LP Intranatal
LP Intranatal
Disusun Oleh :
220112160509
A. Konsep Dasar
1. Definisi
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke
dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban di dorong keluar
melalui jalan lahir (Prawirohardjo, 2010).
Persalinan normal (partus spontan) adalah proses lahirnya bayi yang dapat hidup
dengan tenaga ibu sendiri tanpa alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya
berlangsung kurang dari 24 jam melalui jalan lahir.
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan, lahir spontan dengan presentasi kepala yang berlangsung
dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. (Prawirohardjo, 2010).
3. Etiologi
Pada akhir kehamilan, uterus secara progresif lebih peka sampai akhirnya mulai
berkontraksi kuat secara ritmik dengan kekuatan sedemikian rupa sehingga bayi
dilahirkan.
Terdapat 2 kategori pengaruh utama yang menyebabkan timbulnya puncak
kontraksi yang berperan dalam persalinan :
a. Faktor Hormonal
Rasio Estrogen terhadap Progesteron
Progesteron menghambat kontraksi uterus selama kehamilan, sedangkan estrogen
cenderung meningkatkan derajat kontraktilitas uterus, sedikitnya terjadi karena
estrogen meningkatkan jumlah gap jungtion antara sel-sel otot polos uterus yang
berdekatan.
Baik estrogen maupun progesteron disekresikan dalam jumlah yang secara
progresif makin bertambah selama kehamilan, tetapi mulai kehamilan bulan ke-7 dan
seterusnya sekresi estrogen terus meningkat sedangkan sekresi progesteron tetap
konstan atau mungkin sedikit menurun. Oleh karena itu diduga bahwa rasio estrogen
terhadap progesteron cukup meningkat menjelang akhir kehamilan, sehingga paling
berperan dalam peningkatan kontraksi uterus.
Pengaruh Oksitosin pada Uterus
Oksitosin merupakan suatu hormon yang disekresikan oleh neurohipofise yang
secara khusus menyebabkan kontraksi uterus.
Pengaruh Hormon Fetus pada Uterus
Kelenjar hipofisis fetus juga mensekresikan oksitoksin yang jumlahnya semakin
meningkat dan kelenjar adrenal mensekresikan sejumlah besar kortisol yang
merupakan suatu stimulan uterus. Selain itu, membran fetus melepaskan prostagladin
dalam kosentrasi tinggi pada saat persalinan. Prostagladin meningkatkan intensitas
kontraksi uterus.
b. Faktor Mekanis
Regangan otot-otot uterus
Regangan sederhana otot-otot polos meningkatkan kontraktilitas otot-otot
tersebut. Selanjutnya, regangan intermitten seperti yang terjadi berulang-ulang pada
uterus karena pergerakan fetus juga meningkatkan kontraksi otot polos.
Regangan atau iritasi serviks
Regangan atau iritasi saraf pada serviks mengawali timbulnya refleks pada
korpus uteri, tetapi efek ini juga secara sederhana dapat terjadi akibat transmisi iogenik
sinyal-sinyal dari serviks ke korpus uterus.
4. Patofisiologi
Kala I (kala pembukaan)
a. Tanda dan gejala :
His sudah adekuat
Penipisan dan pembukaan serviks sekurang – kurangnya 3 cm
Keluar cairan dari vagina dalam bentuk lendir bercampur darah
b. His dianggap Adekuat bila :
His bersifat teratur, minimal 2x tiap 10 menit dan berlangsung sedikitnya 20
detik
Uterus mengeras pada waktu kontraksi, sehingga tidak didapatkan cekungan
lagi bila dilakukan penekanan diujung jari
Serviks membuka.
c. Proses membukanya serviks sebagai akibat his dibagi dalam 2 fase :
1) Fase laten : berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lembut
sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.
2) Fase aktif : dibagi dalam 3 fase lagi, yakni :
a) Fase akselerasi : dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm
b) Fase dilatasi maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung
sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.
c) Fase diselarasi : pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam
pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap (10 cm)
Fase – fase tersebut dijumpai pada primigavida. Pada multigrafida pun terjadi
demikian, akan tetapi fase laten, aktif, dan diselerasi terjadi lebih pendek.
Pemeriksaan Dalam
Pemeriksaan dalam idealnya dilakukan minimal 4 jam sekali.
a. Perabaan Serviks
- Lunak dan pendataran serviks
- Masih tebal atau tipis
- Pembukaan dan arah serviks
b. Ketuban
- Sudah pecah atau belum
- Pembukaan hampir lengkap : pecahkan ketuban
- Bagian terendah dan posisinya
c. Sifat Flour Albus (Keputihan)
d. Keadaan Patologis : tumor, kekakuan serviks, halangan penurunan bagian
terendah
Leopold 3 dan 4
a. Kepala : keras, bulat teraba sutura
b. Letak kepala : penurunan kadar bidang hodge, ada caput succadeneum atau tidak,
berapa besarnya
c. Bokong dikenal : lunak, deminatornya tulang sacrum
Bidang Hodge
Bidang Hodge merupakan garis khayal dalam panggul untuk mengetahui seberapa
jauh penurunan kepala janin pada panggul. Diambil dari nama penemunya yaitu
Hodge. Bidang Hodge dipelajari untuk menentukan sampai di mana bagian terendah
janin turun ke dalam panggul pada persalinan dan terdiri atas empat bidang:
HI : bidang yang dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas simfisis
dan promontorium.
