemajemukan budaya merupakan
suatu hal yang perlu mendapat perhatian. Dalam konteks
kemajemukan, setiap masyarakat perlu mengembangkan derajat
kesetaraan antarkelompok etnis yang berbeda sehingga
pengembangan hubungan sosial yang dinamis merupakan strategi
dasar bagi terciptanya representasi kolektif yang terdiri atas nilai-
nilai lokal kelompok etnis.
Secara umum, permasalahan yang masih dihadapi dalam
pengembangan kebudayaan, antara lain adalah (1) pembangunan
ekonomi yang belum mampu diimbangi oleh pembangunan karakter
bangsa mengakibatkan terjadinya krisis budaya yang dapat
memperlemah jati diri bangsa (nasional) dan ketahanan budaya, (2)

03 - 2
kemampuan bangsa dalam mengelola keragaman budaya belum
optimal yang ditandai oleh (a) adanya disorientasi tata nilai seperti
nilai solidaritas sosial, kekeluargaan, keramahtamahan sosial dan
rasa cinta tanah air; dan (b) adanya kecenderungan pengalihan ruang
publik ke ruang privat mengakibatkan terbatasnya tempat penyaluran
aspirasi masyarakat multikultur; (3) identitas nasional mengalami
penurunan, yang ditandai oleh (a) belum memadainya pembentukan
sikap moral dan penanaman nilai budaya yang mengakibatkan
adanya kecenderungan semakin menguatnya nilai-nilai materialisme;
dan (b) kemampuan masyarakat dalam menyeleksi nilai dan budaya
global masih terbatas sehingga terjadi pengikisan nilai-nilai budaya
nasional yang positif; serta (4) komitmen pemerintah dan masyarakat
dalam mengelola kekayaan budaya belum optimal karena terbatasnya
pemahaman, apresiasi, dan komitmen, yang ditandai oleh (a)
terjadinya pelanggaran terhadap Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1992 tentang Benda Cagar Budaya seperti pencurian,
penyelundupan, dan perusakan benda cagar budaya; (b) adanya
berbagai kekayaan budaya dan kekayaan intelektual yang belum
terdaftar di Departemen Hukum dan HAM; dan (c) kemampuan
pemerintah daerah dalam mengelola kekayaan budaya, baik
kemampuan fiskal maupun kemampuan manajerial masih terbatas.

II. Langkah-Langkah Kebijakan dan Hasil-Hasil yang Dicapai


Berdasarkan permasalahan yang dihadapi, upaya
pengembangan kebudayaan sejak tahun 2005 sampai dengan Juni
2008 diarahkan melalui kebijakan (1) mengembangkan modal sosial
untuk mengaktualisasikan nilai-nilai luhur budaya bangsa dalam
menghadapi derasnya arus budaya global dengan mendorong
terciptanya ruang yang terbuka dan demokratis bagi dialog
kebudayaan; (2) mendorong percepatan proses modernisasi yang
dicirikan dengan terwujudnya Negara Kesatuan Republik Indonesia
modern yang berkelanjutan, dan menguatnya masyarakat sipil; (3)
menyelesaikan peraturan perundang-undangan di bidang kebudayaan
serta penyusunan petunjuk pelaksanaannya; (4) reaktualisasi nilai-
nilai kearifan lokal sebagai salah satu dasar pengembangan etika
pergaulan sosial untuk memperkuat identitas nasional; (5)
mengembangkan kerja sama yang sinergis antarpihak terkait dalam

