Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat kemurahan-Nya makalah ini dapat kami selesaikan. Dalam makalah ini saya
membahas tentang “Coomb Test”

Makalah ini dibuat dalam rangka untuk mengetahui tentang “Coomb


Test”.Dalam proses pendalaman materi ini, tentunya saya mendapat bimbingan,
arahan, dan pengetahuan, untuk itu rasa terima kasih yang mendalam kami ucapkan
kepada :

 Dosen pembimbing mata kuliah Transfusi Darah, Ibu Nursida, SKM., M.Ked
 Semua pihak yang telah memberikan masukan untuk makalah ini.

Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari makalah ini, baik dari
materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan
pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
diharapkan.

Demikian makalah ini dibuat semoga bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya dalam memahami tentang Coomb Test.

Kendari, 26 November 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar
Belakang.............................................................................................................
B. Rumusan Masalah............................................................................................
C. Manfaat...............................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. A. Defenisi pemeriksaan coombs test...............................................................


B. B. Jenis Test Anti Body.....................................................................................
C. C. Cara Pemeriksaan........................................................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.........................................................................................................
B. Saran...................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tes antibodi dilakukan untuk mendeteksi keberadaan antibodi tertentu


yang menyerang sel darah merah. Antibodi adalah protein yang dibuat oleh
sistem kekebalan tubuh yang berfungsi untuk melawan zat-zat asing yang
masuk ke dalam tubuh dan kemudian memusnahkannya, seperti bakteri dan
virus.

Darah manusia mempunyai tanda sendiri (disebut antigen) pada


permukaan sel darah merah. Dalam proses transfusi darah, darah yang
ditransfusikan harus cocok dengan tipe darah si penerima. Itu berarti darah
yang ditransfusikan harus memiliki antigen yang sama seperti sel darah merah
pasien. Jika dilakukan transfusi darah dengan antigen yang berbeda (darah
yang tidak cocok), maka sistem kekebalan tubuh akan menghancurkan sel-sel
darah yang ditransfusikan. Ini disebut reaksi transfusi dan dapat menyebabkan
komplikasi yang serius atau bahkan kematian. Inilah sebabnya mengapa
pencocokan golongan darah sangat penting.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Coombs test ?
2. Apa Saja Jenis test Anti Body?
3. Bagaimana Cara Pemeriksaan Coombs test ?
C. Manfaat
Manfaat dari penulisan amakalah ini yaitu dapat mengrtahui
pengetian dari Coombs test, jenis test anti body dan Cara pemeriksaan
Coombs test.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Pemeriksaan Coombs Test

Pemeriksaan Coomb’s test adalah pemeriksaan yang digunakan untuk


mendeteksi adanya antibody pada permukaan eritrosit dan anti-ab eritrosit
dalam serum. Anti body ini menyelimuti permukaan sel eritrosit yang
meyebabkan umur eritrosit menjadi lebih pendek dan sering menyebabkan
reaksi inkompetibel pada transfuse darah. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah
untuk mendeteksi adanya ab pada permukaan eritrosit dan anti-ab eritrosit
pada serum. Prinsip pemeriksaannya adalah eritrosit yang telah dicuci dan
yang diselubungi oleh globulin manusia akan diaglutinasi oleh Anti Human
Globulin yang ditambahkan ke dalam tabung pemeriksaan.

Kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan pembentukan antibodi


adalah sebagai berikut :

a) Reaksi transfuse

Darah manusia digolongkan berdasarkan penanda tertentu (yang


disebut antigen) pada permukaan eritrosit. Untuk transfuse diperlukan tipe
darah yang sama berdasarkanantigennya. Jika antigen yang diberikan
berbeda maka sistem imun akan menghancurkandarah yang ditransfusikan.
Ini dinamakan reaksi transfuse yang dapat menyebabkan penyakitserius
bahkan kematian.

