Anda di halaman 1dari 4

II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Salep

Salep (unguents) adalah preparat setengah padat untuk pemakaian luar.

Preparat farmasi setengah padat seperti salep, sering memerlukan penambahan

pengawet kimia sebagai antimikroba, pada formulasi untuk mencegah


pertumbuhan mikroorganisme yang terkontaminasi. Pengawet-pengawet ini

termasuk hidroksibenzoat, fenol-fenol, asam benzoat, asam sorbat, garam

amonium kuartener, dan campuran-campuran lain. Preparat setengah padat

menggunakan dasar salep yang mengandung atau menahan air, yang membantu

pertumbuhan mikroba supaya lebih luas daripada yang mengandung sedikit uap

air, dan oleh karena itu merupakan masalah yang lebih besar dari pengawetan

(Soetopo dkk, 2002).

Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan

sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispend homogen dalam dasar

salep yang cocok. Pemerian Tidak boleh berbau tengik. Kadar kecuali dinyatakan

lain dan untuk salap yang mengandung obat keras atau obat narkotik , kadar bahan

obat adalah 10 %. Kecuali dinyatakan sebagai bahan dasar digunakan Vaselin

putih (Anif, 2006).

2.2 Fumigasi Mesin Tetas


Fumigasi adalah upaya untuk membasmi mikroba yang menempel pada

kerabang telur maupun mikroba yang terdapat pada mesin tetas dan ruang

penyimpanan telur (Ismoyowati, 2011). Metode fumigasi merupakan cara sanitasi

telur dengan menggunakan gas formaldehyde hasil campuran antara formalin

dengan Kalium Permanganat (KMnO4) (Murtidjo, 1992).

Cara melaksanakan Fumigasi Mesin Tetas :

1. Tuang KMnO4 atau biasa disebut PK ke dalam panci email (wadah).


2. Tempatkan wadah tersebut di bawah telur.
3. Kemudian secara perlahan-lahan, tuangkan formalin ke dalam wadah tersebut.
4. Secepatnya tutup ruangan tempat fumigasi (mesin tetas) karena campuran
formalin dan KMnO4 akan menghasilkan gas yang pedih bila kena mata.
5. Biarkan fumigasi berlangsung selama 20 menit
6. Buka pintu ruangan tempat fumigasi (mesin tetas)
7. Telur siap ditetaskan

(Murtidjo, 1992)

2.3 Pengenceran

Proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi)

dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar.

Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah

panas dilepaskan. Hal ini terutama dapat terjadi pada pengenceran asam sulfat

pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan dengan aman, asam sulfat pekat yang

harus ditambahkan ke dalam air, tidak boleh sebaliknya. Jika air ditambahkan ke

dalam asam sulfat pekat, panas yang dilepaskan sedemikian besar yang dapat

menyebabkan air mendadak mendidih dan menyebabkan asam sulfat memercik.

Jika kita berada di dekatnya, percikan asam sulfat ini merusak kulit (Brady, 2000).
2.4 Alat Kesehatan Ternak

Kesehatan hewan adalah suatu status kondisi tubuh hewan dengan seluruh sel

yang menyusun dan cairan tubuh yangdikandungnya secara fisiologis berfungsi

normal (Akoso, 1996). Drencing gun atau pencekok ini dapat dipergunakan untuk

memberi obat cacing pada ternak ruminansia, baik ternak yang sakit atau tidak

sakit. Drencing gun pada umumnya digunakan hanya sesekalai atau dua kali saja,

selama proses pemerahan ternak tersebut berlangsung, yaitu pada saat ternak sapi,

kerbau, ternak dan kambing baru datang dari pasar atau baru dibeli (Endro dkk,
2000).

Alat suntik adalah alat yang dipergunakan untuk menyuntik ternak, baik itu

pada waktu pemberian obat terhadap ternak yang sakit atau pada saat pemberian

vitamin pada ternak. Sebetulnya secara aturan yang berhak menggunakan alat

suntik ini adalah dokter hewan, namun kenyataan di lapangan tidak jarang ditemui

petani peternak atau pengelola ternak menggunakan alat ini untuk memberi

vitamin atau mengobati pada saat ternaknya sedang sakit (Sutrisno dkk, 2003).

Dafpus

Soetopo dkk. (2002). Ilmu Resep Teori. Jakarta : Departemen Kesehatan RI

Moh. Anief, Drs. Apoteker. (2006). Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : UGM Press

Ismoyowati, Moch Mufti, dan Ibnu Hari. 2011. Petunjuk Praktikum Ilmu Ternak
Unggas.Fakultas Peternakan Unsoed. Purwokerto.

Murtidjo, Bambang. 1992. ayam petelur dan pedaging. Agromedia pustaka.


Jakarta.
Brady, J. E. 2000. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Binarupa Aksara: Jakarta.
Endro, Dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Ternak, Universitas Jenderal Soedirman
:Purwokerto.

Sutrisno, Dkk. 2003. Pedoman Praktek Ilmu Kesehatan Ternak. UNSOED


:Purwokerto.

Anda mungkin juga menyukai