Anda di halaman 1dari 5

Taare Zameen Par adalah sebuah film yang menceritakan tentang seorang anak kelas 3 yang duduk di

bangku sekolah dasar bernama Ishaan Nandkishore Awasthi. Ishaan adalah seorang anak yang tidak bisa
mengikuti kegiatan di sekolahnya dengan baik, ia dicap sebagai anak yang bodoh dan nakal. Tak hanya itu
Ishaan juga memiliki kesulitan dalam membaca maupun menulis, ia kesulitan mengenal huruf, misalnya
sulit membedakan antara "d" dengan "b" atau "p". Dia juga susah membedakan suku kata yang bunyinya
hampir sama, misalnya "Top" dengan "Pot" atau "Ring" dengan "Sing". Bukan hanya itu, dia juga sering
menulis huruf secara terbalik. Karena kekurangan Ishaan tersebut ia pun sering mendapat nilai yang
buruk di sekolah dan tidak pernah mengerjakan pr sehingga para guru pun sering menghukumnya. Meski
begitu, Ishaan memiliki suatu kelebhan yaitu melukis. Berbanding terbalik dengan Ishaan, kakaknya,
Yohan adalah seorang anak yang sangat pintar dan cerdas. Ibu Ishaan seringkali mengajarinya pelajaran
yang sudah dipelajari di sekolah, namun Ishaan akan selalu melupakan pelajaran yang telah diberikan
sehingga lama kelamaan ibunya pun lelah. Ayah Ishaan adalah seseorang yang keras ia sering
membandingkan Ishaan dan kakaknya.

Pada puncaknya Ishaan dimasukkan kedalam asrama karena ketahuan bolos sekolah dan berjalan jalan
sendirian keliling kota. Namun tak ada perubahan yang berarti meskipun Ishaan telah pindah ke asrama.
Ia bahkan lebih sering menerima hukuman dari gurunya karena tidak bisa mengikuti aturan yang ada.
Ishaan sebenarnya sudah berusaha namun semakin ia berusaha maka ia semakin bingung karena ia
measa semua huruf itu menari nari di kepalanya. Karena tekanan yang ia terima dari guru dan ejekan
dari teman temannya Ishaan pun tidak mau menggambar lagi.

Kemudian datang seorang guru kesenian pengganti sementara yang bernama Ram Shankar Nikumbh
(Aamir Khan). Guru baru ini mempunyai cara mendidik yang baru, Ram membuat mereka berpikir keluar
dari buku-buku dan imajinasi mereka. Setiap anak di kelasnya merespon dengan antusias yang besar
kecuali Ishaan. Ram kemudian berusaha untuk memahami Ishaan dan masalah-masalahnya. Ram
menyadari bahwa Ishaan menderita penyakit disleksia, sebuah kesulitan dalam membaca, menulis dan
menghitung. Ram menyadari kondisi Ishaan karena dulunya ia pun mengalami gejala disleksia. Padahal,
sebenarnya seseorang yang mengalami disleksia memiliki kemampuan intelegensi yang tinggi. Jika tak
diasah dengan kesabaran dan keterampilan dalam mendidik, maka sang anak akan terus terjerat dalam
ketidaktahuan dalam membaca dan menulis. Ia mecontohkan tokoh-tokoh dunia yang mengalami
disleksia sehingga melejitkan semangat Ishaan dalam belajar. Dengan waktu, kesabaran dan perawatan
Ram berhasil dalam mendorong tingkat kepercayaan Ishaan. Dia membantu Ishaan dalam mengatasi
masalah pelajarannya dan kembali menemukan kepercayaan yang hilang. Ia mampu mengajak anak
didiknya itu memahami dan menyeberangi lautan ilmu dengan proses yang menyenangkan.

Ram pulalah yang menyadarkan orang tua Ishaan bahwa anaknya mengalami disleksia. Setelah menemui
orang tua Ishaan, Ram kemudian memohon kepada Kepala Sekolah (asrama) agar Ishaan diberikan
kemudahan dan tidak dikeluarkan. Dimana ia nantinya yang akan membantu Ishaan agar dapat
membaca dan juga menulis. Kemudian untuk meningkatkan kepercayaan diri Ishaan dan
memperlihatkan kelebihan Ishaan dalam melukis, Ram mengadakan lomba melukis bagi guru dan murid
di asrama tersebut.

Ishaan keluar sebagai pemenang. Hasil lukisannya dan juga lukisan Nikumbh dipakai sebagai sampul
buku tahunan sekolah tersebut. Selain itu di akhir sekolah, nilai-nilai Ishaan pun tidak lagi di bawah rata-
rata. Ia sudah mampu bersaing dengan teman-temannya.

Pesan Moral

Film ini mengandung pesan moral yang sangat kuat. Dalam film ini kita bisa lihat bahwa peran orang tua
sangat penting dalam masa tumbuh kembang anak. Peran guru pun tak kalah pentingnya sebagai orang
tua kedua bagi anak. Setiap anak pastilah berbeda antara satu dengan yang lainnya. Mereka memiliki
kemampuan, bakat, dan impian yang berbeda beda. Sebagai orang tua hendaknya mendukung agar anak
dapat berkembang menurut bakat alami yang ada dalam diri mereka bukan dengan paksaan dan ambisi
dari orang tua. Karena setiap anak adalah spesial.
Film Taare Zameen Par pasti sudah tidak asing bagi pecinta film Bollywood. Film bergenre edukasi ini
dibintangi oleh sejumlah artis ternama India seperti Darsheel Safary, Tanay Cheda, Sachet Engineer, Tisca
Chopra, Vipin Sharma, bahkan pembesut film ini, yaitu Amir Khan turut didalamnya. Film Taare Zamen
Par menceritakan seorang anak yang mengalami disleksia bernama Ihsaan Nandkishore Awasti.
Diperankan oleh Darsheel Safary, Ihsaan merupakan seorang anak setingkat kelas 3 SD yang suka
bermain.

