Anda di halaman 1dari 7

Perilaku Jujur dalam kegiatan akademi

1. Pengertian Karakter Jujur


Kata "character" dalam Bahasa Inggris berarti "sifat" dalam Bahasa Indonesia. Kata "sifat"
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki banyak padanan kata, antara lain: perangai,
watak, tabiat, dan akhlak. Secara singkat, karakter dapat diartikan sebagai sifat batin
manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku.
Sedangkan pengertian "jujur" dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti lurus hati,
tidak curang. Maka dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki karakter jujur adalah
siswa yang batinnya cenderung lurus atau tidak curang sehingga mempengaruhi pikirannya
(akalnya) untuk selalu mencari cara berbuat jujur yang kemudian diwujudkan dalam sikap
dan tingkah lakunya baik terhadap dirinya maupun terhadap lingkungannya. Kecenderungan
siswa yang memiliki karakter jujur akan berusaha untuk berbuat jujur, bahkan bisa jadi
mencegah orang lain berbuat tidak jujur, atau cenderung mengkritik atau membenci teman
atau lingkungannya yang tidak jujur.
2. Perilaku jujur dalam akademik
Perilaku jujur dalam akademik mengatakan sesuatu dengan benar, berarti : tidak
membohongi dosen, tidak membohongi pimpinan fakultas, tidak membohongi karyawan,
tidak membohongi orang tua, tidak membohongi siapapun berkaitan dengan kegiatan
akademik. Perilaku jujur dalam akademik melakukan perbuatan dengan benar, berarti : tidak
mempresensikan orang lain, tidak melakukan kecurangan ketika ujian, tidak menjiplak karya
orang lain, tidak memalsukan tanda tangan orang lain, tidak membolos sekolah atau kuliah.
Sekolah merupakan suatu wadah untuk menciptakan sosok manusia yang berpendidikan
tanpa melihat latar belakang siswa yang terlibat didalamnya, baik dari segi budaya, social
maupun ekonomi. Sekolah menjadi suatu organisasi yang dirancang untuk dapat
memberikan kontribusi dalam upaya peningkatan kualitas hidup masyarakat luas. Keharusan
sekolah untuk menumbuhkan dan mengembangkan budaya yang kondusif bagi peningkatan
efektivitas sekolah pada umumnya dan efektivitas pembelajaran pada khususnya, yang
berpusat pada pengembangan peserta didik, lingkungan belajar yang kondusif, penekanan
pada pembelajaran.
Relasi pendidikan antara pendidik dengan anak didik merupakan hubungan yang
membantu karena selalu diupayakan agar ada motivasi pendidik untuk mengembangkan
potensi anak didik dan membantu anak didik untuk memecahkan masalahnya. Dikeluarga,
relasi antara orang tua dengan anak-anak merupakan relasi yang membantu. Karena itu
orang tua harus dengan sadar untuk mengembangkan potensi anak. Cara utama adalah orang
tua menciptakan situasi rumah yang kondusif untuk berkembang, belajar, berinisiatif,
berkreatif dan sebagainya. Dunia pendidikan kita menghadapi berbagai masalah yang sangat
kompleks yang perlu diperhatikan. Salah satu masalah tersebut adalah menurunnya tata
karma kehidupan sosial dan etika moral dalam praktek kehidupan sekolah yang
mengakibatkan sejumlah tanggapan negative yang amat merisaukan masyarakat. Dalam hal
ini sangat berhubungan dengan iklim sekolah jikalau hubungan sosial disekolah kurang baik
maka tidak ada saling hormat kepada kepala sekolah dengan guru, guru dengan pengawai
sekolah, guru dengan murid, murid dengan murid lainnya, kurang disiplin, kurang sopan
berpakaian, kurang disiplin menggunakan waktu dan tidak mengindahkan peraturan yang
sudah dibuat. Kurang memelihara keindahan dan kebersihan lingkungan sekolah baik itu
ruangan kelas siswa, maupun ruangan lainnya, perkelahian antar pelajar dan menggunakan
obat terlarang. Jikalau iklim sekolah kurang diperhatikan maka sangat mempengaruhi hasil
akademik siswa terutama nilai prestasi yang diterima akan tidak jujur, kurangnya disiplin
sekolah sehingga Siswa yang berhasil melalui cara-cara yang tidak jujur dengan cara
menyontek karya orang atau plagiasi hasil karya akademiknya, akan senantiasa dirasakan
dalam bentuk ketidak cakapan (incompetency) dalam dunia kerja atau dalam praktek-praktek
lainnya dalam kehidupannya kelak. Dengan kata lain bisa jadi ia berhasil dalam nilai yang
bagus, namun tidak akan mendapat tempat dalam kapasitas hidupnya dimata orang lain,
lebih-lebih dalam dunia kerja. Sebab nilai yang diperoleh adalah palsu.
Nilai kejujuran merupakan nilai yang paling mendasar dalam lingkungan sekolah, baik
kejujuran pada diri sendiri maupun kejujuran kepada orang lain. nilai kejujuran tidak terbatas
pada kebenaran dalam melakukan pekerjaan atau tugas tetapi mencakup cara terbaik dalam
membentuk pribadi yang obyektif. tanpa kejujuran, kepercayaan tidak akan diperoleh. oleh
karena itu budaya jujur dalam setiap situasi dimanapun kita berada harus senantiasa
dipertahankan. Jujur dalam memberikan penilaian pada siswa, jujur dalam mengelola
keuangan, jujur dalam penggunaan waktu serta konsisten pada tugas dan tanggung jawab
merupakan pribadi yang kuat dalam menciptakan budaya sekolah yang baik. suasana yang
baik sangat mendukung terciptanya sekolah yang bermutu. Walaupun sarana prasarana
