Anda di halaman 1dari 108

BAB I

DATA PERENCANAAN

Jembatan yang akan direncanakan merupakan jenis jembatan rangka baja yang
memiliki beberapa paremeter-parameter perencanaan antara lain sebagai berikut:

1. Kelas jembatan merupakan 100% SNI 1725:2016.

2. Lokasi pembangunan jembatan adalah di Kota Surabaya.

3. Panjang total jembatan terdiri atas dua bentang yang terbagi atas:

 Bentang pertama merupakan jenis jembatan beton pratekan berpenampang “I” dengan
panjang bentang L1 = 30 m.

 Bentang kedua merupakan jenis jembatan rangka baja dengan panjang total adalah L2 =
60 m.

4. Jembatan rangka baja yang akan direncanakan memeiliki data-data perencanaan sebagai
berikut:

 Jumlah Segmen Jembatan = 12 Segmen

 Jarak Antar Segmen (λ) =5m

 Panjang Total Jembatan (L) = 5 m/ segmen x 12 segmen = 60 m

 Tipe Rangka = Rangka Batang Tertutup

 Letak Lantai Kendaraan = Di Bawah

 Tinggi Rangka = 7,5 m

 Lebar Ruang Bebas Jembatan =9m

 Lebar Trotoar =2x1m

 Tinggi Ruang Bebas Jembatan = ≥ 5,3 m

TUGAS BESAR PERANCANGAN JEMBATAN


9
5. Elevasi/ ketinggian di sekitar lokasi pembangunan jembatan adalah sebagai berikut:

 Elevasi Muka Tanah Asal = + 45.00 m

 Tinggi Bebas =3m

 Muka Air Tertinggi = +43,25 m

6. Data material yang digunakan sebagai bahan pembangunan jembatan adalah:

 Material Baja = Baja Mutu BJ-50

 Beton = Mutu f’c 35 Mpa

 Baja Tulangan = Baja Mutu fy 390 Mpa

7. Daerah di sekitar jembatan = Lahan Terbuka

8. Peraturan-peraturan yang digunakan dalam perencanaan antara lain:

 SNI 1725:2016, tentang “Pembebanan untuk Jembatan”

 SNI 2833:2013, tentang “Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Jembatan”

 RSNI T-03-2005, tentang “perencanaan Struktur Baja untuk Jembatan”

 RSNI-12-2004, tentang “Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan”

 Bridge Management System (BMS) 1992

9. Preliminary Design dari struktur jembatan rangka baja adalah sebagai berikut:

 Balok Memanjang = Profil WF 500.200.10.16

 Balok Melintang = Profil WF 900.300.16.28

 Rangka Atas = Profil WF 400.400.30.50

 Rangka Bawah = Profil WF 400.400.30.50

 Rangka Diagonal = Profil WF 400.400.20.35

TUGAS BESAR PERANCANGAN JEMBATAN


10
 Rangka Tegak = Profil WF 400.400.20.35

Ilustrasi dari jembatan rangka baja yang akan direncanakan dapat dilihat pada gambar 1.1.

TUGAS BESAR PERANCANGAN JEMBATAN


11
Gambar 1. 1 Ilustrasi Jembatan yang Akan Direncanakan
BAB II
PERENCANAAN LANTAI KENDARAAN

2.1. Perencanaan Tebal Lantai Kendaraan


2.1.1 Pelat Lantai

Gambar 2. 1 Pelat Lantai Pada Jembatan

Tebal minimum pelat lantai mengacu kepada RSNI T-12 2004 Pasal 5.5.2 Menyatakan
bahwa tebal pelat lantai harus diambil nilai terbesar dari persyaratan berikut:

 t ≥ 200 mm
 t ≥ (100 + 40L), dengan L adalah bentang pelat diukur dari pusat ke pusat gelagar
memanjang (dalam m). Dengan jarak antar gelagar memanjang = 1,65 m maka:
t ≥ (100 + 40L)
t ≥ (100 + 40 x 1,65 m)
t ≥ 166 mm

Mengacu pada persyaratan tersebut maka tebal minimum dari pelat beton diambil sebesar
200 mm. Direncanakan digunakan pelat beton setebal 200 mm. Pelat memiliki lebar 1650
mm dan panjang 5000 mm (sesuai dengan jarak atar gelagar melintang) sehingga:

5000 mm
Rasio Panjang Terhadap Lebar = = 3,03 → Pelat Satu Arah
1650 mm
2.1.2 Tebal Lapis Permukaan (Aspal) dan Tebal Trotoar
Tebal dari lapisan aspal adalah mengacu pada SNI 1725:2016 Pasal 7.3.1 disyaratkan
bahwa semua jembatan harus mampu memikul beban tambahan berupa aspal beton
setebal minimal 50 mm. Direncanakan untuk diambil tebal aspal sebesar 50 mm,
sedangkan tebal dari trotoar direncanakan diambil sebesar 250 mm.

2.2. Pembebanan Pelat Lantai


Beban-beban yang bekerja pada pelat lantai kendaraan terdiri atas beban mati akibat berat
sendiri pelat lantai, aspal dan bondeks, sedangkan untuk beban hidup mengacu pada SNI
1725:2016 Pasal 8.1 menyatakan bahwa untuk perencanaan pelat lantai kendaraan beban
hidup yang diperhitungkan adalah beban hidup akibat beban truk “T”. Beban-beban
rencanan tersebut harus dikalikan dengan suatu faktor beban di mana mengacu pada SNI
1725:2016 besarnya faktor beban tersebut adalah:
 γUMS Berat Sendiri Beton Cor di Tempat = 1,3 (SNI 1725:2016 Tabel 3)
 γUMS Berat Sendiri Aspal = 1,3 (SNI 1725:2016 Tabel 3)
 γUTT Beban Hidup Truk “T” (Beton) = 2 (SNI 1725:2016 Tabel 13)

2.2.1 Pembebanan Beban Mati


Besarnya beban mati yang dipikul oleh pelat lantai kendaraan adalah sebegai berikut:

 Beban Pelat Beton (q-beton) = Tebal Beton x γBeton x γUMS Beton x 1m


= 0.2 m x 2,32 ton/m3 x 1,3 x 1 m
= 0.603 ton/m

 Beban Aspal (q-Aspal) = Tebal Beton x γAspal x γUMS Aspal x 1m


= 0.050 m x 2,2 ton/m3 x 1,3 x 1m
= 0.143 ton/m

 Beban Bondex (q-Bondeks) = Berat Bondeks x γUMS Alumunium x 1m


= 10,1 kg/m2 x 1,1 x 1m
= 0,01 ton/m
2.2.2 Pembebanan Beban Hidup
Mengacu pada SNI 1725:2016 beban hidup yang diperhitungkan untuk perhitungan pelat
lantai adalah beban hidup truk “T”. Besarnya beban tersebut adalah sebagai berikut:

Beban Truk “T” yang digunakan adalah beban gandar belakang dari truk dimana
mengacu pada SNI 1725:2016 besarnya beban gandar belakang truk adalah 112,5 kN
yang dikalikan faktor beban γuTT dan mengacu pada SNI 1725:2016 pasal 8.6 beban truk
tersebut harus ditambah dengan Faktor Beban Dinamis (FBD) sebesar 0,3 sehingga
besarnya beban truk “T” adalah;

Beban Truk “T” = 11,25 ton x (1 + FBD) x γuTT


= 11,25 ton x (1 + 0,3) x 2
= 29,25 ton

2.3. Perhitungan Momen Pelat


Perhitungan momen akbibat beban mati pada pelat lantai untuk jenis pelat 1 arah
dilakukan dengan menggunakan cara pendekatan yaitu dengan mengacu pada SNI 2847-
2013 Pasal 8.3.3 dimana persyaratan-persyaratan berikut terlebih dahulu harus dipenuhi:

 Terdapat 2 bentang atau lebih


 Bentang-bentang mendekati sama, dengan batang yang lebih besar dari 2 bentang
yang bersebelaha tidak lebih besar dari bentang yang lebih pendek lebih dari 20%
 Beban terdistribusi merata
 Beban hidup tak terfaktor “L” tidak melebihi 3 kali beban mati tak terfaktor “D”
 Komponen Struktur adalah Prismatis

Mengacu pada persyaratan-persyaratan tersebut maka:

 Pelat lantai jembatan terdiri atas > 2 bentang → OK!


 Bentang pelat memiliki panjang yang seragam yaitu 1.65 → OK!
 Beban mati pelat merupakan beban terdistribusi merata → OK!
 Komponen struktur adalah prismatis → OK!

Pelat lantai rencana jembatan dari jembatan sudah memenuhi persyaratan-persyaratan


tersebut sehingga besarnya momen akibat beban mati pada pelat lantai jembatan dapat
dihitung dengan menggunakan pendekatan dari PBI. Pelat dimodelkan secara mekanika
sebagai berikut:

Gambar 2. 2 Model Mekanika Pembebanan

Gambar 2. 3 Besar Momen Pendekatan PBI

2.3.1 Perhitungan Momen Negatif (Tumpuan)


Akibat Beban Mati =1/10 x (q-Beton + q-Aspal) x (1,650 m)2
= 1/10 x (0,603 + 0,143) ton/m x (1,650 m)2
= 0.123 ton.m
Akibat Beban Hidup = 0,8 x Beban T x (1,650 m + 0,6)/10
= 0,8 x 29,25 ton x (1,650 + 0,6)/10
= 5,265 ton.m
Total Momen = 0,123 ton.m + 5,265 ton.m
= 5,388 ton.m

Dari hasil perhitungan yang sudah dilakukan maka didapatkan besarnya momen negatif
tumpuan adalah 5,388 ton.m sehingga penulangan pelat lantai pada daerah tumpuan
didasarkan pada momen tersebut.

2.3.2 Perhitungan Momen Positif (Lapangan)


Akibat Beban Mati =1/10 x (q-Beton + q-Aspal) x (1,650 m)2
= 1/10 x (0,603 + 0,143) ton/m x (1,650 m)2
= 0.123 ton.m
Akibat Beban Hidup = 0,8 x Beban T x (1,650 m + 0,6)/10
= 0,8 x 29,25 ton x (1,650 + 0,6)/10
= 5,265 ton.m
Total Momen = 0,123 ton.m + 5,625 ton.m
= 5,388 ton.m

Dari hasil perhitungan yang sudah dilakukan makan didapatkan besarnya momen positif
tumpuan adalah 5,388 ton.m sehingga penulangan pelat lantai pada daerah lapangan
didasarkan pada momen tersebut.

