Anda di halaman 1dari 14

Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kita, sehingga Saya dapat
menyelesaikan makalah tentang isu lingkungan.

Makalah isu lingkungan ini telah Saya susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah tersebut. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar saya dapat memperbaiki makalah isu lingkungan tersebut.

Akhir kata saya berharap semoga makalah tentang isu lingkungan tersebut
dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Jember, 13 Juni 2019

Penulis

i
Daftar Isi
Kata Pengantar ......................................................................................................... i

Daftar Isi.................................................................................................................. ii

BAB 1.Pendahuluan ................................................................................................ 1

1.1.Latar Belakang. ................................................................................................. 1

1.2.Tujuan ............................................................................................................... 3

BAB 2.Pembahasan ................................................................................................ 4

2.1.Kualitas Air Sumur ........................................................................................... 4

2.2.Hubungan Antara Jarak dengan Jarak Parameter Limbah Industri Pengolahan


Ikan………………………………………………………………………………...7

BAB 3.Penutup ....................................................................................................... 9

3.1.Kesimpulan ....................................................................................................... 9

3.2.Saran .................................................................................................................. 9

Daftar Pustaka ....................................................................................................... 10

ii
BAB 1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang.


Air merupakan komponen penting terhadap kelangsungan hidup manusia.
Keberadaan air memiliki peran yang cukup vital dalam perkembangannya menuju
kearah kesejahteraan manusia. Hal ini didukung dari fakta bahwa manusia
membutuhkan air yang cukup banyak demi kesejahteraan manusia.

Air tanah menjadi pilihan utama masyarakat Kecamatan Muncar untuk


memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pada musim kemarau jumlah air permukaan
seperti sungai, waduk, danau mengalami penyusutan secara drastis dan seringkali
diikuti dengan menurunnya kualitas air sampai pada tingkat yang tidak layak
untuk dimanfaatkan. Kondisi air tanah yang tersedia cukup banyak menjadi solusi
untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari. Akan tetapi masalah pencemaran air
tanah menyebabkan masyarakat sekitar menjadi kekurangan air tanah yang bersih.

Kecamatan Muncar di Kabupaten Banyuwangi memiliki potensi


perikanan yang cukup besar. Dengan pesatnya pertumbuhan yang berasal dari
sektor perikanan tersebut telah meningkatkan perekonomian Kabupaten
Banyuwangi. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi mendukung program kegiatan
minapolitan sehingga ditetapkanlah Kawasan Muncar sebagai salah satu basis
minapolitan di Jawa Timur. Salah satu industri yang berkembang secara alami di
Kecamatan Muncar adalah industri pengolahan ikan. Industri tersebut berkembang
sejak jaman penjajahan Belanda berupa industri kecil. Sebagian industri ini telah
berkembang menjadi industri besar yang berorientasi ekspor. Sebaran lokasinya
tersebar di tiga desa yaitu Desa Kedungrejo, Desa Tembokrejo, dan Desa
Blambangan.

Lokasi industri tersebut sangat menunjang kesejahteraan masyarakat


sekitar, akan tetapi dampak nyata terhadap lingkungan sangat memprihatinkan.
Hasil limbah yang dikeluarkan oleh industri pengolahan ikan di kecamatan
Muncar didominasi oleh limbah cair yang berupa minyak ikan dan darah ikan,
sedangkan untuk limbah padat yang dikeluarkan oleh industri pengolahan ikan

1
tersebut berupa kotoran ikan, jeroan ikan, kepala, dan sisa daging. Berdasarkan
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Setyono dan Yudo (2008) di
Kecamatan Muncar menemukan bahwa dalam limbah cair yang dikeluarkan oleh
Industri pengolahan ikan mengandung Nitrat (NO¬3-), Pospat (PO4), Sulfida
(H2S), Amoniak (NH3-N), klorin bebas (Cl2) dan minyak lemak. Serta
berdasarkan parameter BOD dan COD juga memiliki kandungan yang cukup
tinggi.

Pembuangan limbah dari pabrik industri pengolahan ikan ke sungai


menjadi penyebab utama tercemarnya kondisi lingkungan di daerah Muncar.
Kondisi sungai yang kotor dan berbau menjadi salah satu indikator bahwa daerah
tersebut sudah mengalami pencemaran. Hal ini terlihat dari kondisi sungai yang
alirannya lambat sehingga air dari sungai dapat mencemari air sumur di kawasan
pemukiman penduduk.