lengkap dengan adanya guru yang profesional jika suasana sekolah kurang baik maka sulit
sekali sebuah lembaga sekolahan tersebut menciptakan kejujuran akademik siswa.
Faktor dari masalah dalam iklim sekolah ini adalah kurangnya kerjasama antar kepala
sekolah dengan guru, guru dengan guru, dan guru dengan murid. Dalam membangun iklim
sekolah yang baik, Jika tidak ada saling kerjasama, keterbukaan, kurang harmonis dan
kurang komunikasi yang baik maka budaya iklim sekolah tersebut tidak akan terwujud,
namun sekolah tersebut menjadi kacau, tidak teratur, siswa tidak berkembang dan nama baik
sekolah tersebut menjadi tidak baik. Selain masalah kurangnya interaksi antar kepala sekolah
dengan guru, dapat kita lihat masalah yang timbul didalam sekolah kurangnya professional
guru dalam membimbing anak baik itu dalam akademik maupun non akademik, kebanyakan
wali kelas sibuk dengan pekerjaannya sendiri sehingga anak siswa tersebut tidak teratur dan
tidak disiplin, berpakaian yang tidak rapi, tidak memiliki sopan santun, berantam, dan sering
cabut dan masalah itu diserahkan begitu saja kepada guru BP tanda adanya kepedulian
terhadap anak didiknya.
Salah satu masalah dalam kejujuran akademik ini adalah sikap kecurangan dalam
menghadapi ujian maupun kegiatan akademik lainnya. Kecurangan akademik akan
memunculkan dalam diri siswa perilaku atau watak yang tidak percaya diri, tidak disiplin,
tidak bertanggung jawab, tidak kreatif, tidak berprestasi, tidak mau membaca buku pelajaran
tapi siswa lebih rajin membuat catatan kecil untuk bahan menyontek. Mengingat rumitnya
masalah ini, perlu ada upaya pelayanan untuk pengembangan diri dan potensi siswa yang
terarah. Dewasa ini sifat kejujuran dan semangat berusaha dikalangan siswa telah semakin
luntur. Mencontek pada saat ulangan adalah perbuatan tercela, maka sebaiknya guru
langsung tegas bertindak. Bukan malah memberi kebebasan anak untuk mencontek. Selain
sebagai tolak ukur seberapa tingkat kepahaman anak dalam belajar, alangkah baiknya
ulangan sebagai ajang kesadaran meningkatkan prestasi anak dengan kemandirian, usaha
belajar dan kejujuran anak).
Manfaat pembiasaan jujur dalam menghadapi ulangan adalah tumbuhnya budaya belajar
yang tinggi pada diri anak, sehingga ada kebanggaan tersendiri ketika mampu memetik nilai
yang memuaskan. Bila sikap jujur sudah terpatri, perilaku anak jadi berbeda mengarah ke
akhlak yang lebih baik dan berbudi pekerti siswa yang tidak lagi khawatir untuk menghadapi
ujian. Mereka dengan santai dan tenang menghadapi pelajaran atau ujian walaupun tanpa
persiapan. berapa banyak siswa yang tidak khawatir akan diberi sanksi oleh guru jika mereka
tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh gurunya. berapa banyak siswa yang dengan
tenangnya mencontek teman atau membuat contekan pada saat ujian agar memperoleh nilai
yang memuaskan atau minimal mencapai batas ketuntasan. Sepertinya mereka tidak
mengenal kata malu. mereka tidak malu untuk tidak mengerjakan tugas, tidak malu jika tidak
dapat menjawab pertanyaan guru, dan tidak malu jika tidak dapat menjelaskan materi yang
telah dipelajarinya, dan tidak canggung untuk mencontek pada saat ujian. Mereka “enjoy
saja yang penting happy” seperti motto sebuah iklan produk di televisi. Yang lebih hebohnya
lagi sebuah instasi pendidikan yang melakukan perbuatan curang dalam unas demi
mengangkat nama baik sekolah. Contohnya guru membantu dalam mengerjakan soal dan
jawaban disebarkan kepada siswa-siswanya, supaya nilai dari anakanaknya baik, sehingga
sekolah mendapat predikat tinggi.
3. Pelanggaran Akademik
Perbuatan-perbuatan yang dapat dikategorikan sebagai pelanggran akademik antara lain
sebagai berikut :
 Menggunakan atau mencoba menggunakan bahan-bahan, informasi atau alat bantu studi
lainnya pada waktu ujian tanpa izin dari Instruktur atau Dosen yang berkepentingan;
 Mengganti, mengubah, memalsukan nilai atau transkrip akademik, Kartu Tanda
Mahasiswa (KTM), tugas-tugas dalam rangka perkuliahan, keterangan, laporan, atau
tanda tangan dalam lingkup kegiatan akademik;
 Menyediakan sarana atau prasarana yang dapat menyebabkan terjadinya hal yang tidak
diperbolehkan dalam kegiatan akademik;
 Menggunakan kata-kata atau karya orang lain sebagai kata-kata atau karya sendiri
dalam suatu kegiatan akademik;
 Mempengaruhi atau mencoba mempengaruhi orang lain dengan cara lain dengan cara
membujuk, memberi hadiah atau mengancam dengan maksud mempengaruhi penilaian
terhadap prestasi akademik;
 Menggantikan kedudukan atau melakukan tugas/kegiatan untuk kepentingan orang lain
dalam kegiatan akademik, atas permintaan orang lain atau kehendak sendiri, seperti;
ujian, kegiatan atau tugas akademik lainnya;
 Menyuruh orang lain baik sivitas akademika Ubaya maupun di luar Ubaya untuk
menggantikan kedudukan atau melakukan tugas-tugas atau kegiatan baik untuk
kepentingan sendiri maupun kepentingan orang lain dalam kegiatan akademik, seperti
ujian, kegiatan atau tugas akademik lainnya;
 Melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma-norma kepatutan dalam kehidupan
masyarakat akademik.