2.4 Perhitungan Penulangan Pelat Lantai


Perhitungan penulangan pelat lantai dilakukan dengan mengacu pada RSNI T-12 2004
dengan penulangan pelat dihitung untuk per 1 meter panjang pelat. Adapun parameter-
parameter perencanaan penulangan pelat lantai adalah sebagai berikut:
 Tebal Pelat Beton = 200 mm
 Mutu Beton (f’c) = 35 MPa
 Mutu Baja Tulangan (fy) = 390 Mpa
 Decking Beton = 25 mm
 β-1 untuk f’c ≤ 35 Mpa = 0,85
 Diameter Tulangan = 13 mm

 Tinggi Efektif (d) = Tebal Pelat – Decking – ½ Diameter Tulangan


= 200 mm – 25 mm – ½ x 13 mm
= 168,5 mm
f 'c 600
 ρb = 0,85 x β-1 x x( ) = 0,85 x 0,85 x 35 𝑀𝑃�/390 𝑀𝑃� x (
fy 600+ fy

600
) = 0,0393
600+ 390
√f'c 1,4 √ 35 MPa 1,4
 ρ-minimum = ≥ → ≥ (RSNI T-12 2004
4 fy fy 4 x 390 MPa 390
Ps. 5.1.1.5)
0,00379 ≥ 0,00359

Maka diambil nilai ρ-minimum adalah sebesar 0,00379

 ρ-maximum = 0,75 x ρb = 0,75 x 0,0393 = 0,0295 (RSNI T-12 2004 Ps. 5.1.1.6)
fy 390 MPa
 m= = = 13,109
0,85 x f ' c 0,85 x 35 MPa

2.4.1 Penulangan Daerah Tumpuan (Momen Negatif)


 Mu = 5,388 ton.m = 5.388.000 N.mm
Mu 5.388 .000 N . mm
 Mn-perlu = = = 6.735.000 N.mm → ø = 0,8 untuk
ø 0.8
lentur (RSNI T-12 2004 Ps.4.5.2)
Mn 6.735 .000 N . mm
 Rn = = = 0,237
bx d 2
1000 mm x (168,5 mm)2

 ρ-Perlu =
1
m
x ( √
1− 1−
2 m x Rn
fy ) =
1
13,109
x

(1− √1− 2.13,109390xMPa


0,237 MPa
)
= 0,00061
Syarat → ρ-minimum ≤ ρ-Perlu ≤ ρ-maximum
0,00379 > 0,00061
Maka digunakan nilai ρ-Perlu = ρ-minimum = 0,00379
 As-Perlu = ρ-Perlu x b x d
= 0,00379 x 1000 mm x 168,5 mm = 638,615 mm2
 Dengan diameter tulangan rencana adalah 12 mm maka kebutuhan jumlah tulangan
adalah:
2
As−Perlu 638,615 mm
Jumlah Tulangan (n) = π 2 = π = 4,813 ≈ 5
x diameter x 13 2
4 4
buah
1000 1000
 Jarak Antar Tulangan (s) = = = 250 mm
n−1 5−1
Mengacu pada SNI 2847-2013 Pasal 7.6.5 syarat jarak antar tulangan untuk pelat
lantai adalah sebagai berikut:
S-Max = 3 x Tebal Pelat atau 450 mm
= 3 x 200 mm atau 450 mm

= 600 mm atau 450 mm


S < S-Max → 250 mm < 450 mm → OK!
 As-Pasang = 5 x �/4 x diameter2
= 5 x �/4 x (13 mm)2 = 663,325 mm2
 Kontrol Kapasitas Penampang
As x fy 565,487 mm2 x 390 MPa
a= = = 7,413
0,85 f ' cx b 0,85 x 35 MPa x 1000 mm

a
øMn = 0,8 x As x fy x (� – )
2
7,413 mm
= 0,8 x 565,487 mm2 x 390 MPa x (168,5 𝑚𝑚 – )
2
= 29.074.837,56 N.mm > Mu = 5.388.000 N.mm → OK!

2.4.2 Penulangan Daerah Lapangan (Momen Positif)


Pada daerah lapangan (momen positif) kondisi tarik pada pelat lantai dipikul oleh
pemasangan bondeks namun jika kapasitas penampang bondeks tidak memenuhi momen
ultimate yang bekerja pada plat lantai kendaraam maka dilakukan perhitungan
penulangan pada umumnya. Berikut ini merupakan perhitungan kapasitas penampang
bondeks:

 Data perencanaan bondeks:


Digunakan bondeks jenis super floor deck
High-tensile steel JIS 3302 (570 N/mm2)
Luas penampang 1241 mm2

Gambar 2. 4 Sifat Penampang Bondeks (Brochure)

 Kontrol kapasitas penampang:

As x fy 1241 mm2 x 570 MPa


a = = = 23,777 mm
0,85 f ' cx b 0,85 x 35 MPa x 1000 mm
d = Tebal beton gelombang terdalam bondeks = 200 mm
a
Mn = As x fy x (d- )
2
23 mm
= 1241 mm2 x 570 MPa (200 mm – )
2
= 133.339.245 N.mm
øMn = 0,8 x Mn
= 0,8 x 133.339.245 N.mm
= 106.671.396 N.mm
øMn > Mu
106.671.396 N.mm > 5.388.000 N.mm → OK!
Kapasitas penampang bondeks lebih besar dari momen ultimate pelat lantai kendaraan
jembatan, maka tidak diperlukan lagi tulangan tambahan pada bagian momen positif
daerah lapangan.

2.5 Penulangan Susut dan Suhu


Mengacu pada SNI 2847-2013 Pasal 7.12.1 disebutkan bahwa untuk tulangan tegangan
susut dan suhu tegak lurus terhadap tulangan lentur harus disediakan pada slab yang hanya
ditulagi pada 1 arah saja (pelat 1 arah) dan dengan rasio luas tulangan terhadap luas
penampang bruto mengacu pada pasal 7.12.2.1 adalah minimal sebesar 0,0014 sehingga
direncanakan penulangan susut dan suhu sebagai berikut:

 ρ-Perlu = 0,0014
 Diameter Tul. Susut = 10 mm
 d-efektif = Tebal pelat – decking – Diameter Tulangan Utama – ½
Diameter
Tul Susut
= 200 mm – 25 mm – 12 mm – ½ x 10 mm
= 158 mm
 As-perlu = ρ-Perlu x b x d
= 0,0014 x 1000 mm x 158 mm
= 221,2 mm2
 Dengan diameter tulangan rencana adalah 10 mm maka kebutuhan jumlah tulangan
adakah:
2
As−Perlu 221,2 mm
Jumlah Tulangan (n) = π = π = 2,83 ≈ 3 buah
x diameter2 x 10 2
4 4
1000 1000
 Jarak Antar Tulangan (s) = = = 500 mm ≈ 450 mm
n−1 3−1
Mengacu pada SNI 2847-2013 Pasal 7.12.2.2 syarat jarak antar tulangan untuk
tulangan susut dan suhu adalah sebagai berikut:
S-max = 5 x Tebal Pelat atau 450 mm
= 5 x 200 mm atau 450 mm
= 1000 mm atau 450 mm
S < S-max → 450 mm ≤ 450 mm → OK!

2.6 Kontrol Terhadap Kekuatan Geser Pons

Mengacu pada RSNI T-12 2004 Pasal 5.6.1 bahwa kekuatan terhadap gaya geser ditinjau
terhadap garis keliling kritis yang serupa dengan batas dari luas efektif dari beban
terpusat yang terletak pada jarak separuh dari tinggi efektif pelat (d3/2). Gaya geser yang
terjadi pada pelat ditinjau sebagai akibat dari beban dari roda belakang truk yang mana
menurut SNI 1725:2016 Pasal 8.4.1 memiliki luasan 250 mm x 750 mm dengan beban
112,5 kN. Besarnya kuat geser pons dihitung dengan mengacu pada RSNI T-12 2004
Pasal 5.6.2 sebagai Berikut:

Gambar 2. 5 Ilustasi Gaya Geser Pons Pada Pelat Lantai

 Tebal Efektif (d) = 169 mm


 Gaya Geser (Pu) = 112,5 kN x (1 + FBD) x γuTT
= 112,5 kN x (1+ 0,3) x 2
= 292,5 kN
 Keliling Kritis (Ak) = (2 x d/2 + 250 mm + 2 x d/2 + 750 mm) x 2
169 mm 169 mm
= (2 x + 250 + 2 x + 750 mm) x 2
2 2
= 2567 mm
1
 Tegangan Geser (fcv) = √ fc '
6
1
= √ 35
6
= 0,986 MPa
 Vn = Ak x d x fcv
= 2567 mm x 169 mm x 0,986 MPa
= 442,746 kN
Pu < Vn → 292,5 kN < 442,746 kN → OK!

BAB III

PERENCANAAN GELAGAR MEMANJANG

3.1 Data Perencanaan Gelagar Memanjang


Gelagar memanjang pada struktur jembatan yang akan direncanakan memiliki data-data
perencanaan sebagai berikut:
 Tebal pelat Lantai Beton = 20 cm
 Tebal Aspal = 5 cm
 Jarak Antar Gelagar Memanjang (B) = 1,65 m
 Panjang Gelagar Memanjang (L) =5m
 Mutu Baja = BJ-50
 Kuat Leleh Baja (fy) = 2.900 kg/cm2
 Kuat Putus Baja (fu) = 5.000 kg/cm2
 Modulus Elastisitas Baja = 2.000.000 kg/cm2

Adapun dimensi awal rencana dari gelagar memanjang yang akan digunakan adalah
profil 500.200.10.16 dengan parameter penampang sebagai berikut:
 A = 114,2 cm  iy = 4,33 cm
 Ix = 47800 cm4
 W = 89,6 kg/m
 Iy = 2140 cm4
 h = 500 mm
 Sx = 1910 cm3
 bf = 200 mm
 Sy = 214 cm3
 tf = 16 mm
 Zx = 2096 cm3
 tw = 10 mm
 Zy = 332 cm3
 r = 20 mm
 ix = 20,5 cm
Maka perhitungan terhadap gelagar memanjang selanjutnya adalah didasarkan terhadap
profil WF 500.200.10.16
Gambar 3. 1 Ilustrasi Gelagar Memanjang
3.2 Pembebanan Balok Memanjang
3.2.1 Beban Mati
Pembebanan akibat beban mati yang beekrja pada gelagar memanjang adalah meliputi
beban dari pelat beton dan berat dari aspal yang dipikul oleh gelagar memanjang
ditambah dengan berat sendiri dari profil gelagar memanjang. Adapun besarnya faktor-
faktor beban terhadap beban-beban tersebut mengacu pada SNI 1725:2016 Tabel 3
mengenai faktor beban untuk berat sendiri adalah sebagai berikut:

 γUMS Berat Sendiri Beton Cor di Tempat = 1,30


 γUMS Berat Sendiri Aspal = 1,30
 γ MS Berat Sendiri Profil Baja
U
= 1,10

Maka besarnya beban yang dipikul oleh gelagar memanjang akibat beban mati adalah
dihitung sebagai berikut:
 Beban Pelat Beton (q beton) = γUMS Beton x Tebal Beton x B x ϒ Beton
= 1,3 x 0,2 m x 1,65 m x 2,4 ton/m3
= 1,030 ton/m
 Beban Aspal (q beton) = γUMS Aspal x Tebal Aspal x B x ϒ Aspal
= 1,3 x 0,05 m x 1,65 m x 2,2 ton/m3
= 0,236 ton/m
 Berat Sendiri Profil Baja = γUMS Baja x W
= 1,1 x 128 kg/m
= 140,8 kg/m ≈ 0,141 ton/m
 Beban Mati Total = (1,030 + 0,236 + 0,141) ton/m
= 1,407 ton/m
Dengan besarnya beban mati total (qD) sebesar 1,407 ton/m maka besarnya momen
maksimum dan gaya geser maksimum yang dipikul oleh gelagar memanjang adalah:
MU-D = 1/8 x qD x L2
= 1/8 x 1,407 ton/m x (5 m)2
= 4,396 ton.m
VU-D = 1/2 x qD x L
= 1/2 x 1,407 ton/m x 5 m
= 3,517 ton

3.2.2 Beban Hidup


Mengacu pada SNI 1725:2016, beban hidup yang bekerja pada elemen struktur jembatan
adalah terdiri atas beban lajur “D” dan beban truk “T” dimana mengacu pada SNI
1725:2016 Tabel 12 dan 13 faktor beban untuk beban tersebut adalah:

 γUTD Beban Lajur “D” untuk gelagar baja = 2,0


 γUTT Beban Lajur “T” untuk gelagar baja = 2,0

Besarnya beban akibat beban hidup adalah dipilih dari pengaruh yang terbesar antara
beban lajur “D” dan beban truk “T” dengan perhitungan sebagai berikut:

a. Akibat Beban Lajur “D”


 Beban Terbagi Rata (BTR)
Mengacu pada SNI 1725:2016 Pasal 8.3.1 besarnya intensitas dari BTR adalah
tergantung dari bentang total jembatan. Bentang total dari jembatan yang akan
direncanakan adalah 60 m sehingga intensitas dari BTR adalah:
LTotal = 60 m > 30 m
15
BTR (
= 9,0 0,5+
L ) kPa
15
(
= 9,0 0,5+
60 ) kPa
= 6,75 kPa ≈ 0,675 ton/m2
qL-BTR = γUTD x BTR x B
= 2 x 0,675 ton/m2 x 1,65 m
= 2,228 ton/m
Besarnya nilai qL-BTR mengacu pada Pasal 8.6 SNI 1725:2016 tidak perlu dikalikan
dengan faktor beban dinamis.