Selain itu penanganan limbah yang dilakukan oleh industri di daerah


Muncar belum maksimal. Menurut Anas selaku Bupati Kabupaten Banyuwangi
tahun 2012 pemerintah menyalurkan dana untuk pembangunan Instalasi
Pengolahan Limbah secara terpadu untuk mengolah limbah setempat, akan tetapi
ditolak oleh warga karena warga menggunakan limbah khususnya minyak ikan
untuk dijual kembali. Hal ini menyebabkan penanganan limbah menjadi tersendat
(Tempo, 2013).

Masalah utama yang ada di Kecamatan Muncar khususnya terhadap air


sumur yaitu kondisi air yang keruh dan berbau. Berdasarkan data yang diperoleh
dari puskesmas Desa Kedungrejo menyatakan bahwa jumlah anak yang sakit diare
sebesar 56 anak (Puskesmas Kedungrejo, 2012). Jumlah ini didominasi oleh anak
balita karena sistem pencernaannya masih kurang kuat untuk beradaptasi terhadap
kondisi air di daerah tersebut. Selain itu kurangnya pengetahuan dari masyarakat
terkait pengolahan air yang benar juga belum maksimal. Karena sebagian besar
masyarakat disana belum mengerti cara mengolah air yang benar, khususnya pada
air yang mengalami penurunan kualitas.

2
1.2. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas air minum berdasarkan
parameter Zat Organik dan Minyak Lemak, jarak sumber pencemar terhadap
kadar pH, Suhu, Minyak Lemak dan Zat organik, serta pengaruh limbah cair
industri pengolahan ikan terhadap kualitas air sumur di Kecamatan Muncar.

3
BAB 2. Pembahasan

2.1. Kualitas Air Sumur

Kualitas air sumur dipengaruhi adanya zat pencemar yang dibuang oleh
limbah industri pengolahan ikan yang menyebabkan ekosistem sungai menjadi
tercemar. Pencemaran tersebut disebabkan oleh limbah hasil industri pengolahan
ikan yang membuat kondisi daerah sekitar menjadi sangat berbau dan kotor
sehingga merusak estetika lingkungan sekitar. Pencemaran dapat diartikan sebagai
penambahan atau memasukkan zat kelingkungan dalam jumlah tertentu, yang
dapat menyebabkan terjadinya kemunduran kualitas air sehingga berbahaya bagi
kesehatan manusia, terganggunya ekosistem dan rusaknya sumberdaya (Martopo,
1992:2), seperti halnya yang terjadi pada daerah sekitar pemukiman penduduk di
Desa Kedungrejo, Kecamatan Muncar.

Kualitas air sumur gali penduduk yang diuji laboratorium dan telah
dibandingkan dengan PERMENKES RI No.492/MENKES/PER/IV/2010.,
menunjukkan nilai pH relatif normal. pH merupakan parameter yang digunakan
untuk menentukan keasaman air. Sehingga kadar pH bisa digunakan sebagai
parameter untuk menentukan kondisi air sumur gali di Desa Kedungrejo,
Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi. pH dapat digunakan dalam indikator
mengetahui keasaman air sumur penduduk. Adapun pH pada Air Sumur Gali
Penduduk Kecamatan Muncar berkisar antara 6,8-7,8, hal ini menunjukkan pH
masih berada dalam kondisi normal yakni pH antara 6-9. Sehingga kondisi air
sumur gali penduduk kecamatan Muncar cukup layak untuk dikonsumsi
masyarakat jika dinilai dari parameter pH.

Kadar bahan Organik pada uji laboratorium tidak melebihi standar baku
mutu air minum, yakni berkisar antara 1,0-9,4. Untuk baku mutu air minum
berdasarkan PERMENKES RI No.492/MENKES/PER/IV/2010 menunjukkan
bahwa standar baku mutu air minum memiliki nilai 10 mg/L. Adanya bahan
organik dalam air erat hubungannya dengan terjadinya perubahan fisik dari air
yaitu timbulnya bau, rasa, warna, dan kekeruhan yang tidak diinginkan. Adanya
zat organik dapat diketahui dengan menentukan angka permanganat. Walaupun

4
KMnO4 sebagai oksidator tidak mengoksidasi semua zat organik yang ada.
Namun cara ini sangat praktis dan cepat pengerjaannya. Bahan organik merupakan
unsur yang akan menyebabkan air menjadi bau dan cenderung menjadi tidak layak
konsumsi, sehingga jika kadar bahan organik tinggi maka air sumur penduduk
menjadi tidak layak konsumsi.