b) Sensitisasi Rh

Faktor Rhesus (Rh) merupakan suatu antigen. Jika seorang ibu hamil
dengan golongan darahRh negatif dan bayi yang dikandungnya RH positif
maka akan terjadi sensitisasi Rh. Bayinyamungkin memiliki Rh positif dari
ayahnya. Sensitisasi Rh terjadi bila darah janin bercampur dengan darah
ibu selama kehamilan atau persalinan. Ini menyebabkan sistem imun
ibumembentuk antibodi untuk melawan sel darah janin pada kehamilan
selanjutnya. Responantibodi ini dinamakan sensitisasi Rh dan bila ini
terjadi, dapat menghancurkan sel adarhmerah janin sebelum atau setelah
dia lahir. Jika sensitisasi terjadi, janin atau bayi baru lahir dapat
berkembang menjadi masalah ringan hingga berat (dinamakan penyakit Rh
atauerythroblastosis fetalis).

Dalam kasus yang jarang, jika penyakit Rh tidak ditangani, janin atau
bayi baru lahir akan mengalami kematian. Wanita dengan Rh negatif bisa
mendapatkanimmunoglobulin Rh (misalnya RhoGAM) yang hampir selalu
menghentikan kejadiansensitisasi. Masalah sensitisasi Rh menjadi sangat
jarang sejak dikembangkannyaimmunoglobulin Rh.

c) Anemia hemolitik autoimun

Jenis anemia hemolitik yang dinamakan anemia hemolitik autoimun


merupakan penyakityang jarang yang disebabkan oleh pembentukan
antibodi yang melawan eritrositnya sendiri.

B. Jenis Test Antibodi


1. Coombs Test Direct

Direct Coombs test merupakan tes antibodi terhadap eritrosit


secara langsung. Normalnya, antibodi akan mengikat benda asing seperti
bakteri dan virus dan menghancurkannya sehingga menyebabkan
destruksi eritrosit (hemolisis).

Tes ini dilakukan pada sampel eritrosit langsung dari tubuh. Tes
ini akan mendeteksi antibodi yang ada di permukaan eritrosit.
Terbentuknya antibodi ini karena adanya penyakit atau berasal dari
transfuse darah. Tes ini juga dapat dilakukan pada bayi baru lahir dengan
darah Rh positif dimana ibunya mempunyai Rh negatif. Tes ini akan
menunjukkan apakah ibunya telah membentuk antibodi dan masuk ke
dalam darah bayinya melalui plasenta. Beberapa penyakit dan obat-
obatan (kuinidin, metildopa, dan prokainamid) dapat memicu produksi
antibodi ini. Antibodi ini terkadang menghancurkan eritrosit dan
menyebabkan anemia. Tes ini terkadang menunjukkan diagnosis
penyebab anemia atau jaundice.

a. Indikasi Diagnosis

Indikasi : untuk diagnosis

 HDN (Hemolytic Disease of the Newbor )


 AIHA Anemia (Autoimmune Hemolytic Anemia)
 Reaksi transfusi hemolytik
 Drug Induced Hemolytic
Untuk mendeteksi incomplete antibody yang melapisi eritrosit
penderita in vivo dengan cara :

 Eritrosit penderita dicuci dengan salin untuk menghilangkan globulin


plasma yang tidak bersifat antibodi spesifik
 Campur dengan serum Coombs tambahkan pada antibodi spesifik
“incomplete“ yang diabsorbsi/melapisi eritrosit in vivo
2. Coombs Test Indirect

Tes ini dilakukan pada sampel dari bagian cair dari darah
(serum). Tes ini akan mendeteksi antibodi yang ada dalam aliran darah
dan dapat mengikat eritrosit tertentu yang memicu terjadinya masalah bila
terjadi percampuran darah. Tes ini biasanya dilakukan untuk menemukan
antibodi pada darah donor atau resipien sebelum dilakukan transfusi.

