Anda di halaman 1dari 4

dengan suboksiput sebagai hipomoklion, kepala gerakan dapat digunakan untuk dapat di lahirkan.

Pada
setiap vulva lebih dibuka dan keapala janin makin tampak. Semakin lebar dan tipis, buka dinding
rektum. Dengan kekuatannya bersama dengan kekuatan mengejan, diikuti-tampak bregma, dahi, muka,
dan akhirmya dagu. Sesudah kepala lahir, kepala segera diambil rotasi, yang disebut putaran paksi luar.
Pangguldi, (2014). Pundirohardjo, (2014). Pundirohardjo, (2014). Pundirohardjo, (2014). laluinya,
sehingga di dasar panggul, disetujui kepala telah di lahirkan, bahu akan tergantung di depan belakang
selanjutnya di lahirkan bahu depan terlebih dahulu, baru kemudian bahu belakang. Demikian pula di
lahirkan trokanter depan terlebih dahulu, baru kemudian trokanter belakang. lahir seluruhnya
(Prawirohardjo, 2014). 2.3.6 Perubahan Fisik dan Psikologi Persalinan 1. Perubahan Fisik Menurut
Prawirohardjo (2014), perubahan fisik pada ibu proses kompilasi yang dihasilkan sesuai dengan. Segmen
atas yang dikompensasi menjadi lebih aktif . Bagian bawah relatif lebih pasif di banding dengan bagian
atas, dan bagian ini berkembang menjadi jalan lahir yang berdinding jauh lebih tipis. Dengan palapsi
abdomen kedua segmen dapat di bedakan kompilasi terjadi kontraksi, bahkan selaput ketuban belum
pecah. Segmen atas uterus cukup kencang atau keras, sedangkan konsistensi segmen bawah uterus jauh
kurang kencang. Segmen atas uterus merupakan bagian uterus yang berkontraksi secara aktif, segmen
bawah adalah bagian yang di regangkan, normalnya jauh lebih pasif. Setiap kontraksi menghasilkan
pemanjangan rahim berbentuk bulat dengan diameter horizontal. Dengan perubahan bentuk ini, ada

efek-efek penting pada proses persalinan. Pertama, diameter horizontal yang menarik pelurusan
kolumna vertebralis janin, dengan persetujuan kutub atas rapat-rapat terhadap fundus uteri, sementara
kutub bawah di dorong lebih jauh ke bawah dan menuju ke punggul. Pemanjangan bentuk ovoid yang di
timbulkannya di perkirakan telah mencapai antara 5 hingga 10 cm, tekanan yang diberikan dengan cara
ini di kenal sebagai takanan gerak janin. Kedua dengan memanjangnya uterus, serabut longitudinal di
tarik tegang dan karena segmen bawah dan serviks merupakan satu-satunya bagian uterus yang
fleksibel, bagian ini di tarik ke atas pada kutub bawah janin. Efek ini merupakan faktor yang penting
untuk dilatasi serviks pada otot-otot segmen bawah dan serviks. b. Serviks Tenaga yang efektif pada kala
satu persalinan adalah kontraksi uterus, yang selanjutnya akan menghasilkan tekanan hidrostatik ke
selaput ketuban terhadap serviks dan segmen bawah uterus. Bila selaput ketuban sudah pecah, bagian
terbawah janin di paksa langsung menerima serviks dan segmen bawah uterus. Sebagai dampak dari
kegiatan, dorong ini, terjadi dua perubahan mendasar yaitu pendataran dan dilatasi pada serviks. Untuk
melewati rata-rata kepala janin melalui serviks harus di lebarkan hingga berdiameter sekitar 10 cm, pada
saat ini serviks di katakan telah dibuka lengkap. Pendataran serviks atau obliterasi adalah pemendekan
saluran serviks dari panjang sekitar 2 cm hanya terdiri dari muara melingkar dengan tepian setipis kertas.
Proses ini disebut sebagai pendataran (penipisan) dan terjadi dari atas ke bawah. Serabut-serabut otot
setinggi serviks internum di tarik ke atas, atau di pendekkan, menuju segmen bawah uterus, sementara
kondisi os eksternum untuk sementara tetap tidak berubah. Dilatasi serviks, jika dioptimalkan dengan
korpus uteri, segmen bawah rahim dan serviks merupakan daerah yang resistensinya lebih kecil. Oleh
karena itu, selama terjadi kontraksi, struktur-struktur ini bertambah, yang dalam prosesnya serviks
memperbaiki tarikan sentrifugal. Ketika kontraksi uterus menimbulkan tekanan pada selaput ketuban,
tekanan hidrostatik kantong amnion akan melebarakan saluran serviks.
Bila selaput ketuban sudah pecah, tekanan pada bagian terbawah janin terhadap serviks dan segmen
bawah uterus juga sama efektifnya. Selaput ketuban yang pecah dini tidak mengurangi dilatasi servik
selama bagian terbawah c. Vagina dan dasar panggul Jalan lahiri sokong dan fungsional di tutup oleh
seluruh lapisan yang bersama-sama membentuk dasar panggul. Srtuktur yang paling penting adalah M.
Levator ani dan fasia yang membungkus permukaan atas dan bawahnya, yang demi praktisnya dapat di
anggap sebagai dasar panggul. Ketebalan M. Levator ani bervariasi 3 sampai 5 mm meski rektum dan
vagina agak tebal. Pada kala I persalinan selaput ketuban dan bagian terbawah memainkan peran
penting untuk membuka bagian atas vagina. Namun, setelah ketuban pecah, perubahan-perubahan
dasar panggul sepenuhnya di hasilkan oleh tekanan yang di berikan oleh bagian terbawah janin. Saat
perinium teregang maksimal, anus menjadi jelas dibuka dan terlihat seperti berdiameter 2 sampai 3 cm
dan di sini dinding anterior rektumemuka. 2. Perubahan psikologi ibu Menurut Varney (2007),
perubahan psikologi ibu pada masa persalinan adalah sebagai berikut: a. Pengalaman sebelumnya
memerhatikan kehidupan, kelak, pengalaman persalinan sebelumnya, tanggung jawab yang baru atau
tambahan yang akan ditanggungnya, kenyamanan yang berkaitan dengan kemampuannya untuk menjadi
ibu. b. Kesiapan transisi Tinggi pada ibu bersalin cenderung tidak bisa dikendalikan, ibu bersalin lebih
sensitif terhadap semua hal. Untuk terlihat lebih tenang dan terkendali lebih mudah bersosialisasi
dengan sesama ibu-ibu hamil lainnya untuk saling bertukar pengalaman dan pendapat. c. Persiapan
menghadapi persalinan (fisik, mental, materi, dsb)

