Anda di halaman 1dari 5

Pemurnian Senyawa dengan Cara Sublimasi

Anjar Sari, Bima Ayu Santika, Binti Istikomah, Burhani Mahmudin

Abstrak
Sublimasi merupakan metode yang dilakukan untuk memurnikan suatu zat padatan
bedasarkan titik lelehnya, Sublimasi adalah perubahan wujud zat dari padat ke gas dan setelah
mengalami pendinginan langsung terkondensasi menjadi padatan kembali, Metode yang dapat
digunakan untuk memisahkan zat padat dari pengotornya atau memurnikan zat padat tersebut
adalah Sublimasi. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk memahami prinsip sublimasi untuk
pemurnian senyawa yaitu naftalen (C10H8). Hasil pada saat praktikum ditemukan massa yang
berbeda, yang semula massa awal nya yaitu 5 gram dan massa akhir sesudah sublimasi adalah
0,33 gram dengan persen recovery adalah 6,6%.
Kata kunci : Sublimasi, Kondensasi, Naftalen

1. Pendahuluan c. limbah yang lebih sedikit


atau tidak berbahaya
Naftalena (C10H8) merupakan d. kondisi operasi yang tidak
senyawa murni pertama yang diperoleh dari terlalu hebat
fiksasi didih lebih tinggi dari batu bara. e. kebutuhan bahan pemroses,
Naftalena mudah di isolasi karena senyawa misalnya salven pada
ini menyublim dari gas sebagai padatan ekstraksi, yang lebih kecil
Kristal tidak bewarna yang indah, dengan f. kualitas produk yang lebih
titik leleh 8000C. Naftalena merupakan baik, karena kemurnian
molekul planar dengan dua cincin benzene yang lebih tinggi, kerusakan
yang berfusi (bercampur) (Hart, dkk, 2003) bahan tak banyak terjadi,
Naftalena terdapat dalam bahan dan lain-lain. (sediawan,
bakar jet, asap rokok, dan produk 2000)
sampingan pembakaran bahan bakar fosil, Proses sublimasi sangat mirip
dan digunakan industri dalam produksi dengan proses distilasi. Istilah distilasi
plasticizer phthalate dan pewarna. digunakan untuk perubahan dari cairan
Proses pemisahan merupakan menjadi uap setelah mengalami
proses penting dalam industri kimia dan pendinginan berubah menjadi cairan atau
menjadi semakin menarik untuk dikaji lebih padatan. Sedangkan sublimasi adalah
jauh dengan makin berkembangnya proses dari perubahan bentuk padatan
permasalahan di lapangan serta makin langsung menjadi uap tanpa melalui bentuk
banyaknya pilihan teknologi yang bisa cair dan setelah mengalami pendinginan
digunakan. Beberapa kecenderungan langsung terkondensasi menjadi padatan
terakhir proses-proses pemisahan dalam kembali. (Sunardi, 2004).
industri adalah sebagai berikut:
Pada tahap sublimasi masalah
Pemakaian proses yang sudah lama tingginya konsumsi energi pada
dikenal (misalnya distilasi, ekstraksi, dan pengeringan beku tersebut dipecahkan
lain-lain) tetapi dengan unjuk kerja yang dengan penerapan pemanasan terbalik,
lebih baik, misalnya dalam hal : yaitu merambatkan panas melalui lapisan
a. kebutuhan energi yang lebih beku untuk meningkatkan laju perpindahan
rendah panas. Pemanasan terbalik yang dilakukan
b. harga peralatan yang lebih pada penelitian adalah dengan harapan
murah,misalnya peralatan panas akan berkonduksi melalui lapisan
lebih kecil beku bahan yang mempunyai nilai
konduktifitas panas lebih tinggi lampu sepirtus atau bunsen, cawan
dibandingkan dengan lapisan bahan kering porselin, pipet, mortir dan stamper,
brongga, sehingga waktu yang dibutuhkan aluminium foil, timbangan analitik,
akan lebih cepat (Siregar et al, 2006). kertas untuk menimbang pasir dan
naftalen atau kapur barus, sudip,
Kondensasi merupakan perubahan dan sendok.
