Anda di halaman 1dari 8

EJournal keperawatan (e-Kp) Volume 1 Nomor 1 Agustus 2013

HUBUNGAN MEKANISME KOPING DENGAN KEJ ADIAN STRES PASCA


BENCANA ALAM PADA MASYARAKAT KELURAHAN
TUBO KOTA TERNATE

Asnayanti
Lucky Kumaat
Ferdinand Wowiling

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi


Coklat_Yanthy@Yahoo.Com

Abtract. Coping mechanism sapattern oftension to hold him that thre a tens (self
defense/maladaptive) or to solv ethe problems faced (adaptive coping mechanisms). Stress is a
condition produced by environmental change accepted as something that opposes, threat
zenordestroy the balance ofone's equilibrium. Natural disasteris beyond the capacity of
ecological disturbance group of living adjus tment to the environment. The purpose of research
to determine the relationship of mechanism after natura ldisasters with the incidence of stress
coping oncommunities in Tubo Ternate city. The study design was descriptive cross sectional
with analytic approach. The research was carried outstarting from July 3 th to 26th , witha total
sample of 50 respondents.
Keywords: coping mechanisms, stress, natural disasters
Abstrak. Mekanisme koping adalah suatu pola untuk menahan ketegangan yang mengancam
dirinya (pertahanan diri/maladaptif) atau untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi
(mekanisme koping adaptif).Stress adalah suatu keadaan yang dihasilkan oleh perubahan
lingkungan yang diterima sebagai suatuhal yang menentang, mengancam atau merusak terhadap
keseimbangan ekuilibrium seseorang. Bencana alam adalah gangguan ekologis yang melampaui
kapasitas penyesuaian sekolompok mahluk hidup dengan lingkungan. Tujuan penelitian untuk
mengetahui hubungan mekanisme koping dengan kejadian stress pasca bancana alam pada
masyarakat di Kelurahan Tubo Kota Ternate. Desain penelitian bersifat deskriptif analitik
dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 3-26 Juli, dengan
jumlah sampe lsebanyak 50 responden.
Kata kunci :Mekanismekoping, stress, bencanaalam
EJournal keperawatan (e-Kp) Volume 1 Nomor 1 Agustus 2013

PENDAHULUAN bantuan fisik / nonfisik, atau tindakan


Bencana alam adalah gangguan ekologis verbal / nonverbal yang berasal dari
yang melampaui kapasitas penyesuaian keluarga, saudara, kerabat, teman,
sekolompok mahluk hidup dengan pemerintah, relawan, dan komunitas serta
lingkungan. Gangguan ekologis ini dapat jaringan social lainnya. Hal ini berarti
berdampak pada psikologis masyarakat. individu memperoleh dukungan social
Salah satu bentuk dampak psikologis yang yang tinggi sebagai tambahan dukungan
sering ditemui adalah stres (Effendyn N, yang memberi individu pengaruh positif
2012). dan membantu melalui kondisi krisis dan
Stres yang yang terjadi di lingkungan kesulitan pasca bencana alam (Weinstein,
masyarakat yaitu stress bioekologi yang 2008).
merupakan stress ekologi atau lingkungan Stres psikososial bencana alam sudah
seperti polusi,cuaca, termasuk bencana bukan menjadi hal yang baru didengar di
alam. Kehilangan orang yang dicintai dan Indonesia. Seperti halnya Gunung
kehilangan aset ekonomi akan Gamalama di Maluku Utara merupakan
menimbulakan gejala stress fisik maupun salah salah satu gunung paling aktif di
mental seperti, perasaan sedih, gangguan indonesia. Sejarah mencatat, letusan
pola tidur, kemampuan berkonsentrasi gunung setinggi 1.715 meter di atas
menurun, perasaan takut, badan gemetar permukaan laut itu pernah menelan ratusan
dan lain-lain. Untuk mengatasi stres, korban jiwa. Tipe letusan Gunung
traumatis, dan bangkit dari tekanan Gamalama umumnya vulkano stomboli
bencana alam diperlukn adaptasi stress yang berlangsung di kawah utama. Erupsi
untuk mengatasi tekanan atau ancaman freato magmmatik dengan lontara bom
yang terjadi di lingkungan. Adaptasi berstruktur (kerakroti) terkadang diakhiri
adalah suatu proses individual dimana lelahan lava panas (aliran piroklastik).
masing-masing individu mempunyai Pada tahun 2011 sampai 2012 di
kemampuan untuk mengatasi masalah atau Kelurahan Tubo Kota ternate
berespon dengan tingkat yang berbeda- menyebabkan, 3 orang meninggal dunia, 3
beda (Brunner & Suddart, 2001). orang luka berat, 29 rumah rusak berat dan
Sumber daya koping sangat 49 rumah rusak ringan.
dibutuhkan atau diperlukan dalam Batas wilaya kelurahan Tubo, bagian
menghadapi sumber stress. Sumber daya utara berbatasan dengan Kelurahan Sango,
koping merupakan salah satu kapasitas sebelah selatan berbatasan dengan
yang dapat dimanfaatkan untuk menangani kelurahan Dufa-Dufa, sebelah timur
dan menghadapi kesulitan. Dukungan berbatasan dengan Kelurahan Ake Huda,
social misalnya merupakan sumber daya dan sebelah barat berbatasan dengan
koping yang tidak dimiliki namun bias Gunung Gamalama. Kelurahan Tubo Kota
diakses dari lingkungan masyarakat. Ternate Utara RT 001/RW 02 memiliki
Ketika berada disituasi tertekan, individu warga Laki-laki 164 jiwa, Perempuan 141
membutuhkan tambahan dukungan. jiwa, jumlah Kepala keluarga 57 KK,
Dukungan social dapat memberi pengaruh Jumlah anggota KK 230 jiwa yang
positif pada kondisi fisik maupun psikis merupakan tempat objek penelitian pada
individu. Individu menerima dukungan karya ilmiah ini.
social baik berupa informasi atau saran,
EJournal keperawatan (e-Kp) Volume 1 Nomor 1 Agustus 2013