Meskipun kadar bahan organik dalam air sumur masih dibawah standar
baku, akan tetapi perlu dilakukan pengolahan untuk meminimalisir dampak dari
kandungan bahan organik tersebut. Pemakaian karbon aktif granular atau granular
activated carbon (GAC) sampai sekarang merupakan teknologi terbaik yang
sering digunkan untuk mengendalikan senyawa organik. Pemakaian GAC
merupakan proses yang efektif untuk menghilangkan zat organik alami yang
terdapat pada sumber-sumber air minum (Soesanto, 1996:3)

Kadar minyak lemak dalam air sumur gali penduduk berdasarkan hasil uji
laboratorium menunjukkan bahwa kadar yang ada masih dalam batas normal.
Berdasarkan baku mutu air minum dari PERMENLH No.6 tahun 2007
menyatakan bahwa kadar minyak lemak yang ditoleransi adalah 15 mg/L. Minyak
lemak adalah senyawa ester yang terbentuk dari gliserol dan berbagai asam
karboksilat. Minyak dan lemak merupakan triasilgliserol yang terdapat dalam
tumbuhan dan hewan ,apabila triasgliserol tersebut pada suhu kamar berwujud cair
dinamakan minyak dan apabila berwujud padat dinamakan lemak. Jika terlalu
tinggi adanya minyak dan lemak tersebut, maka akan mempengaruhi kualitas air.
Minyak tidak dapat larut dalam air, sehingga sisa minyak akan tetap mengapung
di air. Minyak yang menutupi permukaan air akan menghalangi penetrasi sinar
matahari ke dalam air. Selain itu, lapisan minyak yang cukup tebal dapat
mengurangi konsentrasi oksigen terlarut dalam air, karena fiksasi oksigen menjadi
terhambat. Akibatnya, terjadi ketidakseimbangan rantai makanan di dalam air
(Nugroho dalam Pratiwi, 2011).

Kandungan minyak dan lemak yang terdapat dalam limbah industri


pengolahan ikan bersumber dari pencucian, pembersihan isi perut ikan, dan
pengolahan ikan khususnya pada proses perebusan ikan pada industri pengalengan
ikan (Setiyono, 2007:71). Pada proses ini, minyak lemak yang terdapat dalam ikan
akan keluar dan menjadi limbah.
5
Beberapa faktor yang menyebabkan kandungan bahan pencemar masih
dibawah baku mutu yakni Desa Kedungrejo memiliki jenis tanah alluvial kelabu
dan coklat kekelabuan. Tanah ini disebut juga tanah endapan atau recent deposits
yang belum memiliki pengembangan profil yang baik. Tanah ini berwarna
kekelabuan sampai kecoklatan. Tekstur tanahnya liat berpasir dengan kandungan
pasirnya kurang dari 50%, strukturnya pejal sedangkan konsistensinya keras
waktu kering dan teguh pada waktu lembab (Utomo, 2010: 85).Tanah Alluvial
berwarna kelabu muda bersifat fisik keras dan pijal jika kering dan lekat jika
basah. Kaya akan fosfot yang mudah larut dalam sitrat 2% mengandung 5% CO2
dan tepung kapur yang halus dan juga berstruktur pejal yang dalam keadaan
kering dapat pecah menjadi fragmen berbetuk persegi sedang sifat kimiawinya
sama dengan bahan asalnya. Berdasarkan jenis tanah ini, menyebabkan kandungan
bahan pencemar dari limbah industri pengolahan ikan yang terdapat di sungai
tidak mencemari sumur sekitar sungai. Hal ini disebabkan karena ciri-ciri dari
jenis tanah alluvial kelabu dan kekelabuan yang cenderung memiliki sifat
permeabilitas rendah.

