Anda di halaman 1dari 8

RESUME KELOMPOK 1 ( PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH )

1. Rangga Adi
2. Reinanda Putri
3. Resi Salma
4. Rettita Dwi

A. Ruang Lingkup Perencanaan Pembangunan Wilayah


Perencanaan wilayah adalah perencanaan penggunaan ruang wilayah dan perencanaan
aktivitas pada ruang wilayah. Perencanaan ruang wilayah biasanya dituangkan dalam
perencanaan tata ruang wilayah sedangkan perencanaan aktivitas biasanya tertuang dalam
rencana pembangunan wilayah, baik jangka panjang, jangka menengah, maupun jangka pendek.
Perencanaan wilayah sebaiknya dimulai dengan penetapan visi dan misi wilayah. Visi adalah
cita-cita tentang masa depan wilayah yang diinginkan. Visi seringkali bersifat abstrak tetapi
ingin menciptakan ciri khas wilayah yang ideal sehingga berfungsi sebagai pemberi inspirasi dan
dorongan dalam perencanaan pembangunan wilayah. misi adalah kondisi antara atau suatu
tahapan untuk mencapai visi tersebut. misi adalah kondisi ideal yang setingkat di bawah visi
tetapi lebih realistik untuk mencapainya. Dalam kondisi ideal, perencanaan wilayah sebaiknya
dimulai setelah tersusunnya rencana tata ruang wilayah karena tata ruang wilayah merupakan
landasan sekaligus sasaran dari perencanaan pembangunan wilayah, Akan tetapi dalam
praktiknya, cukup banyak daerah yang belum memiliki rencana tata ruang, tetapi berdasarkan
undang-undang harus menyusun rencana pembangunan wilayahnya karena terkait dengan
penyusunan anggaran. Seandainya tata ruang itu sudah ada dan masih berlaku, penyusunan
rencana pembangunan daerah haruslah mengacu pada rencana tata ruang tersebut. Rencana
pembangunan adalah rencana kegiatan yang akan mengisi ruang tersebut. Dengan demikian,
pada akhirnya akan tercapai bentuk ruang yang dituju. Tata ruang juga sekaligus memberi
rambu-rambu tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh pada tiap sisi ruang wilayah.
Dengan demikian, tata ruang adalah panduan utama dalam merencanakan berbagai kegiatan di
wilayah tersebut.
Perencanaan pembangunan wilayah sebaiknya menggunakan dua pendekatan, yaitu
pendekatan sektoral dan pendekatan regional. Pendekatan sektoral biasanya less-spatial (kurang
memperhatikan aspek ruang secara keseluruhan), sedangkan pendekatan regional lebih bersifat
spatial dan merupakan jembatan untuk mengaitkan perencanaan pembangunan dengan rencana
tata ruang. Rencana tata ruang berisikan kondisi ruang/penggunaan lahan saat ini (saat
penyusunannya) dan kondisi ruang yang dituju, misalnya 25 tahun yang akan datang. Rencana
pembangunan wilayah misalnya RPJM, merencanakan berbagai kegiatan pembangunan selama
kurun waktu 5 tahun dan nantinya dituangkan lagi dalam rencana tahunan yang semestinya
langsung terkait dengan anggaran. Dengan demikian, cukup jelas bahwa RPJM semestinya
mengacu kepada rencana kondisi ruang yang dituju seperti tertera pada tata ruang. Peran para
aktor pembangunan di luar pemerintah cukup besar, dan sesuai dengan mekanisme pasar,
seringkali aktivitas dalam penggunaan ruang tidak mengarah kepada apa yang tertuang dalam
rencana. Pada satu sisi, pemerintah ingin menciptakan pengaturan ruang yang baik. Akan tetapi,
di sisi lain ingin mendapatkan manfaat yang terkandung dalam mekanisme pasar. Berdasarkan
hal tersebut, pemerintah seringkali terpaksa menempuh jalan kompromi. Artinya, arah
penggunaan ruang sesuai mekanisme pasar masih dapat ditolerir sepanjang tidak mengganggu
kelestarian lingkungan hidup. Seringkali rencana tata ruang terpaksa dikorbankan dalam arti kata
dilakukan revisi sebelum masa berlakunya berakhir. Dalam kondisi seperti ini perencanaan tata
ruang dan perencanaan pembangunan wilayah menjadi lebih rumit karena harus memperhatikan
mekanisme pasar. Perencanaan tata ruang adalah perencanaan jangka panjang, sedangkan
tingkah laku mekanisme pasar sulit diramalkan untuk jangka panjang. Dalam hal ini, perlu dibuat
suatu kebijakan tentang hal-hal apa dari tata ruang itu yang dapat dikompromikan dan hal-hal
apa yang tidak dapat dikompromikan. Hal-hal yang tidak dapat dikompromikan, misalnya
kelestarian lingkungan hidup (termasuk jalur hijau), penggunaan lahan yang mengakibatkan
kehidupan kelak menjadi tidak sehat atau tidak efisien, penggunaan lahan di daerah perkotaan
yang pincang, misalnya terlalu luas untuk hanya satu kegiatan tertentu, yang dianggap membawa
dampak buruk terhadap kehidupan.
B. Tujuan & Manfaat Perencanaan Wilayah
Tujuan perencanaan wilayah adalah menciptakan kehidupan yang efisien, nyaman, serta
lestari dan pada tahap akhirnya menghasilkan rencana yang menetapkan lokasi dari berbagai
kegiatan yang direncanakan, baik oleh pihak pemerintah ataupun oleh pihak swasta. Lokasi yang
dipilih memberikan efisiensi can keserasian lingkungan yang paling maksimal, setelah
memperhatikan benturan kepentingan dari berbagai pihak. Sifat perencanaan wilayah yang
sekaligus menunjukkan manfaatnya, antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut.
1. Perencanaan wilayah haruslah mampu menggambarkan proyeksi dari berbagai kegiatan
ekonomi dan penggunaan lahan di wilayah tersebut di masa yang akan datang. Dengan
demikian, sejak awal telah terlihat arah lokasi yang dipersiapkan untuk dibangun dan yang
akan dij adikan sebagai wilayah penyangga. Juga dapat dihindari pemanfaatan lahan yang
mestinya dilestarikan, seperti kawasan hutan lindung dan konservasi alam. Hal ini berarti
dari sejak awal dapat diantisipasi dampak positif dan negatif dari perubahan tersebut, dan
dapat dipikirkan langkah-langkah yang akan ditempuh untuk mengurangi dampak negatif
dan mengoptimalkan dampak positif.
2. Dapat membantu atau memandu para pelaku ekonomi untuk memilih kegiatan ' apa yang
perlu dikembangkan di masa yang akan datang dan di mana lokasi kegiatan seperti itu masih
diizinkan. Hal ini bisa mempercepat proses pembangunan karena investor mendapat
kepastian hukum tentang lokasi usahanya dan menjamin keteraturan dan menjauhkan
benturan kepentingan.
3. Sebagai bahan acuan bagi pemerintah untuk mengendalikan atau mengawasi arah
pertumbuhan kegiatan ekonomi dan arah penggunaan lahan.
4. Sebagai landasan bagi rencana-rencana lainnya yang lebih sempit tetapi lebih detail,
misalnya perencanaan sektoral dan perencanaan prasarana.
5. Lokasi itu sendiri dapat dipergunakan untuk berbagai kegiatan, penetapan kegiatan tertentu
pada lokasi tertentu haruslah memberi nilai tambah maksimal bagi seluruh masyarakat,
artinya dicapai suatu manfaat optimal dan' lokasi tersebut. Penetapan lokasi harus menjamin
keserasian spasial, keselarasan antarsektor, mengoptimasi investasi, terciptanya efisiensi
dalam kehidupan, dan menjamin kelestarian lingkungan.
Perencanaan wilayah diusahakan mencapai sasaran-sasaran tersebut secara maksimal,
berdasarkan hambatan dan keterbatasan yang ada. Masalah yang rumit adalah bahwa pada lokasi
yang direncanakan seringkali telah terisi dengan kegiatan lain. Akibatnya harus dibuatkan pilihan
antara memindahkan kegiatan yang telah terlebih dahulu ada dan menggantinya dengan kegiatan
baru, atau apa yang direncanakan harus disesuaikan dengan apa yang telah ada di lapangan.
