Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DATA PERENCANAAN
Jembatan yang akan direncanakan merupakan jenis jembatan rangka baja yang
memiliki beberapa paremeter-parameter perencanaan antara lain sebagai berikut:
3. Panjang total jembatan terdiri atas dua bentang yang terbagi atas:
Bentang pertama merupakan jenis jembatan beton pratekan berpenampang “I” dengan
panjang bentang L1 = 30 m.
Bentang kedua merupakan jenis jembatan rangka baja dengan panjang total adalah L2 =
60 m.
4. Jembatan rangka baja yang akan direncanakan memeiliki data-data perencanaan sebagai
berikut:
9. Preliminary Design dari struktur jembatan rangka baja adalah sebagai berikut:
Ilustrasi dari jembatan rangka baja yang akan direncanakan dapat dilihat pada gambar 1.1.
Tebal minimum pelat lantai mengacu kepada RSNI T-12 2004 Pasal 5.5.2 Menyatakan
bahwa tebal pelat lantai harus diambil nilai terbesar dari persyaratan berikut:
t ≥ 200 mm
t ≥ (100 + 40L), dengan L adalah bentang pelat diukur dari pusat ke pusat gelagar
memanjang (dalam m). Dengan jarak antar gelagar memanjang = 1,65 m maka:
t ≥ (100 + 40L)
t ≥ (100 + 40 x 1,65 m)
t ≥ 166 mm
Mengacu pada persyaratan tersebut maka tebal minimum dari pelat beton diambil sebesar
200 mm. Direncanakan digunakan pelat beton setebal 200 mm. Pelat memiliki lebar 1650
mm dan panjang 5000 mm (sesuai dengan jarak atar gelagar melintang) sehingga:
5000 mm
Rasio Panjang Terhadap Lebar = = 3,03 → Pelat Satu Arah
1650 mm
2.1.2 Tebal Lapis Permukaan (Aspal) dan Tebal Trotoar
Tebal dari lapisan aspal adalah mengacu pada SNI 1725:2016 Pasal 7.3.1 disyaratkan
bahwa semua jembatan harus mampu memikul beban tambahan berupa aspal beton
setebal minimal 50 mm. Direncanakan untuk diambil tebal aspal sebesar 50 mm,
sedangkan tebal dari trotoar direncanakan diambil sebesar 250 mm.
Beban Truk “T” yang digunakan adalah beban gandar belakang dari truk dimana
mengacu pada SNI 1725:2016 besarnya beban gandar belakang truk adalah 112,5 kN
yang dikalikan faktor beban γuTT dan mengacu pada SNI 1725:2016 pasal 8.6 beban truk
tersebut harus ditambah dengan Faktor Beban Dinamis (FBD) sebesar 0,3 sehingga
besarnya beban truk “T” adalah;
Dari hasil perhitungan yang sudah dilakukan maka didapatkan besarnya momen negatif
tumpuan adalah 5,388 ton.m sehingga penulangan pelat lantai pada daerah tumpuan
didasarkan pada momen tersebut.
Dari hasil perhitungan yang sudah dilakukan makan didapatkan besarnya momen positif
tumpuan adalah 5,388 ton.m sehingga penulangan pelat lantai pada daerah lapangan
didasarkan pada momen tersebut.
600
) = 0,0393
600+ 390
√f'c 1,4 √ 35 MPa 1,4
ρ-minimum = ≥ → ≥ (RSNI T-12 2004
4 fy fy 4 x 390 MPa 390
Ps. 5.1.1.5)
0,00379 ≥ 0,00359
ρ-maximum = 0,75 x ρb = 0,75 x 0,0393 = 0,0295 (RSNI T-12 2004 Ps. 5.1.1.6)
fy 390 MPa
m= = = 13,109
0,85 x f ' c 0,85 x 35 MPa
ρ-Perlu =
1
m
x ( √
1− 1−
2 m x Rn
fy ) =
1
13,109
x
a
øMn = 0,8 x As x fy x (� – )
2
7,413 mm
= 0,8 x 565,487 mm2 x 390 MPa x (168,5 𝑚𝑚 – )
2
= 29.074.837,56 N.mm > Mu = 5.388.000 N.mm → OK!
ρ-Perlu = 0,0014
Diameter Tul. Susut = 10 mm
d-efektif = Tebal pelat – decking – Diameter Tulangan Utama – ½
Diameter
Tul Susut
= 200 mm – 25 mm – 12 mm – ½ x 10 mm
= 158 mm
As-perlu = ρ-Perlu x b x d
= 0,0014 x 1000 mm x 158 mm
= 221,2 mm2
Dengan diameter tulangan rencana adalah 10 mm maka kebutuhan jumlah tulangan
adakah:
2
As−Perlu 221,2 mm
Jumlah Tulangan (n) = π = π = 2,83 ≈ 3 buah
x diameter2 x 10 2
4 4
1000 1000
Jarak Antar Tulangan (s) = = = 500 mm ≈ 450 mm
n−1 3−1
Mengacu pada SNI 2847-2013 Pasal 7.12.2.2 syarat jarak antar tulangan untuk
tulangan susut dan suhu adalah sebagai berikut:
S-max = 5 x Tebal Pelat atau 450 mm
= 5 x 200 mm atau 450 mm
= 1000 mm atau 450 mm
S < S-max → 450 mm ≤ 450 mm → OK!