mengkonsumsi cairan saja. Anjurkan agar anggota keluarga sesering mungkin buat minum dan makanan
ringan selama proses persalinan (Affandi, 2015) 4. Kebersihan Pribadi Anjurkan ibu untuk mengosongkan
kandung kemihnya secara rutin selama persalinan, ibu harus berkemih setiap 2 jam, atau gunakan lebih
sering jika iibu beli berkemih atau jika kandung kemih terasa penuh. Periksa kandung kemih sebelum
memeriksa denyut jantung janin, Anjurkan ibu untuk berkemih di kamar mandi atau melakukan
kateterisasi (Affandi, 2015) WHO dan Asosiasi Rumah Sakit Internasional menganjurkan untuk tidak
menyatukan ruang bersalin dengan kamar mandi atau toilet karena banyaknya penggunaan, lalu lintas
antar ruang , potensi cemaran mikroorganisme, percikan udara atau lantai yang basah akan
meningkatkan risiko infeksi nosokomial terhadap ibu, bayi baru lahir dan penolong sendiri (Affandi,
2015). 2.3.8 Tanda Bahaya Persalinan Menurut Manuaba (2010), macam-macam tanda bahaya pada
persalinan adalah sebagai berikut: 1. Bayi tidak dilahirkan dalam 12 jam sejak terasa bagal Persalinan
lama merupakan masalah besar di Indonesia karena pertolongan didaerah telah dilakukan oleh dukun.
Persalinan lama adalah persalinan yang berjalan lebih dari 24 jam untuk primigravida dan atau 18 jam
untuk multigravida. Persalinan kasep (partus kasep) adalah persalinan lama yang menambah komplikasi
ibu maupun janin. Penyebab persalinan lama atau kaseperbolehkan adalah kelainan letak janin, kelainan
panggul, kelainan kekuatan dan mengejan, terjadi ketidakseimbangan sefalopelvik, kepemimpinan
persalinan yang salah, dan primi tua primer dan sekunder. 2. Tali pusat atau tangan bayi keluar dari jalan
lahir Letak majemuk (Presentasi Ganda, Compound Presentasi). Jika disamping bagian terendah teraba
anggota badan. Tangan yang menumbung pada bahu tidak disebut sandaran sehingga tetap ada kaki
disamping bokong pada letak sungsang tidak termasuk sandang majemuk. Tangan menumbung b.
Lengan menumbung
e. Kaki menumbung d. Tali pusat menumbung (prolaps foeniculi) Jika tali pusat teraba disamping atau
lebih rendah dari bagian depan, sedangkan ketuban sudah pecah maka dibutuhkan tali pusat
menumbung. Jika hal ini terjadi pada ketuban yang masih utuh disebut tali pusat Utama. Prolapsus
foeniculi tidak berpengaruh terhadap ibu langsung, tetapi sebaliknys sangat berbahaya anak-anak tali
pusat tertekan antara bagian depan anak dan dinding panggul yang akhirnyamya timbul asfiksia.Bahaya
dewasa kuat mengejan atau mengatasi kejang Jika seorang ibu bersalin tidak kuat mengejan atau
meningkatkan kejang penanganan umum yang harus dilakukan adalah: a. Jika Ibu tidak sadar atau
kejang, mintalah pertolongan. Segera mobilisasi seluruh tenaga yang ada dan siapkan fasilitas tindakan
gawat darurat b. Segera lakukan penilaian terhadap situasi umum termasuk tanda vital (nadi, tekanan
darah, dan pernafasan) sambil mencari riwayat penyakit sekarang dan hasil dari pasien atau
perkumpulan. c. Jika pasien tidak bernafas atau pernafasan dangkal: 1) Periksa dan bebaskan jalan
nafas 2) Jika tidak bernafas, mulai dengan masker dan balon 3) Intubasi jika perlu 4) Jika pasien bernafas,
beri oksigen 4-6 liter per menit melalui masker atau kanula sengau. d. Jika pasien tidak sadar / koma 1)
Bebaskan jalan nafas 2) Baringkan pada sisi kiri 3) Periksa apakah ada kaku tengkuk e. Jika pasien syok 1)
Baringkan miring kiri 2) Naikkan kedua kaki 3) Pasang infus RL atau NS 1L dalam 15-20 meni, jika
mungkin, infuskan 2L 1 jam pertama, kemudian turunkan 125 ce / jam f. Jika ada perdarahan (kenali
penyebab perdarahan)

