Anda di halaman 1dari 9

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Dasar Teori


1.1.1 Larutan Elektrolit
Dalam pelarit air, zat padat dapat berada dalam keadaan ion-ion maupun
molekul molekulnya. Jika NaCl terlarut dalam air, masing-masing ion Na+ dan
ion Cl- akan terhidrasi oleh molekul-molekul air dan bergerak secara bebas ke
seluruh medium larutan. Jika glukosa atau etanol larut dalam air, zat-zat tersebt
tidak terdapat dalam bentuk ion, melainkan sebagai molekul. Zat-zat yang
didalam air membentuk ion-ion dinamakan larutan elektrolit. Sebaliknya, zat-zat
yang didalam air membentuk molekul dinamakan larutan non (Sunarya, 2013).
Secara eksperimen larutan elektrolit dan larutan nonelektrolit dapat
dibedakan berdasarkan daya hantar listriknya. Larutan elektrolit seperti beberapa
jenis larutan garam, asam, dan basa kuat dapat menghantarkan arus listrik. Zat-zat
nonelektrolit seperti senyawa organik pada umumnya tidak dapat menghantarkan
arus listrik (Sunarya, 2013).
Elektrolit merupakan bagian penting dalam sel elektrokimia baik dalam
pengoperasiannya maupun dan dalam sistem kelengkapannya. Selain itu elektrolit
harus dapat menghantarkan elektron dan menghasilkan elektron untuk
menjalankan sel elektrokimia (Jouannea, 2002 dalam Pembuatan dan
Karakterisasi Elektrolit Padat NaMn2-xMgxO4 : (I)).

1.2.1 Konduktometri
Biasanya konduktometri merupakan prosedur titrasi, sedangkan
konduktometri bukanlah prosedur titrasi. Metode konduktasi dapat digunakan
untuk mengikuti reaksi titrasi jika perbedaan antara konduktansi cukup besar
sebelum dan sesudah penambahan reagen. Tetapan sel harus diketahui. Berarti
seama pengukuran berturut-turut jarak elektroda harus tetap,tetapi pengenceran
akan menyebabkan hantarannya tidak berfungsi secara linear lagi dengan
konsentrasi (Khopkar, 2003).

1
Konduktometri merupakan metode analisis kimia berdasarkan daya hantar
listrik suatu larutan. Daya hantar listrik (G) suatu larutan bergantung pada jenis
dan konsentrasi ion didalam larutan. Daya hantar listrik berhubungan dengan
pergerakan suatu ion di dalam larutan ion yang mudah bergerak mempunyai daya
hantar listrik yang besar.
Daya hantar listrik (G) merupakan kebalikan dari tahanan (R), sehingga
daya hantar listrik mempunyai satuan ohm-1. Bila arus listrik dialirkan dalam
suatu larutan mempunyai dua elektroda, maka daya hantar listrik (G) berbanding
lurus dengan luas permukaan elektroda (A) dan berbanding terbalik dengan jarak
kedua elektroda (l).
1 𝐴
G= 𝑅=𝑘 𝑙 ............................................. .(2.1)

Dengan:

G = daya hantar listrik (ohm-1)

R = tahanan (ohm)

k = Konduktovitas (Sm-1)

A = luas permukaan elektroda (m2)

l = jarak kedua elektroda (m)


Konduktometri merupakan metode untuk menganalisa larutan
berdasarkan kemampuan ion dalam mengantarkan muatan listrik di antara dua
elektroda. Ini berarti konduktometri adalah salah satu metode analisa
elektrokimia di samping potentiometri, amperometri dan sebagainya.
Didalam titrasi konduktometri kita akan mendapatkan beberapa
kemudahan yang mungkin tidak kita dapatkan jika kita menggunakan dengan
titrasi lainya, misal tidak menggunakan indikator, karena dalam titrasi
konduktometri ini kita hanya mengukur daya hantar larutan. Jadi dalam titrasi
konduktometri ini kita tidak perlu mencari titik eivalen dengan melihat adanya
perubahan warna. Walaupun demikian masih banyak kelemahan– kelamahan