Namun ia berbeda dengan anak-anak sesusianya, Ihsaan tergolong anak yang susah belajar, dianggap
bodoh dan nakal. Ini dikarenakan ia tidak pernah mengerjakan PR, nilai ulangannya selalu dibawah rata-
rata selain itu, ia juga memiliki kesulitan untuk membaca dan menangkap perintah maupun kata-kata
orang lain, setiap kata-kata dan tulisan yang dilihatnya seolah-olah seperti menari.

Meski ibunya telah membantunya, Ihsaan masih saja selalu salah dalam menulis. Misalnya sebuah kata
seperti “table”, ia menulisnya menjadi “Tabl” atau “tabel”. Selain itu, Ihsaan juga kesulitan untuk
mencerna perintah dari gurunya, seperti pada saat ia diinstruksikan untuk membuka halaman sebuah
buku, Ihsaan sangat kebingungan untuk mencari halaman tersebut.

Karena kekurangan tersebut, Ihsan menjadi bahan ejekan teman-temannya. Guru-gurunya pun
kerap kali memarahinya. Selanjutnya, sang ayah yang mengatahui keadaan Ihsaan tersebut, memutuskan
untuk memasukkan Ihsaan ke sebuah asrama. Namun ternyata di Asrama tersebut Ihsan semakin
terpuruk akibat ejekan dan tekanan dari gurunya. Ia merasa bahwa guru-guru di asrama tersebut lebih
galak dibandingkan sekolah sebelumnya. Ihsaan masih sering menerima hukuman keluar kelas, nilainya
masih di bawah rata-rata, dan bahkan Ihsaan pernah mendapat hukuman pukulan penggaris dari guru
seninya yang bernama Holkar. Ihsaan yang memiliki kemampuan luar biasa dalam menggambar pun
bahkan tidak mau menggambar lagi.

Kemudian datang seorang guru kesenian pengganti sementara yang bernama Ram Shankar
Nikumbh. Guru yang memiliki gaya mendidik yang baru ini, mendapat respon antusias dari siswanya. Ia
mendidik siswanya tidak seperti guru lain yang mendidik dengan mengikuti norma pendidikan pada
umumnya. Ia membuat siswanya berpikir keluar dari buku-buku dan imajinasi mereka. Namun, tetap saja
Ihsaan tidak tertarik pada Ram. Mengetahui hal tersebut, guru kreatif ini mencari tahu permasalahan
yang dialami Ihsaan. Dan akhirnya berhasil mengetahui dan menyadari bahwa ihsaan menderita penyakit
Disleksia karena dia juga dulunya mengalami gejala tersebut.
Disleksia merupakan sebuah kesulitan membaca, menulis dan menghitung. Sebenarnya seseorang yang
mengalami disleksia memiliki kemampuan intelegensi yang tinggi bahkan melebihi orang lain. Jika tak
diasah dengan kesabaran dan keterampilan mendidik, sang anak tidak akan mampu keluar dari kesulitan-
kesulitan tersebut. perlu waktu, kesabaran dan perawatan untuk mendidiknya. Ram berusaha memikat
perhatian Ihsaan dengan memberikan contoh profil tokoh-tokoh hebat yang mengalami disleksia seperti
Albert Einsten, Leonardo da Vinci, Pablo Picasso, Muhammad Ali, Walt Disney, Thomas Alfa Edison.

Dan menggunakan berbagai cara yang menyenangkan untuk membantu Ihsaan dalam mengatasi
kesulitan belajarnya. Selain itu Ram juga menyadarkan orang tua Ihsaan bahwa anaknya mengalami
disleksia dan menjelaskan kepada mereka tentang penyakit tersebut. Ia juga memohon kepada kepala
sekolah asrama untuk tidak mengeluarkan Ihsaan, karena ialah yang nantinya akan membantu Ihsaan
agar bisa membaca dan menulis.

Untuk meningkatkan kepercayaan diri Ihsan, Ram mengadakan lomba melukis bagi guru dan
murid di asrama tersebut, dan memnunjukkan kelebihan Ihsaan. Dalam lomba yang dinilai oleh pelukis-
pelukis besar tersebut membuktikan kemampuan Ihsaan yang sebenarnya, Ihsaan berhasil menjadi
pemenang mengalahkan Ram sendiri sebagai guru seninya.

Selanjutnya hasil lukisan Ihsaan tersebut serta lukisan Ram, dijadikan sampul buku tahunan sekolah.
Progres lain yang berhasil dicapai Ihsaan yakni nilainya tak lagi di bawah rata-rata dan ia sudah mampu
bersaing dengan teman-temannya. Hal ini membuat orang tuanya bangga dan terharu serta menyesal
atas kesalahannya dalam mendidiknya. Akhirnya Ihsan mulai percaya diri bermain dengan teman-
temannya tanpa takut diejek lagi.

Dari film ini, dapat diambil pelajaran bahwasannya setiap anak memiliki tahapan proses yang
berbeda dalam menyerap suatu ilmu. Dan tak dapat dipungkiri bahwa setiap anak itu hebat. Mereka
memiliki imajinasi, intelegensi dan kemampuannya masing-masing, yang dapat dikembangkan dengan
penanganan yang tepat.

Seorang guru harus mampu mengetahui karakteristik dan permasalahan-permasalahan yang dialami
peserta didikny. Sehingga ia tahu cara apa yang tepat digunakan dalam membantu proses belajar siswa
tersebut. Guru dapat menerapkan Remedial Teachingatau pengajaran perbaikan seperti yang dilakukan
Ram

Anda mungkin juga menyukai