Myrtha Karina
Pusat Penelitian Fisika – LIPI
Jalan Cisitu, Kompleks LIPI, Bandung 40135
Email : myrtha.karina.sancoyorini@lipi.go.id
ABSTRAK
Kehidupan manusia modern tidak terlepas dari barang-barang plastik yang banyak
digunakan sehari-hari dari pengemas makanan/minuman, pengemas peralatan
elektronik, peralatan rumah tangga berasal dari minyak bumi. Kenyataan
menunjukkan bahwa plastik yang berasal dari minyak bumi tidak dapat diperbarui
dan jumlahnya menipis dari tahun ke tahun, padahal permintaan produk plastik
meningkat seiring dengan laju pertambahan penduduk. Sementara itu diketahui
bahwa Indonesia hanya memiliki cadangan minyak bumi 7,4 milyar barrel atau setara
dengan 885 juta kubik yang diperkirakan akan habis dalam waktu 10-15 tahun
kedepan. Untuk memenuhi keperluannya, Indonesia masih harus mengimpor 1,6 juta
ton nafta dan kondensat 33 juta barrel atau setara dengan 3,95 juta kubik. Keduanya
merupakan bahan baku industri petrokimia hulu, sedangkan impor minyak bumi dan
produk-produknya sampai akhir tahun 2011 sejumlah 128.221 ton.
Pada umumnya plastik bersifat tahan lama dan tidak mudah dihancurkan secara
alami sehingga menjadi masalah lingkungan. Pemusnahan dengan cara
pembakaran yang tidak sempurna memungkinkan dihasilkannya emisi dioksin yang
membahayakan kesehatan. Proses daur ulang sebagai upaya untuk menekan
jumlah sampah plastik mendatangkan masalah baru terkait dengan efisiensi energi
selama proses pencucian, proses penghancuran, proses pembentukan kembali, dan
nilai ekonomisnya yang masih menjadi bahan pertanyaan. Pemanfaatannya sebagai
energi belum sepenuhnya memecahkan masalah lingkungan karena ternyata polutan
dan residunya memerlukan penanganan khusus, dan termasuk kedalam limbah yang
berbahaya dan beracun.
Salah satu cara yang saat ini dianggap sebagai solusi pemecahan masalah
lingkungan adalah penggunaan plastik ramah lingkungan yang diharapkan dapat
LATAR BELAKANG
Kehidupan manusia modern tidak terlepas dari. Barang-barang plastik yang
banyak digunakan sehari-hari dari pengemas makanan/minuman, pengemas
peralatan elektronik, peralatan rumah tangga berasal dari dari minyak bumi.
Kenyataan menunjukkan bahwa plastik yang berasal dari minyak bumi tidak dapat
diperbarui dan jumlahnya menipis dari tahun ke tahun, padahal permintaan produk
plastik meningkat seiring dengan laju pertambahan penduduk. Sementara itu
diketahui bahwa Indonesia hanya memiliki cadangan minyak bumi 7,4 milyar barrel
atau setara dengan 885 juta kubik yang diperkirakan akan habis dalam waktu 10-15
tahun ke depan [1]. Untuk memenuhi keperluannya, Indonesia masih harus
mengimpor 1,6 juta ton nafta dan kondensat 33 juta barrel atau setara dengan 3,95
juta kubik [2]. Keduanya merupakan bahan baku industri petrokimia hulu, sedangkan
impor minyak bumi dan produk-produknya sampai akhir tahun 2011 sebesar 128.221
ton [3].
Pada umumnya plastik bersifat tahan lama (Tabel 1) dan tidak mudah di
hancurkan secara alami sehingga menjadi masalah lingkungan. Pemusnahan
dengan cara pembakaran yang tidak sempurna memungkinkan dihasilkannya emisi
dioksin yang membahayakan kesehatan. Proses daur ulang sebagai upaya untuk
menekan jumlah sampah plastik mendatangkan masalah baru terkait dengan
efisiensi energi selama proses pencucian, proses penghancuran, proses
pembentukan kembali [4], dan nilai ekonomisnya yang masih menjadi bahan
pertanyaan.
KESIMPULAN
Sudah banyak pihak melakukan penelitian dan pengembangan plastik ramah
lingkungan untuk mengatasi limbah plastik. Peraturan tentang persampahan juga
telah dibuat seperti UU No. 18 tahun 2008 tentang “Pengelolaan Sampah “ Bab III
Bagian Kesatu Pasal 6 (b), PP no 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, tetapi sampah plastik
yang tidak dapat didegradasi secara alami masih menjadi masalah serius. Koordinasi
antara semua pelaku pemangku kepentingan dan seluruh masyarakat perlu
bersinergi untuk merealisasikan hasil penelitian plastik ramah lingkungan menjadi
produk nasional sejalan dengan implementasi aturan-aturan terkait.
DAFTAR PUSTAKA
[1] A. Sugiyono, A. D. Permana, M. S. Boedoyo, and Adiarso, Eds., “OUTLOOK
ENERGI INDONESIA 2013,” Pusat Teknologi Pengembangan Sumber Daya
Energi, BPPT, Jakarta, pp. 1–97, 2013.
[2] “PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA,” Jakarta, 2014.
[3] BPS, Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial - Ekonomi Indonesia.
Jakarta: Badan Pusat Statistik, 2012, pp. 1–135.
[4] L. Avérous and E. Pollet, Environmental Silicate Nano-Biocomposites. London:
Springer London, 2012, pp. 13–39.
[5] Cathy Smith, “How long does it take for trash to biodegrade,” Green Eco Serv.,
p. 1, Sep. 2008.
[6] A. Saptorahardjo, “Industri Bioplastik Biodegradable di Indonesia,” 2015.
[7] M. Saxena, A. Pappu, A. Sharma, R. Haque, and S. Wankhede, “Advance in
Composiite Materials - Analysis of Natural and Man-Made Materials,” in