Indikasi :

 Deteksi thd variant Rh yg bereaksi lemah, Ag Kell & Duffy


 Pada keadaan hipo/a- gamaglobuliemia/a-gamaglobulinemia
 Pada cross matching (reaksi silang)

Untuk mendeteksi incomplete antibody IgG incomplete yang


terdapat didalam serum penderita dengan cara :

 Eritrosit Skrining Antibodi : Deteksi Ab IgG; IgG anti Rh (D), lain2


Ig G
 normal dari golongan darah yg sama atau gol darah O disuspensikan
ke dalam serum penderita dan diinkubasikan pada 370 C
 Sesudah dicuci dengan salin, tambahkan serum Coombs, disentrifus 1
menit pada 1000 rpm agglutinasi berarti serum penderita mengandung
antibodi tsb sehingga hasilnya positif.
C. Pemeriksaan Coomb Test
a. Metode Pemeriksaan
1. Aglutinasi Langsung (direct Coomb’s test)
2. Aglutinasi Tidak Langsung
b. Reagensia
1. Sel golongan darah O normal 2-5 %
2. Coomb’s control cell positif (CCCP)
3. Bovin albumin 22% (BA)
4. Coomb’s Serum ( AHG) yaitu anti human globulin antibody yang
dihasilkan oleh binatang yang disuntikkan serum atau protein manusia
untuk mendeteksi Ab yang melekat pada permukaan eritrosit dan
menyingkirkan Ab lain yang tidak diinginkan.
5. Saline
c. Peralatan
1. Incubator (waterbath 0 suhu 37 0 c
2. Centrifuge
3. Mikroskop
4. Timer
5. Rak tabung
6. Tabung reaksi ukuran 12 x75 mm
7. Pipet tetes
8. Botol semprot
9. Slide test
10. Beaker glass
11. Wadah limbah
d. Cara Kerja
1. Aglutinasi Langsung (direct Coomb’s test)
1. Siapkan alat dan bahan
2. Tambahkan 2 tetes suspense eritrosit 2-5 % ke dalam tabung I dan
IIa
3. Cuci suspense eritrosit 2-5 % 3-4 kali dengan saline
4. Tambahkan kedalam sedimen sel ( tabung I 2 tetes AHG dan
tabung II, 2 tetes saline sebagai negative control)
5. Putar 1000 rpm selama 1 menit atau 3500 rpm selam 15 detik
6. Amati ada tidakny aglutinasi
7. Apabila negative tambahkan 1 tetes cccp dan diputar kembali
selama 1 menit kecepatan 1000 rpm
8. Apabila positif berarti pekerjaan benar dan apabila negative
pemeriksaan harus diulang kembali.

2. Aglutinasi Tidak Langsung


1. Masukkan 2 tetes serum atau plasma yang akan dipriksa ke dalam
tabung reaksi
2. Tambahkan 1 tetes suspense eritrosit 2-5 % kedalam tabung
tersebut
3. Inkubasi pada suhu 370 C selam 15-60 menit
4. Tambahkan BA 22% kemudian diputar 1 menit pada 1000 rpm dan
baca hasil reaksinya. Setelah itu inkubasi selam 15 menit
5. Cuci suspense eritrosit 2- 5% 3-4 x dengan salin. Salin pencucian
terakhir dibuang sebanyak-banyaknya untuk mencegah
pengenceran serum coomb’s
6. Kemudian tambahkan 2 tetes serum coomb’s dan kemudianputar
selam 1 menit 1000 rpm
7. Baca hasil reaksinya
8. Apabila hasil negative tambahkan 1 tetes CCCP dan diputar
kembali 1000 rpm selam 1 menit
9. Apabila positif berarti pekerjaan benar dan apabila negative
pemeriksaan harus diulang kembali
e. Interpretasi Hasil
1. Normal
a. Tidak ditemukan antibodi (hasil test negatif)Direct Coombs’ Test
negatif berarti tidak ada antibodi dalam sel darah merah
b. Indirect Coombs’ Test negatif berarti darah pendonor dan darah
penerima kompatibel (cocok)
c. Indirect Coombs’ Test negatif pada wanita Rh- yang hamil berarti
tidak ada antibodi anti Rh+ dalam darah dan belum terjadi
sensitisasi
2. Abnormal
a. Direct Coombs’ Test positif berarti ada antibodi yang akan
melawan dan menghancurkan sel darah merah. Hal ini dapat
disebabkan oleh transfusi darah yang tidak cocok atau penyakit
anemia hemolitik
b. Indirect Coombs’ Test positif berarti darah pendonor tidak cocok
dengan darah si penerima
c. Indirect Coombs’ Test positif pada wanita Rh- yang hamil atau
berencana untuk hamil berarti dia memiliki antibodi terhadap
darah Rh+ (sensitisasi Rh). Saat awal kehamilan jenis darah bayi
akan diperiksa, jika darah bayi Rh+ maka ibu harus mendapat
pengawasan ketat selama kehamilan untuk mencegah masalah
dengan sel darah merah bayi. Jika sensitisasi belum terjadi maka
dapat dicegah dengan suntikan Immunoglobulin anti RhD