keadaan fisik uap dari fase gas menjadi fase Bahan yang digunakan
cair, terjadi ketika uap didinginkan akan dalam praktikum pemurnian
berubah menjadi cair, kondensasi uap senyawa dengan metode sublimasi
dimulai dengan pembentukan kelompok yaitu: naftalen (C10H8), es batu, dan
atom atau molekul yang lembab dalam pasir atau karbon aktif.
volume udara antara fase gas dan
permukaan cairan atau padatan. Mengacu
pada hasil kondensasi uap pada permukaan
3. Metode
dinding filmwise dan dropwise, kasus ini Persiapan Bahan
terjadi ketika uap menempel dipermukaan Pada praktikum pemurnian
yang tidak tersusun oleh partikel-partikel. senyawa menggunakan metode
Kondensasi ini juga tergantung pada sublimasi, mengambil 5 butir
kemampuan porous media untuk dapat naftalen lalu kemudian dihaluskan
meresapkan pada fase cair atau fase uap di dalam mortir menggunakan
dalam keadaan cair. Mekanisme ini bisa stamper, setelah naftalen halus
terjadi karena kapilaritas dan infiltrasi, ditimbang menggunakan neraca
untuk kapilaritas pemenyerapan air hasil analitik dan mendapat hasil
dari tarik-menarik antara air dan pori-pori timbangan sebanyak 5,0426gram,
serta tegangan permukaan air. Sedangkan kemudian menimbang pasir atau
pada infiltrasi, dibutuhkan tekanan karbon aktif di neraca analitik berat
hidrostatik untuk penyerapanya. Terdapat pasir tiga kali lebih dari berat
dua jenis kondensasi yang dapat dibedakan, naftalen maka didapat hasil
yaitu kondensasi timbangan sebanyak 16,471gram.
permukaan dan kondensasi mikro atau Proses Sublimasi
kondensasi kapiler. Sebagai sumber Melakukan proses sublimasi
kondensat, pada studi ini aliran udara dengan masukkan naftalen atau
lembab atau uap dapat dialirkan secara kapur barus dan pasir atau karbon
tangensial menuju porous media. Tujuan aktif kedalam beaker glass dan di
kondensasi pada porous media untuk aduk dengan menggunakan batang
mengontrol kelembaban udara dapat pengaduk, letakan beaker glass
dipakai untuk aplikasi tertentu, sebagai diatas kaki tiga, menutup ujung
alternatif yang penting pada aplikasi beaker glass dengan menggunakan
khusus. aluminium foil, beaker glass ditutup
dengan menggunakan kaca arloji,
Pada Praktikum pemurnian meletakan es batu di atas kaca arloji,
senyawa dengan cara sublimasi bertujuan lalu panaskan beaker glass dengan
untuk memahami prinsip sublimasi untuk menggunakan api kecil secara
pemurnian senyawa yaitu naftalena (C10H8) pelan-pelan hingga naftalen atau
2. Alat dan Bahan kapur barus berubah menjadi uap,
Alat yang digunakan dalam dan zat pengotor tetap berbentuk
pemurniaan senyawa naftalen padat, mengamati uap yang
(C10H8) dengan metode sublimasi terbentuk pada dinding bawah kaca
yaitu: kaca arloji, satu beaker glass, arloji, apabila sudah tidah ada lagi
kassa asber, kaki tiga, korek api, naftalen atau kapur barus yang
menyublim (zat padat berubah Kondensasi merupakan
menjadi uap) hentikan proses perubahan keadaan fisik uap dari
pemanasannya dan biarkan proses fase gas menjadi fase cair.
pendinginan agar seluruh uap yang Kondensasi terjadi ketika uap
terbentuk dapat menjadi kristal, didinginkan akan berubah menjadi
naftalen atau kapur barus yang cair, kondensasi uap dimulai dengan
sudah dimurnikan kemudian pembentukan kelompok atom atau
ditimbang dan didapatkan naftalen molekul yang lembab dalam udara
atau kapur barus murni sebanyak antara fase gas dan permukaan
0.33g, kemudian persen recorvery cairan atau padatan. (yohanes,eko
dihitung dengan menggunakan 2014).
persamaan. Cairan yang telah
Persen Recovery = terkondensasi dari uap disebut
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑛𝑎𝑓𝑡𝑎𝑙𝑒𝑛 𝑎𝑤𝑎𝑙 kondensat. Proses kondensasi
𝑥 100%
ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑠𝑢𝑏𝑙𝑖𝑚𝑎𝑠𝑖 terjadi ketika kondensasi
diinginkan. (Irnia Nurika dan Sri
4. Hasil dan Pembahasan
Suhartini,2019).