Permeabilitas tanah adalah kemampuan tanah untuk meneruskan air atau


udara. Permeabilitas tanah biasanya diukur dengan istilah kecepatan air yang
mengalir dalam waktu tertentu yang ditetapkan dalam satuan cm/jam.
Permeabilitas sangat dipengaruhi oleh tekstur, struktur, dan porositas. Struktur
tanah dan bahan organik menunjukkan hubungan utama terhadap permeabilitas
adalah distribusi ruang pori, sedangkan faktor lainnya merupakan faktor yang
menentukan porositas dan distribusi ukuran pori (Sutanto dalam Kumalasari,
2012). Pengaruh pemadatan terhadap permeabilitas tanah adalah memperlambat
permeabilitas tanah karena pori kecil yang menghambat gerakan air tanah karena
pori kecil yang menghambat gerakan air tanah makin meninggi. Hal ini
menyebabkan pembuangan limbah industri pengolahan ikan yang banyak terdapat
di Desa Kedungrejo Kecamatan Muncar tidak sampai meresap dan mengalir ke
sumur-sumur warga. Jenis tanah alluvial coklat kelabu menyebabkan air yang
mengandung banyak limbah di sungai tidak masuk kedalam sumur warga karena
sifat tanahnya yang permeabilitasnya rendah.

6
2.2. Hubungan Antara Jarak dengan Jarak Parameter Limbah Industri
Pengolahan Ikan

Nilai r menunjukkan angka 0,206 yang artinya ada hubungan antara jarak
dengan PH adalah rendah. Berdasarkan nilai r tersebut hubungannya menurut
Hasan (2001:234) hubungan yang dimiliki antara jarak dengan suhu tergolong
rendah. Hal ini terjadi karena jenis tanah yang ada di muncar merupakan tanah
alluvial kelabu dan alluvial coklat kekelabuan. Ciri khas dari jenis tanah ini
memiliki tingkat permeabilitas yang rendah, sehingga memungkinkan adanya
bahan pencemar yang masuk kedalam air sumur. Sedangkan akuifer yang dimiliki
Desa Kedungrejo adalah jenis akuifer A3 atau akuifer yang memiliki keterusan
sedang sampai agak tinggi, muka air tanah beragam dari dekat atau diatas
permukaan tanah. Jenis akuifer ini memiliki potensi air bawah tanah agak tinggi.
Oleh sebab itu masuknya zat pencemar kedalam air sumur juga didorong oleh
adanya faktor dari jenis tanah dan akuifer yang terdapat di Desa Kedungrejo
Kecamatan Muncar.

Nilai korelasi menunjukkan angka negatif (-) menandakan bahwa semakin


jauh jarak, maka suhu air semakin kecil. Dilihat dari Grafik 1.2 menandakan
bahwa garis linear Grafik tersebut menurun, hal ini sesuai dengan konsep
purifikasi dimana semakin jauh jarak terhadap sumber pencemar, maka suhu air
akan semakin kecil. Pada korelasi antara suhu dengan jarak tidak terdapat
hubungan, karena pada parameter suhu semakin dekat dengan sumber pencemar
maka suhu air akan semakin tinggi dan semakin jauh dengan sumber pencemar
maka suhu air akan menjadi rendah. Hal ni terjadi karena suhu air dipengaruhi
oleh pencemaran yang terjadi pada air sumur gali tersebut.

Nilai korelasi menunjukkan angka negatif (-) menandakan bahwa semakin


jauh jarak, maka bahan organik dalam air semakin rendah. Dilihat dari Grafik 1.3
menandakan bahwa garis linear Grafik tersebut menurun, hal ini sesuai dengan
konsep purifikasi dimana semakin jauh jarak terhadap sumber pencemar, maka
bahan organik dalam air akan semakin rendah.