Ada 3 tingkatan kejujuran dikutip dari sini:


a. Kejujuran dalam ucapan, yaitu kesesuaian ucapan dengan realiti.
b. Kejujuran dalam perbuatan, yaitu kesesuaian antara ucapan dan perbuatan.
c. Kejujuran dalam niat, yaitu kejujuran tertinggi di mana ucapan dan perbuatan semuanya
hanya untuk Allah.

Dalam kehidupan sehari-hari, sering sekali kita melihat bahkan juga ikut terlibat dalam berbagai
macam bentuk aktivitas interaksi sosial dimasyarakat. Salah satunya wujud realisasi dari sikap
tidak jujur dalam skala yang sangat bervariasi, seperti: orang tua bereaksi spontan saat melihat
anaknya terjatuh dan berkata "Oh, tidak apa-apa! Anak pintar, tidak sakit kan? Jangan menangis,
ya!". Hal ini secara tidak langsung anak diajarkan dan dilatih kemampuan untuk dapat
"berbohong", dengan menutup-nutupi perasaannya (sakit) hanya karena suatu kepentingan (agar
tidak menangis).

Contoh lain juga dapat kita lihat pada kegiatan belajar disekolah. Siswa yang duduk dibangku
sekolah dasar, sering mengalami kesulitan dalam menerapkan sikap jujur ketika proses belajar
berlangsung. Terkadang mereka terlihat bertingkah laku dengan jujur, tapi tanpa kita sadari
ketika materi yang diberikan oleh guru bidang studi belum dapat dipahami, mereka
menyembunyikan hal itu. Mereka bahkan mengatakan bahwa mereka telah memahami materi
tersebut. Hal ini dengan sendirinya akan mengajak mereka untuk berbuat tidak jujur terhadap
mata pelajaran yang mereka pelajari.