03 - 3
 
upaya pengelolaan kekayaan budaya; dan (6) perwujudan masyarakat
Indonesia yang berkepribadian, berbudi luhur, dan mencintai
kebudayaan Indonesia dan produk dalam negeri.
Untuk meningkatkan kemampuan bangsa dalam mengelola
keragaman budaya dan menciptakan keserasian antarunit sosial dan
budaya dalam bingkai keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI), langkah-langkah kebijakan yang dilakukan
adalah (1) menyelenggarakan berbagai dialog kebudayaan dan
kebangsaan; (2) mengembangkan kesenian dan perfilman nasional;
(3) mengembangkan galeri nasional; (4) melakukan komunikasi,
informasi, dan edukasi (KIE) perfilman dan meningkatkan sensor
film; (5) melakukan stimulasi dan memfasilitasi penyelenggaraan
Festival Film Indonesia dan Festival Budaya Daerah; (6)
mendukung pengelolaan taman budaya daerah; dan (7)
mengoptimalkan koordinasi pengembangan nilai budaya, seni, dan
film.
Hasil-hasil yang dicapai melalui revitalisasi dan reaktualisasi
nilai budaya dan pranata sosial kemasyarakatan telah menunjukkan
hasil yang cukup menggembirakan yang ditandai dengan
berkembangnya pemahaman terhadap pentingnya kesadaran
multikultural dan menurunnya eskalasi konflik horizontal
pascareformasi. Dalam upaya pengelolaan keragaman budaya, hasil
yang telah dicapai pada kurun waktu tahun 2005 sampai dengan Juni
2008 antara lain adalah (1) terlaksananya dialog antarbudaya yang
terbuka dan demokratis untuk mengatasi persoalan bangsa khususnya
dalam rangka kebersamaan dan integrasi; (2) terlaksananya
kampanye hidup rukun dalam keragaman budaya/multikultur; (3)
tersusunnya konsep dasar Neraca Satelit Kebudayaan Nasional
(Nesbudnas); (4) tersusunnya Peta Kesenian Indonesia dan Peta
Budaya Indonesia secara digital dalam program database berikut
pelatihan khusus melalui training of trainers (ToT) bagi tenaga
operatornya untuk melayani kabupaten/kota; (5) terlaksananya
kegiatan jelajah budaya; (6) terselenggaranya program film
kompetitif untuk memotivasi para sineas membuat film cerita; (7)
terselenggaranya Festival Film Indonesia (FFI); (8) terlaksananya
sensor film dan pembuatan Direktori Perfilman Indonesia; (9)
tersusunnya konsep revisi UU No. 8 Tahun 1992 tentang perfilman

03 - 4
sebagai dasar pengembangan perfilman nasional di masa yang akan
datang serta sosialisasinya; (10) terlaksananya koordinasi Tim
Pembuatan Film Noncerita Asing di Indonesia yang bertujuan untuk
menjadikan Indonesia sebagai lokasi syuting film dunia; (11)
terlaksananya pengiriman film Indonesia ke Festival Film
Internasional di Cannes Perancis dan Pusan International Film
Festival di Korea Selatan serta Festival Film Asia Osian’s Cinefan
VII di New Delhi, India; dan memfasilitasi kerja sama asosiasi
pembuat film internasional; (12) terlaksananya kunjungan situs-situs
sejarah, penulisan, dan diskusi dengan tema “Lawatan Sejarah:
Merajut Simpul-Simpul Perekat Bangsa” baik di tingkat lokal
maupun nasional; (13) terlaksananya sosialisasi dan promosi
“Indonesia Performing Arts Mart (IPAM)”; (14) terlaksananya
konservasi lukisan di Museum Le Mayeur; (15) terlaksananya
penyelenggaraan Lomba Lukis dan Cipta Puisi Anak-anak; (16)
terlaksananya penyelenggaraan Festival Sastra Nusantara dan
Pameran Seni Rupa Nusantara; dan (17) terlaksananya penyusunan
naskah akademik Rancangan Undang Undang tentang Kebudayaan;
Dalam rangka meningkatkan ketahanan budaya nasional dan
memperkukuh jati diri bangsa diperlukan filter yang mampu
menangkal penetrasi budaya asing yang bernilai negatif dan mampu
memfasilitasi teradopsinya budaya asing yang bernilai positif dan
produktif. Adapun langkah-langkah kebijakan yang ditempuh adalah
(1) melakukan revitalisasi nilai luhur, budi pekerti dan karakter
bangsa; (2) melakukan pelestarian dan pengaktualisasian nilai-nilai
tradisi; (3) mengembangkan masyarakat adat; (4) mendukung
pengembangan nilai budaya daerah; (6) menyelenggarakan
pelayanan perpustakaan dan informasi kepada masyarakat; dan (7)
memanfaatkan naskah kuno Nusantara.
Adapun hasil-hasil yang telah dicapai dalam upaya
pengembangan nilai budaya pada tahun 2005 sampai dengan bulan
Juni tahun 2008, antara lain adalah (1) terlaksananya inventarisasi
aspek-aspek tradisi untuk menggali kearifan tradisional yang dimiliki
suku bangsa, inventarisasi masyarakat adat yang mencakup upacara
adat, tempat-tempat spiritual dan reinventarisasi kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa; dan Bimbingan Pamong Budaya
Spiritual dan Kepercayaan Komunitas Adat serta perekaman dan