7
Hal ini disebabkan karena tanah tersusun atas berbagai jenis material (batu, pasir,
tanah liat dan lain-lain) yang akan menyaring atau mengabsorpsi semua material
yang melewatinya termasuk bahan organik. Bahan organik yang terdapat dalam
air limbah dengan proses infiltrasi dapat mencapai air sumur gali penduduk.
Proses infiltrasi dipengaruhi oleh gaya gravitasi maupun gaya kapiler. Gaya
gravitasi bersifat mengalirkan air secara vertikal ke dalam tanah melalui profil
tanah sedangkan gaya kapiler bersifat mengalirkan air secara tegak lurus ke atas,
ke bawah, dan ke arah horisontal (lateral). Sehingga dengan semakin jauh jarak
pencemar, perjalanan air limbah yang mengandung bahan organik banyak
mengalami penyaringan oleh tanah atau material penyusun tanah, dan sebaliknya
semakin dekat jarak sumber pencemar, perjalanan air yang mengandung banyak
bahan organik sedikit mengalami penyaringan sehingga banyak yang masuk
kedalam air sumur. Jenis tanah di Desa Kedungrejo yang termasuk dalam alluvial
kelabu dan alluvial coklat keklabuan menyebabkan banyak zat pencemar yang
bisa masuk kedalam air sumur penduduk diakibatkan oleh sifat tanah yang
memiliki permeabilitas rendah, sehingga zat pencemar bisa masuk ke dalam
sumur penduduk.

8
BAB 3. Penutup

3.1.Kesimpulan

1. Kualitas air sumur penduduk memenuhi syarat kualitas air minum


berdasarkan parameter minyak lemak yaitu tidak melebihi baku mutu
PERMENLH No.6 Tahun 2007 dan parameter pH, suhu serta bahan organik tidak
melebihi baku mutu sesuai PERMENKES RI No.492/MENKES/PER/IV/2010.

2. Semakin jauh jarak dari sumber pencemar limbah industri pengolahan ikan,
tidak berpengaruh terhadap kadar minyak lemak, bahan organik, pH, dan Suhu
yang terkandung dalam air sumur gali penduduk. Faktor yang menyebabkan jarak
tidak berpengaruh adalah jenis tanah, akuifer, dan kontur air tanah di Kecamatan
Muncar.

3. Limbah cair industri pengolahan ikan tidak berpengaruh terhadap


pencemaran air sumur di Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi

3.2.Saran

1. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi diharapkan untuk membuat peraturan


daerah terkait pembangunan IPAL untuk mengurangi pencemaran industri di
Kecamatan Muncar.

2. Industri pengolahan ikan diharapkan untuk mengelola limbah cair yang


dibuang dengan membuat Instalasi Pembuangan Air Limbah (IPAL) untuk
mengurangi pencemaran di Kecamatan Muncar.

3. Peneliti lanjut diharapkan untuk menggunakan parameter yang berbeda


untuk mengetahui kandungan air sumur yang ada di Kecamatan Muncar secara
lebih terperinci.

9
Daftar Pustaka

Apriyani, Dwilina. 2013. Biolistrik dari Limbah Cair Perikanan dengan Metode
Microbial Fuel Cell Satu Bejana. Skripsi. Institut Pertanian Bogor

Hasan, M. Iqbal. 2001. Pokok-pokok Materi Statistik I (Statistik Deskriptif), Bumi


Aksara: Jakarta

Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 2007 Baku mutu air limbah bagi usaha
dan/atau kegiatan pengolahan hasil perikanan. Kepmen No. 06 Tahun
2007.

Manik, Desmon M. 2010. Studi Tentang Kenaikan Kandungan Sulfat (SO4-2)


Pada Air Limpasan Pengerukan Pasir Laut Serta Pengaruhnya Terhadap
Kelimpahan Populasi Plankton dan Bentos. Skripsi.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492 Tahun 2010 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum.

PPKI. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah edisi kelima: Skripsi, Tesis,
Desertasi, Artikel, Makalah, Tugas Akhir, Laporan Penelitian.Malang:
UM Press

Priambodo G. 2011. Technical and social impacts of wastewater from fish


processing industry in kota muncar of indonesia. Journal of Applied
Technology in Environtmental Sanitation.

Setiyono dan Yudo, Satmoko.2008. Dampak Pencemaran Akibat Limbah Industri


Pengolahan Ikan di Muncar. Jurnal Artikel Ilmiah, (Online), 4 (1): 69-80
(http://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JAI/article/download/272/272),
diakses 19 Juni 2019.

Setiyono dan Yudo, Satmoko.2008. Potensi Pencemaran dari Limbah Industri


Pengolahan Ikan di Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi. Jurnal
Artikel Ilmiah, (Online), 4 (2): 136-145,

10
(http://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JAI/article/download/280/279),
diakses 19 Juni 2019.

11
12

Anda mungkin juga menyukai