2
dalam titrasi konduktometri ini. Karena kita tahu bahwa dalam titrasi
konduktometri hanya terbatas untuk larutan yang tergolong kedalam larutan
elektrolit saja. Sedangkan untuk larutan non elektrolit tidak dapat menggunakan
titrasi konduktometri. Titrasi konduktometri ini sangat berhubungan dengan daya
hantar listrik, jadi juga akan berhubungan dengan adanya ion–ion dalam larutan
yang berperan untuk menghantarkan arus listrik dalam larutan. Arus listrik ini
tidak akan bisa melewati larutan yang tidak terdapat ion– ion, sehingga larutan
non elektrolit tidak bisa menghantarkan arus listrik.
Dalam titrasi konduktometri ini juga sangat berhubungan dengan
konsentrasi dan temperatur dari larutan yang akan ditentukan daya hantarnya.
Sehingga ikita harus menjaga temperatur larutan agar berada dalam keadaan
konstan, sehingga kita dapat memebedakan perbedaan dari daya hantar larutan
hanya berdasarkan perbedaan konsentrasi saja. Jika temperatur berubah–ubah
maka bisa saja konsentrasi yang besar seharusnya memilki daya hantar yang
besar malah memiliki daya hantar yang kecil karena suhunya menurun. Sehingga
ion – ion dalam larutan tidak dapat begeraka dengan bebas

1.3.1 Pengukuran Konduktivitas


Untuk mengukur konduktivitas suatu larutan, larutan ditaruh dalam
sebuah sel yang tetapan selnya telah ditetapkan dengan suatu larutan yang
konduktivitasnya diketahui dengan tepat. Pengaliran arus melalui larutan suatu
elektrolit dapat menghasilkan perubahan-perubahan dalam komposisi larutan di
dekat elektrode, dengan demikian potensial-potensial listrik dapat timbul pada
elektrode-elektrode.
Sumber arus bolak-balik dapat berupa jaringan listrik pusat yang
memberi arus dengan frekuensi sampai 3000 Hz. Karena digunakan arus bolak
balik, sel akan mempunyai kapasitan yang tak akan diimbangi dalam kontak
resistansi standar R, maka perlu dimasukan sebuah kondensor Variabel paralel
dengan kontak resistansi sehingga kapasitansinya dapat diimbangi.
Jika frekuensi arus dinaikkan sampai menjadi Hz, maka efek-efek
kapasitansi dan induksi menjadi sangat penting, dan peralatan harus dimodifikasi

3
untuk memperhitungkan efek-efek ini.
Karena itu kita perlu meninjau cara-cara dalm pengukuran konduktivitas:
a. Titrasi konduktometri yang dilaksanakan dengan arus yang berfrekuensi
rendah sampaidengan 3000 Hz
b. Titrasi yang dilakukan menggunakan arus pada frekuensi tinggi, kita
lebih mengukur peubahan-perubahan dalam kapasitansi atu induktansi
ketimbang konduktansinya maka titrasi-titrasi demikian biasanya
disebut titrasi frekuensi tinggi.
Perhitungan konduktivitas secara langsung dari tahanan. Sampel dan
dimensi sel I dan A tidak dapat diandalkan karena distribusi arusnya rumit.
Dalam prakteknya, sel dikalibrasikan dengan sampel yang diketahui
konduktivitasnya. Konduktivitas larutan bergantung pada jumlah ion yang ada
dan biasa dikenal sebagai konduktivitas Molar L.
Pengukuran-pengukuran hantaran biasanya dilakukan pada larutan berair
(H2O adalah penghantar buruk, L H2O = 5 x 10-8mho/cm) pada 25OC. Pada
konsentrasi tinggi, kenaikan konsentrasi menyebabkan naiknya hantaran secara
linier. Ini akan memiliki maksimum, untuk selanjutnya menurun. Teori tentang
konduktometri merupakan kebalikan dari teori hukum ohm tentang hambatan
listrik. Berdasarkan dan berangkat dari hukum ohm tersebut, maka disusunlah
teori tentang konduktovitas yang merupakan kebalikan dari resistivitas
G=l/R .............................................................. (2.2)

K=l/ρ ............................................................. (2.3)