 Beban Garis Terpusat (BGT)

Mengacu pada SNI 1725:2016 Pasal 8.3.1 besarnya intensitas dari BGT adalah 49
kN/m dan ditempatkan pada arah melintang jembatan. BGT harus dikalikan dengan
faktor beban dinamis (FBD) yang besarnya ditentukan sesuai Pasal 8.6 SNI
1725:2016 dan merupakan fungsi dari panjang bentang dengan panjang bentang
total adalah 60 m maka besarnya FBD adalah 37,5%

Gambar 3. 2 Grafik Hubungan Nilai FBD dan Panjang Bentang

PL-BGT = 49 kN/m x (1+FBD) x γUTD x B


= 49 kN/m x (1+37,5%) x 2 x 1,65 m
= 222,34 kN ≈ 22,234 ton
 Momen dan Gaya Geser Akibat Beban Lajur “D”
Besarnya momen dan gaya geser maksimum yang terjadi akibat beban lajur “D”
merupakan hasil penjumlahan momen akibat BTR dan BGT sebagai berikut:

MU-L= 1/8 x qL-BTR x L2 + ¼ x PL-BGT x L


= 1/8 x 2,228 ton/m x (5m)2 + ¼ x 22,23 ton x 5 m

= 34,75 ton.m

VU-L = 1/2 x qL-BTR x L + 1/2 x PL-BGT

= 1/2 x 2,228 ton/m x 5m + 1/2 x 22,23 ton

= 16,685 ton

b. Akibat Beban Truk “T”


Besarnya beban truk yang diambil untuk perhitungan balok memanjang adalah beban
dari gandar belakang truk dengan intensitas 112,5 kN. Berdasarkan SNI 1725:2016
Pasal 8.6 beban truk tersebut harus dikalikan dengan FBD sebesar 0,3 dan faktor
beban untuk beban truk sebagai berikut:
PL-T = 112,5 kN x (1 + FBD) x γUTT
= 112,5 kN x (1 + 0,3) x 2
= 292,5 kN ≈ 29,25 ton
Besarnya momen maksimum dan gaya geser maksimum dari beban terpusat “T”
adalah dihitung sebagai berikut:

MU-L = ¼ x PL-T x L

= ¼ x 29,25 ton x 5 m

= 36,56 ton.m

VU-L = ½ x PL-T

= ½ x 29,25 ton

= 14,625 ton

Dari hasil perhitungan terhadap beban hidup didapatkan bahwa keduanya memberikan
pengaruh paling besar terhadap gelagar memanjang yaitu beban hidup “D” yang
terdiri atas BTR dan BGT dengan gaya geser maksimum sedangkan beban hidup “T”
dengan momen maksimum. Gaya-gaya yang dihasilkan adalah sebagai berikut:
 MU-L= 36,56 ton.m
 VU-L = 16,685 ton

Maka selanjutnya perhitungan beban hidup yang bekerja pada gelagar memanjang
akan didasarkan pada gaya-gaya tersebut.

3.2.3 Gaya Momen dan Gaya Geser Total


Gaya momen dan gaya geser total yang terjadi pada elemen gelagar memanjang adalah
penjumlahan dari momen maksimum dan gaya geser maksimum akibat beban mati dan
beban hidup yang dihitung sebagai berikut:

 MU = MU-D + MU-L
= 4,396 ton.m + 36,56 ton.m
= 40,956 ton.m
 VU = VU-D + VU-L
= 3,517 ton + 16,685 ton
= 20,202 ton
Dengan gaya-gaya maksimum yang sudah didapatkan akibat dari beban mati dan beban
hidup maka selanjutnya perhitungan kontrol kekuatan dari profil gelagar memanjang
akan didsarkan pada gaya-gaya tersebut.

3.3 Kontrol Kekuatan Profil Terhadap Momen


3.3.1 Kontrol Terhadap Tekuk Lokal
Perhitungan kuat momen nominal penampang terhadap tekuk lokal adalah mengacu pada
RSNI T-03 2005 Pasal 7.2 yang merupakan fungsi dari λ, λ p, dan λr dimana nilai λp dan λr
didapatkan dari tabel 4 pada RSNI T-03-2005 dan merupakan fungsi dari jenis
penampang profil. Perhitungan kontrol terhadap tekuk lokal adalah sebagai berikut:

 Kontrol Pelat Sayap

bf 20 cm
λ = = =6,25
2 tf 2 x 1,6 cm λp > λ → Penampang Kompak

170 170
λp = = =9,982
√ fy √ 290
 Kontrol Pelat Badan

λ = λp > λ → Penampang Kompak


h−2(tw +r ) 50 cm−2 ( 1+2 ) cm
= =44
tw 1 cm

1680 1680
λp = = =98,653
√ fy √ 290
Dari hasil kontrol terhadap pelat sayap dan pelat badan maka didapatkan bahwa
penampang termasuk penampang kompak, sehingga mengacu pada RSNI T-03 2005
Pasal 7.2.1 dan 7.2.3 besarnya momen nominal penampang adalah:
Mn = Mp ≤ 1,5 My
= Zx . fy ≤ 1,5 . Sx . fy
= 2096 cm3 . 2900 kg/cm2 ≤ 1,5 . 1910 cm3 . 2900 kg/cm2
= 6078400 kg.cm ≤ 8308500 kg.cm
Nilai Mn diambil sebesar 6078400 kg.cm ≈ 60784 kg.m
sehingga dengan nilai Mu = 40,956 ton.m ≈ 40956 kg.m maka:
øMn ≥ Mu
0,9 x 60784 kg.m ≥ 40956 kg.m
54705,6 kg.m ≥ 40956 kg.m → OK!

3.3.2 Kontrol Terhadap Tekuk Lateral


Perhitungan kuat momen nominal penampang terhadap tekuk lateral adalah mengacu
pada RSNI T-03 2005 Pasal 7.3 yang merupakan fungsi dari Lb, Lp, dan Lr dimana nilai
Lp dan Lr didapatkan dari tabel profil baja dan merupakan fungsi dari penampang profil.
Nilai Lb serta nilai Lp dan Lr untuk profil WF 500.300.11.18 adalah sebagai berikut:

 Lb = Panjang Bentang Tak Terkekang = 5 m = 500 cm


 Lp = 200,132 cm
 Lr = 565,460 cm

Lp <Lb <Lr → 200,132 cm < 500 cm < 565,460 cm → bentang menengah

Untuk balok yang termasuk pada bentang menengah maka mengacu pada RSNI T-03
2005 Pasal 7.3.4 besarnya momen nominal adalah dihitung sebagai berikut:

Lr−L
Mn = Cb ( Mr+(Mp−Mr ) Lr−Lp )≤ Mp
Mp = Zx . fy ≤ 1,5 Sx fy
= 2096 cm3 . 2900 kg/cm2 ≤ 1,5 . 1910 cm3 . 2900 kg/cm2

= 6078400 kg.cm ≤ 8308500 kg.cm

Mp = 60.785 kg.m

Mr = Sx (fy – fr)

= 1910 cm3 (2900 – 700) kg/cm2

= 4.202.000 kg.cm ≈ 42.020 kg.m

Mmax = Mu = Momen ½ bentang (MB) = 40956 kg.m

M1/4 Bentang (MA) = Vu x L/4 – (qD +qL-BTR) x L2/32

5m (5 m)2
= 20,202 ton x – (1,407 ton/m + 2,228 ton/m) x
4 32

= 22.414 kg.m

M3/4 Bentang (MC) = M1/4 Bentang = 22.414 kg.m

12,5 Mmax
Cb = ≤ 2,3
2,5 M max +3 MA + 4 MB+3 MC

12,5(40956)
= ≤ 2,3
2,5 ( 40956 ) +3 ( 22414 ) + 4 ( 40956 )+ 3(22414)

= 1,277 ≤2,3

Maka diambil Cb sebesar 1,277


Lr−L
Mn = Cb ( Mr+(Mp−Mr ) Lr−Lp )≤ Mp
565,460−500
= 1,277 (42.020+(60.785−42.020) 565,460−200,132 )≤ 60.785
= 57.953 kg.m > 60.785 kg.m

Maka diambil nilai Mn adalah sebesar 57.953 kg.m

øMn ≥ Mu

0,9 x 57.953 kg.m ≥ 40.956 kg.m

52.157,923 kg.m ≥ 40.956 kg.m → OK!

40.956 kg . m
Rasio = = 0,785 < 1 → OK!
52.157 kg . m

3.3.3 Kontrol Terhadap Gaya Geser


Perhitungan kuat geser nominal penampang mengacu pada RSNI T-03 2005 Pasal 7.8.2
dimana kuat geser nominal penampang merupakan fungsi dari perbandingan tinggi pelat
badan terhadap tebal pelat badan. Untuk profil WF 500.300.11.18 maka perbandingan
tinggi pelat badan terhadap tebal pelat badan adalah sebagai berikut:

h h−2(tw+ r) 500 mm−2 ( 10+20 ) mm


= = =44
tw tw 10 mm

Nilai h/tw tersebut harus di kontrol terhadap nilai berikut:

5
1,1
√ kn x E
fy
dengan Kn = 5+ a 2
( )
h
dimana nilai a = jarak pengaku lateral.

Pada gelagar memanjang tidak dipasang pengaku pada arah lateral sehingga nilai Kn
adalah sebesar 5, dengan nilai Kn tersebut maka:

1,1
√ kn x E
fy
= 1,1
√ 5 x 200.000 Mpa
290 MPa
= 64,59
h/tw < 1,1
√ kn x E
fy
→ 44 < 64,59 → maka kuat geser yang terjadi adalah geser plastis

Kontrol kapasitas penampang terhadap geser :

Vn = 0,6 x fy x Aw

= 0,6 x 2.900 kg/cm2 x (h-2(tf+r) . tw)

= 0,6 x 2.900 kg/cm2 x (50-2(1,6+2)cm . 1 cm)

= 74.472 kg

øVn = 0,9 x Vn

= 0,9 x 74.472 kg

= 67.024,8 kg ≈ 67,024 ton

øVn > Vu → 67,024 ton > 20,202 ton → OK!

3.3.4 Kontrol Terhadap Lendutan


Besarnya lendutan yang terjadi akibat beban layan mengacu pada RSNI T-03 2005 Pasal
4.7.2 disyaratkan tidak boleh melebihi nilai berikut:

L Gelagar 500 cm
∆izin = = =0,625 cm
800 800

Besarnya lendutan yang terjadi adalah diperhitungkan terhadap beban layan (tanpa faktor
beban). Besarnya lendutan yang terjadi pada gelagar memanjang adalah dihitung
terhadap beban hidup tanpa faktor beban sebagai berikut:

3
∆Total = 1 P L−T . λ
x
48 E . Ix
3
1 14625 kg .(500)
x
= 48 kg
2000000 2 . 47800 cm 4
cm

= 0,398 cm

∆Total ≤ ∆izin → 0,398 cm ≤ 0,625 cm → OK!

