Refleksi Kasus Pterigium Fix
Refleksi Kasus Pterigium Fix
PENDAHULUAN
Hingga saat ini etiologi pasti pterigium masih belum diketahui secara
pasti. Beberapa faktor resiko pterigium antara lain adalah paparan ultraviolet,
mikro trauma kronis pada mata, infeksi mikroba atau virus. Selain itu beberapa
kondisi kekurangan fungsi lakrimal film baik secara kuantitas maupun kualitas,
konjungtivitis kronis dan defisiensi vitamin A juga berpotensi timbulnya
pterigium3
BAB II
LATAR BELAKANG
A. Definisi
Pterigium adalah suatukondisi degenerasi elatoik subkonjungtiva.
Merupakansuatu perluasan pinguekula ke kornea, seperti daging berbentuk
segitiga, danumumnya bilateral di sisi nasal. Keadaan ini diduga merupakan
suatufenomena iritatif akibat sinar ultra violet, lingkungan yang kering,
danberangin5
Pterigium merupakan suatu pertembuhan fibrovaskular konjungtiva
yang bersifat degenerative dan infasif. Pertumbuhan ini biasanya terletak
pada celah kelopak bagian nasal ataupun temporal konjungtivayang meluar ke
kornea berbentuk segitig dengan puncang di bagian sentral atau di daerah
kornea. Pterigium mudah meradang dan bila terjadi iritasi, akan berwarna
merah dapat mengenai kedua mata.4
B. Etiologi
Pterigium di duga disebabkan iritasi kronis akibat debu, cahaya sinar
matahari, dan udara yang panas. Etiologinya tidak diketahui dengan jelas dan
di duga merupakan suatu neoplasma, radang, dan degenerasi4
C. Epidemiologi
Prevalensi kejadian pterigium akan meningkat dengan umur, terutama
dekade ke 2 dan 3 kehidupan. Insiden tinggi pada umur antara 20-49 tahun.
Pterigium rekuren sering terjadi pada umur muda dibandingkan dengan umur
tua. Laki-laki 4 kali lebih berisiko daripada perempuan dan berhubungan
dengan merokok, pendidikan rendah dan riwayat paparan lingkungan di luar
rumah3
D. Klasifikasi
Berdasarkan stadium pterigium dibagi menjadi 4 derajat yaitu4:
1. Derajat I : jika pterigium hanya terbatas pada limbus kornea
2. Derajat II : jika pterigium sudah melewati limbus dan belum mencapai
pupil, tidak lebih dari 2 mm melewati kornea.
3. Derajat III : jika pterigium sudah melebihi derajat II tetapi tidak melebihi
pinggiran pupil mata dalam keadaan cahaya normal (diameter pupil
sekitar 3-4 mm).
4. Derajat IV :jika pertumbuhan pterigium sudah melewati pupil sehingga
mengganggu penglihatan.
Gambar 2, Stadium Pterigium
Gambar 4, pseudopterigium
G. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
Pada pterigium derajat 1‐2 yang mengalami inflamasi, pasien dapat di
berikan obat tetes mata kombinasi antibiotik dan steroid 3 kali sehari
selama 5‐7 hari. Di perhatikan juga bahwa penggunaan kortikosteroid
tidak di benarkan pada penderita dengan tekanan intraokular tinggi atau
mengalami kelainan pada kornea4.
2. Bedah
Pada pterigium derajat 3‐4 dilakukan tindakan bedah berupa eksisi
pterigium. Sedapat mungkin setelah eksisi pterigium maka bagian
konjungtiva bekas pterigium tersebut ditutupi dengan cangkok
konjungtiva yang diambil dari konjugntiva bagian superior untuk
menurunkan angka kekambuhan. Tujuan utama pengangkatan pterigium
yaitu memberikan hasil yang baik secara kosmetik, mengupayakan
komplikasi seminimal mungkin, angka kekambuhan yang rendah.
Penggunaan Mitomycin C (MMC) sebaiknya hanya pada kasus pterigium
yang rekuren,mengingat komplikasi dari pemakaian MMC juga cukup
berat4
3. Konseling dan edukasih
Lindungi mata dengan pterigium dari sinar matahari, debu, dan
udarakering dengan kacamata pelindung4.