Proses pendinginan pada
Sublimasi adalah perubahan
sublimasi naftalen dipercepat oleh
wujud dari padat ke gas atau dari
es batu. Es batu diletakkan dikaca
gas ke padat. Bila partikel penyusun
arloji yang digunakan untuk
sebuah zat padat diserahkan
menutup beaker glass yang
kenaikan suhu melewati
digunakan sebagai mediator untuk
pemanasan, maka partikel itu akan
pendinginan kondensasi.
berubah fasa (wujud) menjadi gas.
Pendinginan dengan mediator es
Sebaliknya, bila suhu gas itu
batu untuk mempercepat perubahan
diturunkan dengan cara kondensasi,
fase dari kondensasi yang
maka gas berubah menjadi padat.
didinginkan agar dapat secara
Pada dasarnya sublimasi dilakukan
langsung kembali kefasa
untuk memisahkan suatu zat dari
padat.(Sudjadi 2008).
pengotornya sehingga didapatkan
zat yang lebih murni. Cara yang
dapat kita lakukan adalah
memisahkan partikel yang mudah
menyubim menjadi gas. Gas yang
dihasilkan ditampung, lalu
didinginkan. Syarat pemisahan
dengan menggunakan metode
sublimasi adalah partikel yang
tercampur harus memiliki
perbedaan titik didih yang besar,
sehingga dapat menghasilkan uap Gambar 1.Naftalen/kapur barus dan pasir
dengan tingkat kemurniaan yang
tinggi.(Shevla,1979).
Fungsi pemanasan pada proses
sublimasi yaitu untuk mengubah
bentuk padat dari ekstrak menjadi
bentuk uap dan akan berubah
bentuk menjadi padat, apabila
didinginkan.(Lindawati,2018). Gambar 2. Proses sublimasi
Berdasarkan hasil perhitungan
persen recovery ini tidak akurat karena
Senyawa yang dimurnikan pada hasilnya kurang dari 100%.(keenan,1984).
proses sublimasi harus memiliki perbedaan Adapun faktor yang mempengaruhi persen
titik didih yang tingggi dibandingkan hasil recovery yaitu karena zat yang
dengan zat pengotornya, agar menghasilkan diletakkan ke beaker glass saat praktikum
uap dengan tingkat kemurniaan yang terpusat ditengah sehingga pada saat proses
tinggi.(Shevla,1979). sublimasi terdapat kristal yang menempel
di dinding beaker glass dan pada saat
penimbangan tidak semua kristal dapat
No Perlakuan Hasil Persen diambil. Persen recovery juga dapat
Recovery dipengaruhi oleh massa zat yang hilang
1 Sublimasi :  Terben 6,6% karena adanya serangkaian proses
Kapur tuk percobaan yang melibatkan aktivitas
Barus Kristal pemindahan zat dan massa pengotor yang
(Naftalena)  Berat masih tertinggal pada kristal.
+ Pasir + Es Kristal (Sunardi,2004).
Batu + = 0,33
Dipanaskan gram 5. Kesimpulan
Tabel 1. Hasil percobaan sublimasi Sublimasi adalah perubahan
naftalen wujud zat dari padat ke gas dan
setelah mengalami pendinginan
Pada percobaan praktikum ini langsung terkondensasi menjadi
diperoleh naftalen murni (tabel 1) sebanyak padatan kembali.