METODEPENELITIAN kriteria inklusi yaitu: Masyarakat yang


Penelitian ini adalah penelitian berada di tempat saat penelitian dilakukan
deskriptis analitik dengan menggunakan di Kelurahan Tubo Kota Ternate.
rancangan cross sectional study (studi Masyarakat Kelurahan Tubo dengan status
potong lintang) dimana peneliti ingin sehat.
mengetahui hubungan antara variabel Untuk mengukur mekanisme koping
independen dengan variabel dependen pada pasca bencana alam pada responden
suatu saat tertentu, artinya setiap subjek dengan menggunakan parameter Guttman
hanya diobservasi 1 kali saja (Setiadi, yang terdiri 10 pertanyaan, 5 pertanyaan
2007)). mekanisme koping adaptif dan 5
pertanyaaan mekanisme koping
Tempat penelitian ini dilakukan di maladaptif. Mekanisme koping dinilai
Kelurahan Tubo Kota Ternate.Waktu berdasarkan cara adaptasi responden yang
penelitian ini dimulai dari bulan juni 2013. terdiri dari 2 kategori adaptif dan
Populasi adalah keseluruhan subjek maladaptif.
penelitian yang akan diteliti (Setiadi, Nilai median pada mekanisme koping stres
2007). pasca bencana alam :
Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh Nilai terendah x jumlah pertanyaan =1 x
masyarakat yang bertempat tinggal di 10 = 10
Kelurahan Tubo dengan jumpalah populasi Nilai tertinggi x jumlah pertanyaan = 2 x
sebanyak 57 KK. 10 = 20
Sampel dalam penelitian ini adalah Dari hasil diatas maka nilai mean :
adalah sebagaian dari masyarakat yang 10 + 20 = 15
mengalami stress pasca bencana alam di 2
Kelurahan Tubo Kota Ternate. Untuk mengukur stres pasca bencana
Pengambilan sampel secara proposive dengan menggunakan skala self reporting
sampling yaitu memilih sampel di antara quesionnore (SRQ), yang terdiri dari 2
populasi. kategori yaitu, stres dan tidak stres dengan
n = N + N (d2 ) 20 pertanyaan yang dijawab responden,
1 dengan kriteria stres sebagai berikut :
Keterangan : Stress ringan jika skor < 20-25 ,Stress
n = sampel sedang jika skor > 26 – 30 danStress berat
N = populasi jika skor 30 >
d = tingkat kepercayaan yang diinginkan Prosedur pengumpulan data melalui
(0,05) tahapan-tahapan sebagai berikut :
n= 57 Membuat surat permohonan ijin melalui
1 + 57 (0, 0025) Program Studi Ilmu Keperawatan FK
= 57 Unsrat yang ditujukan kepada Kepala
1 + 0, 1425 Kelurahan Tubo Kota Ternate Bapak Djiko
= 57 Tamam.SH (Juni 2013). Setelah
1, 1425 mendapatkan ijin selanjutnya peneliti
= 49, 89 menjelaskan maksud dan prosedur
= 50 penelitian kepada Kepala Kelurahan.
Sampel yang diambil dalam penelitian Memberikan penjelasan tentang tujuan,
ini adalah 50 responden merupakan manfaat dan prosedir penelitian kepada
masyarakat yang bertempat tinggal di responden. Selanjutnya responden diminta
kelurahan Tubo Kota Ternate atas dasar
EJournal keperawatan (e-Kp) Volume 1 Nomor 1 Agustus 2013

persetujuannya sebagai responden dalam variabel bebas dan variabel terikat. Faktor-
penelitian. Membagikan kuesioner dan faktor yang berhubungan dengan
mempersilahkan responden untuk mengisi mekanisme koping di Kelurahan Tubo
kuesioner, selama mengisi kuesioner Kota ternate, menggunakan analisis
peneliti mendampingi responden agar statistic uji chi-square (X2) pada tingkat
dapat menjelaskan jika ada pertanyaan kemaknaan 95 % atau (alpha = 0,05).
yang kurang jelas atau tidak dimengerti. Dalam melakukan penelitian, peneliti
Setelah kuesioner diisi lengkap, responden memandang perlu adanya rekomendasi
mengembalikan kuesioner kepada peneliti. dari pihak institusi atas pihak lain dengan
Kuesioner yang telah dikumpulkan mengajukan permohonan izin kepada
diperiksa kembali kelengkapannya oleh instansi tempat penelitian dalam hal ini
peneliti. Waktu pengumpulan data Kepala Kelurahan Kota Ternate, setelah
dilakukan selama 2 hari. mendapat persetujuan barulah dilakukan
Data yang telah dikumpulkan penelitian dengan menekankan masalah
selanjutnya dilakukan pengolahan melalui etika penelitian yang meliputi: Informed
tahap sebagai berikut :Editing,Coding Consent (lembar persetujuan), Anonimity
,Processing dan Cleaning yaitu dengan (tanpa nama) dan Confidentiality
menggunakan Analisa Univariat dan (kerahasian).
Analisa Bivariat dilakukan untuk mencari
ada tidaknya hubungan masing-masing
Tabel 3.Distribusi Responden Berdasarkan
HASIL DAN PEMBAHASAN Pendidik an Pada Masyarak at Kelurahan Tubo
Adapun analisis yang digunakan Tingkat N %
dalam penelitian ini adalah analisis pendidikan
univariat dan bivariat.: Tidak Tamat SD 11 22,0
Analisa Univariat SD 9 18,0
SMP 12 24,0
Tabel 1.Distribusi Responden Berdasarkan Usia SMA 9 18,0
Pada Masyarak at Kelurahan Tubo S1 9 18,0
Total 50 100,0
Usia N %
Sumber Data Prima 2013
(Tahun)
Tabel 4.Distribusi Responden Berdasarkan
Kejadian Stress pada Masyarakat Kelurahan
20 – 30 7 14,0 Tu bo Kota Ternate
31 - 40 16 32,0
41 – 50 27 54,0 Kejadian Stress N %
Ringan 33 66
Total 50 100,0 Sedang 17 34
Sumber Data Prima 2013 Berat 0 0
Total 50 100
Tabel 2.Distribusi Responden Berdasarkan Jenis
Sumber Data Prima 2013
Kelamin Pada Masyarak at Kelurahan Tubo
JenisKelamin N % Tabel 5.Distribusi Responden Berdasarkan
Mek anisme Koping pada Masyarakat di
Laki – laki 25 50,0 Kelurahan Tubo Kota Ternate
Perempuan 25 50,0

