Anda di halaman 1dari 12

Makalah

PENERAPAN UNSUR ESSENSIALIA


DALAM PERJANJIAN KERJA

Disusun Oleh:
Affri Indah Y.Z. 17400087
Sabda Adhisurya 17400050

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TAMA JAGAKARSA
JAKARTA SELATAN
JULI 2019
KATA PENGANTAR

Segala puji dan rahmat kami panjatkan kepada Tuhan YME atas rahmat dan berkah yang
diberikan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Makalah
kami berjudul “Penerapan Unsur Esensialia Dalam Perjanjian” membahas tentang teori
unsur-unsur yang harus ada dalam perjanjian beserta hukum yang mengatur tentangnya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah
ini. Kami mengharapkan makalah yang telah kami susun dapat menjadi informasi bagi
pembaca, selain sebagai tugas mata kuliah kami di fakultas hukum.

Penulis

Minggu, 8 Juli 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................i


DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................................1
1.1. Latar Belakang .....................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................1
1.3. Tujuan...................................................................................................................1

BAB II. Posisi Unsur Essensialia dalam Perjanjian ..........................................................2


2.1. Perjanjian ............................................................................................................2
2.2. Unsur Essensialia ................................................................................................3

BAB III. Esensi yang Harus Ada Dalam Suatu Perjanjian Kerja......................................4
3.1. Apa Pentingnya Unsur Esensialia dalam Syarat Sah Perjanjian .........................4
3.2. Bagaimana Penerapan Unsur Esensialia dalam Perjanjian Kerja .......................6

BAB IV. PENUTUP .........................................................................................................8


4.1 Kesimpulan ........................................................................................................8
3.1. Saran ..................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata), memberikan suatu
batasan atau definisi mengenai perjanjian atau persetujuan yaitu: “Suatu persetujuan adalah
suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang
lain atau lebih”. Perjanjian yang sah artinya adalah persetujuan yang memenuhi syarat-syarat
yang telah ditentukan oleh undang-undang, sehingga ia diakui oleh hukum.
Suatu kontrak berawal dari suatu perbedaan atau ketidaksamaan kepentingan dia antara
para pihak. Karenanya para pihak dalam menyusun kontrak perlu bernegosiasi, tawar menawar
untuk sampai pada kesepakatan tentangsuatu yang diinginkan (kepentingan). Peranan kontrak
dalam memberikan perlindungan hukum didasarkan pada asas pacta sunt servanda yang
melekat pada kontrak, seperti yang diatu-pada Pasal 1338 KUH Perdata yang berbunyi:
"Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya. Dalam konstruksi hukum, perjanjian merupakan peristiwa di mana pihak yang
satu berjanji kepada pihak yang lain atau saling beijanji untuk melaksanakan suatu hal tertentu.
Berdasarkan adanya janji tersebut maka terbit hubungan hukum antara kedua belah pihak
(perikatan).2 Berdasarkan konstruksi Pasal 1338 KUHPerdata tersebut, suatu perjanjian atau
kontrak merupakan hukum; dalam hal ini hukum yang berlaku bagi para pihaknya. Pentingnya
esensi dalam perjanjian kerja perlu dicari tahu sehingga penulis membuat makalah ini untuk
mencari tahu pentingnya esensi serta bentuk-bentuknya dalam perjanjian kerja.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pentingnya unsur esensialia dalam syarat sah perjanjian kerja?
2. Bagaimana bentuk-bentuk esensi dalam perjanjian kerja?

C. Tujuan
1. Mengetahui apa pentingnya unsur esensialia dalam syarat sah perjanjian kerja.
2. Mengetahui bagaimana bentuk-bentuk esensi dalam perjanjian kerja.

1
BAB II
POSISI UNSUR ESSENSIALIA DALAM PERJANJIAN

A. Perjanjian
Pengertian perjanjian pada dasarnya didasarkan pada Pasal 1313 KUHPerdata, suatu
perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya
terhadap satu orang lain/lebih.1 Perjanjian merupakan suatu peristiwa hukum dimana seorang
berjanji kepada orang lain atau dua orang saling berjanji untuk melakukan sesuatu atau tidak
melakukan sesuatu.2 Dari peristiwa ini timbulah suatu hubungan antara dua orang/pihak
tersebut yang dinamakan perikatan. Perjanjian itu menerbitkan suatu hubungan yaitu perikatan
antara dua orang yang membuatnya, artinya perjanjian merupakan suatu recht handeling, yaitu
suatu perbuatan yang oleh orang-orang bersangkutan ditujukan agar timbul hukum.3 Dalam
bentuknya perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji atau
kesanggupan yang diucapkan atau ditulis.
Istilah perjanjian berasal dari bahasa Belanda overeenkomst dan verbintenis. Dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata digunakan istilah perikatan untuk verbintenis dan perjanjian
untuk overeenkomst.
Pengertian perjanjian menurut Pasal 1313 ayat (1) KUHPerdata disebutkan perjanjian
adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu
orang lain atau lebih. Dari pasal 1313 ayat (1) KUHPerdata, dapat diketahui bahwa suatu
perjanjian adalah suatu peristiwa di mana seorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua
orang atau lebih saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal. Dari peristiwa tersebut timbul
suatu hubungan antara dua orang atau lebih yang dinamakan perikatan.
Dengan demikian perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan.
Selain dari perjanjian, perikatan dapat juga dilahirkan dari undang-undang (Pasal 1233KUH
Perdata) atau dengan perkataan lain ada perikatan yang lahir dari perjanjian dan perikatan yang
lahir dari undang-undang. Pada kenyataannya yang paling banyak adalah perikatan yang
dilahirkan dari perjanjian.Dan tiap perikatan adalah untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat
sesuatu atau untuk tidak berbuat sesuatu (pasal 1234 KUH Perdata).

1
Erna Amalia. Diktat Kuliah Hukum Perikatan (Jakarta:Universitas Tama Jagakarsa, 2019), hal. 21
2
Ibid
3
Ibid

2
B. PENGERTIAN UNSUR ESENSIALIA

Unsur essensialia dalam perjanjian mewakili ketentuan-ketentuan berupa prestasi-prestasi


yang wajib dilakukan oleh salah satu atau lebih pihak yang mencerminkan sifat dari perjanjian
tersebut yang membedakannya secara prinsip dari jenis perjanjian lainnya. Unsur essensialia
ini pada umumnya dipergunakan dalam memberikan rumusan, definisi, atau pengertian dari
sebuah perjanjian.
Unsur essensialia adalah unsur yang harus ada dalam suatu perjanjian, dan tanpa
keberadaan unsur tersebut maka perjanjian yang dimaksudkan untuk dibuat dan
diselenggarakan oleh para pihak dapat menjadi beda dan karenanya menjadi tidak sejalan dan
sesuai dengan kehendak para pihak. Oleh karena itu, unsur essensialia ini pula yang seharusnya
menjadi pembeda antara suatu perjanjian dengan perjanjian lainnya, dan karenanya memiliki
karakteristik tersendiri yang berbeda pula antara satu dengan yang lain. Misalnya harga jual
beli merupakan essensialia yang harus ada pada perjanjian jual beli. Artinya tanpa dijanjikan
adanya harga maka jual beli bukanlah perjanjian jual beli melainkan mungkin perjanjian lain
yang berbeda. Dengan kata lain, apabila oleh para pihak dikatakan adanya jual beli tanpa
menyebutkan harganya tetapi oleh para pihak saling diserahkan suatu benda perbuatan hukum
tersebut tidak dapat dikatakan sebagai jual beli melainkan tukar menukar.

3
BAB III
ESENSI YANG HARUS ADA DALAM SUATU PERJANJIAN KERJA

A. Apa Pentingnya Unsur Esensialia dalam Syarat Sah Perjanjian

Inti dari unsur esensialia adalah suatu prestasi-prestasi yang dibuat oleh kedua belah pihak
mempunyai perbedaan dari jenis perjanjian yang lain dan mempunyai karakteristik sendiri-
sendiri seperti dalam membuat definisi, rumusan bahkan pengertian dari perjanjian. Contohnya
perjanjian jual-beli dibedakan dengan perjanjian tukar menukar. Perjanjian esensialia ini adalah
unsur yang wajib ada dalam suatu perjanjian, tanpa adanya unsur ini maka bisa jadi
kesepahaman antara kedua belah pihak tidak sejalan.
Perjanjian terjadi pada saat apa yang dinyatakan oleh seseorang, sebab pernyataan inilah
yang dapat dipakai sebagai pegangan untuk oranglain. Sebagai kesimpulan dapat ditetapkan
bahwa yang dapat dipakai sebagai pedoman ialah pernyataan yang sepatutnya dapat dianggap
melahirkan maksud dari orang yang hendak mengikatkan dirinya. Dalam Pasal 1320 KUH
Perdata disebutkan, untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat, yaitu:
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya, artinya bahwa para pihak yang mengadakan
perjanjian itu harus bersepakat atau setuju mengenai perjanjian yang akan diadakan
tersebut, tanpa adanya paksaan, kekhilafan dan penipuan.
2. Kecakapan, yaitu bahwa para pihak yang mengadakan perjanjian harus cakap menurut
hukum, serta berhak dan berwenang melakukan perjanjian.
3. Mengenai hal tertentu artinya ialah perjanjian harus tentang hal tertentu, dan juga harus
jelas hak-hak dan kewajiban kedua belah pihak serta barang yang dimaksudkan dalam
perjanjian harus ditentukan jenisnya.
4. Sebab yang halal yang dimaksudkan ialah isi dari perjanjian.4
Syarat No.1 dan No.2 disebut dengan Syarat Subyektif, karena mengenai orang-orangnya
atau subyeknya yang mengadakan perjanjian, sedangkan syarat No.3 dan No.4 disebut Syarat
Obyektif, karena mengenai obyek dari suatu perjanjian. Apabila syarat subyektif tidak dapat
terpenuhi, maka salah satu pihak mempunyai hak untuk meminta supaya perjanjian itu
dibatalkan. Syarat obyektif tersebut penting dan termasuk ke dalam bagian dari isi perjanjian,
artinya hal tertentu (isi perjanjian) dan sebab yang halal harus ada di dalam perjanjian.5

4
KUHPerdata Pasal 1320
5
Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta: Intermasa, 2002) hlm. 20

4
Pihak yang dapat meminta pembatalan adalah pihak yang tidak cakap atau pihak yang
memberikan sepakatnya (perizinannya) secara tidak bebas. Jadi, perjanjian yang telah dibuat
itu akan terus mengikat kedua belah pihak yang mengadakan perjanjian, selama tidak
dibatalkan (oleh hakim) atas permintaan pihak yang berhak meminta pembatalan tersebut.
Sedangkan apabila syarat obyektif yang tidak terpenuhi, maka perjanjian itu akan batal demi
hukum. Artinya sejak semula tidak pernah dilahirkan suatu perjanjian dan tidak pernah ada
suatu perikatan.6
Berdasarkan essensi atau isi pula maka akan jelas terlihat bahwa jual beli dibedakan
dengan tukar menukar dalam wujud pembayaran harga. Maka dari itu unsur essensialia yang
terkandung dalam suatu perjanjian menjadi pembeda antara perjanjian yang satu dengan
perjanjian yang lain. Semua perjanjian bernama yang diatur dalam buku III bagian kedua
memiliki perbedaan unsur essensialia yang berbeda antara yang satu dengan perjanjian yang
lain.
Suatu perjanjian dengan mana kedua belah pihak mengikatkan diri untuk saling
memberikan suatu barang secara timbal balik sebagai suatu ganti barang lain. Berdasarkan
essensi atau isi yang dikandung dari definisi diatas maka jelas terlihat bahwa jual beli
dibedakan dengan tukar menukar dalam wujud pembayaran harga. Maka dari itu unsur
essensialia yang terkandung dalam suatu perjanjian menjadi pembeda antara perjanjian yang
satu dengan perjanjian yang lain. Semua perjanjian bernama yang diatur dalam buku III bagian
kedua memiliki perbedaan unsur essensialia yang berbeda antara yang satu dengan perjanjian
yang lain.
Bagian ini merupakan sifat yang harus ada di dalam perjanjian sifat yang menentukan atau
menyebabkan perjanjian itu tercipta (constructieve oordeel). Unsur-unsur essensial yang
terdapat dalam surat perjanjian jual beli rumah ini antara lain :
 Adanya pihak kreditur sebagai pihak pertama yaitu AHMAD SHOBIRIN dalam hal
ini bertindak untuk dan atas namanya sendiri sebagai penjual
 Adanya pihak debitur sebagai pihak kedua yaitu SUMARNO , dalam hal ini bertindak
untuk dan atas namanya sendiri sebagai pembeli.
 Adanya obyek perjanjian yaitu bangunan dan tanah yang berdiri diatas Sertifikat Hak
Milik No 013/HM/2005 yang terletak di Vila Mahkota Pesona Blok ii3 No.14, Desa
Bojong Kulur, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat.

6
Ibid

5
 Adanya harga dari obyek perjanjian jual beli yaitu Rp80.000.00,00.Adanya
kesepakatan antara pihak penjual dan pembeli sehingga perjanjian jual beli tersebut
dapat terjadi.

B. Bagaimana Penerapan Unsur Esensialia dalam Perjanjian Kerja (Pasal 54 UU No.13


Tahun 2003)

Bagian esensialia, adalah bagian dari perjanjian yang harus ada. Apabila bagian tersebut
tidak ada, bukan merupakan perjanjian (bernama) yang dimaksudkan oleh para pihak,
melainkan perjanjian lain. Kata sepakat merupakan bagian esensialia yang harus ada. Misalnya
dalam perjanjian sewa-menyewa bagian esensialianya adalah:

1. Sepakat dari para pihak;


2. Objek sewa;
3. Jangka waktu sewa; dan
4. Uang sewa.

Perjanjian kerja adalah Perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi
kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak. Sedangkan Hubungan
kerja adalah Hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja,
yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah. Peran perjanjian kerja sangat penting
untuk kepastian hukum dan kesejahteraan buruh atau karyawan dari suatu perusahaan.

Dalam hukum perjajian kerja juga tidak boleh ada paksaan ada dua belah pihak baik
pengusaha maupun pekerja yang dipekerjakan disuatu perusahaan karena sudah ada aturan
yang berlaku juga. Dalam Unsur-Unsur Perjanjian Kerja harus jelas apa aja yang termasuk
dalam unsurnya yaitu ;

a) Adanya unsur work atau pekerjaan.


b) Adanya unsur perintah
c) Unsur waktu (Time)
d) Unsur upah (pay)

Isi perjanjian yang harus dan wajib dicantumkan dalam pembuatan suatu perjanjian kerja
anatara perusahaan pemberi kerja dengan buruh atau karyawan pemberi kerja disebutkan dalam
pasal 54 UU No.13 Tahun 2003 yang bunyinya sebagai berikut:

1. Nama, alamat perusahaan, dan jenis usaha.

6
Point satu ini diperuntukan untuk direktur,presdir,maupun CEO dari perusahaan pemberi
kerja.
2. Nama, jenis kelamin, umur, dan alamat pekerja/buruh.
Point dua ini diperuntukan untuk buruh/pekerja, atau tenaga kerja yang menerima kerja.
3. Jabatan atau jenis pekerjaan
Point tiga ini perihal jabatan atau jenis pekerjaan yang diterima oleh buruh,karyawan,
pekerja atau tenaga kerja penerima kerja.
4. Tempat Pekerjaan
Point empat ini mengenai tempat kedudukan perusahaan atau pabrik yang akan ditempati
oleh buruh,karyawan,pekerja, atau tenaga kerja penerima kerja.
5. Besarnya upah dan cara pembayarannya
Point lima ini mengenai besarnya upah dan cara pembayaran, yang harus diterima oleh
buruh,karyawan,pekerja, atau tenaga kerja penerima kerja
6. Syarat-syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban pengusaha dan pekerja/buruh.
Point ini mengenai hak – hak dan kewajiban – kewajiban yang harus dipenuhi oleh
perusahaan pemberi kerja dan buruh,karyawan,pekerja, atau tenaga kerja penerima kerja,
selama kontrak kerja berlangsung mulai awal perjanjian kerja diberlakukan sampai masa
perjanjian kerja habis atau berakhir sesuai kesepakatan para pihak.
7. Mulai dan jangka waktu berlakunya perjanjian kerja.
Point tujuh ini mengenai kapan dan jangka waktu berlakunya pemenuhan hak – hak dan
kewajiban – kewajiban antara perusahaan pemberi kerja dan buruh,karyawan,pekerja, atau
tenaga kerja penerima kerja.
8. Tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat.
Point delapan ini menjelaskan bahwa didalam pembuatan suatu perjanjian kerja harus
mencantumkan tempat dan tanggal perjanjian kerja supaya mempunyai kekuatan hukum
yang tetap dan bersifat mengikat antara para pihak.
9. Tanda tangan para pihak dalam perjanjian kerja.
Point sembilan ini merupakan inti ataupun pangkal dari pembuatan suatu perjanjian kerja,
karena sesuai dengan ketentuan pasal 1320 KUHPerdata, bahwa salah satu syarat syahnya
dari suatu perjanjian haruslah ada kata sepakat dari kedua belah pihak dalam hal isi
perjanjian ini kata sepakat bisa ditentukan dengan tanda tangan para pihak dalam
perjanjian kerja.

7
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Perjanjian kerja pihak-pihak itu adalah pekerja dan pemberi kerja (pengusaha/majikan).
Dalam UU No.13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan menyebutkan pekerja adalah “tenaga
kerja yang bekerja diluar maupun didalam hubungan orang atau badan hukum yang
mempekerjakan buruh”. Dalam perjanjian kerja hanya satu pihak yang memberikan perintah
sedangkan pihak lain menjalankan perintah tersebut dengan mendapatkan upah. Kedudukan
yang tidak sama ini disebut sebagai subordinasi.
Dalam hukum perjajian kerja juga tidak boleh ada paksaan ada dua belah pihak baik
pengusaha maupun pekerja yang dipekerjakan disuatu perusahaan karena sudah ada aturan
yang berlaku juga.
Dalam Unsur-Unsur Perjanjian Kerja harus jelas apa aja yang termasuk dalam unsurnya
yaitu ;
a) Adanya unsur work atau pekerjaan.
b) Adanya unsur perintah
c) Unsur waktu (Time)
d) Unsur upah (pay)
Perjanjian kerja untuk waktu tertentu atau kontrak bahwa perjanjian kerja untuk waktu
tertentu atau kontrak hanya dapat dilakukan untuk jenis dan sifat pekerjaan seperti disebutkan
diatas dan tidak dapat di adakan untuk pekerjaan yang bersifat tetap. Dalam suatu perjanjian
kerja juga harus ada kewajiban. Pihak-pihak yang mempunyai kewajibannya masing-masing
yaitu ;
a) Kewajiban-kewajiban pihak pekerja
b) Kewajiban-kewajiban majikan / pengusaha
B. Saran

Semoga makalah yang telah kami selesaikan ini dapat membantu teman-teman dalam
memahami pelatihan kerja dan magang. Kami berharap kritik dan saran yang membangun dari
teman-teman.

8
DAFTAR PUSTAKA

Erna Amalia. Diktat Kuliah Hukum Perikatan (Jakarta:Universitas Tama Jagakarsa, 2019)
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta: Intermasa, 2002)
UU No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

Anda mungkin juga menyukai