03 - 5
 
penyiaran Kegiatan Budaya Spiritual dan Upacara Adat (2)
tersusunnya nilai-nilai kepercayaan masyarakat suku-suku bangsa;
(3) tersusunnya Naskah Potret Potensi Industri Budaya; (4)
terselenggaranya Gelar Budaya Daerah, Dongeng Anak-anak
Nusantara, Pesta Permainan Tradisional Anak, dan Festival Nasional
Musik Tradisional untuk anak-anak; (5) terlaksananya Festival Seni
Budaya Indonesia; (6) terlaksananya pergelaran Gita Bahana
Nusantara; (7) tersusunnya Undang Undang Nomor 43 tentang
Perpustakaan Nasional; (8) tersusunnya Inpres 16 Tahun 2005
tentang Kebijakan Pembangunan Kebudayaan dan Pariwisata; (9)
terselenggaranya Musyawarah Kerja Nasional Sejarah yang
membahas berbagai aspek muatan kesejarahan dalam kurikulum
pendidikan dan pembentukan kepribadian bangsa dalam konteks
multikultur; (10) penerbitan pedoman dan sosialisasi “Etika
Kehidupan Berbangsa: Rumusan dan Rencana Aksi” yang
merupakan penjelasan operasional dari Tap MPR-RI No. VI/2001
tentang Etika Kehidupan Berbangsa; (11) tersusunnya buku “Bunga
Rampai Berpikir Positif Suku-Suku Bangsa, dan Budaya Berpikir
Positif”; (12) terlaksananya pengenalan nilai-nilai budaya dalam
rangka nation and character building; (13) terlaksananya
penganugerahan penghargaan kebudayaan bagi pelaku dan pemerhati
kebudayaan untuk mendorong partisipasi aktif dalam pengembangan
kebudayaan nasional dan kampanye hidup rukun dalam
kemajemukan; (14) terlaksananya sosialisasi/peningkatan minat dan
budaya baca masyarakat; (15) terlaksananya Kemah Budaya di
Bumi Perkemahan Paneki Donggala Sulawesi Tengah, dan
Perkemahan Budaya Nasional di Kupang, Nusa Tenggara Timur, dan
penyelenggaraan Jelajah Budaya di Polewali Mandar Sulawesi Barat
dan Gorontalo; (16) terselenggaranya Arung Sejarah Bahari I (Ajari
I) untuk memupuk semangat nasionalisme dan cinta lingkungan
alam; (17) terselenggaranya Art Summit Indonesia IV dan Indonesia
Performing Art Mart 2005; (18) terselenggaranya pentas seni
multimedia “Megalitikum Kuantum”; (19) terlaksananya
pementasan opera “I La Galigo” di Lincoln Center, dan di Gedung
Asia Society, New York; (20) terselenggaranya pameran Kebudayaan
Islam untuk meningkatkan citra peradaban Islam di Indonesia yang
berjudul “Crescent Moon: Islamic Arts and Civilization of South
East Asia” di Adelaide dan Canberra, Australia; (21) terlaksananya

03 - 6
pengiriman misi kesenian ke berbagai acara internasional, seperti
Australia Performing Arts Mart (APAM), World Summit on Art and
Culture di New Castle, UK dan China Sanghai International Arts
Festival; penyelenggaraan “Indonesian Night” di Beijing dan Jinan,
Cina yang bekerja sama dengan perkumpulan Indonesia-Tionghoa
(INTI); (22) terselenggaranya Hari Raya Waisak Internasional di
kompleks Candi Borobudur dengan menampilkan serangkaian
kegiatan berupa pergelaran kolaborasi penari-penari dari enam
negara, yaitu Indonesia, Kamboja, Laos, Myanmar, Thailand, dan
Vietnam serta peluncuran prangko dan buku Trail of Civilization
yang berisi informasi mengenai bangunan-bangunan Budha dari
enam negara tersebut; (23) penyusunan inventarisasi aspek-aspek
tradisi dan inventarisasi masyarakat adat; (24) pemetaan kebudayaan
Indonesia di lima daerah destinasi unggulan, yaitu Sumatera Barat,
Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat dan Nusa
Tenggara Timur; (25) penyelenggaraan gelar Dongeng Anak-anak
Nusantara dan pesta permainan tradisional anak; (26) sosialisasi
pasar tradisional pada era hipermarket; (27) Gelar Budaya Maritim di
Sulawesi Selatan; dan (28) penyelenggaraan Pawai Budaya
Nusantara.
Selanjutnya, untuk meningkatkan apresiasi terhadap kekayaan
budaya dan meningkatkan sistem pengelolaan kekayaan budaya,
termasuk sistem pembiayaannya agar aset budaya dapat berfungsi
secara optimal sebagai sarana edukasi, rekreasi, dan pengembangan
kebudayaan dilakukan serangkaian langkah-langkah kebijakan yaitu
(1) mengembangkan nilai sejarah dan geografi sejarah nasional; (2)
melakukan pengelolaan dan penyelamatan peninggalan
kepurbakalaan dan peninggalan pusaka bawah air; (3)
mengembangkan dan mengelola museum; (4) mengembangkan
pemahaman kekayaan budaya; (5) memberikan dukungan terhadap
pengelolaan dan mengembangkan museum dan kekayaan budaya
daerah; (6) melestarikan fisik dan kandungan naskah kuno; (7)
melakukan perekaman dan digitalisasi bahan pustaka; (8) mengelola
koleksi deposit nasional; dan (9) mengembangkan statistik
perpustakaan dan perbukuan.
Hasil-hasil yang telah dicapai dalam upaya pengelolaan
kekayaan budaya pada tahun 2005 sampai dengan bulan Juni tahun

