Anda di halaman 1dari 9

PENERAPAN ARSITEKTUR BUDAYA TERHADAP RUANG,

STRUKTUR, SAINS DAN UTILITAS PADA FASILITAS WORKSHOP


DAN PELATIHAN C20 COWORKING SPACE SURABAYA DAN REST
HUBUD SPACE BALI

Oleh :
1
Fadli Rifqi Hidayat; 2Ir. Ika Ratniarsih, MT
Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Adhitama Surabaya
Email: fadlirifqi99@gmail.com
PENERAPAN ARSITEKTUR BUDAYA TERHADAP RUANG,
STRUKTUR, SAINS DAN UTILITAS PADA FASILITAS WORKSHOP
DAN PELATIHAN C20 COWORKING SPACE SURABAYA DAN REST
HUBUD SPACE BALI
Oleh :
1
Fadli Rifqi Hidayat; 2Ir. Ika Ratniarsih, MT
Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Adhitama Surabaya
Email: fadlirifqi99@gmail.com

Abstrak

Workshop atau lokakarya merupakan suatu acara yang dimana para ahli di bidang tertentu
berkumpul untuk mengajari para peserta mengenai teori dan praktik pada bidang tersebut. Kegiatan
workshop sendiri bersifat komunikasi dua arah dan melibatkan para peserta lebih aktif. Dalam
workshop sendiri para peserta diajarkan mencari sebuah solusi dari permasalahan yang ada serta
mempraktikannya secara langsung. Sementara pelatihan ialah kegiatan yang lebih focus ke pengasahan
skill atau kemampuan. Tujuannya ialah mengembangkan kemampuan tersebut agar menjadi lebih baik
lagi.

Studi kasus lapangan yang saya ambil yaitu C20 Coworking Space Surabaya. Fasilitas yang
ada antara lain resepsionis - ruang rapat – kantor – perpustakaan – toilet – mini café - ruang workshop
– pelatihan. Studi kasus pustaka yang saya ambil yaitu Rent Hubud Space Bali, Fasilitas yang ada
antara lain resepsionis - ruang rapat – kantor – toilet – kantin - ruang workshop – pelatihan. Pada studi
kasus tersebut saya mencoba menganalisa penerapan budaya pada kedua bangunan tersebut.

Kata Kunci : Workshop, Pelatihan, Budaya,

Abstract

Workshop or workshop is an event where experts in certain fields gather to teach participants
about theory and practice in that field. The workshop itself is two-way communication and involves the
participants more actively. In the workshop itself the participants were taught to find a solution to the
existing problems and to practice them directly. While training is an activity that is more focused on
sharpening skills or abilities. The goal is to develop these capabilities so that they become better.

The field case study that I took is C20 Coworking Space Surabaya. Existing facilities include
reception - meeting rooms - office - library - toilet - mini café - workshop room - training. Literature
case study that I took is Rent Hubud Space Bali, the existing facilities include receptionist - meeting
room - office - toilet - canteen - workshop room - training. In this case study I tried to analyze the
application of culture to both buildings.

Keywords: Workshop, Training, Culture,


Pendahuluan

1. Latar Belakang

Workshop atau lokakarya merupakan suatu acara yang dimana para ahli di bidang tertentu
berkumpul untuk mengajari para peserta mengenai teori dan praktik pada bidang tersebut. Kegiatan
workshop sendiri bersifat komunikasi dua arah dan melibatkan para peserta lebih aktif. Dalam
workshop sendiri para peserta diajarkan mencari sebuah solusi dari permasalahan yang ada serta
mempraktikannya secara langsung. Sementara pelatihan ialah kegiatan yang lebih focus ke pengasahan
skill atau kemampuan. Tujuannya ialah mengembangkan kemampuan tersebut agar menjadi lebih baik
lagi.

Di era sekarang ruang workshop dan pelatihan semakin berkembang dengan adanya kebutuhan-
kebutuhan yang terus meningkat baik dari fasilitas dan kondisi ruang. Bahkan secara tidak langsung
mengubah budaya kerja, pengajaran ataupun praktik yang semakin fleksibel. Akan tetapi kebanyakan
Coworking Space dibeberapa kota kebanyakan menganut elemen internasional (International Style).
Bagaimana jika elemen-elemen ruang tersebut diterapkan elemen budaya dan tradisional sesuai
dimana bangunan itu berada. Karena budaya itu berkaitan dengan keseharian, sejarah, nilai filosofis,
dan wujud fisik yang penting untuk dilakukan sebagai bahan evaluasi apakah arsitektur muncul karena
kebudayaan atau suatu budaya.

