Anda di halaman 1dari 10

BAB I

MATERI PEMBAHASAN
KIMIA UNSUR
A. Pengantar Kimia Unsur
Lebih dari 100 kimia unsur telah dikenal dan diidentifikasi. Masing-masing unsur
memiliki karakteristik tersendiri. Unsur-unsur tersebut umumnya terdapat di alam, meskipun
juga ada beberapa unsur yang merupakan unsur buatan. Sebagian kecil dari unsur tersebut
ditemukan dalam bentuk unsur bebas, seperti misalnya argon, oksigen, nitrogen, dan belerang.
Akan tetapi, sebagian besar dari unsur-unsur ditemukan dalam bentuk senyawa, seperti
misalnya besi dalam hematit, aluminium dalam bauksit, mangan dalam pirolusit, dan lain-
lain.
Bahan-bahan alam berbentuk padatan kristalin yang mengandung unsur atau senyawa
tertentu dengan komposisi kimia yang spesifik disebut mineral. Contohnya, kalkopirit
(CuFeS2) adalah mineral yang mengandung unsur tembaga, besi, dan belerang. Berbagai
mineral dapat dijadikan sebagai sumber suatu unsur atau senyawa. Namun, tidak semua
mineral cocok dijadikan sebagai sumber komersial. Sebagai contoh, magnetit (Fe3O4), hematit
(Fe2O3), dan pirit (FeS2) merupakan mineral yang mengandung besi. Secara komersial, besi
umumnya diperoleh dari pengolahan magnetit dan hematit. Pengolahan besi dari pirit
cenderung sulit dan tidak ekonomis sehingga pirit kurang sesuai dijadikan sumber komersial
dari besi. Mineral yang memiliki nilai komersial seperti magnetit dan hematit disebut bijih.
Oleh karena banyaknya kimia unsur yang ada di alam, unsur-unsur tersebut
dikelompokkan berdasarkan kenaikan nomor atom dan kemiripan sifat dalam sistem periodik
unsur. Sebagai contoh, helium, neon, argon, kripton, xenon, dan radon dikelompokkan
sebagai unsur-unsur gas mulia (golongan VIIIA) yang semuanya berwujud gas pada suhu
ruang.
Sifat-sifat unsur dibedakan menjadi sifat atomik, sifat fisis dan sifat kimia. Sifat atomik
meliputi konfigurasi elektron, jari-jari atom, energi ionisasi, afinitas elektron,
keelektronegatifan, dan tingkat oksidasi. Sifat fisis meliputi wujud, warna, bau, kerapatan,
kekerasan, titik leleh, titik didih, daya hantar panas, dan daya hantar listrik. Sifat kimia
meliputi kereaktifan, daya reduksi dan oksidasi, dan sifat keasaman.
Berikut akan dibahas sifat-sifat unsur dalam kelompok-kelompok unsur.
1. Gas Mulia
Unsur-unsur golongan VIIIA yang terdiri dari helium (He), neon (Ne), argon (Ar),
kripton (Kr), xenon (Xe), dan radon (Rn) disebut gas mulia. Disebut demikian karena pada
suhu ruang wujudnya gas dan sifatnya sangat stabil (sukar bereaksi). Oleh karena sifatnya
yang stabil, di alam gas mulia ditemukan dalam bentuk monoatomik (atom tunggal). Unsur-
unsur gas mulia memiliki titik leleh dan titik didih yang sangat rendah. Titik didihnya hanya
beberapa derajat Celcius di atas titik lelehnya. Titik leleh dan titik didih meningkat dari He ke
Rn. Semua unsur gas mulia, kecuali radon, dapat ditemukan di udara pada atmosfer.
2. Halogen
Halogen adalah unsur-unsur golongan VIIA yang terdiri dari fluorin (F), klorin (Cl),
bromin (Br), iodin (I), dan astatin (At). Nama “halogen” berasal dari bahasa Yunani yang
artinya pembentuk garam, karena unsur-unsur halogen dapat bereaksi dengan unsur-unsur
logam membentuk senyawa-senyawa garam. Di alam, unsur-unsur halogen ditemukan dalam
bentuk molekul unsur diatomik F2, Cl2, Br2, dan I2.
Titik leleh dan titik didih halogen meningkat seiring dengan kenaikan nomor atomnya. Pada
suhu kamar, fluorin dan klorin berwujud gas, bromin berwujud zat cair yang mudah menguap,
sedangkan iodin berwujud padatan yang mudah menyublim. Fluorin berwarna kuning muda,
klorin berwarna kuning kebijauan, bromin berwarna merah kecoklatan, iodin padat berwarna
hitam, sedangkan uap iodin berwarna ungu. Semua halogen berbau menusuk dan bersifat
racun.
Halogen merupakan kelompok unsur nonlogam yang paling reaktif. Daya oksidasi
halogen dari F2 ke I2 semakin berkurang; sebaliknya, daya reduksi ion halida dari F− ke
I− semakin bertambah. Oleh karena itu, halogen yang berada lebih atas dalam sistem periodik
dapat mengoksidasi halida yang di bawahnya, namun tidak berlaku sebaliknya.
3. Logam Alkali
Logam alkali adalah unsur-unsur golongan IA kecuali hidrogen (H), antara lain litium
(Li), natrium (Na), kalium (K), rubidium (Rb), sesium (Cs), dan fransium (Fr). Disebut alkali
karena dapat bereaksi dengan air membentuk senyawa hidroksida yang bersifat alkali atau