Mengacu pada RSNI T-12 2004 Pasal 5.6.1 bahwa kekuatan terhadap gaya geser ditinjau
terhadap garis keliling kritis yang serupa dengan batas dari luas efektif dari beban
terpusat yang terletak pada jarak separuh dari tinggi efektif pelat (d3/2). Gaya geser yang
terjadi pada pelat ditinjau sebagai akibat dari beban dari roda belakang truk yang mana
menurut SNI 1725:2016 Pasal 8.4.1 memiliki luasan 250 mm x 750 mm dengan beban
112,5 kN. Besarnya kuat geser pons dihitung dengan mengacu pada RSNI T-12 2004
Pasal 5.6.2 sebagai Berikut:
BAB III
Adapun dimensi awal rencana dari gelagar memanjang yang akan digunakan adalah
profil 500.200.10.16 dengan parameter penampang sebagai berikut:
A = 114,2 cm iy = 4,33 cm
Ix = 47800 cm4
W = 89,6 kg/m
Iy = 2140 cm4
h = 500 mm
Sx = 1910 cm3
bf = 200 mm
Sy = 214 cm3
tf = 16 mm
Zx = 2096 cm3
tw = 10 mm
Zy = 332 cm3
r = 20 mm
ix = 20,5 cm
Maka perhitungan terhadap gelagar memanjang selanjutnya adalah didasarkan terhadap
profil WF 500.200.10.16
Gambar 3. 1 Ilustrasi Gelagar Memanjang
3.2 Pembebanan Balok Memanjang
3.2.1 Beban Mati
Pembebanan akibat beban mati yang beekrja pada gelagar memanjang adalah meliputi
beban dari pelat beton dan berat dari aspal yang dipikul oleh gelagar memanjang
ditambah dengan berat sendiri dari profil gelagar memanjang. Adapun besarnya faktor-
faktor beban terhadap beban-beban tersebut mengacu pada SNI 1725:2016 Tabel 3
mengenai faktor beban untuk berat sendiri adalah sebagai berikut:
Maka besarnya beban yang dipikul oleh gelagar memanjang akibat beban mati adalah
dihitung sebagai berikut:
Beban Pelat Beton (q beton) = γUMS Beton x Tebal Beton x B x ϒ Beton
= 1,3 x 0,2 m x 1,65 m x 2,4 ton/m3
= 1,030 ton/m
Beban Aspal (q beton) = γUMS Aspal x Tebal Aspal x B x ϒ Aspal
= 1,3 x 0,05 m x 1,65 m x 2,2 ton/m3
= 0,236 ton/m
Berat Sendiri Profil Baja = γUMS Baja x W
= 1,1 x 128 kg/m
= 140,8 kg/m ≈ 0,141 ton/m
Beban Mati Total = (1,030 + 0,236 + 0,141) ton/m
= 1,407 ton/m
Dengan besarnya beban mati total (qD) sebesar 1,407 ton/m maka besarnya momen
maksimum dan gaya geser maksimum yang dipikul oleh gelagar memanjang adalah:
MU-D = 1/8 x qD x L2
= 1/8 x 1,407 ton/m x (5 m)2
= 4,396 ton.m
VU-D = 1/2 x qD x L
= 1/2 x 1,407 ton/m x 5 m
= 3,517 ton
Besarnya beban akibat beban hidup adalah dipilih dari pengaruh yang terbesar antara
beban lajur “D” dan beban truk “T” dengan perhitungan sebagai berikut:
Mengacu pada SNI 1725:2016 Pasal 8.3.1 besarnya intensitas dari BGT adalah 49
kN/m dan ditempatkan pada arah melintang jembatan. BGT harus dikalikan dengan
faktor beban dinamis (FBD) yang besarnya ditentukan sesuai Pasal 8.6 SNI
1725:2016 dan merupakan fungsi dari panjang bentang dengan panjang bentang
total adalah 60 m maka besarnya FBD adalah 37,5%
= 34,75 ton.m
= 16,685 ton
MU-L = ¼ x PL-T x L
= ¼ x 29,25 ton x 5 m
= 36,56 ton.m
VU-L = ½ x PL-T
= ½ x 29,25 ton
= 14,625 ton
Dari hasil perhitungan terhadap beban hidup didapatkan bahwa keduanya memberikan
pengaruh paling besar terhadap gelagar memanjang yaitu beban hidup “D” yang
terdiri atas BTR dan BGT dengan gaya geser maksimum sedangkan beban hidup “T”
dengan momen maksimum. Gaya-gaya yang dihasilkan adalah sebagai berikut:
MU-L= 36,56 ton.m
VU-L = 16,685 ton
Maka selanjutnya perhitungan beban hidup yang bekerja pada gelagar memanjang
akan didasarkan pada gaya-gaya tersebut.
MU = MU-D + MU-L
= 4,396 ton.m + 36,56 ton.m
= 40,956 ton.m
VU = VU-D + VU-L
= 3,517 ton + 16,685 ton
= 20,202 ton
Dengan gaya-gaya maksimum yang sudah didapatkan akibat dari beban mati dan beban
hidup maka selanjutnya perhitungan kontrol kekuatan dari profil gelagar memanjang
akan didsarkan pada gaya-gaya tersebut.
bf 20 cm
λ = = =6,25
2 tf 2 x 1,6 cm λp > λ → Penampang Kompak
170 170
λp = = =9,982
√ fy √ 290
Kontrol Pelat Badan
1680 1680
λp = = =98,653
√ fy √ 290
Dari hasil kontrol terhadap pelat sayap dan pelat badan maka didapatkan bahwa
penampang termasuk penampang kompak, sehingga mengacu pada RSNI T-03 2005
Pasal 7.2.1 dan 7.2.3 besarnya momen nominal penampang adalah:
Mn = Mp ≤ 1,5 My
= Zx . fy ≤ 1,5 . Sx . fy
= 2096 cm3 . 2900 kg/cm2 ≤ 1,5 . 1910 cm3 . 2900 kg/cm2
= 6078400 kg.cm ≤ 8308500 kg.cm
Nilai Mn diambil sebesar 6078400 kg.cm ≈ 60784 kg.m
sehingga dengan nilai Mu = 40,956 ton.m ≈ 40956 kg.m maka:
øMn ≥ Mu
0,9 x 60784 kg.m ≥ 40956 kg.m
54705,6 kg.m ≥ 40956 kg.m → OK!
Untuk balok yang termasuk pada bentang menengah maka mengacu pada RSNI T-03
2005 Pasal 7.3.4 besarnya momen nominal adalah dihitung sebagai berikut:
Lr−L
Mn = Cb ( Mr+(Mp−Mr ) Lr−Lp )≤ Mp
Mp = Zx . fy ≤ 1,5 Sx fy
= 2096 cm3 . 2900 kg/cm2 ≤ 1,5 . 1910 cm3 . 2900 kg/cm2
Mp = 60.785 kg.m
Mr = Sx (fy – fr)
5m (5 m)2
= 20,202 ton x – (1,407 ton/m + 2,228 ton/m) x
4 32
= 22.414 kg.m
12,5 Mmax
Cb = ≤ 2,3
2,5 M max +3 MA + 4 MB+3 MC
12,5(40956)
= ≤ 2,3
2,5 ( 40956 ) +3 ( 22414 ) + 4 ( 40956 )+ 3(22414)
= 1,277 ≤2,3
øMn ≥ Mu
40.956 kg . m
Rasio = = 0,785 < 1 → OK!
52.157 kg . m
5
1,1
√ kn x E
fy
dengan Kn = 5+ a 2
( )
h
dimana nilai a = jarak pengaku lateral.