Budaya sendiri tercipta karena sebuah aktivitas atau perilaku yang dilakukan secara turun temurun
atau pernah dilakukan oleh generasi ke genrasi. Akan tetapi budaya juga dapat tercipta karena adanya
ketersinambungan antara perilaku manusia dengan lingkungannya.

2. Rumusan Masalah

Masalah yang dihadapi khusnya di era modern seperti sekarang ialah pudarnya sebuah budaya.
Padahal budaya merupakan identitas khas suatu tempat. Akan tetapi ditengah globalisasi sekarang
mungkinkah budaya ataupun kearifan local diterapkan di arsitektur masa kini?. Perlunya juga
mendeskrepsikan elemen-elemen budaya yang nantinya dapat menjadi aspek fungsi pada sebuah
bangunan arsitektur masa kini.

3. Maksud Tujuan

Pentingnya pemahaman tentang arsitektur budaya sebagai pedoman untuk arsitektur masa kini
yang nantinya tidak kehilangan identitas wilayahnya. Identitas tersebut yang nantinya mampu
dilengkapi oleh aspek-aspek tradisional dengan perpaduan aspek modern sebagai selubung bangunan.
Tidak hanya itu, fungsi utama juga diharapkan mampu mengakomodasi aktivitas dan kebutuhan utama
sebagai aspek penting dari terciptanya karya arsitektur. Pentingnya juga analisa penerapan budaya
pada sebuah karya arsitektur agar mengetahui identitas dari karya tersebut.

Kajian Pustaka
Menurut Ki Hajar Dewantara mengenai kebudayaan ialah “Kebudayaan adalah buah budi
manusia dalam hidup bermasyarakat”

Menurut Lao Tzu kekosongan mengenai ruang ialah ”Kekosongan yang terbingkaikan oleh
elemen pembatas pintu dan jendela, dianggap sebagai ruang transisi yang membatasi bentuk arsitekur
yang fundamental.”

Menurut Scodek, (1998) mengenaistruktur ialah “struktur adalah tata ukur, tata hubung, tata
letak dalam suatu system yang membentuk satuan kerja. Perancangan struktur harus memastikan
bahwa bagian-bagian sistem struktur ini sanggup menanggung gaya gravitasi dan beban bangunan,
dan menyokong tanah dengan aman.”
Menurut Sund mengenai “sains sains adalah sebagai produk dan proses hal-hal yang berkaitan
dengan sikap ilmiah, metode ilmiah dan produk ilmiah.”

Ruang workshop adalah ruang berfungsi sebagai kegiatan mengajarkan sebuah teori pada
bidang ataupun permasalahan yang dibahas. Sementara ruang pelatihan sendiri berfungsi sebagai
kegiatan praktik guna mempraktikan teori-teori yang telah diajarkan pada kegiatan workshop.
Ruang workshop dan pelatihan sendiri biasanya terpisah dan ada pula yang menjadi satu ruangan.

Kebudayaan dapat dikenali dari wujudnya, yaitu ide, nilai, gagasan, peraturan (sifatnya
abstrak dan tidak dapat diraba). Tidak hanya itu, kebudayaan juga dapat dikenali melalui aktivitas
manusia dalam bermasyarakat. Benda-benda kuno atau artefak juga dapat menjadi sebuah wujud
pengenalan budaya (Koentjaraningrat 2015). Ketiga wujud tersebut tidak terpisahkan dari
kebudayaan.

Terkait kebudayaan dalam arsitektur, maka pemahaman wujud kebudayaan:

a. Aspek nilai berupa kearifan lokal. Kearifan tersebut yang menjadi pedoman merancang sebuah
karya arsitektur. Kerifan local disini bias diambil dari budaya bali ataupun budaya jawa. Penerapan
budaya disebut pastinya disesuaikan dengan lokasi bangunan.
b. Aspek kegiatan berupa aktivitas pada fungsi bangunan tersebut. Seperti pada studi kasus yang
menerapkan aktivitas workshop dan pelatihan sebagai fungsi utama pada bangunan.
c. Aspek artefak berupa ornament khas bali jika pada studi kasus pustaka. Sementara pada studi kasus
lapangan terdapat aksesoris lama peninggalan jawa dan kolonial. Dikarenakan bangunan pada
studi kasus lapangan merupakan bangunan peninggalan kolonial.

Metodologi

Metode Pengambilan Data

Pengertian Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh melalui media
perantara atau secara tidak langsung yang berupa buku, catatan, bukti yang telah ada, atau arsip baik
yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan secara umum.
Dengan kata lain, peneliti membutuhkan pengumpulan data dengan cara berkunjung ke perpustakaan,
pusat kajian, pusat arsip atau membaca banyak buku yang berhubungan dengan penelitiannya.

Data primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya
yang berupa wawancara, jajak pendapat dari individu atau kelompok (orang) maupun hasil observasi
dari suatu obyek, kejadian atau hasil pengujian (benda).
Dengan kata lain, peneliti membutuhkan pengumpulan data dengan cara menjawab pertanyaan riset
(metode survei) atau penelitian benda (metode observasi).

Metode Analisis Data

 Metode Deskriptif

Metode ini dilakukan dengan studi lapangan melalui pengamatan langsung untuk mengetahui
kondisi fisik lokasi secara nyata baik dari segi tatanan lahan, bentuk, ruang dan untilitas.
Pengamatan langsung juga berguna untuk mengetahui sarana dan prasarana yang tersedia serta
factor penunjang yang ada ditempat tersebut.

 Studi kasus lapangan / observasi

Melihat dan mendata kondisi dilapangan yang akan dibahas


 Studi Kasus Literatur

Metode ini dilakukan dengan mencari obyek kasus pada yang telah ada pada buku, jurnal, dan
penelitian sebagai pembanding. Pada studi kasus literatur tersebut nantinya akan dianalisa
keseluruhan baik kondisi lahan, bentuk, ruang, untulitas dan lain-lain. Studi kasus literatur
biasanya sebagai pembanding dengan studi kasus lapangan yang telah dianalisa dengan metode
deskriptif.

 Seleksi

Seleksi ini bertujuan untuk mengumpulkan data serta masukan yang diperoleh dari studi kasus
lapangan dan studi kasus pustaka, kemudian dipilih dan diseleksi untuk dijadikan data yang
siap pakai untuk diolah nantinya.

Analisa Ruang

Analisa ruang sendiri berguna untuk menjawab permasalahan-permasalahan seputar standart


dimensi ruang, fungsi ruang, kebutuhan ruang dan penghuni. Analisa ruang dilakukan setelah kita
mengetahui kondisi tapak ataupun ukurannya serta jumlah massa / orang dan perabot yang dibutuhkan.

Analisa Struktur

Analisa strukstur sendiri dilakukan dengan perencanaan yang matang baik itu perhitungan beban
dan pemilihan jenis struktur sesuai kondisi tapak dan massa bangunan.

Analisa Sains Bangunan

` Analisa sains bangunan sangat diperlukan dalam perencanaan, karena sains bangunan
berperan penting atas kenyaman bangunan dan ruangan itu sendiri. Aspek-aspek yang diperlukan
dalam sains bangunan seperti akustik, pencahayaan, penghawaan dan lain-lain

Analisa Utilitas

Analisa utilitas merupakan kebutuhan penting dalam sistem bangunan. Karena kita tahun
system bangunan akan dibuat seperti apa mulai dari plumbing, instalasi dan lain-lain.
Pembahasan

Studi Kasus Lapangan

Pada studi kasus ini saya mengambil tempat di c20 coworking space Surabaya.

 Analisa Aspek Ruang

Ukuran ruang workshop dan pelatihan pada kasus ini ialah 60m2. Peralatan yang ada
didalamnya antara lain meja, kursi, ac, kipas angina, proyektor lcd. Kapasitas mencapai 36
orang. Dalam pendekatan budaya bangunan ini lebih mendekati campuran budaya jawa dan
belanda. Karena pada awalnya bangunan ini merupakan peninggalan Belanda yang kemudian
direnovasi kembali seperti bangunan jawa tapi lebih dibuat minimalis.

 Analisa Aspek Struktur

Struktur bawah menggunakan pondasi batu kali. Struktur tengah menggunakan kolom
berukuran 20x20 cm dan balok. Untuk pembentuk dinding menggunakan bata merah yang di
plester dan difinishing dengan cat. Pendekatan pada struktur lebih ke minimalis dikarenakan
pada kolom tidak mengandung relief seperti khas bangunan tradisonal sebagai perwujudan
budaya

 Analisa Aspek Sains

Bukaan masih kurang efektif karena masih perlu munggunakan AC. Dikarenakan
iklim Surabya yang tropis lembab jadi tidak dapat menggunakan penghawaan alami dalam
persentase besar. Secara sains masih jauh dengan bangunan tradisional yang memiliki sains
yang baik dari segi termal ruangan. Ruangan terasa hangat meskipun terdapat bukaan dan cros
ventilation

 Analisa Aspek Utilitas

Penataan rangkain listrik seperti kabel ada yang kurang rapi. Sementara penataan pipa
air sudah cukup karena pipa ditutupi dengan dekorasi sehingga tidak langsung terlihat oleh
public.