Total 50 100,0
Sumber Data Prima 2013
EJournal keperawatan (e-Kp) Volume 1 Nomor 1 Agustus 2013

MekanismeKoping N % Kejadia Mekanisme Tot P


Adapt if 39 78 n Stress Kop ing al
Adap Malada
Maladaptif 11 22 tif ptif
Ringan 31 2 33
Total 50 100 Sedang 9 8 17
Sumber data prima 2013 Be 0 0 0 0,0
rat 1
Analisa Bivariat Total 40 10 50 Tot
al
Tabel 6.Hubungan Mekanisme Koping Dengan
Kejadian Stress pada Masyarak at Sumber Data Prima 2023
Kelurahan Tubo Kota Ternate
Hasil uji Statistik menunjukkan nilai ρ Kejadian tingkat stress masyarakat
= 0.01. Hal ini menunjukkan bahwa nilai ρ Kelurahan Tubo Kota Ternate
lebih kecil dari Alfa (ρ < α = 0.05). Dengan Penelitian ini menunjukan bahwa
demikian Ho ditolak dan dapat disimpulkan masyarakat kelurahan Tubo Kota Ternate
bahwa ada hubungan Mekanisme Koping mengalami stress psikososial pada tingkat
dengan kejadian Stres Pasca Bencana Alam stress ringan 33 orang (66,0%) dari 50
pada Masyarakat Kelurahan Tubo Kota responden. Hasil penelitian ini didukung
Ternate. oleh penelitian yang dilakukan Koentjoro
(2005) yaitu stress psikososial masyarakat
Analisa Univariat pada gempa bumi di Jogyakarta yang
Analisis univariat dari hasil menunjukan dampak psikologis yang
penelitian didapatkan data bahwa rata-rata muncul pasca gempa di Yogyakarta adalah
usia masyarakat di Kelurahan Tubo Kota kecemasan, stress dan trauma (Koentjoro,
Ternate adalah 41-50 tahun yaitu sebanyak 2005).
27 orang (54,0%) dengan umur termudah Tingginya prentase stress psikososial
adalah 20 tahun dan tertua adalah 50 tahun. ringan yang dialami masyarakat Kelurahan
Masyarakat di Kelurahan Tubo dalam Tubo Kota Ternate dipengaruhi oleh
penelitian ini yang berjenis kelamin beberapa factor. Factor pertama meletusnya
perempuan yaitu sebanyak 25 orang (50,0 gunung gamalam sudah merupakan hal yang
%) sama dengan jumlah masyarakat laki- biasa bagi masyarakat Kelurahan Tubo Kota
laki yaitu sebanyak 25 orang (50,0 %). Hasil Ternate. Factor kedua sebagian masyarakat
penelitian ini menyebutkan bahwa tingkat Kota Ternate sudah terbiasa dengan
pendidikan masyarakat Kelurahan Tubo aktivitas-aktivitas gunung gamalama.
Kota Ternate yang tidak tamat SD yaitu Kejadian stress ringan tersebut sesuai
sebanyak 11 orang (22,0%), yang tamat SD dengan respon stress yang disampaikan oleh
yaitu sebanyak 9 orang (18,0%), yang tamat National Safety Council (2003) yang
SMA yaitu sebanyak 12 orang (24,0%), mengatakan tentang respon melawan atau
yang tamat SMA yaitu sebanyak 9 orang menghindar dipakai untuk mendeskripsikan
(18,0 %) dan yang sarjana sebanyak 9 orang mekanisme yang terlibat dalam respon tubuh
(18.0%),dari hasil penelitian dapat untuk bertahan terhadap suatu ancaman fisik
disimpulkan bahwa tingkat pendidikan yang (NSC, 2003).
terbanyak di Kelurahan Tubo adalah
masyarkat yang tamat SMA.
EJournal keperawatan (e-Kp) Volume 1 Nomor 1 Agustus 2013