Pada gelagar memanjang tidak dipasang pengaku pada arah lateral sehingga nilai Kn
adalah sebesar 5, dengan nilai Kn tersebut maka:
1,1
√ kn x E
fy
= 1,1
√ 5 x 200.000 Mpa
290 MPa
= 64,59
h/tw < 1,1
√ kn x E
fy
→ 44 < 64,59 → maka kuat geser yang terjadi adalah geser plastis
Vn = 0,6 x fy x Aw
= 74.472 kg
øVn = 0,9 x Vn
= 0,9 x 74.472 kg
L Gelagar 500 cm
∆izin = = =0,625 cm
800 800
Besarnya lendutan yang terjadi adalah diperhitungkan terhadap beban layan (tanpa faktor
beban). Besarnya lendutan yang terjadi pada gelagar memanjang adalah dihitung
terhadap beban hidup tanpa faktor beban sebagai berikut:
3
∆Total = 1 P L−T . λ
x
48 E . Ix
3
1 14625 kg .(500)
x
= 48 kg
2000000 2 . 47800 cm 4
cm
= 0,398 cm
BAB IV
PERENCANAAN GELAGAR MELINTANG
4.2 Pembebanan
Faktor pembebanan
γUMS beton cor di tempat = 1,3 (SNI 1725:2016 Pasal 7.2 Tabel 3)
γUMS alumunium = 1,1 (SNI 1725:2016 Pasal 7.2 Tabel 3)
γUMS baja = 1,1 (SNI 1725:2016 Pasal 7.2 Tabel 3)
γUTD beban hidup BTR & BGT =2 (SNI 1725:2016 Pasal 8.3 Tabel 12)
γUTT beban hidup truk =2 (SNI 1725:2016 Pasal 8.4 Tabel 13)
γUDL beban pelaksanaan =1 (SNI 1725:2016 Pasal 7.5 Tabel 10)
a. Sebelum Komposit
Pada kondisi sebelum komposit, yaitu kondisi dimana beton yang di cor belum mengeras
dan menjadi satu kesatuan dengan gelagar melintang, besarnya beban-beban yang bekerja
adalah sebagai berikut:
kg
89,6 x 5 m
Berat balok memanjang = qwf x λ
=
m
=271,515 kg /m
L 1,66
Berat pelat beton = d3 x γbeton x λ x γUMS
= 0,2 m x 2400 kg/m3 x 5 m x 1,3
= 3120 kg/m
Berat sendiri balok melintang = γUMS x w = 1,1 x 243 kg/m = 267,3 kg/m
Berat bondex = 10,1 kg/m x λ x γUMS
= 10,1 kg/m x 1,1
= 11,11 kg/m
Beban pelaksanaan = 200 kg/m
Total qD1 = 3869,93 kg/m
VD1 = ½ . qD . L = ½ . 3869,93 kg/m . 11 m = 21284,58 kg
MD1 = 1/8 . qD . L = 1/8 . 3869,93 kg/m. (11 m)2 = 58532,69 kg.m
b. Setelah Komposit
Gambar 4. 1 Ilustrasi Beban-beban Gelagar Melintang
Jarak antara 2 roda truk dalam las = 1,75 m (SNI 1725:2016 Pasal 8.4.1)
Beban roda truk “T” = 112,5 kN
FBD = 30%
T = 112,5 kN x (1 + FBD) x γUTT
= 112,5 (1+0,3) x 2
= 292,5 kN ≈ 29826,69 kg
Beban Total
T = 29826,69 kg
1
RA = ∙T ∙(1,625+3,375+ 4,625+ 6,375+7,625+9,375)
11
1
= ∙ 29826,69 kg ∙(1,625+3,375+4,625+6,375+ 7,625+ 9,375)
11
= 89480,07 kg
9 9
ML2 = RA (1+ ¿ –T.
2 2
= 89480,07 kg . 5,5 m – 29826,69 kg . 4,5 m
= 357920,28 kg.m
Mengacu pada SNI 1725:2016 Pasal 8.3.3 gaya geser maksimum diperoleh dengan
BTR+BGT sebesar 100% pada seluruh balok (tidak termasuk parapet, kerb, dan
trotoar) sehingga:
∑MB = 0
9
RA . 11 – q . 9 . ( +1 ¿ = 0
2
RA = 4,5q
C1 = -58,152q
Untuk q = beban truk → y = 62,543 . 14913 kg/m / 8,22 x 107 kg.m2 = 0,0117 m
Untuk q = beban BTR+BGT → y = 62,543 . 6995,25 kg/m / 8,22 x 107 kg.m2 = 0,0053 m
Dari hasil perhitungan, baik lendutan akibat T maupun BGT+BTR lebih kecil dari lendutan
ijin, dengan demikian syarat lendutan telah terpenuhi.
λ =
λp > λ → Penampang Kompak
bf 30 cm
= =5,36
2 tf 2 x 2,8 cm
170 170
λp = = =9,982
√ fy √ 290
Kontrol Pelat Badan
λ =
λp > λ → Penampang Kompak
h 90 cm
= =56,25
tw 1,6 cm
1680 1680
λp = = =98,653
√ fy √ 290
Penampang kompak maka Mn=Mp (SNI 1729:2002 Pasal 8.2.3)
c. Setelah Komposit
Diasumsikan balok yang dihitung merupakan balok eksterior
Cek Kriteria Penampang
h 90 cm
λ = = =56,25
tw 1,6 cm
1680 1680 λp > λ → Penampang Kompak
λp = = =98,653
√ fy √ 290
Kapasitas momen penampang
dianalisa dengan distribusi tegangan plastis
Lebar efektif (Be) pada lantai yang membentang pada masing-masing dari sumbu
balok tidak boleh melebihi: (SNI 1729:2002 Pasal 12.4.1)
a. 1/8 bentang = 1/8 (11000) = 1375 mm
b. ½ jarak antar gelagar = ½ (5000) = 2500 mm
c. Jarak ke tepi pelat = 5000 mm
L 11000
= =27,5 ≈28 buah
2 wr 2(200)
BAB V
Untuk jembatan dengan elevasi lebih tinggi dari 10000 mm di atas permukaan
tanah atau permukaan air, kecepatan angina rencana V DZ, Harus dihitung dengan
persamaan berikut:
Keterangan:
V10 adalah kecepatan angin pada elevai 10000 mm di atas permukaan atau di atas
permukaan air rencana (km/jam)
V10 adalah kecepatan angin rencana yaitu 90 hingga 126 km/jam pada elevasi 10000 mm
Z adalah elevasi struktur diukur dari permukaan tanah dari permukaan air dimana beban
angin dihitung (Z > 10000 mm)
Setelah kecepatan angina rencana diperoleh, selanjutnya dihitung beban angin yang terjadi
pada struktur (EWS). Beban angina pada struktur dihitung dengan formula berikut:
EWS = PD x h x 30%
Dimana :
Maka,
Mengacu pada SNI 1725-2016 Pasal 9.6.1.1. menyatakan bahwa besar beban angin minimum
harus diambil sebesar 4,4 kN/m. Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa besar beban angin
adalah lebih besar dari 4,4 kN/m sehingga digunakan besar beban angin hasil perhitungan.
Beban angin pada join-join di ikatan angin atas, EWJ = WA dihitung sebagai berikut:
WA = EWS x (A/C) x λ
= 15,39 kN/m x (12/24) x 5 m
= 38,48 kN
Reaksi tumpuan, R
ΣW = Total semua beban beban pada join
= (WA x w) + (WA/2 x 2)
= (38,48 x 11) + (38,48/2 x 2)
= 461,76 kN
R1 = R2 = ΣW / 2 = 423,225 / 2 = 230,88 kN
ΣV = 0
S4 sin Ө + S1 + R1 = 0
(-140,497) sin 48,867° + S1 + R1 = 0
S1 = - 125,060 kN (Tekan)
ΣV = 0
-WA/2 – S1 – S3 x sin 48,867° = 0
-19,24 – 125,060 – S3 x sin 48,867° = 0
S3 = -191,586 kN (Tekan)
ΣH =0
S2 + S3 x cos 48,867 = 0
S2 + 191,586 x cos 48,867° = 0
S2 = - 126,027 kN (Tekan)
Σ Mc = 0
230,88 x 10 – S9 x 11,45 – 19,24 x 10 – 38,48 x 5 + S8 x 11,45 = 0
S9 = 168,05 kN (Tarik)
Σ Md = 0
230,88 x 10 – 19,24 x 10 – 38,48 x 5 + S8 x 11,45 = 0
S8 = -168,035 (Tekan)
ΣH =0
S11 x cos 48,867° + S9 – S5 = 0
S11 x cos 48,867° + 168,035 – 92,42 = 0
S11 = -114,950 kN (Tekan)
ΣV =0
S7 + S11 sin 48,867° = 0
S7 + (-114,950 x sin 48,867°) = 0
S7 = 86,578 kN (Tarik)
ΣH =0
S8 + S10 – S3 = 0
-168,035 + S10 x cos 48,867° + 91,586 = 0
S10 = 35,802 kN (Tarik)
ΣV =0
-38,48 – S6 – S10 x sin 48,867° = 0
-38,48 – S6 – 35,802 x sin 48,867° = 0
S6 = -65,445 kN (Tekan)
a. Kontrol Kelangsingan
lk 626
λmaks = = = 168,73 < 300 → OK!
i 3,71
b. Kontrol Kekuatan Leleh (SNI 1729:2002 Pasal 10.1)
ØPn = Ø fy x Ag
= 0,9 x 2900 x 18,7
= 48807 kg ≈ 488,1 kN
c. Kekuatan Geser
Jumlah bidang geser, n = 1 , dan kekuatan baut (Rn) diambil yang terkecil dari:
Kuat geser
Rn = n x 0,5 x fub x Ab
= 1 x 0,5 x 8250 kg/cm2 x 1,131 cm2 = 4665,37 kg = 46,65 kN
Kuat tumpu
Rn = 2,4 x (Ø baut + 1,5) x fu x tp
= 2,4 x (1,2 + 0,15) cm x 5000 kg/cm2 x 0,5 cm = 81 kN
Maka nilai Rn diambil nilai terkecil yaitu akibat kekuatan geser baut sebesar 46,65 kN
2
S xt
4xu
= 1870 – 2 x 13,5 x 8 +
2
25 x 8
4 x 40
= 1685,25 mm2 (menentukan)
Ae = An . U
= 1685,25 x (1− Lx )
3,71
= 1685,25 x ( 1 - )
10
= 1060 mm2 = 10,6 cm2
Ø Pn = Ø x fu x Ae
= 0,75 x 5000 kg/cm2 x 10,6 cm2
= 39750 kg = 397,5 kN
a. Kontrol Penampang
Sayap
bf 120
= = 7,5
2 tf 2x8
250 250 bf
λr = = = < λr → 14,68
√ fy √290 2 tf
Kompak
Badan
h 102
= = 12,75
tw 8 h
665 665 < λr → Kompak
λr = = = tw 39,05
√ fy √290
Penampang kompak → OK!
= 1,25 x 2,82
= 9,8
fy
ØPn = ØAg x
ω
= 0,85 x 18,7 x 3900 / 9,8
= 6325,56 kg ≈ 632,55 Kn
⸫ ØPn ≥ Pu
Mengacu pada SNI 1725-2016 Pasal 9.6.1.1 maka besarnya beban angina
kendaraan yang bekerja pada kendaraan ditentukan sebesar 1,46 kN/m. Sehingga
dengan jumlah segmen rangka bawah adalah 12 buah, dan total jumlah segmen rangka
atas dan rangka bawah adalah 20 buah, maka didapatkan beban angin per joint (WA)
sebagai berikut:
a. EW total = Beban angin rangka (bawah) + Beban Angin Kendaraan
= 8,66 kN/m + 1,46 kN/m
= 10,12 kN/m
ΣV = 0
S1 + 151,8 kN = 0
S1 = -151,83 kN (Tekan)
ΣH = 0
S5 =0
b. Mencari S2 dan S3
ΣV = 0
-S1 – 12,65 – S3 x sin 66,41 = 0
151,8 – 12,65 – S3 x sin 66,41 = 0
S3 = 151,83 kN (Tarik)
ΣH = 0
S2 + S3 x cos 66,41 = 0
S2 + 151,838 x cos 66,41 = 0
S2 = -60,764 kN (Tekan)
a. Kontrol Kelangsingan
lk 598
λmaks = = = 161,19 < 300 → OK!
i 3,71
b. Kontrol Kekuatan Leleh (SNI 1729:2002 Pasal 10.1)
ØPn = Ø fy x Ag
= 0,9 x 2900 x 18,7
= 48807 kg ≈ 488,1 kN
c. Kekuatan Geser
Jumlah bidang geser, n = 1 dan kekuatan baut (Rn) diambil yang terkecil dari:
Kuat geser
Rn = n x 0,5 x fub x Ab
= 1 x 0,5 x 8250 kg/cm2 x 1,131 cm2 = 4665,37 kg = 46,65 kN
Kuat tumpu
Rn = 2,4 x (Ø baut + 1,5) x fu x tp
= 2,4 x (1,2 + 0,15) cm x 5000 kg/cm2 x 0,5 cm = 81 kN
Maka nilai Rn diambil nilai terkecil yaitu akibat kekuatan geser baut sebesar 46,65 kN
Jarak tepi
Jarak tepi min : 3 x Ø baut = 3 x 12 mm = 36 mm
Jarak tepi maks : 15 x tebal pelat = 15 x 5 mm = 75 mm
Maka digunakan jarak baut pakai sebesar 75 mm
Jarak antar baut
Jarak baut min : 1,5 x Ø baut = 1,5 x 12 mm = 18 mm
Jarak baut maks : 4 x tebal pelat + 100 mm = 120 mm atau 200 mm
Maka digunakan jarak baut pakau sebesar 50 mm
Panjang sambungan
Jarak baut x (n-1) + jarak tepi = 50 x (3-1) + 75 = 175
S2 x t
4xu
= 1870 – 2 x 13,5 x 8 +
25 2 x 8
4 x 40
= 1685,25 mm2 (menentukan)
Ae = An . U
x
= 1685,25 x ( 1 - )
L
3,71
= 1685,25 x ( 1 - ) = 1060 mm2 = 10,6 cm2
10
Ø Pn = Ø x fu x Ae
= 0,75 x 5000 kg/cm2 x 10,6 cm2
= 39750 kg ≈ 397,5 kN
⸫ Ø Pn ≥ Pu
397,5 kN ≥ 151,83 kN → OK!
a. Kontrol Penampang
Sayap
bf 120
= = 7,5
2 tf 2x8
250 250 bf
λr = = = < λr → 14,68
√ fy √290 2 tf
Kompak
Badan
h 102
= = 12,75
tw 8 h
665 665 < λr → Kompak
λr = = = tw 39,05
√ fy √290
Penampang kompak → OK!