BAB IV
PERENCANAAN GELAGAR MELINTANG

4.1 Data Perencanaan Gelagar Melintang


Gelagar memanjang pada struktur jembatan yang akan direncanakan memiliki data-data
perencanaan sebagai berikut:

 Tebal pelat beton (d3) = 20 cm


 Tebal aspal (d4) = 5 cm
 Jarak antar gelagar (λ) =5m
 Jarak antar balok memanjang (l) = 1,65 m
 Lebar Kerb =1m
Adapun dimensi awal rencana dari gelagar melintang yang akan digunakan adalah profil
WF 900.300.16.28 dengan parameter penampang sebagai berikut:
A = 309,8 cm2 iy = 6,39 cm
W = 243 kg/m Ix = 411000 cm4
h = 900 mm Iy = 12600 cm4
bf = 300 mm Sx = 9140 cm3
tf = 28 mm Sy = 843 cm3
tw = 16 mm Zx = 10174 cm3
r = 28 mm Zy = 1314 cm3
ix = 36,4 cm
Maka perhitungan terhadap gelagar melintang selanjutnya adalah didasarkan terhadap
profil WF 900.300.16.28

4.2 Pembebanan
Faktor pembebanan
γUMS beton cor di tempat = 1,3 (SNI 1725:2016 Pasal 7.2 Tabel 3)
γUMS alumunium = 1,1 (SNI 1725:2016 Pasal 7.2 Tabel 3)
γUMS baja = 1,1 (SNI 1725:2016 Pasal 7.2 Tabel 3)
γUTD beban hidup BTR & BGT =2 (SNI 1725:2016 Pasal 8.3 Tabel 12)
γUTT beban hidup truk =2 (SNI 1725:2016 Pasal 8.4 Tabel 13)
γUDL beban pelaksanaan =1 (SNI 1725:2016 Pasal 7.5 Tabel 10)

4.2.1 Perhitungan Momen Akibat Beban Mati

a. Sebelum Komposit

Pada kondisi sebelum komposit, yaitu kondisi dimana beton yang di cor belum mengeras
dan menjadi satu kesatuan dengan gelagar melintang, besarnya beban-beban yang bekerja
adalah sebagai berikut:

kg
89,6 x 5 m
 Berat balok memanjang = qwf x λ
=
m
=271,515 kg /m
L 1,66
 Berat pelat beton = d3 x γbeton x λ x γUMS
= 0,2 m x 2400 kg/m3 x 5 m x 1,3
= 3120 kg/m
 Berat sendiri balok melintang = γUMS x w = 1,1 x 243 kg/m = 267,3 kg/m
 Berat bondex = 10,1 kg/m x λ x γUMS
= 10,1 kg/m x 1,1
= 11,11 kg/m
 Beban pelaksanaan = 200 kg/m
Total qD1 = 3869,93 kg/m
VD1 = ½ . qD . L = ½ . 3869,93 kg/m . 11 m = 21284,58 kg
MD1 = 1/8 . qD . L = 1/8 . 3869,93 kg/m. (11 m)2 = 58532,69 kg.m

b. Setelah Komposit
Gambar 4. 1 Ilustrasi Beban-beban Gelagar Melintang

 Berat aspal = d4 x γaspal x λ x γUMS


= 0,05 x 2245 kg/m3 x 5 m x 1,3
= 729,62 kg/m

 Berat kerb = h x γbeton x λ x γUMS


= 0,25 x 2320 kg/m3 x 5 m x 1,3
= 3770 kg/m
VD2 = ½ . [(q aspal x L aspal) + (q kerb x L kerb x n kerb)]
= ½ . [(729,62 kg/m x 9 m) + (3770 kg/m x 1 m x 2)]
= 7053,29 kg
MD2 = [(1/2 . VD2 . L) – (q kerb x L kerb) x (L kerb/2 + aspal/2)] – [1/2 x qaspal x Laspal)
= [(1/2 x 7053,29 kg x11 m) – (4524 kg/mx1 mx5 m)] – [1/2x729,62 kg/mx9]
= 12889,81 kg.m

4.2.2 Perhitungan Momen Akibat Beban Hidup


1. Akibat BTR dan BGT

Gambar 4. 2 Ilustrasi Beban BTR dan BGT pada Gelagar Melintang

 Beban hidup “D” BTR merata


L = 60 m > 30 m (SNI 1725:2016 Pasal 8.3.1) maka digunakan:
15
BTR (
= 9,0 0,5+
L ) kPa
15
(
= 9,0 0,5+
60 ) kPa
= 6,75 kPa ≈ 0,675 ton/m2
qL-BTR = γUTD x BTR x B
= 2 x 0,675 ton/m2 x 5 m = 6750 kg/m

 Beban hidup BGT merata


P = 49 kN (SNI 1725:2016 Pasal 8.3.1)
FBD = 40% (SNI 1725:2016 Pasal 8.6)
P’ = (1+FBD) x P x γUTD
= (1+0,4) x 49 x 2
= 137,2 kN/m ≈ 13990,5 kg/m
 Beban Total (BTR+BGT)
LL = qL-BTR + P’ = 6750 + 13990,5 = 20740,5 kg/m
RA = ½ . 20740,5 kg/m . 9 m = 93332,25 kg
ML1 = (1/2 . RA . LGELAGAR ) – [(LL x (LASPAL/2)) x (LASPAL/4)]
= (1/2 . 93332,25 . 11) – [20740,5 x 4,5 x 2,25]
= 303329,8135 kg.m

2. Akibat Beban “T” (SNI 1725:2016 Pasal 8.4.1)


Untuk L = 9000 mm (7500 mm < L < 10000 mm) maka direncanakan lajur lalu lintas
rencana dua arah tanpa median dengan jumlah lajur 3, masing-masing selebar 1/3 kali
lebar bersih jalan aspal (SNI 1725:2016 Pasal 8.2)

Gambar 4. 3 Ilustrasi Pembebanan Truk

 Jarak antara 2 roda truk dalam las = 1,75 m (SNI 1725:2016 Pasal 8.4.1)
 Beban roda truk “T” = 112,5 kN
 FBD = 30%
 T = 112,5 kN x (1 + FBD) x γUTT
= 112,5 (1+0,3) x 2
= 292,5 kN ≈ 29826,69 kg
 Beban Total
T = 29826,69 kg
1
RA = ∙T ∙(1,625+3,375+ 4,625+ 6,375+7,625+9,375)
11
1
= ∙ 29826,69 kg ∙(1,625+3,375+4,625+6,375+ 7,625+ 9,375)
11
= 89480,07 kg
9 9
ML2 = RA (1+ ¿ –T.
2 2
= 89480,07 kg . 5,5 m – 29826,69 kg . 4,5 m
= 357920,28 kg.m

4.2.3 Perhitungan Gaya Geser


 Gaya geser akibat beban hidup

Mengacu pada SNI 1725:2016 Pasal 8.3.3 gaya geser maksimum diperoleh dengan
BTR+BGT sebesar 100% pada seluruh balok (tidak termasuk parapet, kerb, dan
trotoar) sehingga:

Gaya geser maksimum RA=RB


BTR = qL-BTR = 6750 kg/m
BGT = P’ = 13990,5 kg/m
RA = R B
= ½. (qL-BTR+ P’) . L
= ½ . (6750+13990,5) . 9
= 93332,25 kg
 Gaya geser akibat beban mati
VD1 = 24278,76 kg
 Gaya geser total
VU = 93332,25 + 24278,76 = 117611,01 kg

4.3 Kontrol Profil


4.3.1 Kontrol Geser
h 900
= =56,25
tw 16 h
λp > → Plastis
tw
1100 1100
λp= = =64,59
√ fy √ 290
Vn = 0,6 . fy. Aw
= 0,6 . 2900 kg/cm2 . (78,8 cm . 1,6 cm)
= 219379,2 kg
Vu = 117611,01 kg
øVn ≥ Vu → 0,9 . 219379,2 ≥ 117611,01 → 197442,28 kg ≥ 117611,01 → OK!

4.3.2 Kontrol Lendutan


Menghitung Lendutan Dengan Metode Integrasi Ganda

∑MB = 0
9
RA . 11 – q . 9 . ( +1 ¿ = 0
2
RA = 4,5q

Persamaan momen pada titik sejarak x dari A adalah:


Mx = RA . x – ½ . q . (x-1)2
= 4,5q . x – 0,5 . q . (x2-2x-1)
= 4,5q x – 0,5q x2 + q x + 0,5q
Mx = EI . d2y/dx2 = 0,5q + 5,5q x – 0,5q x2

Integral pertama → gaya lintang


EI . dy/dx = 0,5q x + 5,5/2q x2 – 0,5/3q x3 + C1 = 0,5q x + 2,75q x2 – 0,167q x3 + C1

Integral kedua → deformasi


EI . y = 0,5/2q x2 + 2,75/3q x3 – 0,167/4qx4 +C1 x +C2
= 0,25q x2 + 0,917q x3 – 0,042q x4 + C1 x +C2
Syarat Batas 1 : Gaya lintang = nol ketika M maksimum, karena M maksimum terletak
di tengah bentang maka x = L/2 = 11/2 = 5,5 m
EI. dy/dx = 0,5q x + 2,75q x2 – 0,167q x3 + C1
1 = 0,5q(5,5) + 2,75q(5,5)2 – 0,167q(5,5)3 + C1

C1 = -58,152q

Syarat Batas 2 : Deformasi = nol terjadi pada titik x=0 m


EI . y = 0,25q x2 + 0,917q x3 – 0,042q x4 + C1 x +C2
0 = 0 + 0 – 0 + 0 + C2
C2 =0

∆ Maks terjadi di bentang L/2 = 5,5 m


EI . y = 0,25q x2 + 0,917q x3 – 0,042q x4 + C1 x +C2
= 0,252(5,5)2 + 0,917q(5,5)3 – 0,042q (5,5)4 -58,152q(5,5) + 0
= 63,543q
E = 2.000.000 kg/cm2
Ix = 411.000 cm4
EI = 8,22 x 1011 kg.cm2 = 8,22 x 107 kg.m2

Lendutan yang terjadi harus diambil nilai yang terbesar dari:


 Lendutan akibat beban hidup truk
 Lendutan akibat BTR+BGT

Beban-beban tersebut dihitung tanpa mempertimbangkan faktor beban


Beban hidup akibat truk (T)
T = 112,5 (1+0,3) = 146,25 kN = 14913 kg/m
Beban hidup “D” BTR+BGT
BTR = q1 = 6750 kg/m
BGT = P’ = P (1+FBD) = 49 kN/m (1+0,4) = 6995,25 kg/m
BTR+BGT = 13745,25 kg/m
EI . y =63,543q
Maka, lendutan yang terjadi y = 63,543q/EI

Untuk q = beban truk → y = 62,543 . 14913 kg/m / 8,22 x 107 kg.m2 = 0,0117 m
Untuk q = beban BTR+BGT → y = 62,543 . 6995,25 kg/m / 8,22 x 107 kg.m2 = 0,0053 m

Lendutan ijin ∆ = L/800 = 0,014 m

Dari hasil perhitungan, baik lendutan akibat T maupun BGT+BTR lebih kecil dari lendutan
ijin, dengan demikian syarat lendutan telah terpenuhi.