4. Criteria rujukan
Pterigium derajat 3-4
H. Prognosis
- Ad vitam, menunjuk pada pengaruh penyakit terhadap proses kehidupan
- Bonam-Ad functionam, menunjuk pada pengaruh penyakit terhadap
fungsi organatau fungsi manusia dalam melakukan tugasnya
- Bonam-Ad sanationam, menunjuk pada penyakit yang dapat sembuh
totalsehingga dapat beraktivitas seperti biasa :ad bonam4
BAB III
REFLEKSI KASUS
A. Identitas pasien
Nama : ny. hamsia
Umur : 42 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : URT
Alamat : Jl. Sukarno hata
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Periksa : 19 september 2019
Tempat Pemeriksaan : Poli Mata RSUD UNDATA
B. Anamnesis Keluhan Utama
Mata merah dan terasa tidak nyaman pada mata kiri
Anamnesis Terpimpin
Seorang pasien Perempuan usia 42 tahun, datang ke Poli Mata RSUD
UNDATA dengan keluhan mata merah dan rasa tidak nyaman pada mata kiri.
Keluhan ini dialami sejak kurang lebih 2 hari yang lalu, ketika bercermin
pasien melihat seperti ada sesuatu yang tumbuh pada mata kiriya. Awalnya
kecil yang lama kelamaan makin mendekati bagian mata hitam pasien. Pasien
kadang merasakan mata berair, terasa panas (+), nyeri (-), Gatal (-), pasien
juga tidak mengeluhkan rasa silau, tidak ada kotoran mata, ataupun tidak ada
penurunan penglihatan. Pasien biasa mengucek matanya dan sering terkena
debu ataupun paparan sinar matahari
Riwayat penyakit dahulu
HT (-), DM (-), Kolesterol (-), Merokok (-)
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada
Riwayat pemakaian kacamata
Tidak ada
Riwayat Pengobatan
Tidak ada
C. STATUS GENERAL
Kesadaran : compesmentis
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,7
Respirasi Rate : 20x/ menit
E. Resume
Seorang pasien perempuan usia 42 tahun, dating ke Poli Mata RSUD
UNDATA dengan keluhan mata merah (+), mata berair (+, mata terasa panas
(+) dan rasa tidak nyaman pada mata kiri. Pada pasien lacrimasi (-), secret (-),
penurunan visus (-), keluhan ini di alami sejak kurang lebih 2 hari yang lalu.
Riwayat penyakit sistemik (-), riwayat pengobatan tidak ada.
Pada oftalmologi visus ditemukan VOD : 6/6, VOS : 6/6. Selain itu
pada OS konjungtiva hiperemis dan jaringan fibrovaskular berbentuk segitiga
yang suda melewati limbus tapi belum mencapai pupil.
F. Diagnose Kerja
OS Pterigium Grade II
G. Diagnosa Banding
Pseudopterigium
Pinguekula
Episkleritis nodular
H. Terapi
Edukasi
- Menjelaskan kepada pasien tentang penyakitnya, rencana pengobatan,
juga komlikasi yang bisa terjadi
- Menyarankan pakai kaca mata hitam atau topi lebar saat beraktifitas di
luar rumah saat siang hari agar tidak terpapar langusung dengan sinar
matahari
Medikamentosa
I. Prognosa
Quo ad vitam : bonam
Qua ad sanationam : dubia ad bonam
Qua ad functionam : dubia ad bonam
Qua ad cosmeticam : dubia ad bonam
BAB IV
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
1. Syintia, djajaksuli., Syawal, Rukiyah., dkk. 2010. The Profile of Tear Mucin
Layer and Impression Cytology in Pterygium Patients. Jurnal Oftalmologi
Indonesia.Vol. 7., N0. 4 Desember 139-143
2. Putri, Gladis Clara Dea. 2015. Pterigium Oculi Dextra stage III. Volume 2.
Nomor 1. Februari
3. Spm., Prof. Dr. H. Sidarta Ilyas., SpM., dr.Sri Rahayu Yulianti. 2015. Ilmu
Penyakit Mata. Badan penerbit fakultas kedokteran universitas Indonesia.
Jakarta
4. Lestari, Dwi Jayanti Tri., Sari, Dian Resita., 2017., Pterigium Derajat IV
pada Pasien Geriatri. Bagian Ilmu Kesehatan Mata, Rumah Sakit Abdul
Moeloek, Provinsi Lampung., volume 1., nomor 7
5. Novitasari., dr. Andra., 2015., Buku Ajar Sistem Indra Mata. Fakultas
Kedokteran Universitas Muhamadiyah Semarang
UNIVERSITAS TADULAKO
Pterigium Stadum II
Disusun Oleh :
Nur Evayanti
N111 17 140
Pembimbing
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU 2019