Mekanisme koping terhadap kejadian kategori stress berat 0 orang sedangkan


stress pasca bencana alam untuk mekanisme koping maladaptif pada
Pada hasil penelitian Mekanisme kategori stress sedang sebanyak 8 orang.
koping masyarakat Kelurahan Tubo Kota Hasil uji Statistik menunjukkan nilai ρ =
Ternate diperoleh mekanisme koping adaptif 0.01. Hal ini menunjukkan bahwa nilai ρ
yaitu sebanyak 39 orang (78,0%) lebih lebih kecil dari Alfa (ρ < α = 0.05). Dengan
banyak dibandingkan dengan mekanisme demikian Ho ditolak dan dapat disimpulkan
koping maladaptive yaitu sebanyak 11 orang bahwa ada hubungan Mekanisme Koping
(22,0%). Dari hasil penelitian diperoleh dengan kejadian Stres Pasca Bencana Alam
bahwa mekanisme koping adaptif dengan pada Masyarakat Kelurahan Tubo Kota
kategori stress ringan dan sedang lebih Ternate. Hal ini sesuai dengan yang
banyak daripada mekanisme koping sampaikan oleh Stuart (2010) Mekanisme
maladapti ve yang diterapkan oleh koping adalah berbagai usaha yang
masyarakat Kelurahan Tubo Kota Ternate. dilakukan individu untuk menanggulangi
Hal ini dapat dilihat bahwa tingkat merespon stres yang di hadapinya (Stuart, 2007).
stress dalam adaptasi masyarakat Kelurahan
Tubo Kota Ternate berbeda-beda sesuai PENUTUP
dengan yang sampaikan oleh Sumarno H Kesimpulan
(2009) Persepsi terhadap kerentanan atau Diketahui kejadian stress pasca bencana
kerapuhan individu dilihat dari cara individu alam pada masyarakat di Kelurahan Tubo
memenuhi kebutuhan diri. dengan kategori stress ringan 33 responden
Oleh karenanya, individu berupaya (66%), kategori sedang 17 responden (34%),
agar selalu sehat supaya dapat bekerja dan kategori berat 0 responden (0%). Diketahui
menyelesaikan masalah supaya tidak mekanisme koping yang digunakan
mengganggu pekerjaan yang merupakan hal masyarakat dalam mengatasi kejadian stres
yang dipandang sebagai kekuatan. pasca bencana alam di kelurahan Tubo Kota
Mekanisme koping merupakan variable Ternate dengan kategori mekanisme koping
yang melekat pada masalah post traumatic adaptif 39 responden (78 %) dan maladaptif
stress disorder sehingga tingginya 11 responden (22 %). Hasil uji Statistik
mekanisme koping terfokus masalah menunjukkan nilai ρ = 0.01. Hal ini
terhadap tingkat stress yang dialami individu menunjukkan bahwa nilai ρ lebih kecil dari
(Sumarno, 2009). Alfa (ρ < α = 0.05). Dengan demikian Ho
ditolak dan dapat disimpulkan bahwa ada
Analisa Bivariat hubungan Mekanisme Koping dengan
Dari hasil penelitian di tunjukan bahwa kejadian Stres Pasca Bencana Alam pada
dari 50 responden didapati mekanisme Masyarakat Kelurahan Tubo Kota Ternate
koping adaptif pada kategori stress ringan 31
orang, kategori stress sedang 2 orang dan
EJournal keperawatan (e-Kp) Volume 1 Nomor 1 Agustus 2013

DAFTAR PUSTAKA Sumarno, H. (2009). Dalam Laporan


Penelitian Pusat Studi Bencana LPPM
Effendyn N. 2012. Dasar-Dasar Mengenai Indicator Kerentanan Keluarga
Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Edisi Petanidan Nelayan.
Kedua: Jakarta
Setiadi. 2007. Konsep Dan Penulisan Riset
Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Keperawatan. Edisi Pertama : Yogyakarta.
Bedical Bedah. Edisi 8 Vol 1. EGC; Jakarta.
Stuart. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa.
National Safety Council. 2003. Manajemen Edisi Kelima; Jakarta.
Stres. EGC. Jakarta.
Weinstein, J. (2008). In the Best Interest of
Koentjoro,(2005).Refleksi Gempa Bumi Children: A Proposal to Transform the
Yogyakarta 27 Mei. Yogyakarta. Gadjah Adversarial System. United Stated. Sunway
Mada University Press. Academic Journal.
EJournal keperawatan (e-Kp) Volume 1 Nomor 1 Agustus 2013

Anda mungkin juga menyukai