OLEH:
P07134017044
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
2018/2019
A. PENDAHULUAN
Hipotesis asosiasi adalah dugaan tentang adanya hubungan antar variabel
dalam populasi yang akan diuji melalui hubungan antar variabel dalam sampel yang
diambil dari populasi tersebut. Menguji hipotesis asosiatif berarti menguji hubungan
antara dua variabel atau lebih yang ada pada sampel untuk diberlakukan pada seluruh
populasi dimana sampel diambil. Untuk mencari hubungan antara dua variabel atau
lebih dilakukan dengan menghitung korelasi antara variabel yang akan dicari
hubungannya. Korelasi merupakan angka yang menunjukkan arah dan kuatnya
hubungan antara dua variabel atau lebih. Arah dinyatakan dalam bentuk hubungan
positif dan negatif, sedangkan kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya
koefisien korelasi. Koefisien korelasi positif sebesar = 1 dan koefisien korelasi negatif
terbesar adalah = -1, sedangkan yang terkecil adalah 0 (Zulkipli, 2009).
Terdapat bermacam-macam teknik statistik korelasi yang dapat digunakan
untuk menguji hipotesis asosiatif. Teknik korelasi mana yang akan dipakai tergantung
pada jenis data yang akan dianalisis. Analisis tabulasi silang (crosstabs) adalah
metode analisis yang paling sederhana tetapi memiliki daya menerangkan cukup kuat
untuk menjelaskan hubungan antar variabel. Untuk itu ada beberapa prinsip sederhana
yang perlu diperhatikan dalam menyusun tabel silang agar hubungan antara variabel
tampak dengan jelas. Untuk itu maka dalam analisis crosstabs digunakan analisis
statistik yaitu chi kuadrat (chi square) yang disimbolkan dengan X 2 (Zulkipli, 2009).
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa uji chi square digunakan untuk
pengujian hipotesa terhadap beda dua proporsi atau lebih. Hasil pengujian akan
menyimpulkan apakah semua proporsi sama atau berbeda (Wibowo, 2006). Maka dari
itu dibuatlah paper dengan mengambil topik uji chi square karena uji ini banyak
digunakan dan sederhana tetapi mampu memberikan keterangan yang cukup kuat.
Tujuan:
1. Untuk dapat lebih memahami uji chi square dan lebih mengetahui apa syarat-
syarat penggunaan uji chi square.
2. Dapat melakukan uji chi square menggunakan SPSS dan mampu
menginterpretasikan hasil dari output SPSS.
3. Dapat menarik kesimpulan dari output SPSS.
B. JENIS UJI
Jenis uji yang digunakan adalah chi square dimana chi square disebut juga dengan kai
kuadrat adalah salah satu jenis uji komparatif non parametris yang dilakukan pada dua
variabel, di mana skala data kedua variabel adalah nominal. Uji chi square atau kai
kuadrat digunakan untuk melihat ketergantungan antara variabel bebas dan variable
tergantung berskala nominal atau ordinal (Wahyudi & Djamaris, 2018). Jenis uji ini
dipilih karena metode analisis yang paling sederhana tetapi memiliki daya
menerangkan cukup kuat untuk menjelaskan hubungan antar variabel (Zulkipli,
2009).
C. ASUMSI
Uji Chi-Square merupakan uji non parametris yang paling banyak digunakan. Namun
perlu diketahui syarat-syarat uji ini adalah frekuensi responden atau sampel yang
digunakan besar, sebab ada beberapa syarat di mana chi square dapat digunakan yaitu
(Wahyudi & Djamaris, 2018):
Data variabel berjenis nominal, atau bisa ordinal tetapi tidak diukur
tingkatannya.
Tidak ada sel dengan nilai frekuensi kenyataan atau disebut juga Actual Count
(F0) sebesar 0 (Nol).
Apabila bentuk tabel kontingensi 2 × 2, maka tidak boleh ada 1 cell saja yang
memiliki frekuensi harapan atau disebut juga expected count ("Fh") kurang
dari 5.
Apabila bentuk tabel lebih dari 2 × 2, misal 2 × 3, maka jumlah cell dengan
frekuensi harapan yang kurang dari 5 tidak boleh lebih dari 20%.
D. LANGKAH LANGKAH
Seorang peneliti ingin mengetahui apalah terdapat hubungan antara sumber air minum
dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Jawiring Kabupaten Klaten dan
didapatkan data sebagai berikut:
1. Hipotesis statistika
Ha : ada hubungan antara sumber air minum dengan kejadian diare pada balita di
wilayah kerja Puskesmas Jawiring Kabupaten Klaten.
Ho : tidak ada hubungan antara sumber air minum dengan kejadian diare pada
balita di wilayah kerja Puskesmas Jawiring Kabupaten Klaten.
2. Uji statistika yang dipakai
Uji chi square
3. Prinsip dan cara penghitungan statistika
a. Prinsip
Prinsip dasar uji chi square adalah membandingkan frekuensi yang terjadi
(observasi) dengan frekuensi harapan (ekspektasi). Bila nilai frekuensi
observasi dengan nilai frekuensi harapan sama, maka dikatakan tidak ada
perbedaan/hubungan. yang bermakna frekuensi (signifikan), observasi dan
sebaliknya nilai frekuensi bila nilai harapan berbeda, maka dikatakan ada
perbedaan/hubungan yang bermakna (signifikan) (Wibowo, 2006).
b. Cara penghitungan
atau
� 𝑖�= frekuensi pengamatan (observed value)
� 𝑖�= frekuensi harapan (Expected value)
3. Pembacaan hasil/kesimpulan
a. Dari data diatas, didapat X2 hitung sebesar 3,616 dan jika dibandingkan
dengan X2 tabel sebesar 3,8141, X2 hitung lebih kecil dari X2 tabel, maka Ho
diterima. Jadi tidak ada hubungan antara sumber air minum dengan kejadian
diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Jawiring Kabupaten Klaten
b. Dari data diatas, didapatkan asymp sig sebesar 0,057, dimana 1 > 0,05 maka
Ho diterima. Jadi tidak ada hubungan antara sumber air minum dengan
kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Jawiring Kabupaten
Klaten
DAFTAR PUSTAKA
Wahyudi, D., & Djamaris, A. R. A. (2018). Metode Statistik Untuk Ilmu dan Teknologi
Pangan. Retrieved from http://repository.bakrie.ac.id/1255/1/Ilmu Statistik ITP.pdf
Wibowo, A. (2006). Uji Chi-Square pada Statistika dan SPSS. Jurnal Ilmiah SINUS, 4(2),
37–46.
Zulkipli, M. (2009). Metode Analisis Tabulasi Silang (Crosstabs) dan Uji Chi-Square.
Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004