⸫ ØPn ≥ Pu
∑Mo = 0
P (5+10+15+20) + ½ P (25) – RB (25) + b7 (7,5) = 0
363,13 (50) + ½ (363,13) (25) – 2178,78 (25) + b7 (7,5) = 0
b7 = 4236,53 kN (tarik)
∑MP = 0
-a7 (7,5) + P (5+10+15+20+25) + ½ P (30) – RB (30) = 0
-7,5 a7 + 363,13 (75) + ½ (363,13) (30) – 2178,78 (30) = 0
a7 = -4357,58 kN (tekan)
∑Mo = 0
-½ P (35) – P (30+25+20+15+10+5) + t7 (5) – b7 (7,5) + RA (35) = 0
-½ (363,13) (35) – 363,13 (105) + 5 t7 – 4236,53 (7,5) + 2178,78 (35) = 0
t7 = 0
∑V = 0
t7 + d7 sin 56,31 – P = 0
0 + d7 sin 56,31 = 363,13
360,37
d7 = =436,43 kN (tarik)
sin56,31
Beban P sebesar 1 satuan berjarak x dari titik A menyebabkan reaksi perletakkan A dan B
berubah-ubah sesuai dengan jarak P pada titik A untuk RA dan RB dicari dengan cara :
∑ MB = 0 → RA(12λ) – 1(12λ-x) = 0
12λ RA = 12λ-x ; dimana 12λ = L
x
RA = 1 - satuan
L
∑ MA = 0 → -RB(L) + 1(x) = 0
x
RB = satuan
L
Berikut ini analisa garis pengaruh setiap batang yang dilalui potongan I-I yaitu batang
A7, B7, D7, dan T7.
Batang A7
Selama beban P satu satuan bergerak di kanan V, bagian yang ditinjau adalah potongan
kiri di bagian AU. Dengan melihat sisi kiri potongan I-I dan menerapkan keseimbangan
momen di titik U.
∑ MU = 0 → RA(6λ) + A7(h) = 0
−R A (6 λ)
A7 = ; dimana pada titik U RA = 0,5 satuan
h
Maka :
−R A (6 λ)
A7 =
h
−0,5 ( 6 . 5 )
=
7,5
= -2 satuan (tekan)
Selama beban P satu satuan bergerak di kiri U, bagian yang ditinjau adalah potongan
kanan di bagian VB. Dengan melihat sisi kanan potongan I-I dan menerapkan
keseimbangan momen di titik U.
∑ MU = 0 → -RB(6λ) – A7(h) = 0
−R B (6 λ)
A7 = ; dimana pada titik U RB = 0,5 satuan
h
Maka :
−R B (6 λ)
A7 =
h
−0,5 ( 6 . 5 )
=
7,5
= -2 satuan (tekan)
Maka batang A7 ditinjau sebagai batang tekan, dengan besar setiap garis pengaruh
menggunakan perbandingan segitiga.
Batang B7
Selama beban P satu satuan bergerak di kanan V, bagian yang ditinjau adalah potongan
kiri di bagian AU. Dengan melihat sisi kiri potongan I-I dan menerapkan keseimbangan
momen di titik J.
∑ MJ = 0 → RA(7λ) – B7(h) = 0
R A (7 λ)
B7 = ; dimana pada titik J RA = 0,416 satuan
h
Maka :
R A (7 λ)
B7 =
h
−0,416 ( 7 . 5 )
=
7,5
= 1,94 satuan (tarik)
Selama beban P satu satuan bergerak di kiri U, bagian yang ditinjau adalah potongan
kanan di bagian VB. Dengan melihat sisi kanan potongan I-I dan menerapkan
keseimbangan momen di titik J.
∑ MJ = 0 → -RB(5λ) – B7(h) = 0
R B (5 λ)
B7 = ; dimana pada titik J RB = 0,583 satuan
h
Maka :
R B (5 λ)
B7 =
h
0,583 ( 5 . 5 )
=
7,5
= 1,943 satuan (tarik)
Maka batang B7 ditinjau sebagai batang tarik, dengan besar setiap garis pengaruh
menggunakan perbandingan segitiga.
Batang D7
Selama beban P satu satuan bergerak di kanan V, bagian yang ditinjau adalah potongan
kiri di bagian AU. Dengan melihat sisi kiri potongan I-I dan menerapkan keseimbangan
gaya vertikal.
∑ V= 0 di U → RA + D7 sin 56,31 = 0
−R A
D7 = ; dimana pada titik U RA = 0,5 satuan
sin56,31
Maka :
−R A
D7 =
sin56,31
−0,5
=
0,832
= -0,6 satuan (tekan)
Selama beban P satu satuan bergerak di kiri U, bagian yang ditinjau adalah potongan
kanan di bagian VB. Dengan melihat sisi kanan potongan I-I dan menerapkan
keseimbangan gaya vertikal.
∑ V = 0 di J → RB – D7 sin 56,31 = 0
RB
D7 = ; dimana pada titik J RB = 0,583 satuan
sin56,31
Maka :
RB
B7 =
sin56,31
0,583
= = 0,7 satuan (tarik)
0,832
Maka batang D7 ditinjau sebagai batang tarik dan tekan, dengan besar setiap garis
pengaruh menggunakan perbandingan segitiga.
Batang T7
Untuk mendapatkan garis pengaruh batang T 7 analisa gaya batang yang dilakukan adalah
dengan menggunakan metode titik simpul di U. Dengan demikian, beban P sebesar satu
satuan hanya mempengaruhi batang T7 selama beban tersebut berada di bentang TUV
saja. Pada bentang yang lainnya gaya batang tersebut bernilai nol.
6.4.2 Gambar Garis Pengaruh
Dengan beban tersebut maka besarnya gaya yang dipikul oleh batang tinjauan yaitu:
1
Gaya batang A7 = [P-BGT x y6] + [(q-BTR+ q-BTR) x ∑y ]
11
= [617,4 x (-2)] + [(297 + 25) x (-10,992)]
= -4774,22 kN (tekan)
1
Gaya batang B7 = [P-BGT x y7] + [(q-BTR+ q-BTR) x ∑y ]
11
= [617,4 x 1,94] + [(297 + 25) x 11,664]
= 4953,56 kN (tarik)
1
Gaya batang D7 (-) = [P-BGT x y6] + [(q-BTR+ q-BTR) x ∑y ]
6
= [617,4 x (-0,6)] + [(297 + 25) x (-2,1)]
= -1046,64 kN (tekan)
7
Gaya batang D7 (+) = [P-BGT x y7] + [(q-BTR+ q-BTR) x ∑y ]
11
= [617,4 x 0,7] + [(297 + 25) x 2,1]
= 1108,10 kN (tarik)
Gaya batang T7 = [P-BGT x y1] + [(q-BTR+ q-BTR) x y1]
= [617,4 x (-1)] + [(297 + 25) x (-1)]
= -939,4 kN (tekan)
Gaya-gaya tersebut kemudian di jumlahkan dengan gaya batang yang terjadi akibat
beban mati sehingga didapatkan gaya yang dipikul oleh batang A 7, B7, D7, dan T7 sebagai
berikut:
Tabel 6. 1 Gaya-gaya Batang yang Terjadi Akibat Beban Hidup dan Beban Mati
Gaya Aksial Batang (kN)
Jenis Beban
A7 B7 D7 (-) D7 (+) T7 (-)
Beban Mati -4357,58 4236,53 436,43 436,43 0,00
Beban Hidup -4774,22 4953,56 -1046,64 1108,10 -939,40
Total -9131,80 9190,09 -610,21 1544,53 -939,40
A-Netto = 75% x Ag
= 75% x 142 cm2
= 106,5 cm2
U = 0,9
Ae = A-Netto x U
= 106,5 cm2 x 0,9
= 95,85 cm2
øNn = 0,75 x Ae x fu
= 0,75 x 95,85 cm2 x 5000 kg/cm2
= 359437,5 kg ≈ 3594,38 kN
Maka didapat besarnya kuat tarik putus penampang adalah 3594,38 kN (menentukan)
Nu = 1544,53 kN
øNn = 3594,38 kN
øNn > Nu → 3594,38 kN > 1541,21 kN → OK!
Sambungan dari rangka batang dianggap tidak memikul momen sehingga diasumsikan
rangka batang tertumpu secara sendi-sendi pada kedua ujungnya. Mengacu pada RSNI T-
03-2005 Pasal 6.2 kuat tekan penampang diitung sebagai berikut :
Lk = Kc x L ; dimana Kc = 1 untuk tumpuan sendi-sendi
= 1 x 750 cm
= 750 cm
λc =
Lk
√ fy
=
750 cm
√ 290 MPa
iy x π E 10,,49 cm x π 200000 MPa
=0,866
Mengacu pada RSNI T-03-2005 Pasal 6.2 untuk λc < 1,5 maka kuat nominal penampang
adalah dihitung sebagai berikut:
Nu = 939,4 kN
2
Nu 939,4
Interaksi = = =0,244<1 → OK!
øNn 3187,42
= ½ x [6,6 kN/m2 x 5 m x 9 m]
= 148,5 kN
= ½ x [5 kN/m2 x 5 m x 1 m]
= 12,5 kN
= 148,5 kN + 12,5 kN
= 161 kN
= 308,7 kN
Gambar 6. 5 Model Pembebanan Akibat Beban Hidup
Output SAP2000
∆1 =0 ∆7 = 0,049 m ∆13 =0
∆2 = 0,013 m ∆8 = 0,047 m
∆3 = 0,024 m ∆9 = 0,042 m
∆4 = 0,034 m ∆10 = 0,034 m
∆5 = 0,042 m ∆11 = 0,024 m
∆6 = 0,047 m ∆12 = 0,013 m
Kontrol Defleksi
L 5000
Syarat batas lendutan : = =6,25 cm
800 800
Kontrol : ∆ < ∆’ → 0,049 m < 0,0625 m → OK!
P1 = 14577,75 kg
b. Beban mati setelah komposit pada gelagar melintang
P2 = 5425,63 kg
P3 = 6660,17 kg
P4 = 498,71 kg
P5 = 91,361 kg
∆1 =0 ∆7 = 0,064 m ∆13 =0
∆2 = 0,018 m ∆8 = 0,062 m
∆3 = 0,034 m ∆9 = 0,056 m
∆4 = 0,047 m ∆10 = 0,047 m
∆5 = 0,056 m ∆11 = 0,034 m
∆6 = 0,062 m ∆12 = 0,018 m
Kontrol Defleksi
L 5000
Syarat batas lendutan : = =13,89 cm
360 360
Kontrol : ∆ < ∆’ → 0,064 m < 0,1389 m → OK!
BAB VII
Dari hasil perhitungan pada bab sebelumnya didapatkan besarnya gaya angin yang bekerja
pada struktur jembatan adalah sebagai berikut:
Beban Angin Atas (WA) = 38,48 kN
Beban Angin Bawah (WB) = 25,3 kN
Dengan gaya-gaya yang bekerja tersebut maka besarnya reaksi yang terjadi pada portal
adalah sebagai berikut:
RH-A = 0,5 x WA + WB
= 0,5 x 38,48 kN + 25,3 kN = 44,54 kN (←)
RH-B = 0,5 x WA
= 0,5 x 38,48 kN = 19,24 kN (←)
∑MB =0
WA x 7,5m – RV-A x 11m = 0
WC x 7,5 m
RV-A = = 26,23 kN (↓)
11 m
∑V =0
-RV-A + RV-B = 0
RV-B = RV-A → RV-B = 26,23 kN (↑)
Besarnya gaya-gaya dalam batang yang terjadi pada portal akhir akibat gaya-gaya yang
bekerja tersebut adalah sebagai berikut:
WB – RH-A + WA – HC = 0
HC = WB – RH-A + WA
= 25,3 – 44,54 + 38,48
= 19,24 kN
∑V = 0
-RV-A + VC = 0
VC = RV-A = 26,23 kN
∑MC = 0
(RH-A – WB) x 7,5 m – MC = 0
MC = (RH-A – WB) x 7,5
= (44,54 – 25,3) x 7,5
= 144,3 kN.m
∑H = 0
HC - HD = 0
HD = HC = 19,24 kN
∑V = 0
-VC + VD = 0
VD = VC = 26,23 kN
∑MD = 0
-VC x 11 m + MC + MD = 0
MD = VC x 11 m – MC
= 26,23 kN x 11 m – 144,3 kN.m = 144,3 kN.m
∑H = 0
WB – RH-A + WA – HC = 0
HC = WB – RH-A + WA
= 25,3 – 44,54 + 38,48
= 19,24 kN
∑V = 0
-RV-A + VC = 0
VC = RV-A = 26,23 kN
∑MC = 0
(RH-A – WB) x 7,5m – MC = 0
MC = (RH-A – WB) x 7,5
= (44,54 – 25,3) x 7,5
= 144,3 kN.m
Dari hasil perhitungan di atas maka didapatkan besarnya gaya-gaya dalam yang bekerja pada
portal akhir sehingga selanjutnya perencanaan dari portal akhir adalah didasarkan terhadap
gaya-gaya dalam yang terjadi tersebut.
Perhitungan terhadap perencanaan dari batang vertical portal akhir adalah didasarkan
terhadap profil H.400.400.12.25 tersebut.