0,33 gram yang sebelumnya 5,0426gram. Naftalena mudah di isolasi
Berat naftalen yang didapat leih sedikit karena senyawa ini menyublim dari
daripada jumlah awal yang didapatkan dari gas sebagai padatan Kristal tidak
naftalen sebelum di sublimasi. Berat hasil bewarna yang indah, dengan titik
naftalen atau kapur barus yang didapatkan leleh 8000C.
benar-benar murni. Dalam percobaan Pada praktikum pemurniaan
sublimasi tidak dilakukan pengujian titik senyawa naftalen dengan cara
leleh untuk memastikan kristal naftalen sublimasi dapat disimpulkan bahwa
atau kapur barus yang didapatkan yaitu dari pada proses pemanasan pada proses
bentuk kristal yang seperti jarum dan sublmasi naftalen bertujuan untuk
bentuk kristal yang didapatkan lebih tipis untuk memurnikan zat padat untuk
dan jernih daripada kristal sebelum berubah fase dari padat ke
dilakukan pemurnian atau sublimasi. gas,sehingga zat pengotor dapat
(Riswanto,2003). terurai dari zat yang di sublimasi.
dan proses pendinginan bertujuan
Pada data hasil persen recovery
untuk mempercepat perubahan fase
(table 1) yang didapatkan dalam percobaan
dari kondensasi yang didinginkan
sublimasi diperoleh data sebanyak 6,6%
agar mempercepat secara langsung
dengan massa naftalen atau kapur barus
kembali ke fase padat. Pada data
awal sebesar 5 gram, dan massa naftalen
hasil didapatkan berat naftalen atau
atau kapur barus hasil sublimasi sebesar
kapur barus awal sebanyak 5 gram
0,33 gram. Hasil percen recovery pada
dan massa naftalen atau kapur barus
percobaan ini didapat dengan
hasil sublimasi sebanyak 0,33 gram
menggunakan rumus,
dengan hasil persen recovery
Persen Recovery = sebesar 6,6%, hasil tersebut tidak
𝑚𝑎𝑠𝑠 𝑛𝑎𝑓𝑡𝑎𝑙𝑒𝑛 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑠𝑢𝑏𝑙𝑖𝑚𝑎𝑠𝑖 akurat karena hasil kurang dari
𝑥 100%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑛𝑎𝑓𝑡𝑎𝑙𝑒𝑛 𝑎𝑤𝑎𝑙 100%.
Daftar Pustaka Sunardi. 2004. Diktat Kuliah cara cara
pemisahan. Depok : DeptKimia
Balasubramaniam, Ravi, Nayagam, V., FMIPA UI
Mahmud, Hasan and Khan, L., 2006,
“Analysis of heat and mass transfer Wang, S. C., Yang, Y. T. and Chen, C. K.,
during condensation over a porous 2003, “Effect of uniform suction on
substrate,” Ann. N.Y. Acad. Sci., laminar filmwise condensation on a
Vol. 1077,459-470. finitesize horizontal flat surface in a
porous medium”, Int. J. of Heat and
Hart, H., Cranie, L. E., & J, H. D. (2003). Mass Transfer., Vol. 46, 4003-4011.
Kimia Organik Edisi Kesebelas.
Jakarta: Erlangga. Yohanes,Eko. 2014. Heat Flux Kondensasi
Pada Media Arang Tempurung
Hermana Joni dan Boedisantoso Rachman, Kelapa (Cocos Nuriferia). Jurnal
2010, Kondensasi, Buku Ajar Rekayasa Mesin. Vol 5 hal 39-49.
softcopy file. Surabaya.
Keenan. 1984. Kimia Untuk Universitas
Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Martin dan lindawati. 2018.Pengaruh
Kecepatan Alir Udara Dan
Temperatur Terhadap Nilai
Koefisien Perpindahan Massa Padat
Dan Gas (Bola Naftalena-Udara)
Dalam Sistem Kolom Akrilik. Jurnal
Integrasi Proses. Vol 7,No 2. Hal 99-
109.
Nurika,Irnia dan Suhartini,Sri. 2019.
Bioenergi dan Biorefinery. Malang:
Universitas Brawijaya Press.
Preuss R, Angerer J, Drexler H (2003)
Naphthalene–an environmental and
occupational toxicant. Int Arch
Occup Environ Health 76: 556–576.
Riswiyanto,dkk. 2003. Sains Indonesia
7(3): 75-80.
Sediawan W B,2000. ”Berbagai teknologi
pemisahan” Jurnal Teknik Kimia
ISSN 1410-1998
Shelva,1979. Buku Ajar Vogel: Analisis
Anorganik Kuantitatif Makro Dan
Semimakro, PT Kalman Media
Pusaka, Jakarta.
Siregar., C. JP dan Endang, S. 2006.
“farmasi klinik teori dan
penerapan”. EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai