Anda di halaman 1dari 5

Pengertian teori pendidikan adalah suatu usaha untuk menjelaskan bagaimana sesuatu terjadi dan atau

digunakan dalam proses belajar mengajar. Teori pendidikan berasal dari tahap pengamatan atau
eksperimen melalui metode yang sistematis terhadap proses pendidikan yang ada. Sebuah pandangan
atau serangkaian pendapat yang berkaitan dengan pendidikan yang disajikan dalam sebuah sistem
konsep.

Teori pendidikan berkaitan dengan bagaimana sebuah proses pendidikan dijalankan, siapa target
pendidikan, dengan cara apa proses pendidikan berlangsung, dan bagaimana pengembangannya. Hal ini
dikarenakan pendidikan tidak bisa dilepaskan dari masyarakat, karenanya proses pendidikan perlu
memperhatikan keberadaan dan perkembangan masyarakat serta lembaga lain baik itug langsung
maupun tidak, berpengaruh terhadap kelangsungan pendidikan termasuk dengan kebijakan dan politik
pendidikan.

Ruang lingkup dari teori pendidikan pun terdiri dari dua teori yaitu umum dan khusus. Teori umum
pendidikan memperhatikan masalah sekitar membentuk manusia ideal dan pembahasannnya tidak
hanya bertumpu pada apa yang dianggap sebagai cara terbaik mengajar tetapi meluas pada persoalan
apa yang harus diajarkan dan untuk tujuan apa. Sedangkan teori khusus pendidikan membahas secara
mendalam aspek pedagogis, seperti bagaimana cara yang paling efektif untuk belajar dan mengajar.
(Moore, 1974).

Ketika aliran-aliran pendidikan, yakni nativisme, empirisme dan konvergensi, dikaitkan dengan teori
belajar mengajar kelihatan bahwa kedua aliran yang telah disebutkan (nativisme-empirisme)
mempunyai kelemahan. Adapun kelemahan yang dimaksudkan adalah sifatnya yang ekslusif dengan
cirinya ekstrim berat sebelah. Sedangkan aliran yang terakhir (konvergensi) pada umumunya diterima
seara luas sebagai pandangan yang tepat dalam memahami tumbuh-kembang seorang peserta didik
dalam kegiatan belajarnya. Meskipun demikian, terdapat variasi pendapat tentang faktor-faktor mana
yang paling penting dalam menentukan tumbuh-kembang itu.

Keberhasilan teori belajar mengajar jika dikaitkan dengan aliran-aliran dalam pendidikan,
diketahui beberapa rumusan yang berbeda antara aliran yang satu dengan aliran lainnya. Menurut aliran
nativisme bahwa seorang peserta tidak dapat dipengaruhi oleh lingkungan, sedangkan menurut aliran
empirisme bahwa justreru lingkungan yang mempengaruhi peserta didik tersebut. Selanjutnya menurut
aliran konvergensi bahwa antara lingkungan dan bakat pada peserta didik yang terbawa sejak lahir saling
memengaruhi.
Al-Qur’an sebagai acuan dasar pendidikan Islam dalam menerangkan teori belajar mengajar telah
memberikan konsep terhadap pemikiran yang terdapat aliran nativisme, empirisme dan konvergensi.
Dalam hal ini, al-Qur’an menegaskan bahwa pembawaan seorang anak (peserta didik) sejah lahirnya
disebut fitrah, dan fitrah ini adalah dasar keagamaan yang dimiliki oleh setiap orang. Fitrah menurut al-
Qur’an di samping dapat menerima pengaruh dari dalam (keturunan) juga dapat menerima pengaruh
dari luar (lingkungan). Untuk mengembankan fitrah ini, maka sangat pendidikan kedudukan pendidikan
di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Teori pendidikan merupakan landasan dalam pengembangan praktik-praktik pendidikan, misalnya


pengembangan kurikulum, proses belajar mengajar, dan manajemen sekolah. Kurikulum dan
pembelajaran memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan teori pendidikan. Suatu kurikulum dan
rencana pembelajaran disusun dengan mengacu pada teori pendidikan.[12]

Ada empat teori pendidikan, yaitu:[13]

Teori pendidikan klasik (classical education).

Teori pendidikan klasik berlandaskan pada filsafat klasik, seperti perenialisme, essensialisme dan
eksistensialisme, yang memandang bahwa pendidikan berfungsi sebagai upaya memelihara,
mengawetkan dan meneruskan warisan budaya. Teori pendidikan ini lebih menekankan peranan isi
pendidikan dari pada proses. Isi pendidikan atau materi di ambil dari khazanah ilmu pengetahuan yang
ditemukan dan dikembangkan para ahli tempo dulu yang telah disusun secara logis dan sistematis.
Dalam praktiknya, pendidikan mempunyai peranan besar dan lebih dominan, sedangkan peserta didik
memiliki peran yang pasif, sebagai penerima informasi dan tugas-tugas dari pendidik. Pendidikan klasik
menjadi sumber bagi pengembangan model kurikulum subjek akademis, yaitu suatu kurikulum yang
bertujuan memberikan pengetahuan yang solid serta melatih peserta didik menggunakan ide-ide dan
proses “penelitian”, melalui metode ekspositori dan inkuiri.

Teori pendidikan personal (personalized education).

Teori pendidikan ini bertolak dari asumsi sejak dilahirkan anak telah memiliki potensi-potensi tertentu.
Pendidikan harus dapat mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki peserta didik dengan bertolak
dari kebutuhan dan minat peserta didik. Dalam hal ini, peserta didik menjadi pelaku utama pendidikan,
sedangkan pendidikan hanya menepati posisi kedua, yang lebih berperan sebagai pembimbing,
pendorong, fasilitator dan pelayan peserta didik.

Teori ini memiliki dua aliran yaitu pendidikan progresif dan pendidikan romantik. Pendidikan progresif
dengan tokoh pendahulunya, Francis Parker dan John Dewey memandang bahwa peserta didik
merupakan satu kesatuan yang utuh. Materi pengajaran berasal dari pengalaman peserta didik sendiri
yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Ia merefleksi terhadap masalah-masalah yang muncul
dalam kehidupannya. Berkat refleksinya itu, ia dapat memahami dan menggunakkannya bagi kehidupan.
Pendidik lebih merupakan ahli dalam metodologi dan membantu perkembangan peserta didik sesuai
dengan kemampuan dan kecepatannya masing-masing. Pendidikan romantik berpangkal dari pemikiran-
pemikiran J.J Rouseau tentang tabularasa, yang memandang setiap individu dalam keadaan fitrah,
memiliki nurani kejujuran, kebenaran dan ketulusan.

Teori pendidikan personal menjadi sumber bagi pengembangan kurikulum humanis, yaitu suatu model
kurikulum yang bertujuan memperluas kesadaran diri dan mengurangi kerenggangan dan keterasingan
dari lingkungan dan proses aktualisasi diri. Kurikulum humanis merupakan reaksi atas pendidikan yang
lebih menekankan pada aspek intelektual (kurikulum subjek akademis).

Teknologi pendidikan.

Teknologi pendidikan, yaitu suatu konsep pendidikan yang mempunyai persamaan dengan pendidikan
klasik tentang peranan pendidikan dalam menyampaikan informasi. Namun diantara keduanya ada yang
berbeda. Dalam teknologi pendidikan, yang lebih diutamakan adalah pembentukan dan penguasaan
kompetensi atau kemampuan-kemampuan praktis, bukan pengawetan dan pemeliharaan budaya alam.

Dalam konsep pendidikan teknologi, isi pendidikan dipilih oleh tim ahli bidang-bidang khusus. Isi
pendidikan berupa objek dan keterampilan yang mengarah kepada kemampuan vokasional. Isi disusun
dalam bentuk desain program atau desain pengajaran dan disampaikan dengan menggunakan bantuan
media elektronika, dan para peserta didik belajar secara individual. Peserta didik berusaha untuk
menguasai sejumlah besar bahkan dan pola-pola kegiatan secara efisien. Keterampilan-keterampilan
barunya segera digunakan dalam masyarakat. Pendidik berfungsi sebagai direktur belajar (director of
learning), lebih banyak tugas-tugas pengelolaan dari pada penyampaian dan pendalaman bahan.

Teknologi pendidikan menjadi sumber untuk pengembangan model kurikulum, yaitu model kurikulum
yang bertujuan memberikan penguasaan kompetensi bagi para peserta didik. Pembelajaran dilakukan
melalui metode pembelajaran individual, media buku ataupun media elektronik, sehingga pembelajar
dapat menguasai keterampilan-keterampilan dasar tertentu.
Teori pendidikan interaksional.

Pendidikan interaksional yaitu suatu konsep pendidikan yang bertitik tolak dari pemikiran manusia
sebagai makhluk sosial yang senantiasa berinteraksi dan bekerja sama dengan manusia lain. Pendidikan
sebagai salah satu bentuk kehidupan juga berintikan kerja sama dan interaksi. Dalam pendidikan
interaksional menekankan interaksi dua pihak dari pendidik kepada peserta didik dan dari peserta didik
kepada pendidik. Lebih dari itu, interaksi ini juga terjadi antara peserta didik dengan materi
pembelajaran dan dengan lingkungan, antara pemikiran manusia dengan lingkungannya. Interaksi ini
terjadi melalui berbagai bentuk dialog. Dalam pendidikan interaksional, belajar lebih sekedar
mempelajari fakta-fakta. Peserta didik mengadakan pemahaman eksperimental dari fakta-fakta
tersebut, memberikan interpretasi yang bersifat menyeluruh serta memahaminya dalam konteks
kehidupan. Filsafat yang melandasi pendidikan interaksional yaitu filsafat rekonstruksi sosial.

Pendidikan interaksional menjadi sumber untuk pengembangan model kurikulum rekonstruksi sosial,
yaitu model kurikulum yang memiliki tujuan utama menghadapkan para peserta didik pada tantangan,
ancaman, hambatan-hambatan atau gangguan-gangguan yang dihadapi manusia. Peserta didik didorong
untuk mempunyai pengetahuan yang cukup tentang masalah-masalah sosial yang mendesak (crucial)
dan bekerja sama untuk memecahkannya.

Pembahasan mengenai teori pendidikan, dikenal ada tiga macam aliran:[14]

Aliran nativisme

Dengan tokohnya adalah Schopenhaver, ia mengatakan bahwa bakat mempunyai peranan yang penting,
tidak ada gunanya orang mendidik kalau bakat anak memang jelek. Sehingga pendidikan diumpamakan
dengan “mengubah emas menjadi perak” adalah suatu hal yang tidak mungkin.

Aliran empirisme

Dengan tokohnya adalah John Locke, ia mengatakan bahwa pendidikan itu perlu sekali. Teorinya
terkenal dengan istilah “ teori tabularasa”. Ini artinya bahwa kelahiran anak diumpamakan sebagai
kertas putih bersih yang dapat diwarnai setiap orang (penulis). Dalam konteks pendidikan “warna”
terhadap anak didik.

Aliran convergensi

Dengan tokohnya Wiliam Stern, aliran ini mengakui kedua aliran sebelumnya. Oleh karena itu
pendidikan sangat perlu, namun bakat (pembawaan) yang ada pada anak didik juga mempengaruhi
keberhasilan pendidikan. Aliran ini seolah-olah merupakan campuran dari aliran nativisme danaliran
empirisme. Aliran ini sekarang banyak dianut.1

[12] Abdul Kadir, Dasar-Dasar Pendidikan, (Jakarta : Kencana, 2012), Hlm, 141.
[13] Ibid, Hlm 141-143.

Anda mungkin juga menyukai