Studi Kasus Pustaka


Pada studi kasus pustaka saya mengambil lokasi di Rent Hubud Space di bali.

 Analisa Aspek Ruang

Pada ruangan terdapat peralatan seperti meja, kursi, papan tulis, layer lcd, proyektor,
dan kipas angin. Masing-masing ruang menampung orang mencapai 30-40 orang. Penerapan
budaya dapat terlihat dengan ruangan semi terbuka seperti pada bangunan tradisional di Bali

 Analisa Aspek Struktur

Pada struktur bawah menggunakan pondasi umpak yang bermaterial batu kali. Karena
bangunan ini memiliki pendekatan yang sama dengan bangunan bali ataupun tradisional yaitu
mampu berkesinambungan dengan alam. Berkesinambungan tersebut diwujudkan dengan
konstruksi panggung agar memenuhi area resapan yang optimal. Pada struktur tengah
menggunakan kolom dan balok bamboo yang disilangkan dan sejajar sesuai dasar struktur
bambu. Pada struktur atas menggunakan atap dankuda-kuda dari bamboo. Jadi secara
keseluruhan struktur dan material lebih dominan menggunakan bamboo. Pada penerapan
budaya apat terlihat dengan konstruksi khas bangunan tradisonal begitu juga dengan
materialnya
 Analisa Aspek Sains

Pada bangunan ini lebih mengutamakan penggunaan pencahayaan dan penghawaan


alami dikarenakan iklim lokasi yang sejuk dan didataran tinggi.

 Analisa Aspek Utilitas

Penataan rangkaian listrik rapi dengan diletakkan disela-sela bambu. Begitupun


dengan penataan pipa air yang juga berada disela-sela bamboo sehingga tidak terlihat oleh
public.

Penutup

Kesimpulan

Berdasarkan analisa yang telah saya lakukan beberapa kesimpulan yang telah saya dapat antara
lain yaitu pada analisa ruang studi kasus lapangan lebih baik daripada studi kasus pustaka, dikarenakan
aspek budaya secara visual dan penataan lebih diterapkan pada Rent Hubud Space Bali. Pada analisa
struktur lapangan juga lebih baik karena sesuai dengan elemen lokalitas budaya dan pemasangan
layaknya khas dari bangunan tradisional. Pada aspek sains juga masih lebih baik pada studi kasus
lapangan dikarenakan sesuai dengan bukaan alami yang biasanya terdapat pada bangunan vernacular
di wilayah tersebut. Dan yang terakhir pada aspek utilitas masih lebih baik pada studi kasus lapangan,
akan tetapi pada utilitas di kasus lapangan sudah cukup.
Dalam membuat suatu ruang workshop dan pelatihan pasti perlu adanya kenyaman agar para
peserta juga nyaman dalam melakukan aktivitanya. Tidak hanya itu saja, ciri khas dalam identitas
bangunan juga perlu sebagai nilai filosofi dan estetika sesuai berdirinya bangunan itu berada.

Saran

Dalam pembuatan pusat olahraga air khususnya pada fasilitas workshop dan pelatihan perlu
memenuhi kebutuhan pengguna baik dari kapasitas sampai kenyamanan. Fasilitas workshop dan
pelatihan juga mampu memberikan hasil yang baik jika semua spek memenuhi standart dan juga sesuai
dengann kondisi lokasi dan budaya sekitar
Daftar Pustaka

• Gelebet, 1986
• Rapoport, 1969
• https://www.renesia.com/pengertian-workshop/
• Jurnal M.K AARSITEKTUR BUDAYA PURA DAN KAHYANGAN IDA BATARA SAKTI
WAWURAUH DALAM KONTEKS ARSITEKTUR & BUDAYA
• https://www.romadecade.org/pengertian-budaya/#!
• https://www.artikelsiana.com/2019/01/struktur-pengertian-struktur-maksud-para-ahli.html
• https://www.google.com/search?q=teori+tentang+ruang+dalam+arsitektur&oq=teori+tentang
+
• http://journal.unika.ac.id/index.php/tuturrupa/article/view/1945
• https://www.academia.edu/8424194/Arsitektur_and_Budaya-
Kajian_arsitektur_and_kebudayaan_Pada_Pura_Labuhan_Aji

Anda mungkin juga menyukai