Anda di halaman 1dari 3

2.1.3.

Hematopoiesis
Hematopoiesis merupakan proses produksi (mengganti sel yang mati) dan
perkembangan sel darah dari sel induk / asal / stem sel, dimana terjadi proliferasi, maturasi
dan diferensiasi sel yang terjadi secara serentak. Proliferasi sel menyebabkan peningkatan
atau pelipat gandaan jumlah sel, dari satu sel hematopoietik pluripotent menghasilkan
sejumlah sel darah. Maturasi merupakan proses pematangan sel darah, sedangkan diferensiasi
menyebabkan beberapa sel darah yang terbentuk memiliki sifat khusus yang berbeda-beda.
Tempat terjadinya hematopoiesis pada manusia :

1. Embrio dan Fetus


a. Stadium Mesoblastik, Minggu ke 3-6 s/d 3-4 bulan kehamilan : Sel-sel mesenchym di yolk
sac. Minggu ke 6 kehamilan produksi menurun diganti organ-organ lain.
b. Stadium Hepatik, Minggu ke 6 s/d 5-10 bulan kehamilan : Menurun dalam waktu relatif
singkat. Terjadi di Limpa, hati, kelenjar limfe
c. Stadium Mieloid, Bulan ke 6 kehamilan sampai dengan lahir, pembentukan di sumsum
tulang : Eritrosit, leukosit, megakariosit.

2. Bayi sampai dengan dewasa


Hematopoiesis terjadi pada sumsum tulang, normal tidak diproduksi di hepar dan
limpa, keadaan abnormal dibantu organ lain.
a. Hematopoiesis Meduler (N)
Lahir sampai dengan 20 tahun : sel sel darah → sumsum tulang. Lebih dari 20 tahun : corpus
tulang panjang berangsur – angsur diganti oleh jaringan lemak karena produksi menurun.
b. Hematopoiesis Ekstrameduler (AbN)
Dapat terjadi pada keadaan tertentu, misal: Eritroblastosis foetalis, An.Peniciosa,
Thallasemia, An.Sickle sel, Spherositosis herediter, Leukemia. Organ – organ ekstrameduler :
Limpa, hati, kelenjar adrenal, tulang rawan, ginjal, dll (Erslev AJ, 2001)

Macam – macam hematopoiesis

1. Seri Eritrosit (Eritropoesis)


Perkembangan eritrosit ditandai dengan penyusutan ukuran (makin tua makin kecil),
perubahan sitoplasma (dari basofilik makin tua acidofilik), perubahan inti yaitu nukleoli
makin hilang, ukuran sel makin kecil, kromatin makin padat dan tebal, warna inti gelap.
Tahapan perkembangan eritrosit yaitu sebagai berikut :
a. Proeritroblas
Proeritroblas merupakan sel yang paling awal dikenal dari seri eritrosit. Proeritroblas adalah
sel yang terbesar, dengan diameter sekitar 15-20μm. Inti mempunyai pola kromatin yang
seragam, yang lebih nyata dari pada pola kromatin hemositoblas, serta satu atau dua anak inti
yang mencolok dan sitoplasma bersifat basofil sedang. Setelah mengalami sejumlah
pembelahan mitosis, proeritroblas menjadi basofilik eritroblas.
b. Basofilik Eritroblas
Basofilik Eritroblas agak lebih kecil daripada proeritroblas, dan diameternya rata-rata 10μm.
Intinya mempunyai heterokromatin padat dalam jala-jala kasar, dan anak inti biasanya tidak
jelas. Sitoplasmanya yang jarang nampak basofil sekali.
c. Polikromatik Eritroblas (Rubrisit)
Polikromatik Eritoblas adalah Basofilik eritroblas yang membelah berkali-kali secara
mitotris, dan menghasilkan sel-sel yang memerlukan hemoglobin yang cukup untuk dapat
diperlihatkan di dalam sediaan yang diwarnai. Setelah pewarnaan Leishman atau Giemsa,
sitoplasma warnanya berbeda-beda, dari biru ungu sampai lila atau abu-abu karena
adanya hemoglobin terwarna merah muda yang berbeda-beda di dalam sitoplasma yang
basofil dari eritroblas. Inti Polikromatik Eritroblas mempunyai jala kromatin lebih padat dari
basofilik eritroblas, dan selnya lebih kecil.
d. Ortokromatik Eritroblas (Normoblas)
Polikromatik Eritroblas membelah beberapa kali secara mitosis. Normoblas lebih kecil
daripada Polikromatik Eritroblas dan mengandung inti yang lebih kecil yang terwarnai
basofil padat. Intinya secara bertahap menjadi piknotik. Tidak ada lagi aktivitas mitosis.
Akhirnya inti dikeluarkan dari sel bersama-sama dengan pinggiran tipis sitoplasma. Inti yang
sudah dikeluarkan dimakan oleh makrofagmakrofag yang ada di dalam stroma sumsum
tulang
e. Retikulosit
Retikulosit adalah sel-sel eritrosit muda yang kehilangan inti selnya, dan mengandung sisa-
sisa asam ribonukleat di dalam sitoplasmanya, serta masih dapat mensintesis hemoglobin.
Retikulosit dianggap kehilangan sumsum retikularnya sebelum meninggalkan sumsum
tulang, karena jumlah retikulosit dalam darah perifer normal kurang dari satu persen dari
jumlah eritrosit. Dalam keadaan normal keempat tahap pertama sebelum menjadi retikulosit
terdapat pada sumsung tulang. Retikulosit terdapat baik pada sumsum tulang maupun darah
tepi. Di dalam sumsum tulang memerlukan waktu kurang lebih 2 – 3 hari untuk menjadi
matang.
f. Eritrosit
Eritrosit merupakan produk akhir dari perkembangan eritropoesis. Sel ini berbentuk
lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang. Pada manusia, sel ini berada di dalam
sirkulasi selama kurang lebih 120 hari. Jumlah normal pada tubuh laki – laki 5,4 juta/μl dan
pada perempuan 4,8 juta/μl. setiap eritrosit memiliki diameter sekitar 7,5 μm dan tebal 2 μm.
Perkembangan normal eritrosit tergantung pada banyak macammacam faktor, termasuk
adanya substansi asal (terutama globin, hem dan besi). Faktor-faktor lain, seperti asam
askorbat, vitamin B12, dan faktor intrinsic (normal ada dalam getah lamung), yang berfungsi
sebagai koenzim pada proses sintesis, juga penting untuk pendewasaan normal
eritrosit.(Djunaedi Wibawa, 2011).