basa. Logam alkali merupakan golongan logam yang paling reaktif, sehingga selalu
ditemukan di alam dalam bentuk senyawanya. Kereaktifannya meningkat dari Li ke Fr.
Senyawa-senyawa logam alkali umumnya mudah larut dalam air.
Logam-logam alkali bersifat lunak, ringan, dan mempunyai titik leleh dan titik didih
yang relatif rendah. Unsur logam alkali dapat diidentifikasi dengan uji nyala di mana masing-
masing unsur akan memberikan warna yang khas; Li: merah, Na: kuning, K: ungu muda, Rb:
ungu, dan Cs: biru.
Logam Alkali Tanah
Logam alkali tanah adalah unsur-unsur golongan IIA yang terdiri dari berilium (Be),
magnesium (Mg), kalsium (Ca), stronsium (Sr), barium (Ba), dan radium (Ra). Logam alkali
tanah juga dapat bereaksi dengan air membentuk basa, tetapi lebih lemah dari logam alkali.
Logam alkali tanah juga tergolong logam reaktif, namun kereaktifannya kurang jika
dibanding dengan logam alkali seperiode. Selain itu, senyawa dari logam alkali tanah
umumnya sukar larut dalam air dan banyak ditemukan di bawah tanah atau dalam bebatuan di
kerak bumi. Identifikasi unsur logam alkali tanah dengan uji nyala akan memberikan warna
khas; Be: putih, Mg: putih, kalsium: jingga, Sr: merah, dan Ba: hijau.
Unsur-unsur Periode Ketiga
Unsur-unsur periode ketiga terdiri dari logam (natrium, magnesium, dan aluminium),
metaloid (silikon), dan nonlogam (fosforus, sulfur, klorin, dan argon). Kecenderungan sifat
unsur-unsur periode ketiga dari kiri ke kanan, yaitu:
 Jari-jari atom berkurang
 Energi ionisasi cenderung bertambah
 Keelektronegatifan bertambah, di mana unsur paling elektronegatif terletak pada
golongan VIIA
 Sifat logam berkurang dan sifat nonlogam bertambah
 Daya oksidasi bertambah dan daya reduksi berkurang, di mana oksidator terkuat
adalah F2 dan reduktor terkuat adalah Na
 Titik leleh naik secara bertahap dari Na sampai Si (tertinggi) kemudian turun secara
drastis
 Struktur molekul
Na, Mg, Al: kristal logam; Si: molekul kovalen raksasa; P4, S8: molekul poliatomik;
Cl2: molekul diatomik; dan Ar: monoatomik.
 Sifat asam bertambah dan sifat basa berkurang
Unsur-unsur Transisi Periode Keempat
Unsur-unsur transisi periode keempat terdiri dari skandium (Sc), titanium (Ti),
vanadium (V), kromium (Cr), mangan (Mn), besi (Fe), kobalt (Co), nikel (Ni), tembaga (Cu),
dan seng (Zn). Semua unsur tersebut merupakan unsur logam yang bersifat reduktor dengan
titik leleh dan titik didih yang umumnya relatif tinggi. Selain itu, unsur-unsur transisi
umumnya memiliki beberapa bilangan oksidasi dan dapat membentuk ion kompleks dan
senyawa kompleks.
Pada umumnya unsur-unsur transisi periode keempat di alam terdapat dalam bentuk
senyawanya, kecuali tembaga yang terdapat dalam bentuk unsur bebas maupun senyawanya.
Unsur-unsur transisi maupun senyawanya umumnya dapat berfungsi sebagai katalis reaksi-
reaksi kimia dalam tubuh makhluk hidup ataupun dalam industri. Senyawa-senyawa unsur-
unsur transisi tersebut umumnya berwarna, kecuali senyawa dari Sc3+, Ti4+, dan Zn2+.
BAB II
MATERI PEMBAHASAN
SENYAWA TURUNAN ALKANA
A. Senyawa Turunan Alkana
Alkana merupakan senyawa hidrokarbon alifatik jenuh. Senyawa turunan alkana
merupakan senyawa yang dianggap berasal dari alkana, di mana salah satu atau beberapa
atom hidrogennya digantikan oleh atom atau gugus atom tertentu. Gugus pengganti ini
disebut sebagai gugus fungsi. Masing-masing gugus fungsi akan memberikan ciri khas pada
sifat fisik maupun kimia pada senyawa-senyawa yang memiliki gugus tersebut.
Punya PR yang gak ngerti? Yuk tanya di Forum StudioBelajar.com
Berikut akan dibahas tata nama beberapa senyawa turunan alkana.
1. Alkohol (alkanol)
yaitu senyawa turunan alkana yang memiliki gugus hidroksil (−OH). Senyawa alkohol
dengan satu gugus −OH mempunyai rumus umum CnH2n+2O.
Berdasarkan jumlah atom C yang terikat pada atom C yang mengikat gugus −OH, alkohol
dibedakan menjadi:
 alkohol primer, yaitu alkohol dengan gugus −OH terikat pada atom C primer (atom C
yang hanya terikat langsung dengan 1 atom C lainnya)
 alkohol sekunder, yaitu alkohol dengan gugus −OH terikat pada atom C sekunder
(atom C yang terikat langsung dengan 2 atom C lainnya)
 alkohol tersier, yaitu alkohol dengan gugus −OH terikat pada atom C tersier (atom C
yang terikat langsung dengan 3 atom C lainnya)

