Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat kemurahan-Nya makalah ini dapat kami selesaikan. Dalam makalah ini saya
membahas tentang “Coomb Test”
Dosen pembimbing mata kuliah Transfusi Darah, Ibu Nursida, SKM., M.Ked
Semua pihak yang telah memberikan masukan untuk makalah ini.
Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari makalah ini, baik dari
materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan
pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
diharapkan.
Demikian makalah ini dibuat semoga bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya dalam memahami tentang Coomb Test.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang.............................................................................................................
B. Rumusan Masalah............................................................................................
C. Manfaat...............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan.........................................................................................................
B. Saran...................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Coombs test ?
2. Apa Saja Jenis test Anti Body?
3. Bagaimana Cara Pemeriksaan Coombs test ?
C. Manfaat
Manfaat dari penulisan amakalah ini yaitu dapat mengrtahui
pengetian dari Coombs test, jenis test anti body dan Cara pemeriksaan
Coombs test.
BAB II
PEMBAHASAN
a) Reaksi transfuse
b) Sensitisasi Rh
Faktor Rhesus (Rh) merupakan suatu antigen. Jika seorang ibu hamil
dengan golongan darahRh negatif dan bayi yang dikandungnya RH positif
maka akan terjadi sensitisasi Rh. Bayinyamungkin memiliki Rh positif dari
ayahnya. Sensitisasi Rh terjadi bila darah janin bercampur dengan darah
ibu selama kehamilan atau persalinan. Ini menyebabkan sistem imun
ibumembentuk antibodi untuk melawan sel darah janin pada kehamilan
selanjutnya. Responantibodi ini dinamakan sensitisasi Rh dan bila ini
terjadi, dapat menghancurkan sel adarhmerah janin sebelum atau setelah
dia lahir. Jika sensitisasi terjadi, janin atau bayi baru lahir dapat
berkembang menjadi masalah ringan hingga berat (dinamakan penyakit Rh
atauerythroblastosis fetalis).
Dalam kasus yang jarang, jika penyakit Rh tidak ditangani, janin atau
bayi baru lahir akan mengalami kematian. Wanita dengan Rh negatif bisa
mendapatkanimmunoglobulin Rh (misalnya RhoGAM) yang hampir selalu
menghentikan kejadiansensitisasi. Masalah sensitisasi Rh menjadi sangat
jarang sejak dikembangkannyaimmunoglobulin Rh.
Tes ini dilakukan pada sampel eritrosit langsung dari tubuh. Tes
ini akan mendeteksi antibodi yang ada di permukaan eritrosit.
Terbentuknya antibodi ini karena adanya penyakit atau berasal dari
transfuse darah. Tes ini juga dapat dilakukan pada bayi baru lahir dengan
darah Rh positif dimana ibunya mempunyai Rh negatif. Tes ini akan
menunjukkan apakah ibunya telah membentuk antibodi dan masuk ke
dalam darah bayinya melalui plasenta. Beberapa penyakit dan obat-
obatan (kuinidin, metildopa, dan prokainamid) dapat memicu produksi
antibodi ini. Antibodi ini terkadang menghancurkan eritrosit dan
menyebabkan anemia. Tes ini terkadang menunjukkan diagnosis
penyebab anemia atau jaundice.
a. Indikasi Diagnosis
Tes ini dilakukan pada sampel dari bagian cair dari darah
(serum). Tes ini akan mendeteksi antibodi yang ada dalam aliran darah
dan dapat mengikat eritrosit tertentu yang memicu terjadinya masalah bila
terjadi percampuran darah. Tes ini biasanya dilakukan untuk menemukan
antibodi pada darah donor atau resipien sebelum dilakukan transfusi.
Indikasi :
1. Tidak mencuci sdm dengan bersih dan baik, karena globulin yang
bebas yang tidak berikatan dengan sel akan menetralisir AHG.
2. Pemeriksaan terganggu atau tertunda.
3. Pelaksanaan proses pencucian harus dilakukan secepat mungkin untuk
mengurangi kehilangan Ab yang terlepas dari sel.
4. AHG harus ditambahkan segera setelah proses pencucian selesai
karena Ab yang telah mengadakan ikatan akan terlepas kembali.
5. Setelah AHG ditambahkan harus segera diputar dan dibaca, karena
reaksi igg yang menyelimuti sdm akan melemah setelah inkubasi.
6. Reagen kehilangan reaktivitas yang disebabkan oleh penyimpanan
yang tidak baik, kontaminasi bakteri / serum manusia. Penyimpanan
AHG dianjurkan pada 2 – 80 C, jangan dibekukan, bila warna berubah
tidak digunakan lagi. AHG mengalami netralisasi bila terkontaminasi
dengan serum manusia / anti–D sera. Hal ini tidak terlihat dengan mata
(makroskopis) tetapi terlihat bila diperiksa dengan CCC, hasil reaksi
yang seharusnya pos menjadi neg.
7. Tidak ada AHG pada pemeriksaan, atau lupa menambahkan AHG. Hal
ini dapat dicegah dengan memakai AHG yang berwarna.
8. Penggunaan centrifugasi yang tidak baik
Centrifugasi yang lambat keadaan menjadi tidak optimal untuk
aglutinasi, sebaliknya centrifugasi yang terlalu kuat memadatkan sel,
sehingga sel sukar untuk terurai.
9. Jumlah eritrosit yang ada pada pemeriksaan mempengaruhi
reaktivitas. Reaksi yang lemah karena terlalu banyak eritrosit,
sebaliknya eritrosit yang terlalu sedikit menyulitkan pembacaan
aglutinasi dengan baik.
10. Reaksi prozone sebagai kemungkinan penyebab pemeriksaan
antiglobulin tidak reaktif.
http://armantonnynasution.blogspot.co.id/2013/01/cara-pemeriksaan-coombs-
test.html
http://fecoffee.blogspot.co.id/2014/08/makalah-coombs-test-tranfusi-darah.html
http://fecoffee.blogspot.co.id/2014/08/makalah-coombs-test-tranfusi-darah.html
https://tentangkedokteran.wordpress.com/2011/03/05/coombs-test/
MAKALAH TRANFUSI DARAH
“COOMB’S TEST”
OLEH:
NIM : A201701073
KELAS : C2
MANDALA WALUYA
KENDARI
2019