2. Seri Leukosit
a. Leukosit Granulosit / myelosit
Myelosit terdiri dari 3 jenis yaitu neutrofil, eosinofil dan basofil yang mengandung granula
spesifik yang khas. Tahapan perkembangan myelosit yaitu :
1) Mieloblas
Mieloblas adalah sel yang paling muda yang dapat dikenali dari seri granulosit. Diameter
berkisar antara 10-15μm. Intinya yang bulat dan besar memperlihatkan kromatin halus serta
satu atau dua anak inti.
2) Promielosit
Sel ini agak lebih besar dari mielobas. Intinya bulat atau lonjong, serta anak inti yang tak
jelas.
3) Mielosit
Promielosit berpoliferasi dan berdiferensiasi menjadi mielosit. Pada proses diferensiasi
timbul grnula spesifik, dengan ukuran, bentuk, dan sifat terhadap pewarnaan yang
memungkinkan seseorang mengenalnya sebagai neutrofil, eosinofil, atau basofil. Diameter
berkisar 10μm, inti mengadakan cekungan dan mulai berbentuk seperti tapal kuda.
4) Metamielosit
Setelah mielosit membelah berulang-ulang, sel menjadi lebih kecil kemudian berhenti
membelah. Sel-sel akhir pembelahan adalah metamielosit. Metamielosit mengandung granula
khas, intinya berbentuk cekungan. Pada akhir tahap ini, metamielosit dikenal sebagai sel
batang. Karena sel-sel bertambah tua, inti berubah, membentuk lobus khusus dan jumlah lobi
bervariasi dari 3 sampai 5. Sel dewasa (granulosit bersegmen) masuk sinusoid-sinusoid dan
mencapai peredaran darah. Pada masing-masing tahap mielosit yang tersebut di atas jumlah
neutrofil jauh lebih banyak daripada eosinofil dan basofil.

b. Leukosit non granuler


1) Limfosit
Sel-sel precursor limfosit adalah limfoblas, yang merupakan sel berukuran relatif besar,
berbentuk bulat. Intinya besar dan mengandung kromatin yang relatif dengan anak inti
mencolok. Sitoplasmanya homogen dan basofil. Ketika limfoblas mengalami diferensiasi,
kromatin intinya menjadi lebih tebal dan padat dan granula azurofil terlihat dalam sitoplasma.
Ukuran selnya berkurang dan diberi nama prolimfosit. Sel-sel tersebut langsung menjadi
limfosit yang beredar.
2) Monosit
Monosit awalnya adalah monoblas berkembang menjadi promonosit. Sel ini berkembang
menjadi monosit. Monosit meninggalkan darah lalu masuk ke jaringan, disitu jangka
hidupnya sebagai makrofag mungkin 70 hari.

3. Seri Trombosit (Trombopoesis)

Pembentukan Megakariosit dan keping-keping darah


Megakariosit adalah sel raksasa (diameter 30-100μm atau lebih). Inti berlobi secara
kompleks dan dihubungkan dengan benang-benang halus dari bahan kromatin. Sitoplasma
mengandung banyak granula azurofil dan memperlihatkan sifat basofil setempat.
Megakariosit membentuk tonjolantonjolan sitoplasma yang akan dilepas sebagai keping-
keping darah. Setelah sitoplasma perifer lepas sebagai keping-keping darah, megakariosit
mengeriput dan intinya hancur.

Freund, Mathias. 2013. Atlas Hematologi. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai