Karena sidang pertama BPUPKI belum juga menghasilkan keputusan dasar negara Indonesia maka para
pemimpin Indonesia membentuk panitia kecil(Panitia Delapan). Panitia Delapan ini memiliki tugas untuk
memeriksa usulan-usulan yang diutarakan pada saat sidang pertama BPUPKI dan melaporkan hasil nya
saat sidang kedua BPUPKI.
Setelah rapat panitia delapan, dibentuklah Panitia Sembilan yang bertugas untuk menyidiki usul-usul
Dasar Negara yang dituangkan dalam Mukaddimah Hukum Dasar. Anggota Panitia Sembilan ini ialah:
1. Ir. Soekarno (Ketua)
2. Drs. Mohammad Hatta
3. Mr. A.A. Maramis
4. Kyai Haji Wahid Hasyim
5. Abdul Kahar Muzakir
6. Abikusno Tjokrosujoso
7. H. Agus Salim
8. Mr. Achmad Soebardjo
9. Mr. Muhammad Yamin
Panitia Sembilan ini bersidang di rumah Ir. Soekarno, di Jalan Pengangsaan Timur No.56 Jakarta.
Hasil dari rapat Panitia Sembilan ini menghasilkan suatu rumusan, oleh M. Yamin rumusan itu disebut
Jakarta Charter (Piagam Jakarta). Isi dari Piagam Jakarta itu sendiri yaitu`:
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Akan tetapi sila pertama yang berbunyi “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya” mendapat tolakan dari rakyat Indonesia bagian Timur.
Sidang Kedua BPUPKI
Sidang kedua BPUPKI berlangsung pada tanggal 10-16 Juli 1945. Pada sidang kedua ini BPUPKI
membentuk tiga panitia kerja yaitu :
1. Panitia Perancang Undang-Undang Dasar dengan ketua Ir. Soekarno
2. Panitia Pembelaan Tanah Air dengan ketua Abikoesno Tjokrosoejoso.
3. Panitia Ekonomi dan Keuangan dengan ketua Mohamad Hatta.
Sementara itu, perdebatan terus berlanjut di antara peserta sidang BPUPKI mengenai penerapan
aturan Islam, Syariat Islam, dalam negara Indonesia baru.