4.3.3 Kontrol Momen


a. Sebelum Komposit
Kontrol Kekompakkan Penampang (SNI 1729:2002 Tabel 7.5.1)

 Kontrol Pelat Sayap

λ =
λp > λ → Penampang Kompak
bf 30 cm
= =5,36
2 tf 2 x 2,8 cm

170 170
λp = = =9,982
√ fy √ 290
 Kontrol Pelat Badan

λ =
λp > λ → Penampang Kompak
h 90 cm
= =56,25
tw 1,6 cm

1680 1680
λp = = =98,653
√ fy √ 290
Penampang kompak maka Mn=Mp (SNI 1729:2002 Pasal 8.2.3)

Cek Kategori Bentang Balok


Lb = 165 cm
Lp = 295,345 cm
Lr = 833,893 cm
Lb < Lp → Bentang Pendek (SNI 1729:2002 Pasal 8.3.3)
Mp = Zx . fy = 10174 cm3 .
2900 kg/cm2 = 29504600
kg.cm = 295046 kg.m
Mn = 295046 kg.m
Mu = MD1 sebelum komposit = 58532,69 kg.m
M U 58532,69
Rasio = = =0,198<1 → OK!
Mn 295046

c. Setelah Komposit
Diasumsikan balok yang dihitung merupakan balok eksterior
 Cek Kriteria Penampang
h 90 cm
λ = = =56,25
tw 1,6 cm
1680 1680 λp > λ → Penampang Kompak
λp = = =98,653
√ fy √ 290
Kapasitas momen penampang
dianalisa dengan distribusi tegangan plastis
 Lebar efektif (Be) pada lantai yang membentang pada masing-masing dari sumbu
balok tidak boleh melebihi: (SNI 1729:2002 Pasal 12.4.1)
a. 1/8 bentang = 1/8 (11000) = 1375 mm
b. ½ jarak antar gelagar = ½ (5000) = 2500 mm
c. Jarak ke tepi pelat = 5000 mm

Maka digunakan Be = 1375 mm → Ac = Be . tb = 137,5 cm . 20 cm = 2750 cm2

 Gaya Tekan Beton (C)


C merupakan nilai terkecil dari:
C1 = As . fy = 309,8 cm2 . 2900 kg/cm2 = 898420 kg
C2 = 0,85 . f’c . Ac = 0,85 . 350 kg/cm2 . 2750 cm2 = 818125 kg
C = nilai terkecil dari C1 dan C2 = 818125 kg
 Jarak-jarak centroid gaya-gaya yang bekerja:
C 818125
a= = =20 cm
0,85. f c . be 0,85 .350 . 137,5
'

Maka, garis netral jatuh di pelat beton


hr = tinggi gelombang bondex = 53 mm (brosur terlampir)
d1 = hr + tb – a/2 = 53 + 200 – 200/2 = 153 mm
d2 = 0 → profil baja tidak mengalami tekan
d3 = h/2 = 900/2 = 450 mm

 Momen Nominal (Mn)


Mn = C (d1+d2) + Py (d3-d2)
C = 818125 kg
Py = As . fy = 898420 kg
Mn = 818125 (153+0) + 898420 (450-0) = 529462125 kg.mm = 529462,125 kg.m
 Momen ultimate (Mu)
Mu = MD1+MD2 + ML MAKS
= 58532,69 kg.m + 12889,81 + 357920,28
= 429342,78 kg.m
 Cek Kapasitas
Ø Mn > Mu
0,85 . 529462,125 kg.m > 429342,78 kg.m
450042,8063 kg.m > 429342,78 kg.m → OK!

4.4 Perhitungan Shear Connector


Direncanakan menggunakan shear connector diameter 25 mm dengan mutu BJ50
 Menentukan jumlah Shear-Connector (stud) yang dipakai:
d = 25 mm
π 2 2
Asc = d =490,625 mm
4
Fu = 410 Mpa
Qn = 0,5 . Asc. (fc’ . Ec)0,5 ≤ Asc . fu
= 0,5 . 490,625 . (35 . 4700 . 350,5) 0,5 ≤ 490,625 mm2 . 500 Mpa
= 242002,382 N ≤ 245312,5 N → OK!
 Cek koefisien reduksi rs karena pengaruh pelat
hr = 53 mm → Hs = (hr + 40)mm = 93 mm
wr = 200 mm (1/2 gelombang bondex/ brosur terlampir)
Nr = 1 (dipasang 1 stud pada setiap gelombang)
Maka:
Qn = Qn . rs = 242002,382 N
Vh =C = 818125 kg = 8023065 N
Vh 8023065
Banyaknya stud: N = = =33 buah
Qn 242002,382
Jumlah Shear-Connector Stud yang dibutuhkan sepanjang bentang balok = 2N = 2 x 33
buah = 66 buah
Jika pada setiap gelombang deck dipasang 1 stud, maka jumlah stud sepanjang balok =

L 11000
= =27,5 ≈28 buah
2 wr 2(200)

BAB V

PERENCANAAN IKATAN ANGIN

5.1 Perhitungan Beban Angin pada Struktur


Berdasarkan SNI 1725-2016 Pasal 9.6.1, tekanan angin yang ditentukan
disebabkan oleh angin rencana dengan kecepatan dasar (VB) sebesar 90 hingga 126
km/jam. Beban angin harus diasumsikan terdistribusi secara merata pada permukaan
yang terekspos oleh angin. Luas area yang diperhitungkan adalah luas area dari semua
komponen, termasuk system lantai dan railing yang diambil tegak lurus terhadap arah
angin.

Untuk jembatan dengan elevasi lebih tinggi dari 10000 mm di atas permukaan
tanah atau permukaan air, kecepatan angina rencana V DZ, Harus dihitung dengan
persamaan berikut:

VDZ = 2,5 V0 (V10/VB) ln (Z/Zo)

Keterangan:

VDZ adalah kecepatan angin rencana pada elevasi rencana, Z (km/jam)

V10 adalah kecepatan angin pada elevai 10000 mm di atas permukaan atau di atas
permukaan air rencana (km/jam)

V10 adalah kecepatan angin rencana yaitu 90 hingga 126 km/jam pada elevasi 10000 mm

Z adalah elevasi struktur diukur dari permukaan tanah dari permukaan air dimana beban
angin dihitung (Z > 10000 mm)

V0 adalah kecepatan gesekan angin, yang merupakan karakteristik meteorology,


sebagaimana ditentukan dalam tabel 28 SNI 1725-2016, untuk berbagai macam tipe
permukaan di hulu jembatan (km/jam). V0 dapat diperoleh dari:

 Grafik kecepatan angina dasar untuk berbagai periode ulang,


 Survei angin pada lokasi jembatan, dan
 Jika tidak ada data yang lebih baik, perencana dapat mengasumsikan bahwa V10 = VB

Z0 adalah panjang gesekan di hulu jembatan, yang merupakan karakteristik meteorology,


ditentukan pada tabel 3.1.

Berdasarkan keterangan-keterangan diatas, ditentukan :


 VB = 120 km/jam
 V0 = 13,2 km/jam
 Z0 = 70 x 10-3 m
 V10 = VB
Gambar 5. 1 Perencanaan Rangka Jembatan
Berdasarkan gambar perencanaan, elevasi struktur Z diukur dari permukaan air adalah 10500
mm untuk bagian atas jembatan dan 3000 mm untuk bagian bawah jembatan sehingga:

a. Untuk Bagian Atas Jembatan


VDZ = 2,5 V0 ( V10/VB) ln (Z/Z0)
VDZ = 2,5 13,2 ( 120/120) ln (10,50 m / (70 x 10-3)) = 165,35 Km/jam

b. Untuk Bagian Bawah Jembatan


VDZ = 2,5 V0 ( V10/VB) ln (Z/Z0)
VDZ = 2,5 13,2 ( 120/120) ln (3 m / (70 x 10-3)) = 124,01 Km/jam

Setelah kecepatan angina rencana diperoleh, selanjutnya dihitung beban angin yang terjadi
pada struktur (EWS). Beban angina pada struktur dihitung dengan formula berikut:

EWS = PD x h x 30%

Dimana :

PD = Tekanan angin rencana (MPa)


H = Ketinggian struktur
Perlu diperhatikan bahwa PD merupakan beban area yang membebani struktur pada luasan
yang dibatasi oleh rangka-rangka terluar. Berasarkan SNI RSNI T 02-2005, 30% merupakan
perkiraan beban angin yang mengenai keseluruhan rangka-rangka struktur.

Gambar 5. 2 Perencanaan Rangka Utama Jembatan

Tekanan angin rencana :


PD = PB (VDZ / VB)2
Dimana :

VDZ = 165,35 km/jam (Atas) dan 124,01 km/jam (Bawah)


VB = 120 km/jam
PB = Tekanan angin dasar yang ditentukan berdasarkan tabel 29 SNI 1725-2016.

Besar PB merupakan penjumlahan angin tekan dan angin hisap.

PB = 0,0024 MPa + 0,0012 MPa = 0,0036 MPa

Maka,

c. Untuk Bagian Atas Jebatan


PD = PB (VDZ / VB)2
PD = 0,0036 (165,35 / 120)2 = 6,84 x 10-3 MPa

d. Untuk Bagian Bawah Jebatan


PD = PB (VDZ / VB)2
PD = 0,0036 (124,01 / 120)2 = 3,85 x 10-3 MPa
Dengan demikian, didapatkan nilai beban yang angin yang menganai struktur sebesar:

e. Untuk Bagian Atas Jembatan


EWS = PD x h x 30%
= 6,84 x 10-3 x 7500 x 30%
= 15,39 N/mm ≈ 15,39 kN/m

f. Untuk Bagian Bawah Jembatan


EWS = PD x h x 30%
= 3,85 x 10-3 x 7500 x 30%
= 8,66 N/mm ≈ 8,66 kN/m

Mengacu pada SNI 1725-2016 Pasal 9.6.1.1. menyatakan bahwa besar beban angin minimum
harus diambil sebesar 4,4 kN/m. Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa besar beban angin
adalah lebih besar dari 4,4 kN/m sehingga digunakan besar beban angin hasil perhitungan.

5.2 Perhitungan Ikatan Angin Atas


Jembatan didesain tertutup sehingga pada bagian atas dan bawah struktur terdapat
ikatan angin. Beban angina EWS yang terjadi akan didistribusikan ke ikatan-ikatan
angin tersebut secara proposional. Beban angin EWs yang diterima ikatan angin atas
dihitung sebagai berikut:

Gambar 5. 3Perencanaan Ikatan Angin Atas


Dengan:

A = Jumlah segman atas,


B = Jumlah segmen bawah,
C = Total segmen,
λ = Panjang tiap segmen, 5 m

Beban angin pada join-join di ikatan angin atas, EWJ = WA dihitung sebagai berikut:

WA = EWS x (A/C) x λ
= 15,39 kN/m x (12/24) x 5 m
= 38,48 kN

Reaksi tumpuan, R
ΣW = Total semua beban beban pada join
= (WA x w) + (WA/2 x 2)
= (38,48 x 11) + (38,48/2 x 2)
= 461,76 kN

R1 = R2 = ΣW / 2 = 423,225 / 2 = 230,88 kN

5.2.1 Gaya-gaya batang


Gaya batang diperhitungkan pada bagian-bagian yang menerima beban angin maksimum
sebagai berikut:

Gambar 5. 4 Pemodelan Gaya Batang Ikatan Angin Atas


a. Mencari S2 dan S5 (Ritter)

Σ Ma = -S5 x 11,45 – WA/2 x 5 + R1 x 5


1 = -S5 x 11,45 – 19,24 x 5 + 230,88 x 5
11,45 S5 = 1058,2 kNm
S5 = 92,42 kN (Tarik)

ΣMb = S2 x 11,45 + R1 x 5 - WA/2 x 5


= S2 x 11,45 + 230,88 x 5 – 19,24 x 5
11,45S2 = -1058,2 kNm
S2 = -92,42 kN (Tekan)
b. Mencari S1 dan S4 (Titik Buhul)
ΣH = 0
S4 cos Ө + S5 = 0
S4 cos 48,867° + 92,42= 0
−92,42
S4 =
cos 48,867
= - 140,497 kN (Tekan)

ΣV = 0
S4 sin Ө + S1 + R1 = 0
(-140,497) sin 48,867° + S1 + R1 = 0
S1 = - 125,060 kN (Tekan)

c. Mencari S2 dan S3 (Titik Buhul)

ΣV = 0
-WA/2 – S1 – S3 x sin 48,867° = 0
-19,24 – 125,060 – S3 x sin 48,867° = 0
S3 = -191,586 kN (Tekan)

ΣH =0
S2 + S3 x cos 48,867 = 0
S2 + 191,586 x cos 48,867° = 0
S2 = - 126,027 kN (Tekan)

d. Mencari S8 dan S9 (Ritter)