Menetapkan pilihan ini seringkali tidak mudah karena selain masalah perhitungan biaya versus
manfaat, juga seringkali terdapat kepentingan lain yang sulit dikonversi dalam nilai uang,
misahiya adat, sejarah, warisan, dan lingkungan.
C. Pendekatan Sektoral
Pendekatan sektoral adalah kegiatan ekonomi di dalam wilayah perencanaan
dikelompokkan atas sektor- sektor. Selanjutnya setiap sektor dianalisis satu per satu. Setiap
sektor dilihat potensi dan peluangnya, menetapkan apa yang dapat ditingkatkan dan di mana
lokasi dari kegiatan peningkatan tersebut. Caranya adalah masing-masing sektor dipreteli (break
down) sehingga terdapat kelompok-kelompok yang bersifat homogen. Terhadap kelompok yang
homogen ini dapat digunakan peralatan analisis yang biasa digunakan untuk kelompok tersebut.
Misalnya, untuk menganalisis sektor pertanian, sektor tersebut dapat dibagi atas subsektor
tanaman pangan, subsektor perkebunan rakyat, subsektor perkebunan besar, dan seterusnya.
Analisis komoditi lebih mudah dari aspek produksi maupun aspek pemasarannya karena
literatur ilmiah maupun penyampaian informasi sering dilaksanakan atas dasar komoditi/sektor.
Pendekatan sektoral dengan metode agregasi memiliki risiko kehilangan gambaran latar
belakang yang mendukung produksi sektoral.
Suatu metode pendekatan sektoral yang mengarah kepada analisis masukan keluaran
telah pernah dicoba oleh Leknas dalam menyusun Pola Makro Repelita III Sumatra Utara
(Tamba, cs. 1978). Dalam metode ini, sektor-sektor dibagi atas sektor penghasil barang (goods
sector) dan sektor lainnya (service sector). Perkembangan pada sektor-sektor penghasil barang
akan mendorong perkembangan sektor lainnya. Sektor penghasil barang adalah sektor pertanian,
sektor perindustrian, dan sektor pertambangan.
Kelemahan metode ini adalah pada kenyataannya ada sektor jasa yang merupakan faktor
pendorong pertumbuhan daerah termasuk pendorong pertumbuhan sektor barang. Apabila
peranan sektor pariwisata cukup menonjol di suatu daerah, sektor ini harus diperhitungkan
sebagai sektor dasar dan dikelompokkan ke dalam sektor yang menunjang pertumbuhan sektor
lainnya. Demikian pula, apabila sektor perdagangan di suatu perkotaan merupakan pusat
perdagangan daerah-daerah sekitarnya maka perkembangannya tidak ditentukan oleh
perkembangan sektor penghasil baran g di daerah itu saja melainkan juga oleh perkembangan
sektor penghasil barang di daerah itu dan di daerah sekitarnya. Jadi, dari sektor jasa yang ada
perlu dilihat apakah memang'tergantung dari sektor penghasil barang di daerah itu atau dapat
dianggap independen dan harus diramalkan secara terpisah.
Selain itu pemakaian metode ini, perlu berhati-hati dalam meramalkan pertumbuhan
sektor penghasil barang, terutama kemungkinan telah berkelebihan dalam penggunaan input
yang terbatas (penggunaan input melebihi dari apa yang tersedia) seperti modal, lahan, dan
tenaga kerja.
Untuk menghindari kemungkinan penggunaan input yang tumpang-tindih (melebihi dari
yang tersedia) maka dilakukan pendekatan linearprogramming. Pendekatan ini adalah agar
tujuan (misalnya, nilai tambah) dapat tercapai secara optimal dengan mengalokasikan faktor-
faktor yang terbatas kepada berbagai kegiatan. Karena faktor produksi yang terbatas dijadikan
pembatas, tidak akan terjadi penggunaannya melebihi dari apa yang tersedia. Pendekatan
sektoral, untuk tiap sektor/komoditi, dibuat analisis sehingga dapat memberi jawaban tentang:
1. Sektor/komoditi apa yang memiliki competitive advantage di wilayah tersebut
2. Sektor/komoditi apa yang basis dan nonbasis;
3. Sektor/komoditi apa yang memiliki nilai tambah yang tinggi;
4. Sektor/komoditi apa yang memiliki forward linkage dan backward linkage yang tinggi;
5. Sektor/komoditi apa yang perlu dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan minimal
wilayah tersebut;
6. Sektor/komoditi apa yang banyak menyerap tenaga kerja per satu satuan modal dan per
satu hektar lahan.