f. Faktor yang mempengaruhi perlekatan Ab pada sdm invitro :


1. Temperatur
Ab yang menyeubungi eritrosit dan serum breaksi oftimal pada suhu
0
37 C. suhu yang terlalu rendah akan mempengaruhi kecepatan
asosiasi Ag dan Ab. Sebaliknya suhu yang terlalu tinggi akan merusak
eritrosit dan molekul Ab.
2. Ionic Strength.
Eritrosit dapat disuspensikan kedalam berbagai media misal dalam lar
saline fisiologis, lar albumin, LISS dan reag additive seperti
polyethylene glycol (PEG)/hexadimethrine bromide (polybrene).
Dalam cairan isotonik, Na ion dan Cl ion bergerombol sekeliling sel
dan sebagian menetralisir muatan yang berseberangan pada Ag dan
molekul Ab. Effek penyelubungan ini yang merintangi assosiasi Ab
dengan Ag dan dapat dikurangi dengan cara mengurangi ionic strength
dari media reaksi. Konsekuensi menurunkan konsentrasi garam dari
media reaksi meningkatkan Ab yang melekat pada eritrosit.
Penggunaan albumin kec bila digunakan dibawah kondisi ion yang
rendah juga dapat melakukan perlekatan molekul Ab.
3. Proporsi Serum Terhadap Sel
Suspense eritrosit yangterlalu tinggi atau terlalu rendah dapat
mempengaruhi drajat Ab yang menyelimuti eritrosit. Dengan
meningkatkan ratio serum terhadap sel dapat mendeteksi Ab yang
bereaksi lemah yang tidak terdeteksi dibawah suspensi normal
eritrosit.
4. Waktu Inkubasi
Tehnik albumin waktu inkubasi 15 – 30 menit suhu 370 C ® waktu
yang adekwat untuk mendeteksi Ab yang menyelimuti sdm yang
secara klinis berarti. Ab yang bereaksi lemah, reaksi Ag Ab tidak
dapat mencapai keseimbangan dalam waktu inkubasi selama 30 menit
dan dengan memperpanjang waktu inkubasi dapat membuktikan
keberadaannya.
g. Sumber Kesalahan

Hasil pemeriksaan dapat menunjukan nilai negatif palsu


disebabkan oleh :