Σ Mc = 0
230,88 x 10 – S9 x 11,45 – 19,24 x 10 – 38,48 x 5 + S8 x 11,45 = 0
S9 = 168,05 kN (Tarik)
Σ Md = 0
230,88 x 10 – 19,24 x 10 – 38,48 x 5 + S8 x 11,45 = 0
S8 = -168,035 (Tekan)

e. Mencari S7 dan S11 (Titik Buhul)

ΣH =0
S11 x cos 48,867° + S9 – S5 = 0
S11 x cos 48,867° + 168,035 – 92,42 = 0
S11 = -114,950 kN (Tekan)

ΣV =0
S7 + S11 sin 48,867° = 0
S7 + (-114,950 x sin 48,867°) = 0
S7 = 86,578 kN (Tarik)

f. Mencari S10 dan S6 (Titik Buhul)

ΣH =0
S8 + S10 – S3 = 0
-168,035 + S10 x cos 48,867° + 91,586 = 0
S10 = 35,802 kN (Tarik)

ΣV =0
-38,48 – S6 – S10 x sin 48,867° = 0
-38,48 – S6 – 35,802 x sin 48,867° = 0
S6 = -65,445 kN (Tekan)

5.2.2. Kontrol Profil


5.2.2.1 Kontrol Batang Tarik
Panjang ikatan angin atas (L) = 6,26 m. Direncanakan dimensi profil ikatan
menggunakan profil L 120.120.8 dengan data sebagai berikut :

W = 14,7 kg/m Ix = 258 cm4 Diameter baut = 12 mm


A = 18,7 cm2 Iy = 258 cm4 Luas baut (Ab) = 1,131 cm2
B = 12 cm ix = 3,71 cm Diameter Lubang = 12 mm + 1,5 mm = 13,5 mm
H = 12 cm iy = 3,71 cm Beban ultimate (Pu) = gaya aksial batang S10
t = 0,8 cm = 35,802 kN

a. Kontrol Kelangsingan
lk 626
λmaks = = = 168,73 < 300 → OK!
i 3,71
b. Kontrol Kekuatan Leleh (SNI 1729:2002 Pasal 10.1)
ØPn = Ø fy x Ag
= 0,9 x 2900 x 18,7
= 48807 kg ≈ 488,1 kN
c. Kekuatan Geser
Jumlah bidang geser, n = 1 , dan kekuatan baut (Rn) diambil yang terkecil dari:
Kuat geser
Rn = n x 0,5 x fub x Ab
= 1 x 0,5 x 8250 kg/cm2 x 1,131 cm2 = 4665,37 kg = 46,65 kN

Kuat tumpu
Rn = 2,4 x (Ø baut + 1,5) x fu x tp
= 2,4 x (1,2 + 0,15) cm x 5000 kg/cm2 x 0,5 cm = 81 kN
Maka nilai Rn diambil nilai terkecil yaitu akibat kekuatan geser baut sebesar 46,65 kN

Jumlah baut (n)


n = Pu / Rn = 35,862 kN / 46,65 = 0,767 → pakai 3 buah (atas-bawah)

Jarak baut dan panjang sambungan


Jarak tepi
Jarak tepi min : 3 x Ø baut = 3 x 12 mm = 36 mm
Jarak tepi maks : 15 x tebal pelat = 15 x 5 mm = 75 mm
Maka digunakan jarak baut pakai sebesar 75 mm
Jarak antar baut
Jarak baut min : 1,5 x Ø baut = 1,5 x 12 mm = 18 mm
Jarak baut maks : 4 x tebal pelat + 100 mm = 120 mm atau 200 mm
Maka digunakan jarak baut pakau sebesar 50 mm
Panjang sambungan
Jarak baut x (n-1) + jarak tepi = 50 x (3-1) + 75 = 175

d. Kontrol Kekuatan Putus


ØPn = Ø x fu x Ae
Ø = 0,75
Ølubang = Øbaut + 1,5 mm = 13,5 mm
An1 = Ag – n x Ølubang x t
= 1870 – 1 x 13,5 x 8
= 1762 mm2
An2 = Ag – n x Ølubang x t + Σ

2
S xt
4xu
= 1870 – 2 x 13,5 x 8 +

2
25 x 8
4 x 40
= 1685,25 mm2 (menentukan)
Ae = An . U
= 1685,25 x (1− Lx )
3,71
= 1685,25 x ( 1 - )
10
= 1060 mm2 = 10,6 cm2

Ø Pn = Ø x fu x Ae
= 0,75 x 5000 kg/cm2 x 10,6 cm2
= 39750 kg = 397,5 kN

e. Kontrol Block Shear


Agt = 2 x 40 x 8 = 640 mm2
Ant = 2 x (40 – ½ x 13,5) x 8 = 532 mm2
Agv = [ ( 50+50+50 ) + ( 75+50+50 ) x 8 ] = 2600 mm2
Amv = ((150 – 2,5 x 13,5) + (175 – 2,5 x 13,5) x 8 = 2060 mm2
→ fu x Ant = 4100 x 5,32 = 21812 kg
→ 0,6fu x Anv = 0,6 x 4100 x 20,6 = 50676 kg
Karena fu x Ant < 0,6fu x Anv ; maka digunakan rumus berikut:
⸫ Ø Pn ≥ Pu
397,5 kN ≥ 35,862 kN → OK!

5.2.2.2 Kontrol Batang Tekan


Perencanaan batang tekan sama dengan perencanaan batang tarik pada sub bab
sebelumnya.
Pu = S3 = -191,586 → Batang Tekan

a. Kontrol Penampang
Sayap
bf 120
= = 7,5
2 tf 2x8
250 250 bf
λr = = = < λr → 14,68
√ fy √290 2 tf
Kompak
Badan
h 102
= = 12,75
tw 8 h
665 665 < λr → Kompak
λr = = = tw 39,05
√ fy √290
Penampang kompak → OK!

b.Kelangsingan Komponen Struktur


lk 626
λ= = = 168,73 < 200 → OK! (SNI 1729:2002 Pasal 7.6.4)
i 3,71
λc =
π
λ

λc ≥ 1,2 → Maka ω
fy '
E
=
199,46
π √ 390
200.000
= 1,25 x λc2
= 2,8

= 1,25 x 2,82
= 9,8
fy
ØPn = ØAg x
ω
= 0,85 x 18,7 x 3900 / 9,8
= 6325,56 kg ≈ 632,55 Kn

⸫ ØPn ≥ Pu

632,55 kN ≥ 191,586 kN → OK!

5.3 Perhitungan Ikatan Angin Bawah

Gambar 5. 5 Perencanaan Ikatan Angin Bawah

5.3.1 Beban Angin pada Bracing Bawah


Pada sub bab 5.1 telah dihitung beban angina (EWs) sebesar 8,66 kN/m. Karena
tipe jembatan rangka baja merupakan jembata rangka dengan lantai kendaraan di
bawah, maka hal tersebut akan membuat ikatan angin bawah selain memikul beban
angin yang bekerja pada struktur tetepi juga memikul beban angin yang bekerja pada
kendaraan.

Mengacu pada SNI 1725-2016 Pasal 9.6.1.1 maka besarnya beban angina
kendaraan yang bekerja pada kendaraan ditentukan sebesar 1,46 kN/m. Sehingga
dengan jumlah segmen rangka bawah adalah 12 buah, dan total jumlah segmen rangka
atas dan rangka bawah adalah 20 buah, maka didapatkan beban angin per joint (WA)
sebagai berikut:
a. EW total = Beban angin rangka (bawah) + Beban Angin Kendaraan
= 8,66 kN/m + 1,46 kN/m
= 10,12 kN/m

EW joint = 12/24 x EW total x λ


= ½ x 10,12 kN/m x 5 m
= 25,3 kN

EW joint ujung = ½ x 25,3 kN = 12,65 kN

b. Reaksi tumpuan = R1 = R13


= ½ x ( EW joint x 11 + EW joint ujung x 2)
= ½ x (25,3kN x 11 + 12,65 kN x 2)
= 151,8 kN

5.3.2 Gaya-gaya Batang


Gaya batang diperhitungkan pada bagian-bagian yang menerima beban angin maksimum
sebagai berikut:

Gambar 5. 6 Pemodelan Gaya Batang Ikatan Angin Bawah


a. Mencari S1 dan S5

ΣV = 0
S1 + 151,8 kN = 0
S1 = -151,83 kN (Tekan)

ΣH = 0
S5 =0

b. Mencari S2 dan S3

ΣV = 0
-S1 – 12,65 – S3 x sin 66,41 = 0
151,8 – 12,65 – S3 x sin 66,41 = 0
S3 = 151,83 kN (Tarik)

ΣH = 0
S2 + S3 x cos 66,41 = 0
S2 + 151,838 x cos 66,41 = 0
S2 = -60,764 kN (Tekan)

5.3.3 Perencanaan Dimensi Profil Ikatan Angin Bawah


5.3.3.1 Kontrol Batang Tarik
Panjang ikatan angin (L) = 5,98 m. Direncanakan dimensi profil ikatan menggunakan
profil L 120.120.8, dengan data sebagai berikut :

W = 14,7 kg/m Ix = 258 cm4 Diameter baut = 12 mm


A = 18,7 cm2 Iy = 258 cm4 Luas baut (Ab) = 1,131 cm2
B = 12 cm ix = 3,71 cm Diameter Lubang = 12 mm + 1,5 mm
H = 12 cm iy = 3,71 cm Beban ultimate (Pu) = gaya aksial batang S3
T = 0,8 cm = 151,83 kN

a. Kontrol Kelangsingan
lk 598
λmaks = = = 161,19 < 300 → OK!
i 3,71
b. Kontrol Kekuatan Leleh (SNI 1729:2002 Pasal 10.1)
ØPn = Ø fy x Ag
= 0,9 x 2900 x 18,7
= 48807 kg ≈ 488,1 kN
c. Kekuatan Geser
Jumlah bidang geser, n = 1 dan kekuatan baut (Rn) diambil yang terkecil dari:
Kuat geser
Rn = n x 0,5 x fub x Ab
= 1 x 0,5 x 8250 kg/cm2 x 1,131 cm2 = 4665,37 kg = 46,65 kN

Kuat tumpu
Rn = 2,4 x (Ø baut + 1,5) x fu x tp
= 2,4 x (1,2 + 0,15) cm x 5000 kg/cm2 x 0,5 cm = 81 kN
Maka nilai Rn diambil nilai terkecil yaitu akibat kekuatan geser baut sebesar 46,65 kN

Jumlah baut (n)


n = Pu / Rn = 151,83 kN / 46,65 = 3,25 → pakai 3 buah (atas-bawah)

Jarak baut dan panjang sambungan

Jarak tepi
Jarak tepi min : 3 x Ø baut = 3 x 12 mm = 36 mm
Jarak tepi maks : 15 x tebal pelat = 15 x 5 mm = 75 mm
Maka digunakan jarak baut pakai sebesar 75 mm
Jarak antar baut
Jarak baut min : 1,5 x Ø baut = 1,5 x 12 mm = 18 mm
Jarak baut maks : 4 x tebal pelat + 100 mm = 120 mm atau 200 mm
Maka digunakan jarak baut pakau sebesar 50 mm
Panjang sambungan
Jarak baut x (n-1) + jarak tepi = 50 x (3-1) + 75 = 175

d. Kontrol Kekuatan Putus


Ø Pn = Ø x fu x Ae
Ø = 0,75
Ølubang = Øbaut + 1,5 mm = 13,5 mm
An1 = Ag – n Ølubang x t
= 1870 – 1 x 13,5 x 8
= 1762 mm2
An2 = Ag – n x Ølubang x t + Σ

S2 x t
4xu
= 1870 – 2 x 13,5 x 8 +

25 2 x 8
4 x 40
= 1685,25 mm2 (menentukan)

Ae = An . U
x
= 1685,25 x ( 1 - )
L
3,71
= 1685,25 x ( 1 - ) = 1060 mm2 = 10,6 cm2
10
Ø Pn = Ø x fu x Ae
= 0,75 x 5000 kg/cm2 x 10,6 cm2
= 39750 kg ≈ 397,5 kN

e. Kontrol Block Shear


Agt = 2 x 40 x 8 = 640 mm2
Ant = 2 x (40 – ½ x 13,5) x 8 = 532 mm2
Agv = [ ( 50+50+50 ) + ( 75+50+50 ) x 8 ] = 2600 mm2
Amv = ((150 – 2,5 x 13,5) + (175 – 2,5 x 13,5) x 8 = 2060 mm2

→ fu x Ant = 5000 x 5,32 = 26600 kg


→ 0,6fu x Anv = 0,6 x 5000 x 20,6 = 61800 kg
Karena fu x Ant < 0,6fu x Anv ; maka digunakan rumus berikut:

⸫ Ø Pn ≥ Pu
397,5 kN ≥ 151,83 kN → OK!