H II : sejajar dengan hodge I, setinggi bagian bawah simfisis
H III : sejajar hodge I, II, setinggi spina ischiadica kiri dan kanan
H IV : sejajar bidang hodge I,II,III setinggi os coccigeus
Kala II
Persalinan kala II dimulai ketika pembukaan lengkap dan berakhir dengan
lahirnya seluruh janin. Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2-
3 menit sekali, kepala janin biasanya sudah masuk diruang panggul, maka pada his
dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang secara reflektoris
menimbulkan rasa meneran. Pada primigravida kala II berlangsung rata-rata 45 – 60
menit, dan multipara 15-30 menit.
a. Tanda dan gejala :
- Ibu ingin meneran
- Perineum menonjol
- Vulva dan anus membuka
- Meningkatnya pengeluaran darah dan lendir
- Kepala janin telah turun di dasar panggul
Pelepasan plasenta
a. Menurut Matthew Duncan
Pelepasan plasenta yang dimulai dari sentral / bagian tengah sehingga terjadi
bekuan retroplasenta. Tanda pelepasan dari tengah ini mengakibatkan perdaran
tidak terjadi sebelum plasenta lahir. Perdaran terjadi setelah placenta lahir.
b. Menurut Schutze
Terjadi pelepasan placenta dari pinggir atau bersamaan dari pinggir dan
tengah mengakibatkan semburan darah sebelum plasenta lahir.
c. Kombinasi keduanya
Cara Menguji
a. Perasat Kustner
Letakkan tangan disertai tekanan pada atas simfisis, tali pusat di tegangkan maka
bila tali pusat masuk (belum lepas), jika diam atau maju (sudah lepas).
b. Perasat Klein
Ibu dimnta mengedan, rahim kita dorong sedikit, bila tali pusat kembali (belum
lepas), diam atau turun (sudah lepas).
c. Perasat Strassman
Tegangkan tali pusat dan ketok fundus bila tali pusat bergetar (belum lepas), tidak
bergetar (sudah lepas).
Pathway
Pemeriksaan Fisik
Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan bayinya selama
ibu dan bayi memasuki ruang bersalin. Langkah-langkah dalam melakukan pemeriksaan fisik:
8. Diagnosis/Kriteria Diagnosis
a. Kala I
Diagnosis:
Ibu sudah dalam persalinan kala I, jika pembukaan serviks kurang dari 4 cm dan
kontraksi terjadi tertur minimal 2 kali dalam 10 menit selama 40 detik.
b. Kala II
Diagnosis:
Persalinan kala II ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan dalam untuk
memastikan pembukaan sudah lengkap atau kepala janin sudah tampak di vulva
dengan diameter 5 – 6 cm.
c. Kala III
- Pemberian oksitosin dengan segera
- Pengendalian tarikan tali pusat
- Pemijatan uterus segera setelah plasenta lahir
d. Kala IV
Diagnosis:
Dua jam pertama setelah persalinan merupakan waktu yang kritis bagi ibu dan bayi.
Keduanya baru saja mengalami perubahan fisik yang luar biasa. Ibu melahirkan bayi
dari perutnya dan bayi sedang menyesuaikan diri dari dalam perut ibu ke dunia luar.
9. Terapi/Tindakan Penanganan
a. Kala I
Penanganan
- Bantulah ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah, ketakutan, dan kesakitan
- Jika ibu tersebut tampak kesakitan, dukungan/asuhan yang dapat diberikan;
diantaranya: lakukan perubahan posisi, sarankan ia untuk berjalan, dll.
- Penolong tetap menjaga hak privasi ibu dalam persalinan
- Menjelaskan kemajuan persalinan, perubahan yang terjadi, serta prosedur yang
akan dilaksanakan dan hasil-hasil pemeriksaan
- Membolehkan ibu untuk mandi dan membasuh sekitar kemaluannya setelah buang
air besar/.kecil.
- Ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak keringat atasi dengan cara :
gunakan kipas angina/AC,Kipas biasa dan menganjurkan ibu mandi sebelumnya.
- Untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi berikan cukup minum
- Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin
b. Kala II
Penanganan
- Memberikan dukungan terus-menerus kepada ibu dengan : mendampingi ibu agar
merasa nyaman,menawarkan minum, mengipasi dan meijat ibu
- Menjaga kebersihan diri
- Mengipasi dan masase untuk menambah kenyamanan bagi ibu
- Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan atau ketakutan ibu
- Mengatur posisi ibu
- Menjaga kandung kemih tetap kosong
- Memberikan cukup minum
c. Kala III
Penanganan
Memberikan oksitosin untuk merangsang uterus berkontraksi yang juga mempercepat
pelepasan plasenta :
- Oksitosin dapat diberikan dalam dua menit setelah kelahiran bayi
- Jika oksitosin tidak tersedia rangsang puting payudara ibu atau susukan bayi guna
menghasilkan oksitosin alamiah atau memberikan ergometrin 0,2 mg. IM.
d. Kala IV
Penanganan
· Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20-30 menit selama jam
kedua. Jika kontraksi tidak kuat masase uterus sampai menjadi keras. Apabila uterus
berkontraksi otot uterus akan menjepit pembuluh darah untuk menghentikan
perdarahan .
- Periksa tekanan darah,nadi,kantung kemih, dan perdarahan setiap 15 menit pada
jam I dan setiap 30 menit selama jam II
- Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi. Tawarkan ibu makanan dan
minuman yang disukainya.
- Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering
- Biarkan ibu beristirahat
- Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi
- Bayi sangat siap segera setelah kelahiran
- Jika ibu perlu ke kamar mandi, ibu boleh bangun,pastikan ibu dibantu karena masih
dalam keadaan lemah atau pusing setelah persalinan.
- Ajari ibu atau keluarga tentang :
- Bagaimana memeriksa fundus dan menimbulkan kontraksi
- Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi
10. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul pada pasien intranatal adalah ketuban pecah dini,
persalinan preterm, kehamilan postmatur, prolaps tali pusat, rupture uterus, kelahiran sesaria,
inverse uterus, dan pendarahan post partum dini.
c. Kala III
- Data umum Ibu kelelahan, pucat, sianosis, tekanan darah lebih dari 100/10 mmhg,
kemungkinan sock, nyeri abdomen, mules, pusing, tremor dan kedinginan,
mengobservasi tanda-tanda dari ibu, perubahan tingkat kesadaran atau perubahan
pernafasan
- Data obstetric Perubahan uterus (discoid-globular), uterus bundar dan keras,
keadaan kandung kemih penuh atau kosong, perdarahan pervagina, normalnya
250-300 ml, janin lahir efisiotomi
- Pengkajian setelah janin lahir, tinggi fundus uteri, setinggi pusat, pelepasan
plasenta ada dua macam, yaitu:
Schulze, Pelepasan plasenta dimulai dari bagian bawah plasenta tidak ada
perdarahan sebelum plasenta lahir, ada perdarahan setelah plasenta lahir.
Duncan, Pelepasan plasenta dari pinggir plasenta bagian lateral ada perdarahan
sedikit-sedikit
d. Kala IV
- Tanda tanda vital : Vital sign dapat memberikan data dasar untuk diagnosa
potensial, komplikasi seperti perdarahan dan hipertermia. Pada kala IV observasi
vital sign sangat penting untuk mengetahui perubahan setelah melahirkan seperti :
pulse biasanya stabil sebelum bersalin selama 1 jam pertama dan mengalami
perubahan setelah terjadi persalinan yaitu dari cardiovaskuler.
- Pemeriksaan fundus dan tingginya, selama waktu itu pengosongan kandung kemih
mempermudah pengkajian dan hasilnya lebih tepat.
- Kandung kemih : Dengan observasi dan palpasi kandung kemih. Jika kandung
kemih menegang akan mencapai ketinggian suprapubik dan redup pada perkusi.
- Lochia : Jumlah dan jenis lochea dikaji melalui observasi perineum ibu dan kain
dibawah bokong ibu. Jumlah dan ukuran gumpalan darah jika dilihat dicatat hasil
dan bekuannya
- Perineum : Perawat menanyakan kepada ibu atau menganjurkan untuk mengiring
dan melenturkan kembali otot otot panggul atas dan dengan perlahan-lahan
mengangkat bokong untuk melihat perineum
- Temperatur : Temperatur ibu diukur saat satu jam pertama dan sesuaikan dengan
keadaan temperatur ruangan. Temperatur biasanya dalam batas normal selama
rentang waktu satu jam pertama,kenaikan pada periode ini mungkin berhubungan
dengan dehidrasi atau kelelahan
- Kenyamanan : Kenyamannan ibu dikaji dan jenis analgetik yang didapatkan
selama persalinan akan berpengaruh terhadap persepsi ketidak nyamanannya
C. Daftar Pustaka
Winkjosastro, H. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Bobak. 2005.Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta : EGC
Anonim. (2005). Pelatihan APN. Retrieved October 18, 2008, from Instalasi Kesehatan
Reproduksi Pemalang: http://kesehatanreproduksi.tripod.com/apn.html (Diakses
tanggal 19 Juni 2017 WIB)