Berbagai kriteria diatas, dapat ditetapkan skala prioritas tentang sektor/ komoditi.
Penetapan skala prioritas sangat dibutuhkan dalam perencanaan pembangunan wilayah, karena
keterbatasan dana terutama yang berasal dari anggaran pemerintah
D. Pendekatan Regional
Pendekatan regional sangat berbeda dengan pendekatan sektoral walaupun tujuan
akhirnya sama. Pendekatan sektoral adalah pendekatan yang mulanya mengabaikan faktor ruang
(spasial). Pendekatan ini lebih dahulu memperhatikan sektor atau komoditi yang kemudian
setelah dianalisis, menghasilkan proyek yang diusulkan untuk dilaksanakan. Setelah proyeknya
diketahui baru dipikirkan lokasi proyek yang akan digunakan.
Pendekatan regional dalam pengertian sempit adalah memperhatikan ruang dengan
segala kondisinya. Melewati analisis, jika diketahui bahwa masih ada ruang yang belum
dimanfaatkan atau penggunaannya masih belum optimal, maka akan direncanakan kegiatan apa
sebaiknya diadakan pada lokasi tersebut. Dengan demikian, penggunaan ruang menjadi serasi
dan efisien agar memberi kemakmuran yang optimal bagi masyarakat. Dari uraian di atas
diketahui bahwa sasaran akhir kedua pendekatan tersebut adalah sama, yaitu menentukan
kegiatan apa pada lokasi mana. Perbedaannya hanya terletak pada cara memulai dan sifat
analisisnya. Pendekatan regional dalam pengertian lebih luas, selain memperhatikan
penggunaan ruang untuk kegiatan produksi atau jasa juga memprediksi arah konsentrasi kegiatan
dan memperkirakan kebutuhan fasilitas untuk masing-masing konsentrasi serta merencanakan
jaringan-jaringan penghubung sehingga berbagai konsentrasi kegiatan dapat dihubungkan secara
efisien.
Analisis regional adalah analisis atas penggunaan ruang saat ini, analisis atas aktivitas
yang akan mengubah penggunaan ruang dan perkiraan atas bentuk penggunaan ruang di masa
yang akan datang dan didasarkan pada anggapan bahwa perpindahan orang dan barang dari satu
daerah ke daerah lain adalah bebas dan bahwa orang (juga modal) akan berpindah berdasarkan
daya tarik (attractiveness) suatu daerah yang lebih kuat dari daerah lain. Pendekatan regional
adalah pendekatan yang memandang wilayah sebagai kumpulan dari bagian-bagian wilayah yang
lebih kecil dengan potensi dan daya tariknya masing-masing.
Dalam analisis regional sangat perlu diperhatikan kemungkinan munculnya proyek-
proyek besar yang baru atau perluasan proyek yang sudah ada dan kemudian mengantisipasi
perubahan yang ditimbulkannya terhadap lingkungan maupun terhadap daerah tetangga di
sekitarnya. Sebaliknya, perubahan besar di daerah tetangga dapat mempengaruhi perekonomian
di daerah sekitarnya. Perubahan itu dapat berakibat positif maupun negatif.
Pendekatan regional adalah pendekatan ekonomi dan pendekatan ruang. Pendekatan
ekonomi terutama untuk cabang ekonomi regional dan dapat dipakai berbagai peralatan analisis,
baik dari ekonomi umum/ekonomi pembangunan, atau lebih khusus ekonomi regional untuk
melihat arah perkembangan sesuatu daerah di masa yang akan datang. Analisis ekonomi regional
dapat memberi jawaban atas sektor mana yang perlu dikembangkan serta tingkat prioritas
pengembangannya.
Analisis ekonomi regional kemudian dikombinasikan dengan pendekatan tata ruang,
sehingga harus dibarengi dengan peta-peta untuk mempermudah dan memantapkan analisis.
Selain menggambarkan keadaan saat ini ada juga peta yang menggambarkan proyeksi arah
perpindahan faktor-faktor produksi dan peta perkiraan kondisi di masa yang akan datang.
Pendekatan ruang adalah pendekatan dengan memperhatikan:
1. Struktur ruang saat ini
2. Penggunaan lahan saat ini
3. Kaitan suatu wilayah terhadap wilayah tetangga.
Unsur-unsur struktur ruang yang utama :
1. Orde-orde perkotaan, termasuk di dalamnya konsentrasi permukiman;
2. Sistem jaringan lalu lintas, termasuk penetapan jaringan jalan primer, jaringan jalan
sekunder, dan jaringan jalan lokal;
3. Kegiatan ekonomi berskala besar yang terkonsentrasi, seperti kawasan industri, kawasan
pariwisata, kawasan pertambangan, dan kawasan perkebunan.
Struktur ruang adalah hierarki di antara ruang atau lokasi berbagai kegiatan ekonomi. Analog
antara struktur organisasi dengan struktur ruang dapat dikemukakan pada bagan berikut ini.

Dari bagan 2.1 diatas dapat ditarik analog antara struktur organisasi engan struktur ruang.
Masing-masing struktur memiliki hierarki. Di dalam struktur organisasi tingkat hierarki
menggambarkan besarnya kekuasaan/kewenangan sedangkan dalam struktur ruang hierarki
menggambarkan besarnya daya tarik atau luasnya wilayah pengaruh. Garis penghubung dalam
struktur organisasi adalah alur perintah dan pelaporan sedangkan dalam struktur ruang hal ini
terkait dengan jarak dan daya tarik di mana daya tarik dipengaruhi oleh potensi masing masing
lokasi dan jarak yang menghubungkan dua potensi. Masing-masing kotak empat persegi dalam
struktur organisasi menggambarkan posisi atau jabatan, sedangkan dalam struktur ruang
menggambarkan lokasi dan besarnya konsentrasi. Bedanya dalam struktur organisasi posisi
bawahan selalu digambarkan berada di bawah posisi atasannya sedangkan dalam struktur ruang,
posisi lokasi tidak harus berada di bawah (di selatan) induknya (kota terbesar) namun dapat
mengambil posisi mengelilingi induknya.
Struktur ruang merupakan pembangkit berbagai aktivitas di dalam wilayah dan sangat
berpengaruh dalam menentukan arah penggunaan lahan di masa yang akan datang. Perubahan
struktur ruang atau penggunaan lahan dapat terjadi karena investasi pemerintah atau investasi
pihak swasta. Keberadaan dan lokasi investasi swasta perlu mendapat izin pemerintah. Hal ini
penting agar pemerintah dapat mengarahkan struktur tata ruang atau penggunaan lahan yang
menguntungkan dan mempercepat tercapainya sasaran pembangunan.
Pendekatan regional semestinya dapat menjawab berbagai pertanyaan yang belum terjawab
apabila hanya menggunakan pendekatan sektoral seperti berikut :
1. Lokasi dari berbagai kegiatan ekonomi yang akan berkembang.
2. Penyebaran penduduk di masa yang akan datang dan kemungkinan munculnya pusat-
pusat pemukiman baru.
3. Adanya perubahan pada struktur ruang wilayah dan prasarana yang perlu dibangun untuk
mendukung perubahan struktur ruang tersebut.
4. Perlunya penyediaan berbagai fasilitas sosial (sekolah, rumah sakit, jaringan listrik,
jaringan telepon, dan penyediaan air bersih) yang seimbang pada pusat-pusat
permukiman dan pusat berbagai kegiatan ekonomi yang berkembang.
5. Perencanaan jaringan penghubung (prasarana dan mode transportasi) yang akan
menghubungkan berbagai pusat kegiatan atau permukiman secara efisien.

Anda mungkin juga menyukai