40 cm
bf/2tf = =8
2 x 2,5 cm
250 250
λr = = = 14,68
√ fy √ 290 Mps
h/tw < λr → 9,09 < 14,68 → OK! Penampang Tidak Langsing
Arah Sumbu X
Kcx → Tumpuan batang vertikdal adalah jepit – bebas sehingga mengacu pada
RSNI T 03 2005 Gambar 3 nilai Kcx = 0,85
Lkx = Kcx x Lx = 0,85 x 7,5 = 637,5
Lkx 637,5 cm
λx = = = 36,3
ix 17,56
kg
2
Π x E x Ag Π 2 x 2.000 .000 x 242cm 2
Ncrbx= = cm2 = 3620706,3 kg
λ x2 2
36,3
Arah Sumbu Y
Kcy → Tumpuan batang vertikdal adalah jepit – bebas sehingga mengacu pada
RSNI T 03 2005 Gambar 3 nilai Kcy = 0,85
Lky = Kcy x Ly = 0,85 x 7,5 = 637,5
Lky 637,5 cm
λy = = = 60,77
iy 10,49
kg
Π 2 x E x Ag Π 2 x 2.000 .000 x 242cm 2
Ncrby = = cm2 = 1292097,4 kg
λ y2 2
60,77
1,43 1,43
𝜔= = = 1,3
1,6−0,67 ( λ c ) 1,6−0,67 (0736)
Nu = 2623,636 kg
Ag x fy 242 cm 2 x 290 Mpa
Nn = = = 542898,4 kg
ω 1,3
Nu 2623,636 kg
= = 0,00568 < 0,2 → Persamaan Interaksi 1
φNn 0,85 x 542898,4 kg
Nu Mu
Persamaan Interaksi 2 = +
2 φNn φMn
12,5 Mmax
Cb = ≤ 2,3
2,5 Mmax +3 MA + 4 MB+ 3 MC
12,514430 kg .m
= ≤ 2,3
2,5 14430 kg . m+3 ( 108222,5 ) +4 ( 7215 )+3 (3607,5)
= 1,6667 ≤ 2,3
Maka diambil Cb adalah sebesar 1,667
Lr −Lb
Mn = Cb (Mr + (Mp – Mr) ) ≤ Mp
Lr −Lp
1531,73−750
= 1,667 ( 8217000 + (119.407 – 8217000) ) ≤ 119.407
1531,73−466,821
kg.m
= 182.509 kg.m > 119.407kg.m
h/tw < → 35,8 < 64,59 → maka kuat geser yang terjadi adalah geser plastis
√ fy
1100
dengan nilai h/tw < maka kuat geser nominal dari penampang profil adalah
√ fy
ditentukan berdasar pada RSNI T-03 2005 Pasal 7.8.3 Dengan nila gaya geser
maksimum yang terjadi pada gelagar memanjang (Vu) adalah sebesar 20202 kg maka
control kapasistas penampang terhadap geser adalah sebagai berikut:
Vn = 0,6 x fy x Aweb
= 60.900 kg
øVn = 0,9 x Vn
1,43 1,43
𝜔= = = 1,45
1,6−0,67 ( λ c ) 1,6−0,67 (0,924)
Nu = 1924 kg
Ag x fy 83,69 cm2 x 290 Mpa
Nn = = = 166.421,78 kg
ω 1,45
Nu 1924 kg
= = 0,0136 < 0,2 → Persamaan Interaksi 1
φNn 0,85 x 166.421,78 kg
Nu Mu
Persamaan Interaksi 2 = +
2 φNn φMn
12,5 Mmax
Cb = ≤ 2,3
2,5 Mmax +3 MA + 4 MB+ 3 MC
12,5 14430 kg . m
= ≤ 2,3
2,5 14430 kg . m+3 ( 7215 ) +4 ( 0 ) +3(7215)
= 2,2 ≤ 2,3
Maka diambil Cb adalah sebesar 2,2
Lr −Lb
Mn = Cb (Mr + (Mp – Mr) ) ≤ Mp
Lr −Lp
1090,27−550
= 2,27 ( 13816 + (20242 – 13816) ) ≤ 53.621kg.m
1090,27−237,108
= 40.648 kg.m < 53621 kg.m
Maka diambil nilai Mn adalah sebesar 40.648 kg.m
øMn ≥ Mu
0,9 x 40.648 kg.m ≥ 14.430 kg.m
36.583 kg.m ≥ 14.430 kg.m → OK!
14.430 kg .m
Rasio = = 0,39 < 1,0→ OK!
36.583 kg .m
Nu 1924 kg
f. Kontrol Persamaan Interaksi = = 0,0094 < 0,2 →
φNn 0,85 x 239381kg
Persamaan Interaksi 2
Nu Mu
Persamaan Interaksi 2 = +
2 φNn φNn
1924 kg 14.430 kg .m
Rasio = + = 0,4 < 1 → OK!
2 x 0,85 x 166.421kg 36.583 kg .m
h/tw < → 15 < 64,59 → maka kuat geser yang terjadi adalah geser plastis
√ fy
1100
dengan nilai h/tw < maka kuat geser nominal dari penampang profil adalah
√ fy
ditentukan berdasar pada RSNI T-03 2005 Pasal 7.8.3 Dengan nila gaya geser
maksimum yang terjadi pada gelagar memanjang (Vu) adalah sebesar 20202 kg maka
control kapasistas penampang terhadap geser adalah sebagai berikut:
Vn = 0,6 x fy x Aweb
= 26.100 kg
øVn = 0,9 x Vn
PERENCANAAN SAMBUNGAN
Maka digunakan kekuatan baut minimum yaitu kekuatan baut terhadap geser sebesar
3497,175 kg
= 23508,788 kg
Kuat Tumpu Rencana Baut
Untuk menghitung kuat tumpu rencana baut maka terlebih dahulu harus ditentukan
besatnya tp yang merupkan nilai terkecil dari :
Tebal Web Gel. Melintang = 16 mm = 1,6 cm (menentukan)
= 27878.4 kg
Maka digunakan kekuatan baut minimum yaitu kekuatan baut terhadap geser sebesar
27878.4 kg
Perhitungan kebutuhan sambungan pada batang-batang rangka yang terdapat pada titik
simpul A adalah sebagai berikut:
a. Sambungan Pada Batang B1
Dari hasil perhitungan pada bab sebelumnya didapatkan besarnya gaya aksial
maksimum yang terjadi pada batang B1 adalah sebesar -9156,26 kN dan merupakan
gaya aksial tekan. Perhitungan kebutuhan jumlah baut terhadap batang B1 adalah
sebagai berikut:
Kuat Geser Rencana Baut
øVd = ø x m x r1 x fub x Ab
= 0,75 x 2 x 0,5 x 8250 kg/cm2 x 7,068 cm2
= 43.733,25 kg
Kuat Tumpu Rencana Baut
Untuk menghitung kuat tumpu rencana baut maka terlebih dahulu harus ditentukan
besarnya niai tp yang merupakan nilai terkecil antara:
2 x Tebal Flens Batang B1 = 2 x 3 cm = 6,0 cm
2 x Tebal Pelat Sambung = 2 x 2 cm = 4,0 cm
Maka digunakan nilai tp adalah sebesar 2,0 cm sehingga
øVd = ø x 2,4 x db x tp x fu
= 0,75 x 2,4 x 3 cm x 4,0 cm x 5000 kg/cm2
= 79.200 kg
Maka digunakan kekuatan baut yang minimum yaitu kekuatan baut terhadap geser
sebesar 43.733,25 kg
Kebutuhan Jumlah Baut (n)
Vu 915626
Jumlah Baut (n) = = = 20,93 Buah = 24 Buah
ØVd 43.733,25 kg
Penentuan Jarak Baut
Jarak Tepi Baut
3 db ≤ Jarak Tepi ≤ 15 tp atau 20 cm
3 x 3 cm ≤ Jarak Tepi ≤ 15 x 4,0 cm atau 20 cm
9 cm ≤ Jarak Tepi ≤ 60 cm atau 20 cm
Maka mengacu pada persyaratan tersebut diambil jarak tepi baut yaitu sebesar 10
cm.
Jarak Antar Baut
1,5 db ≤ Jarak Antar Baut ≤ (4 tp + 10 cm) atau 20 cm
1,5 x 3 cm ≤ Jarak Antar Baut ≤ (4 x 4,0 + 10) cm atau 20 cm
4,5 cm ≤ Jarak Antar Baut ≤ 26 cm atau 20 cm
Maka mengacu pada persyaratan tersebut diambil jarak tepi baut yaitu sebesar 10
cm.