Ada beberapa penyebab anak kecil berbohong adalah:


a. Takut dimarahi atau dihukum karena berbuat salah
b. Melihat kebohongan yang ada disekitarnya (Orang tua,guru,keluarga)
c. Ancaman hukuman bagi kesalahan sang anak

4. Cara Menumbuhkan Sikap Jujur


Segala sesuatu bila dibiasakan, niscaya akan menjadi sebuah kebiasaan. Entah itu yang baik
atau pun yang buruk. Membiasakan diri untuk selalu jujur, walaupun dalam hal yang dalam
pandangan kita kecil, akan membuat kejujuran menjadi kebiasaan kita. Jangan meremehkan
hal yang kecil, sebab sesuatu yang besar bermula dari yang kecil.
Terkadang tanpa sadar kita mengajarkan anak untuk berbohong. Ketika siswa ditanya
bagaimana kabar mereka, maka mereka akan menjawab baik-baik saja. Siswa yang
mengalami sedikit masalah seperti ngantuk saat belajar mengatakan bahwa ia baik-baik saja,
padahal ia berkata bohong. Ia merasa takut dan malu untuk mengatakan bahwa ia masih
ngantuk untuk menerima mata pelajaran yang akan diberikan. Seorang guru secara tidak
langsung membiasakan siswa untuk tidak berkata jujur terhadap apa yang ia rasakan.
Sebagai guru kita harus mampu membantu siswa dalam menumbuhkan sikap jujur kepada
siswa dengan baik. Caranya sebagai berikut:

Ada orang bijak pernah mengatakan, "anak akan melupakan semua nasehat baik dari
orangtuanya, tetapi anak tidak akan pernah lupa dengan perbuatan baik orangtuanya".
Artinya, bahwa perbuatan itu lebih berpengaruh ketimbang perkataan. Oleh karena itu,
seorang guru harus bisa menjadi teladan bagi siswanya. Jika seorang guru ingin membangun
karakter jujur pada anak didiknya, maka karakter jujur itu harus terbiasa muncul dulu pada
guru tersebut.
Guru harus bisa memberikan contoh kepada muridnya, misal ketika mengajar di kelas, guru
harus jujur pada dirinya sendiri dan juga kepada anak-anak ketika tidak bisa menjawab
pertanyaan anak-anak karena guru tersebut belum pernah mempelajari hal yang ditanyakan
tersebut. Guru harus berani jujur mengatakan bahwa pernah melakukan kekhilafan dalam
mengajarkan suatu konsep, lalu kemudian segera memperbaikinya. Perlu diketahui, jika
seorang guru berani jujur mengakui kesalahannya di depan anak-anak didiknya, maka bukan
berarti anak-anak didiknya tersebut akan mengurangi rasa hormatnya kepada guru itu,
melainkan malah akan bertambah mengagumi kejujuran guru tersebut.
Kebiasaan memberikan stimulus kepada anak-anak berupa contoh-contoh sikap yang jujur,
akan direspon oleh anak dengan cara meniru kejujuran tersebut.
Keterampilan dan perhatian guru dalam menyelidiki siswa yang tidak jujur juga merupakan
syarat bagi seorang guru dalam menanamkan kejujuran pada siswa.
Bayangkan saja jika seorang guru mudah ditipu oleh siswanya, tentu saja siswa tidak akan
segan-segan mengulangi kembali ketidakjujurannya tersebut. Ini biasanya terjadi kepada
guru yang kurang peduli atau kurang memberikan perhatian kepada anak didiknya.
Jangankan urusan mengetahui siswanya jujur atau tidak, urusan keseharian si anak saja guru
tersebut tidak mau tahu, dan bahkan nama dari siswanya tersebut sering lupa.

Sumber :

https://www.google.com/amp/s/slideplayer.info/amp/13713174/

http://cindyandilapgsd14.blogspot.com/2016/06/jujur-dan-tidak-jujur-dalam-kegiatan.html

https://www.kompasiana.com/monikaayumaharani/59eedbc9f33a2d18b4249b72/cara-
menumbuhkan-sikap-jujur-pada-peserta-didik

Anda mungkin juga menyukai