Dengan :
G= Konduktovitansi (mho) atau (S) ,
I = Panjang material (meter)
K= Konduktovitas (S.m-1),
Ρ= Hambatan jenis atau resistivitas (ohm meter)
Konduktivitas larutan elektrolit pada temperatur konstan, tergantung pada
jenis ion dan konsentrasinya. Jika larutan semakin encer, maka konduktovitasnya
akan menurun. Ini terjadi karena jumlah ion persatuan luas semakin sedikit.
Akantetapi, kemampuan tiap ion dalam meneruskan muatan akan semakin besar

4
karenatidak ada nya hambatan antar ion pada larutan encer.
Karena konsentrasi larutan pada umumnya dinyatakan dalam satuan
molar (mol/liter), Maka pada konduktometri terdapat istilah konduktovitas molar
(Λ), yang mempunyai hubungan dengan konsentrasi secara:
Λ = 1000K/C ....................................... .(2.4)

Dimana:
Λ = konduktoitas molar (Scm2 mol-1)

C = konsentrasi (mol.dm-3)
K = Konduktovitas (Scm-1)

Konduktovitas di tentukan oleh jenis ion. Sehingga untuk mengetahui


kemampuan tiap jenision, maka perlu dilakukan percobaan dengan larutan yang
sangat encer, sehingga tidak di pengaruhi oleh ion lain. Pada kondisi seperti
ini,maka konduktovitas larutan merupakan jumlah konduktovitas ion positif
(Kation) dan ion negatif (anion).

5
BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN

2.1 Alat-lat yang Digunakan


1. Konduktometer
2. Elektroda
3. Gelas piala 400 ml
4. Buret 50 ml
5. Labu ukur 100 ml
6. Pengaduk magnet
7. Pipet volume 10 ml
8. Pipet tetes
9. Erlenmeyer 100 ml
10. Statif dan klem
2.2. Bahan-bahan yang Digunakan
1. HCl 0,1 N
2. AgNO3 0,1 N
3. NaOH 0,1 N
4. KCl 0,1 N
5. Asam Oksalat 0,1 N
6. KNO3 0,1 N

2.3 Prosedur Percobaan


2.3.1 Titrasi asam basa secara konduktometri
1. Pipet 10 ml HCl 0,1 N ke dalam gelas piala 400 ml lalu diencerkan dengan
100 ml akuades.
2. Diukur tahanan larutan HCL dengan dicelupkan elektroda konduktometer
ke larutan.
3. Dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N. Pada penambahan 5 ml pertama kali
penambahan, digunakan 1 ml NaOH, kemudian 0,5 ml NaOH sampai

6
volume penambahan 15 ml. Penambahan selanjutnya 1ml sampai volume
sekitar 20 ml.

Gambar 2.1 Diagram alir prosedur titrasi asam basa

2.3.2 Menentukan kelarutan AgCl secara konduktometri


1. Dibuat larutan AgCl jenuh, dengan cara sebagai berikut : 5 ml AgNO3
0,1 N direaksikan dengan 10 ml HCl 0,1 N di dalam gelas piala 100 ml.
Endapan AgCl yang terbentuk disaring dan dicuci sampai bebas asam.
Larutkan endapan AgCl sampai menghasilkan larutan jenuhnya.
2. Diukur tahanan dari KCl 0,1 N; KNO3 0,01 N; AgCl jenuh, AgNO3 0,01
N, KCl 0,01 N dan akuades.
3. Dilakukan pengukuran/percobaan triplo

2.4 Rangkaian Alat.


2.5 Pengamatan
Tabel 2.1 Pengamatan

No Kegiatan Pengamatan

5 ml AgNO3 0,01 N + 10 ml
1. Berwarna keruh dan ada endapan
HCl 0,1 N dicampurkan
2. Larutan Diencerkan Berwarna bening dan ada endapan

7
8
DAFTAR PUSTAKA

Khopkar, S. (2003). Konsep Dasar Kimia Analitik Terjemahan. Edisi pertama.


Jakarta: UI Press.
Linda Suyati, R. N. (2010). Pembuatan dan Karakterisasi Elektrolit Padat NaMn2-
xMgxO4 : (I). Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi , 1-3.
Sunarya, Y. (2013). Kimia Dasar 2. Bandung: Yrama Widya.
https://dlscrib.com/queue/makalah-konduktometri. Diakses pada 18 Oktober 2018

Anda mungkin juga menyukai