Tata nama IUPAC:


1. Rantai karbon terpanjang dengan cabang terbanyak yang mengandung gugus −OH
ditetapkan sebagai rantai induk. Selanjutnya, rantai induk tersebut diberi nama dengan
mengganti akhiran “-a” pada alkana menjadi “-ol”. Misalnya, etana menjadi etanol.
2. Penomoran dilakukan sedemikian sehingga atom C yang mengikat gugus −OH
diprioritaskan mempunyai nomor yang sekecil mungkin.

Tata nama trivial:


Rumus alkohol dapat ditulis sebagai R−OH atau CnH2n+1OH di mana R adalah gugus
alkil CnH2n+1. Nama trivial alkohol yaitu alkil alkohol, diambil dari nama gugus alkil yang
mengikat gugus −OH.

2. Eter (alkoksialkana),
yaitu senyawa turunan alkana yang memiliki gugus alkoksi (−OR′). Senyawa eter
dengan satu gugus −OR′ mempunyai rumus umum CnH2n+2O. Eter dapat dilihat sebagai dua
gugus alkil, yakni R dan R′ yang terikat pada satu atom O.
Tata nama IUPAC:
1. Gugus alkil yang lebih panjang ditetapkan sebagai rantai induk alkana. Sedangkan,
gugus alkil yang lebih pendek sebagai gugus alkoksi.

2. Penomoran dilakukan sedemikian sehingga atom C yang mengikat gugus −OR′


diprioritaskan mempunyai nomor yang sekecil mungkin.
Tata nama trivial:
Rumus eter dapat ditulis sebagai R−O−R′ di mana R dan R′ adalah gugus alkil
CnH2n+1. Nama trivial eter diambil dari nama kedua gugus alkil R dan R′ yang terikat pada
atom O. Eter yang kedua gugus alkilnya sama diberi nama dialkil eter. Eter yang kedua gugus
alkilnya berbeda diberi nama alkil alkil eter, di mana urutan penulisan nama gugus alkil tidak
harus secara alfabetik.