03 - 7
 
2008 antara lain adalah (1) terdaftarnya Tana Toraja, Jatiluwih,
Pakeran, dan Pura Taman Ayun dalam nominasi Warisan Dunia
(UNESCO World Heritage List); (2) terlaksananya sayembara
Penulisan Sejarah Kebudayaan Indonesia mencakup Sejarah
Pemikiran, Sejarah Perilaku, dan Sejarah Benda-benda; (3)
terlaksananya penulisan naskah “Sejarah Indonesia Jilid VIII” yang
dilengkapi dengan berbagai temuan baru dalam bidang sejarah hasil
penulisan tesis dan disertasi yang komprehensif; (4) terlaksananya
penulisan Sejarah Kebudayaan Indonesia dan penulisan Sejarah
Pemikiran untuk memperkaya pengetahuan kita tentang kebudayaan
Indonesia, dan penyusunan Ensiklopedi Sejarah Perkembangan
Iptek; (5) terlaksananya Lawatan Sejarah di Makassar dengan tema
”Pelayaran Makassar Selayar merajut simbol-simbol Maritim Perekat
Bangsa” dan lawatan Sejarah Nasional IV di Bangka Belitung
dengan tema “Pangkal Pinang Kota Pangkal Kemenangan dan
lawatan sejarah tingkat nasional; (6) tersusunnya Pedoman Kajian
Geografi Sejarah; (7) terselenggaranya Konferensi Nasional Sejarah
VIII; (8) terlaksananya koordinasi penanganan perlindungan benda
cagar budaya (BCB) dan Survei Arkeologi Bawah Air; (9)
terlaksananya transkripsi, transliterasi, dan alih media naskah kuno;
(10) terlaksananya Pameran Batik Inovatif; (11) terselenggaranya
Sidang ke-40 ASEAN-Committee on Culture and Information
(ASEAN-COCI) di Mataram; (12) terlaksananya pemberian bantuan
kepada 21 museum daerah dan tersusunnya Pedoman Museum Situs
sebagai landasan bagi pemda kabupaten/kota dan masyarakat dalam
mendirikan museum; (13) terlaksananya pemberian bantuan kepada
Museum NTT berupa penataan dan pameran tetap beserta sarananya
tentang manusia purba Flores (Homo Floresiensis); (14)
terlaksananya pemberian bantuan advokasi terhadap penanggulangan
kasus pelanggaran benda cagar budaya dan penanganan perlindungan
benda cagar budaya bawah air; (15) tersusunnya Pedoman Kajian
Geografi Sejarah dan Pedoman Sistem Informasi Geografis untuk
Pemetaan Sejarah; (16) tersusunnya konsep Museum Maritim dan
pendirian Museum Sejarah Nasional serta pedoman Pengembangan
Museum Situs Cagar Budaya; (17) terlaksananya konservasi dan
rehabilitasi Istana Tua Sumbawa beserta kawasannya; (18)
terlaksananya penggalian dan penelitian situs Trowulan yang
dilanjutkan dengan kegiatan pameran Peninggalan Sejarah dan