5.3.3.2 Kontrol Batang Tekan


Perencanaan batang tekan sama dengan perencanaan batang tarik pada sub bab
sebelumnya.
Pu = S4 = -151,83 → Batang Tekan

a. Kontrol Penampang
Sayap
bf 120
= = 7,5
2 tf 2x8
250 250 bf
λr = = = < λr → 14,68
√ fy √290 2 tf
Kompak
Badan
h 102
= = 12,75
tw 8 h
665 665 < λr → Kompak
λr = = = tw 39,05
√ fy √290
Penampang kompak → OK!

b. Kelangsingan Komponen Struktur


lk 598
λ= = = 1611,185 < 200 → OK! (SNI 1729:2002 Pasal 7.6.4)
i 3,71
λc =
π
λ

fy '
E
=
199,46
π
λc ≥ 1,2 → Maka ω = 1,25 x λc2
√ 390
200.000
= 2,8
= 1,25 x 2,82
= 9,8
fy
ØPn = ØAg x
ω
= 0,85 x 18,7 x 3900 / 9,8
= 6325,56 kg ≈ 632,55 kN

⸫ ØPn ≥ Pu

632,55 kN ≥ 151,83 kN → OK!


BAB VI
PERENCANAAN RANGKA UTAMA

6.1 Data Perencanaan Profil Rangka Utama


Pada perencanaan rangka utama perhitungan hanya dilakukan pada batang-batang yang
menerima gaya-gaya maksimum yaitu pada batang a7, b7, d7, dan t7. Perencanaan profil
rangka utama terlihat seperti gambar dibawah ini.

Gambar 6. 1 Rencana Profil Rangka Utama

a. Profil Rangka Atas H400.600.30.30 Build Up Section


d = 400 mm Iy = 108076,5 cm4
b = 600 mm Sx = 6665,3 cm3
tf = 30 mm Sy = 3602,55 cm3
tw = 30 mm Zx = 7527 cm3
W = 362,57 kg/m Zy = 5476,5 cm3
A = 462 cm2 ix = 16,99 cm
Ix = 133306 cm4 iy = 15,30 cm

b. Profil Rangka Bawah H400.600.30.30 Build Up Section

d = 400 mm Iy = 108076,5 cm4


b = 600 mm Sx = 6665,3 cm3
tf = 30 mm Sy = 3602,55 cm3
tw = 30 mm Zx = 7527 cm3
W = 362,57 kg/m Zy = 5476,5 cm3
A = 462 cm2 ix = 16,99 cm
Ix = 133306 cm4 iy = 15,30 cm

c. Profil Rangka Diagonal H400.520.10.10 Build Up Section

d = 400 mm Iy = 23437,83 cm4


b = 520 mm Sx = 2206,37 cm3
tf = 10 mm Sy = 901,45 cm3
tw = 10 mm Zx = 2389 cm3
W = 111,47 kg/m Zy = 1361,5 cm3
2
A = 142 cm ix = 17,63 cm
Ix = 44127,33 cm4 iy = 12,85 cm
d. Profil Rangka Tegak H 400.400.12.25 Build Up Section

d = 400 mm Iy = 26671,71 cm4


b = 400 mm Sx = 3735,21 cm3
tf = 25 mm Sy = 1333,59 cm3
tw = 15 mm Zx = 4117,5 cm3
W = 189,97 kg/m Zy = 2012,6 cm3
A = 242 cm2 ix = 17,56 cm
Ix = 74704,17 cm4 iy = 10,49 cm

6.2 Perhitungan Pembebanan Akibat Beban Mati


a. Beban mati sebelum komposit pada gelagar melintang
P1 = 21284,58 kg
b. Beban mati setelah komposit pada gelagar melintang
P2 = 7053,29 kg
c. Beban mati rangka utama
 Rangka atas = 362,67 kg/m x 5 m x 1,1 = 1994,685 kg
 Rangka bawah = 362,67 kg/m x 5 m x 1,1 = 1994,685 kg
 Rangka diagonal = 111,47 kg/m x 9 m x 1,1 = 1103,553 kg
 Rangka tegak = 189,97 kg/m x 7,5 m x 1,1 = 1567,253 kg
 Sambungan = 10% x total berat profil = 640,889 kg +
P3 = 7326,193 kg

d. Beban mati ikatan angin atas


 Gelagar melintang = 65,7 kg/m x 5,5 m x 1,1 = 397,485 kg
 Ikatan angin atas = 14,7 kg/m x 6,26 m x 1,1 = 101,224 kg
 Sambungan = 10% x total berat profil = 49,87 kg +
P4 = 548,58 kg
e. Beban mati ikatan angin bawah
 Ikatan angin bawah = 14,7 kg/m x 5,65 m x 1,1 = 91,36 kg
 Sambungan = 10% x total berat profil = 9,136 kg +
P5 = 100,49 kg
f. Gaya Dalam yang Bekerja
Total beban yang bekerja pada setiap simpul dalam :
P = P1+P2+P3+P4+P5
= 21284,58 kg + 7326,19 kg + 7049,787 kg + 548,58 kg + 100,49 kg
= 36313,14 kg ≈ 363,13 kN
Reaksi tumpuan yang bekerja :
RA+RB = 11 P + 2 x ½ P ; dengan RA = RB
2 RA = 12 P
RA =6P
RA = 6 (363,13 kN) = 2178,78 Kn

6.3 Perhitungan Gaya Batang Akibat Beban Mati


a. Mencari gaya batang a7 dan b7 dengan metode ritter

 ∑Mo = 0
P (5+10+15+20) + ½ P (25) – RB (25) + b7 (7,5) = 0
363,13 (50) + ½ (363,13) (25) – 2178,78 (25) + b7 (7,5) = 0
b7 = 4236,53 kN (tarik)

 ∑MP = 0
-a7 (7,5) + P (5+10+15+20+25) + ½ P (30) – RB (30) = 0
-7,5 a7 + 363,13 (75) + ½ (363,13) (30) – 2178,78 (30) = 0
a7 = -4357,58 kN (tekan)

b. Mencari gaya batang t7 dengan metode ritter

∑Mo = 0
-½ P (35) – P (30+25+20+15+10+5) + t7 (5) – b7 (7,5) + RA (35) = 0
-½ (363,13) (35) – 363,13 (105) + 5 t7 – 4236,53 (7,5) + 2178,78 (35) = 0
t7 = 0

c. Mencari gaya batang d7 dengan metode titik buhul

∑V = 0
t7 + d7 sin 56,31 – P = 0
0 + d7 sin 56,31 = 363,13
360,37
d7 = =436,43 kN (tarik)
sin56,31

6.4 Perhitungan Pembebanan Akibat Beban Hidup


6.4.1 Perhitungan Garis Pengaruh

Gambar 6. 2 Ilustrasi Rangka Batang yang Ditinjau

Beban P sebesar 1 satuan berjarak x dari titik A menyebabkan reaksi perletakkan A dan B
berubah-ubah sesuai dengan jarak P pada titik A untuk RA dan RB dicari dengan cara :
∑ MB = 0 → RA(12λ) – 1(12λ-x) = 0
12λ RA = 12λ-x ; dimana 12λ = L
x
RA = 1 - satuan
L

∑ MA = 0 → -RB(L) + 1(x) = 0
x
RB = satuan
L

Berikut ini analisa garis pengaruh setiap batang yang dilalui potongan I-I yaitu batang
A7, B7, D7, dan T7.

Batang A7
Selama beban P satu satuan bergerak di kanan V, bagian yang ditinjau adalah potongan
kiri di bagian AU. Dengan melihat sisi kiri potongan I-I dan menerapkan keseimbangan
momen di titik U.
∑ MU = 0 → RA(6λ) + A7(h) = 0
−R A (6 λ)
A7 = ; dimana pada titik U RA = 0,5 satuan
h
Maka :
−R A (6 λ)
A7 =
h
−0,5 ( 6 . 5 )
=
7,5
= -2 satuan (tekan)
Selama beban P satu satuan bergerak di kiri U, bagian yang ditinjau adalah potongan
kanan di bagian VB. Dengan melihat sisi kanan potongan I-I dan menerapkan
keseimbangan momen di titik U.
∑ MU = 0 → -RB(6λ) – A7(h) = 0
−R B (6 λ)
A7 = ; dimana pada titik U RB = 0,5 satuan
h
Maka :
−R B (6 λ)
A7 =
h
−0,5 ( 6 . 5 )
=
7,5
= -2 satuan (tekan)
Maka batang A7 ditinjau sebagai batang tekan, dengan besar setiap garis pengaruh
menggunakan perbandingan segitiga.

Batang B7
Selama beban P satu satuan bergerak di kanan V, bagian yang ditinjau adalah potongan
kiri di bagian AU. Dengan melihat sisi kiri potongan I-I dan menerapkan keseimbangan
momen di titik J.
∑ MJ = 0 → RA(7λ) – B7(h) = 0
R A (7 λ)
B7 = ; dimana pada titik J RA = 0,416 satuan
h

Maka :
R A (7 λ)
B7 =
h
−0,416 ( 7 . 5 )
=
7,5
= 1,94 satuan (tarik)
Selama beban P satu satuan bergerak di kiri U, bagian yang ditinjau adalah potongan
kanan di bagian VB. Dengan melihat sisi kanan potongan I-I dan menerapkan
keseimbangan momen di titik J.
∑ MJ = 0 → -RB(5λ) – B7(h) = 0
R B (5 λ)
B7 = ; dimana pada titik J RB = 0,583 satuan
h
Maka :
R B (5 λ)
B7 =
h
0,583 ( 5 . 5 )
=
7,5
= 1,943 satuan (tarik)
Maka batang B7 ditinjau sebagai batang tarik, dengan besar setiap garis pengaruh
menggunakan perbandingan segitiga.

Batang D7

Selama beban P satu satuan bergerak di kanan V, bagian yang ditinjau adalah potongan
kiri di bagian AU. Dengan melihat sisi kiri potongan I-I dan menerapkan keseimbangan
gaya vertikal.
∑ V= 0 di U → RA + D7 sin 56,31 = 0
−R A
D7 = ; dimana pada titik U RA = 0,5 satuan
sin56,31
Maka :
−R A
D7 =
sin56,31
−0,5
=
0,832
= -0,6 satuan (tekan)

Selama beban P satu satuan bergerak di kiri U, bagian yang ditinjau adalah potongan
kanan di bagian VB. Dengan melihat sisi kanan potongan I-I dan menerapkan
keseimbangan gaya vertikal.

∑ V = 0 di J → RB – D7 sin 56,31 = 0
RB
D7 = ; dimana pada titik J RB = 0,583 satuan
sin56,31
Maka :
RB
B7 =
sin56,31
0,583
= = 0,7 satuan (tarik)
0,832
Maka batang D7 ditinjau sebagai batang tarik dan tekan, dengan besar setiap garis
pengaruh menggunakan perbandingan segitiga.