1. Tidak mencuci sdm dengan bersih dan baik, karena globulin yang
bebas yang tidak berikatan dengan sel akan menetralisir AHG.
2. Pemeriksaan terganggu atau tertunda.
3. Pelaksanaan proses pencucian harus dilakukan secepat mungkin untuk
mengurangi kehilangan Ab yang terlepas dari sel.
4. AHG harus ditambahkan segera setelah proses pencucian selesai
karena Ab yang telah mengadakan ikatan akan terlepas kembali.
5. Setelah AHG ditambahkan harus segera diputar dan dibaca, karena
reaksi igg yang menyelimuti sdm akan melemah setelah inkubasi.
6. Reagen kehilangan reaktivitas yang disebabkan oleh penyimpanan
yang tidak baik, kontaminasi bakteri / serum manusia. Penyimpanan
AHG dianjurkan pada 2 – 80 C, jangan dibekukan, bila warna berubah
tidak digunakan lagi. AHG mengalami netralisasi bila terkontaminasi
dengan serum manusia / anti–D sera. Hal ini tidak terlihat dengan mata
(makroskopis) tetapi terlihat bila diperiksa dengan CCC, hasil reaksi
yang seharusnya pos menjadi neg.
7. Tidak ada AHG pada pemeriksaan, atau lupa menambahkan AHG. Hal
ini dapat dicegah dengan memakai AHG yang berwarna.
8. Penggunaan centrifugasi yang tidak baik
Centrifugasi yang lambat keadaan menjadi tidak optimal untuk
aglutinasi, sebaliknya centrifugasi yang terlalu kuat memadatkan sel,
sehingga sel sukar untuk terurai.
9. Jumlah eritrosit yang ada pada pemeriksaan mempengaruhi
reaktivitas. Reaksi yang lemah karena terlalu banyak eritrosit,
sebaliknya eritrosit yang terlalu sedikit menyulitkan pembacaan
aglutinasi dengan baik.
10. Reaksi prozone sebagai kemungkinan penyebab pemeriksaan
antiglobulin tidak reaktif.

Hasil pemeriksaan dapat menunjukan nilai negatif palsu


disebabkan oleh :

1. Sdm sudah dicentrifugasi sebelum dilakukan pencucian. Apabila tidak


terlihat aglutinasi yang tampak setelah penambahan AHG dapat
disalah interpretasikan pembacaannya sebagai akibat perselubungan
IgG / komplemen. eritrosit penderita cold react auto Ab yang kuat
beraglutinasi pada contoh darah yang disimpan pada suhu kamar atau
dibawah suhu kamar.
2. Tabulasi gelas yang tidak bersih terkontaminasi dengan debu,
detergent / material lain yang menyebabkan sdm menggumpal /
aggregasi.
3. Over centrifugation dapat memadatkan eritrosir yaitu agregasi disalah
artikan dengan aglutinasi.
4. Reagen yang dibuat tidak baik dan dapat mengandung Ab yang
mengakibatkan aglutinasi pada sel yang tidak diselubungi. Enzyme
treated red blood cells dapat meningkatkan reaktivitas dengan
antispecies Ab dan dapat bereaksi langsung dengan reag AHG yang
mengandung kontaminasi aktivitas.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemeriksaan Coomb’s test adalah pemeriksaan yang digunakan untuk
mendeteksi adanya antibody pada permukaan eritrosit dan anti-ab eritrosit
dalam serum. Pemeriksaan ini dibagi menjadi dua yaitu metode direct dan
indirect.
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mendeteksi adanya ab pada
permukaan eritrosit dan anti-ab eritrosit pada serum. Prinsip pemeriksaannya
adalah eritrosit yang telah dicuci dan yang diselubungi oleh globulin manusia
akan diaglutinasi oleh Anti Human Globulin yang ditambahkan ke dalam
tabung pemeriksaan.
B. Saran
Dalam melakukan pemeriksaan Coomb’s Test perlu memperhatikan
factor factor yang ada supaha hasil yang didapat bukanlah Positif palsu
ataupun Negatif palsu. Akan tetapi sesuai dengam keadaan yang sebenarnya.
DAFTAR PUSTAKA

http://armantonnynasution.blogspot.co.id/2013/01/cara-pemeriksaan-coombs-
test.html
http://fecoffee.blogspot.co.id/2014/08/makalah-coombs-test-tranfusi-darah.html
http://fecoffee.blogspot.co.id/2014/08/makalah-coombs-test-tranfusi-darah.html
https://tentangkedokteran.wordpress.com/2011/03/05/coombs-test/
MAKALAH TRANFUSI DARAH

“COOMB’S TEST”

OLEH:

NAMA : WA ODE MUSFIRA YUNIAR AINGKUM

NIM : A201701073

KELAS : C2

DOSEN : NURSIDA, SKM., M.Ked

PROGRAM STUDI D-IV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

MANDALA WALUYA

KENDARI

2019

Anda mungkin juga menyukai