03 - 8
Purbakala Situs Trowulan bekerja sama dengan Yayasan
Kebudayaan Indonesia-Jepang (NIHINDO); (19) terlaksananya
koordinasi dalam rangka ratifikasi UNESCO: Convention on The
Protection of Underwater Cultural Heritage; (20) terlaksananya
pembuatan Komik Purbakala dengan judul Petualangan Arki2: Arki
dan Kemegahan Candi”; (21) terlaksananya sosialisasi/kampanye
peningkatan apresiasi masyarakat terhadap museum; (22)
terlaksananya dialog interaktif kepurbakalaan di RRI Nasional Pro-3
Jakarta; (23) terlaksananya peningkatan kualitas SDM bidang
peninggalan bawah air; (24) terlaksananya kajian pemekaran wilayah
di Sulawesi dalam perspektif sejarah; (25) terlaksananya Trail of
Civilization on Cultural Heritage Tourism Cooperation among
Cambodia, Indonesia, Lao PDR, Myanmar, Thailand, and Vietnam;
(26) terlaksananya pengembangan Situs Sangiran yang meliputi
zonasi kawasan Sangiran, tata ruang kawasan, keserasian tata ruang
dan kelestarian ekologi, serta pengembangan pariwisata sejarah dan
budaya (Cultural Heritage Tourism Management); (27) tersusunnya
revisi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar
Budaya; (28) terlaksananya pemberian bantuan advokasi terhadap
penanggulangan kasus pelanggaran benda cagar budaya dan
penanganan perlindungan benda cagar budaya bawah air; (29) kajian
pemekaran wilayah di Sulawesi dalam Perspektif Sejarah; (30)
terlaksananya penyusunan Pedoman Kajian Geografi Sejarah dan
Pedoman Sistem Informasi Geografis untuk Pemetaan Sejarah; (31)
terlaksananya pemetaan Sejarah Kota Yogyakarta dan Klaten
Pascagempa; (32) terlaksananya penyusunan Pedoman
Pengembangan Museum Situs Cagar Budaya; (33) terlaksananya
pemberian bantuan kepada 21 museum daerah; dan (34)
terlaksananya pengembangan pariwisata sejarah dan budaya (cultural
heritage tourism management).

III. Tindak Lanjut yang Diperlukan


Tindak lanjut yang diperlukan untuk mengatasi permasalahan
yang timbul karena interaksi budaya yang semakin terbuka antara
tataran nilai lokal dan global adalah sebagai berikut: (1)
penyelenggaraan berbagai dialog kebudayaan dan kebangsaan; (2)
pengembangan pendidikan multikultural melalui pengembangan

03 - 9
 
kesenian dan perfilman nasional; (3) pengembangan galeri nasional;
(4) pelaksanaan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) bidang
perfilman; (5) peningkatan sensor film untuk menjaga nilai-nilai
adat, agama, kearifan lokal mewujudkan ikatan kebangsaan; (6)
stimulasi perfilman melalui Lomba Film Kompetitif dan Festival
Film Indonesia (FFI); (7) pemberian fasilitas penyelenggaraan
festival budaya daerah; (8) pendukungan pengelolaan taman budaya
daerah; (9) optimalisasi koordinasi pengembangan nilai budaya, seni
dan film; (10) pelaksanaan revitalisasi nilai luhur, budi pekerti dan
karakter bangsa; (11) pelestarian dan pengaktualisasian adat, tradisi
dan nilai-nilai tradisi; (12) pelaksanaan kebijakan pengembangan
nilai budaya di seluruh Indonesia; (13) pendukungan pengembangan
nilai budaya daerah; (14) penyelenggaraan pelayanan perpustakaan
dan informasi kepada masyarakat; (15) pemanfaatan naskah kuno
nusantara; (16) pengembangan nilai sejarah; (17) penyusunan buku
sejarah dan geografi sejarah nasional; (18) pengelolaan peninggalan
kepurbakalaan; (19) fasilitasi penyelamatan pusaka bawah air; (20)
pengembangan/pengelolaan permuseuman dan pendukungan
pengelolaan museum daerah; (21) pengembangan pemahaman
kekayaan budaya; (22) pendukungan pengembangan kekayaan
budaya daerah; (23) pengembangan arkeologi nasional; (24)
pelestarian fisik dan kandungan naskah kuno; (25) perekaman dan
digitalisasi bahan pustaka; (26) pengelolaan koleksi deposit nasional;
dan (27) pengembangan statistik perpustakaan dan perbukuan.

03 - 10

Anda mungkin juga menyukai