3. Aldehida (alkanal),
yaitu senyawa turunan alkana yang memiliki gugus −CHO, yaitu gugus karbonil
(−CO−) pada ujung rantai. Gugus −CO− pada aldehida terikat dengan satu atom H dan satu
gugus alkil R. Senyawa aldehida dengan satu gugus −CO− mempunyai rumus umum CnH2nO.
Tata nama IUPAC:
Rantai karbon terpanjang dengan cabang terbanyak yang mengandung gugus −CHO
ditetapkan sebagai rantai induk. Selanjutnya, rantai induk tersebut diberi nama dengan
mengganti akhiran “-a” pada alkana menjadi “-al”. Misalnya, propana menjadi propanal.
Gugus fungsi −CHO selalu ditetapkan sebagai atom C nomor satu pada rantai induk, sehingga
tidak perlu dinyatakan nomor posisinya.

Tata nama trivial:

4. Keton (alkanon),
yaitu senyawa turunan alkana yang memiliki gugus karbonil (−CO−) pada tengah
rantai. Gugus −CO− pada keton terikat dengan dua gugus alkil R dan R′. Senyawa keton
dengan satu gugus −CO− mempunyai rumus umum CnH2nO.
Tata nama IUPAC:
1. Rantai terpanjang dengan cabang terbanyak yang mengandung gugus −CO−
ditetapkan sebagai rantai induk. Selanjutnya, rantai induk tersebut diberi nama dengan
mengganti akhiran “-a” pada alkana menjadi “-on”. Misalnya, propana menjadi
propanon.

2. Penomoran dilakukan sedemikian sehingga posisi gugus −CO− diprioritaskan


mempunyai nomor yang sekecil mungkin.

Tata nama trivial:


Rumus keton dapat ditulis sebagai R−CO−R′ di mana R dan R′ adalah gugus alkil
CnH2n+1. Nama trivial keton diambil dari nama kedua gugus alkil R dan R′ yang terikat pada
atom O. Keton yang kedua gugus alkilnya sama diberi nama dialkil keton. Keton yang kedua
gugus alkilnya berbeda diberi nama alkil alkil keton, di mana urutan penulisan nama gugus
alkil tidak harus secara alfabetik.

Mau latihan soal? Yuk jawab pertanyaan di Forum StudioBelajar.com


5. Asam karboksilat (asam alkanoat),
yaitu senyawa turunan alkana yang memiliki gugus karboksil (−COOH). Gugus −COOH
merupakan gugus yang terdiri dari gugus karbonil (−CO−) dan gugus hidroksil (−OH).
Senyawa asam karboksilat dengan satu gugus −COOH mempunyai rumus umum CnH2nO2.
Tata nama IUPAC:
1. Rantai terpanjang dengan cabang terbanyak yang mengandung gugus −COOH
ditetapkan sebagai rantai induk. Selanjutnya, rantai induk tersebut diberi nama dengan
awalan kata “asam” dan akhiran “-a” pada alkana diganti menjadi “-oat”. Misalnya,
butana menjadi asam butanoat.

2. Penomoran selalu dimulai dari atom C gugus −COOH sebagai atom C nomor 1.

Tata nama trivial:


Nama trivial asam karboksilat secara umum diambil dari nama Latin sumber alami
asam karboksilat terkait. Misalnya, asam metanoat (HCOOH) disebut asam format karena
dapat ditemukan pada semut (Latin: formica). Asam butanoat disebut asam butirat karena
dapat ditemukan di dalam mentega (Latin: butyrum).

Posisi cabang-cabang pada rantai induk dinyatakan dengan huruf Yunani (α, β, γ, dan
seterusnya hingga ω). Penomoran dimulai dari atom C-α (alfa), yaitu atom C nomor 2 yang
terikat langsung dengan gugus −COOH, kemudian β (beta), γ (gamma), dan seterusnya. Atom
C yang berada di ujung rantai biasanya ditandai dengan ω (omega).
MAKALAH
KIMIA XII

Disusun oleh :
 Sigit Maulana Pratama

Pesantren Daar el Fikri


Kp. Parawan, Ds. Lengkongjaya, Kec. Cigalontang,
Kab. Tasikmalaya, Jawa Barat Kode Pos 46463

Anda mungkin juga menyukai