g. Jika kejang: 1) Baringkan pada sisi kiri: tempat tidur dengan kecepatan 1G / menit. Berikan dosis
pemeliharaan 6G dalam 6 jam. 4. Air ketuban keruh dan mudah. Demam maternal b. Takikardi janin c.
Nyeri tekan pada uterus d. Peningkatan suhu vagina (hangat kenaikan disentuh) e. Cairan amnionulitan
busuk f. sel darah putih naik meningkat S. Setelah bayi lahir, plasenta tidak keluar. Retensio plasenta
adalah terlewatinya kelahiran plasenta selama setengah jam setelah persalinan. Pada beberapa kasus
dapat terjadi retensio plasenta berulang (kebiasaan retensio plasenta). Plasenta harus dikeluarkan
karena dapat menyebabkan bahaya perdarahan, infeksi karena benda mati, dapat terjadi plasenta
inkarserata, dapat terjadi polip plasenta, dan terjadi degenerasi ganas korio karsinoma. Dalam
melakukan perbaikan, manual perlu mempertimbangkan tekniknya sehingga tidak perlu komplikasi
seperti perforasi dinding uterus, bahaya infeksi, dan dapat terjadi inversio uteri. 6. Ibu gelisah yang
meningkatkan kesembuhan yang luar biasa Perawatan pendukung selama persalinan penting dalam
kebidanan. Perawatan pendukung dapat mendukung mengubah skenario. Tindakan ini memiliki efek
positif baik terhadap emosional maupun fisiologis terhadap ibu dan janin, sehingga ibu dan janin
memerlukan sedikit medikasi dan intervensi bahkan persalinan dapat dilakukan dengan sedikit.

2.3.9 Standar Asuhan Persalinan Menurut Depkes RI (2012), ruang standar standar pelayanan kebidanan
meliputi 24 standar, untuk pengelompokan termasuk 4 standar dalam standar pertolongan persalinan
yang harus ditaati seorang bidan, yaitu: 1. Standar 9: Asuhan Persalinan Kala I. Permyataan standar:
Mulai sekarang, mulai sekarang, kemudian berikan asuhan dan pindah yang memadai. dengan
memperhatikan kebutuhan klien, selama proses persalinan berlangsung 2. Standar 10: Persalinan Kala II
Yang Aman Mengenali standar Bidan melakukan pertolongan persalinan yang aman, dengan sikap sopan
dan penghargaan terhadap klien yang berkaitan dengan tradisi lokal 3. Standar 11: Penatalaksanaan Aktif
Persalinan Kala Tiga tanggapan standar: Bidan melakukan penahanan tali pusat dengan benar untuk
membantu menggunakan plasenta dan selaput ketuban lengkap. 4. Standar 12: Penanganan kala II
dengan gawat janin melalui episiotomi. Pernyataan standar: Tanda-tanda gawat janin pada kala II yang
lama, dan segera melakukan episiotomi dengan aman untuk memperlancar persalinan, dilanjutkan
dengan penjahitan perineum.

Anda mungkin juga menyukai