Maka mengacu pada persyaratan tersebut diambil jarak tepi baut yaitu sebesar 10
cm.
b. Sambungan Pada Batang T5
Dari hasil perhitungan pada bab sebelumnya didapatkan besarnya gaya aksial
maksimum yang terjadi pada batang T5 adalah sebesar -583,80 kN dan merupakan
gaya aksial tekan. Perhitungan kebutuhan jumlah baut terhadap batang T5 adalah
sebagai berikut:
Kuat Geser Rencana Baut
øVd = ø x m x r1 x fub x Ab
= 0,75 x 2 x 0,5 x 8250 kg/cm2 x 7,068cm2
= 43.733,25 kg
Kuat Tumpu Rencana Baut
Untuk menghitung kuat tumpu rencana baut maka terlebih dahulu harus ditentukan
besarnya niai tp yang merupakan nilai terkecil antara:
2 x Tebal Flens Batang T1 = 2 x 4,5 cm = 9,0 cm
2 x Tebal Pelat Sambung = 2 x 2 cm = 4,0 cm
Maka digunakan nilai tp adalah sebesar 4,0 cm sehingga
øVd = ø x 2,4 x db x tp x fu
= 0,75 x 2,4 x 3 cm x 4,0 cm x 4400 kg/cm2
= 95040 kg
Maka digunakan kekuatan baut yang minimum yaitu kekuatan baut terhadap geser
sebesar 43.733,25 kg
Kebutuhan Jumlah Baut (n)
Vu 58380 kg
Jumlah Baut (n) = = = 1,33 Buah = 4 Buah
ØVd 43.733,25 kg
Penentuan Jarak Baut
Jarak Tepi Baut
3 db ≤ Jarak Tepi ≤ 15 tp atau 20 cm
3 x 3 cm ≤ Jarak Tepi ≤ 15 x 4,0 cm atau 20 cm
9 cm ≤ Jarak Tepi ≤ 60 cm atau 20 cm
Maka mengacu pada persyaratan tersebut diambil jarak tepi baut yaitu sebesar 10
cm.
Jarak Antar Baut
1,5 db ≤ Jarak Antar Baut ≤ (4 tp + 10 cm) atau 20 cm
1,5 x 3 cm ≤ Jarak Antar Baut ≤ (4 x 4,0 + 10) cm atau 20 cm
4,5 cm ≤ Jarak Antar Baut ≤ 26 cm atau 20 cm
Maka mengacu pada persyaratan tersebut diambil jarak tepi baut yaitu sebesar 10
cm.
Gambar 8. 8 Detail Sambungan Pada Simpul B
8.3.3 Sambungan Pada Titik Simpul C
Batang-batang rangka utama yang terdapat pada
titik simpul A adalah sebagai berikut:
Perhitungan kebutuhan sambungan pada batang-batang rangka yang terdapat pada titik
simpul C adalah sebagai berikut:
= 10 cm + ( 164 −1) x 15 = 55 cm
Lebar Block Shear (B) = 20 cm
Tebal Flens Profil (t) = 2 x 3 cm = 6 cm
Luas Geser Kotor, Agv = L x t = 55 cm x 6,0 cm = 330 cm2
Luas Tarik Kotor, Agt = B x t = 20 cm x 6,0 cm = 120 cm2
Jumlah baut
Luas Geser Netto, Anv = Agv - ( Jumlah baris
−0,5 ) x d x t
b
16
= 330 cm - ( −0,5 ) x 3,0 cm x 6,0 cm = 267 cm
2 2
4
= 10 cm + ( 84 −1) x 15 = 25 cm
Lebar Block Shear (B) = 20 cm
Tebal Flens Profil (t) = 2 x 1 cm = 2 cm
Luas Geser Kotor, Agv = L x t = 25 cm x 2,0 cm = 50 cm2
Luas Tarik Kotor, Agt = B x t = 20 cm x 2,0 cm = 40 cm2
Jumlah baut
Luas Geser Netto, Anv = Agv - ( Jumlah baris
−0,5 ) x db x t
= 50 cm2 - ( 84 −0,5) x 3,0 cm x 2,0 cm = 41 cm2
øVd = ø x 2,4 x Db x tp x fu
= 0,75 x 2,4 x 3 cm x 4,0 cm x 5000 kg/cm2
= 108.000 kg
Maka digunakan kekuatan baut yang minimum yaitu kekuatan baut terhadap geser
sebesar 43.733,25 kg
Kebutuhan Jumlah Baut (n)
Vu 93.940
Jumlah Baut (n) = = = 2,14 Buah = 6 Buah
ØVd 43.733,25 kg
Penentuan Jarak Baut
Jarak Tepi Baut
3 db ≤ Jarak Tepi ≤ 15 tp atau 20 cm
3 x 3 cm ≤ Jarak Tepi ≤ 15 x 4,0 cm atau 20 cm
9 cm ≤ Jarak Tepi ≤ 60 cm atau 20 cm
Maka mengacu pada persyaratan tersebut diambil jarak tepi baut yaitu sebesar 10
cm.
Jarak Antar Baut
1,5 db ≤ Jarak Antar Baut ≤ (4 tp + 10 cm) atau 20 cm
1,5 x 3 cm ≤ Jarak Antar Baut ≤ (4 x 4,0 + 10) cm atau 20 cm
4,5 cm ≤ Jarak Antar Baut ≤ 26 cm atau 20 cm
Maka mengacu pada persyaratan tersebut diambil jarak tepi baut yaitu sebesar 10
cm.
Data-data Perencanaan :
Maka digunakan kekuatan baut minimum yaitu kekuatan baut terhadap geser sebesar
11754,394 kg
PERHITUNGAN ELASTOMER
(METODE -A, AASHTO LRFD BRIDGE DESIGN SPECIFICATION 4th EDITION
2007)
Truk
Jumlah lajur =3
Panjang Jembatan = 60 m
Jumlah truk 1 lajur = 60 m / 8 m = 7,5 truk
Total truk 1 jembatan = 21 truk
T = 500 kN x 21 buah
= 10500 kN
WL2 = 1/4T = 2625 kN (Menentukan)
3. Beban Angin Atas = 38,48 kN (Sub Bab 5.2 Beban Angin Bracing Atas)
4. Beban Angin Bawah = 25,3 kN (Sub Bab 5.3.1 Beban Angin Bracing
Bawah)
≥ 638860 mm2
S2 ≥ 638860 mm2
S ≥ 799,29 mm ≈ 800 mm
KONTROL :
Hrt ≥ 2∆s
208 ≥ 200 → OK!
6. Cek Rotasi
L 2 Өsx
σs ≥ 0,5 G. S( ) .
hri n
6,18964534 ≥ 3,33584 → OK!
W 2 Өsx
σs ≥ 0,5 G. S( ) .
hri n
6,18964534 ≥ 3,33584 → OK!
7. Cek Stabilitas
H ≤ L/3
230 mm ≤ 283,3333 mm → OK!
H ≤ W/3
230 mm ≤ 283,3333 mm → OK!
Kondisi fatik
2. hr −maks . σL
hs ≥
fth
hs ≥ 0,605
9. Resume
Sifat Fisik:
Mutu Pelat Baja (fy) = 240 Mpa
Mutu Elastomer (G) = 0,7 Mpa
Geometri:
Dimensi bantalan LxWxH = 850 x 850 x 230 mm
Tebal Cover atas = 4 mm
Tebal Cover bawah = 4 mm
Tebal lapisan internal = 20 mm
Jumlah lapisan = 10 buah
Tebal pelat baja = 2 mm
Jumlah lapisan pelat = 11 buah