Batang T7

Untuk mendapatkan garis pengaruh batang T 7 analisa gaya batang yang dilakukan adalah
dengan menggunakan metode titik simpul di U. Dengan demikian, beban P sebesar satu
satuan hanya mempengaruhi batang T7 selama beban tersebut berada di bentang TUV
saja. Pada bentang yang lainnya gaya batang tersebut bernilai nol.
6.4.2 Gambar Garis Pengaruh

Gambar 6. 3 Garis Pengaruh Batang A7 dan B7


Gambar 6. 4 Garis Pengaruh Batang D7 dan T7
6.4.3 Perhitungan Beban Hidup
Setelah diketahui garis pengaruh dari beban bergerak terhadap batang-batang yang
ditinjau yaitu A7, B7, D7, dan T7 maka besarnya gaya batang akibat beban hidup dapat
ditentukan. Beban hidup yang bekerja pada struktur jembatan:

 Beban “D” BGT (P-BGT) = ½ x [49 kN/m x (1+FBD) x Ljalan x γUTD]


= ½ x [49 kN/m x (1+0,4) x 9 m x 2]
= 617,4 kN
 Beban “D” BTR (q-BTR) = ½ x [6,6 kN/m2 x λ x Ljalan x γUTD]
= ½ x [6,6 kN/m2 x 5 m x 9 m x 2]
= 297 kN
 Beban Pejalan Kaki (q-BTR) = ½ x [5 kN/m2 x λ x Ltrotoar x 2]
= ½ x [5 kN/m2 x 5 m x 1 m x 2]
= 25 kN

Dengan beban tersebut maka besarnya gaya yang dipikul oleh batang tinjauan yaitu:
1
 Gaya batang A7 = [P-BGT x y6] + [(q-BTR+ q-BTR) x ∑y ]
11
= [617,4 x (-2)] + [(297 + 25) x (-10,992)]
= -4774,22 kN (tekan)
1
 Gaya batang B7 = [P-BGT x y7] + [(q-BTR+ q-BTR) x ∑y ]
11
= [617,4 x 1,94] + [(297 + 25) x 11,664]
= 4953,56 kN (tarik)
1
 Gaya batang D7 (-) = [P-BGT x y6] + [(q-BTR+ q-BTR) x ∑y ]
6
= [617,4 x (-0,6)] + [(297 + 25) x (-2,1)]
= -1046,64 kN (tekan)
7
 Gaya batang D7 (+) = [P-BGT x y7] + [(q-BTR+ q-BTR) x ∑y ]
11
= [617,4 x 0,7] + [(297 + 25) x 2,1]
= 1108,10 kN (tarik)
 Gaya batang T7 = [P-BGT x y1] + [(q-BTR+ q-BTR) x y1]
= [617,4 x (-1)] + [(297 + 25) x (-1)]
= -939,4 kN (tekan)

Gaya-gaya tersebut kemudian di jumlahkan dengan gaya batang yang terjadi akibat
beban mati sehingga didapatkan gaya yang dipikul oleh batang A 7, B7, D7, dan T7 sebagai
berikut:

Tabel 6. 1 Gaya-gaya Batang yang Terjadi Akibat Beban Hidup dan Beban Mati
Gaya Aksial Batang (kN)
Jenis Beban
A7 B7 D7 (-) D7 (+) T7 (-)
Beban Mati -4357,58 4236,53 436,43 436,43 0,00
Beban Hidup -4774,22 4953,56 -1046,64 1108,10 -939,40
Total -9131,80 9190,09 -610,21 1544,53 -939,40

6.5 Perhitungan Dimensi Rangka Utama


6.5.1 Rangka Utama Atas A7 (Perencanaan Komponen Tekan)
a. Data Perencanaan
Profil Rangka Atas H400.600.30.30 Build Up Section :
d = 400 mm Iy = 108076,5 cm4
b = 600 mm Sx = 6665,3 cm3
tf = 30 mm Sy = 3602,55 cm3
tw = 30 mm Zx = 7527 cm3
W = 362,57 kg/m Zy = 5476,5 cm3
A = 462 cm2 ix = 16,99 cm
Ix = 133306 cm4 iy = 15,30 cm
Gaya Batang Maksimum yang Bekerja :
Nu= -9131,79 kN
b. Kontrol Kelangsingan Penampang
Mengacu pada RSNI T-03-2005 Pasal 6.1 besarnya kelangsingan maksimum (λ- Max) dari
batang yang menerima gaya aksial tekan harus kurang dari 140.
L 500 cm
λ= = =32,573 < λ-Max = 140 → OK!
iy 15,30 cm
c. Kontrol Kekuatan Penampang
Sambungan dari rangka batang dianggap tidak memikul momen sehingga diasumsikan
rangka batang tertumpu secara sendi-sendi pada kedua ujungnya. Mengacu pada RSNI T-
03-2005 Pasal 6.2 kuat tekan penampang diitung sebagai berikut :
Lk = Kc x L ; dimana Kc = 1 untuk tumpuan sendi-sendi
= 1 x 500 cm
= 500 cm
λc =
Lk
√ fy
=
500 cm

290 MPa
iy x π E 15,3 cm x π 200000 MPa
=0,395
Mengacu pada RSNI T-03-2005 Pasal 6.2 untuk λc < 1,5 maka kuat nominal penampang
adalah dihitung sebagai berikut:
Nu = 9131,79 kN
2

øNn = 0,75 x 0,66 λc x Ag x fy


2

= 0,75 x 0,660,395 x 462 cm2 x 2900 kg/cm2


= 941828,16 kg ≈ 9418,28 kN
øNn > Nu → 9418,28 kN > 9131,79 kN → OK!
Nu 9131,79
Interaksi = = =0,970<1 → OK!
øNn 9418,28

6.5.2 Rangka Utama Bawah B7 (Perencanaan Komponen Tarik)


a. Data Perencanaan
Profil Rangka Atas H400.600.30.30 Build Up Section :
d = 400 mm Iy = 108076,5 cm4
b = 600 mm Sx = 6665,3 cm3
tf = 30 mm Sy = 3602,55 cm3
tw = 30 mm Zx = 7527 cm3
W = 362,67 kg/m Zy = 5476,5 cm3
2
A = 462 cm ix = 16,99 cm
4
Ix = 133306 cm iy = 15,30 cm
Gaya Batang Maksimum yang Bekerja :
Nu= 9190,093 kN
b. Kontrol Kuat Tarik Leleh
Mengacu pada RSNI T-03-2005 Pasal 5.1 besarnya kuat tarik leleh penampang adalah
dihitung menggunakan persamaan berikut:
øNn = 0,9 x Ag x fy
= 0,9 x 462 cm2 x 2900 kg/cm2
= 1205820 kg ≈ 12058,2 kN
Maka didapat besarnya kuat tarik leleh penampang adalah 12058,2 kN

c. Kontrol Kuat Tarik Putus


Mengacu pada RSNI T-03-2005 Pasal 5.1 besarnya kuat tarik putus penampang adalah
dihitung sebagai berikut (asumsi luas penampang bersih akibat adanya baut diasumsikan
sebesar 75% dari luas penampang dan faktor reduksi (U) diambil sebesar 0,9):
A-Netto = 75% x Ag
= 75% x 462 cm2
= 346,5 cm2
U = 0,9
Ae = A-Netto x U
= 346,5 cm2 x 0,9
= 311,85 cm2
øNn = 0,75 x Ae x fu
= 0,75 x 311,85 x 5000 kg/cm2
= 1169437,5 kg ≈ 11694,375 kN
Maka didapat besarnya kuat tarik putus penampang adalah 11694,375 kN
(menentukan)
Nu = 9190,093 kN
øNn = 11694,375 kN
øNn > Nu → 11694,375 kN > 9507,166 kN → OK!
Nu 9190,093
Interaksi = = =0,786< 1 → OK!
øNn 11694,375

6.5.3 Perencanaan Rangka Diagonal D7 (Perencanaan Komponen Tarik dan Tekan)


a. Data Perencanaan
Profil Rangka Diagonal H400.520.10.10 Build Up Section
d = 400 mm Iy = 23437,83 cm4
b = 520 mm Sx = 2206,37 cm3
tf = 10 mm Sy = 901,45 cm3
tw = 10 mm Zx = 2389 cm3
W = 111,47 kg/m Zy = 1361,5 cm3
A = 142 cm2 ix = 17,63 cm
Ix = 44127,33 cm4 iy = 12,85 cm
Gaya Batang Maksimum yang Bekerja :
Nu (-) = -610,21 kN
Nu (+) = 1544,53 kN
b. Kontrol Kelangsingan Penampang
Mengacu pada RSNI T-03-2005 Pasal 6.1 besarnya kelangsingan maksimum (λ- Max) dari
batang yang menerima gaya aksial tekan harus kurang dari 140.
L 900 cm
λ= = =70,04 < λ-Max = 140 → OK!
iy 12,85 cm
c. Kontrol Kekuatan Penampang
Sambungan dari rangka batang dianggap tidak memikul momen sehingga diasumsikan
rangka batang tertumpu secara sendi-sendi pada kedua ujungnya. Mengacu pada RSNI T-
03-2005 Pasal 6.2 kuat tekan penampang diitung sebagai berikut :
Lk = Kc x L ; dimana Kc = 1 untuk tumpuan sendi-sendi
= 1 x 900 cm
= 900 cm
λc =
Lk
√ fy
=
900 cm

290 MPa
iy x π E 12,85 cm x π 200000 MPa
=0,849
Mengacu pada RSNI T-03-2005 Pasal 6.2 untuk λc < 1,5 maka kuat nominal penampang
adalah dihitung sebagai berikut:
Nu = 610,211 kN
2

øNn = 0,75 x 0,66 λc x Ag x fy


2

= 0,75 x 0,660,849 x 142 cm2 x 2900 kg/cm2


= 228926 kg ≈ 2289,26 kN
øNn > Nu → 2289,26 kN > 610,211 kN → OK!
Nu 610,211
Interaksi = = =0,267<1 → OK!
øNn 2289,26
d. Kontrol Kuat Tarik Leleh
Mengacu pada RSNI T-03-2005 Pasal 5.1 besarnya kuat tarik leleh penampang adalah
dihitung menggunakan persamaan berikut:
øNn = 0,9 x Ag x fy
= 0,9 x 142 cm2 x 2900 kg/cm2
= 370620 kg ≈ 3706,20 kN
Maka didapat besarnya kuat tarik leleh penampang adalah 3706,20 kN
e. Kontrol Kuat Tarik Putus
Mengacu pada RSNI T-03-2005 Pasal 5.1 besarnya kuat tarik putus penampang adalah
dihitung sebagai berikut (asumsi luas penampang bersih akibat adanya baut diasumsikan
sebesar 75% dari luas penampang dan faktor reduksi (U) diambil sebesar 0,9):

A-Netto = 75% x Ag
= 75% x 142 cm2
= 106,5 cm2
U = 0,9
Ae = A-Netto x U
= 106,5 cm2 x 0,9
= 95,85 cm2
øNn = 0,75 x Ae x fu
= 0,75 x 95,85 cm2 x 5000 kg/cm2
= 359437,5 kg ≈ 3594,38 kN
Maka didapat besarnya kuat tarik putus penampang adalah 3594,38 kN (menentukan)
Nu = 1544,53 kN
øNn = 3594,38 kN
øNn > Nu → 3594,38 kN > 1541,21 kN → OK!

6.5.4 Rangka Utama Tegak T7 (Perencanaan Komponen Tekan)


a. Data Perencanaan
Profil Rangka Tegak H 400.400.12.25 Built Up Section
d = 400 mm Iy = 26671,71 cm4
b = 400 mm Sx = 3735,21 cm3
tf = 25 mm Sy = 1333,59 cm3
tw = 15 mm Zx = 4117,5 cm3
W = 189,97 kg/m Zy = 2012,6 cm3
A = 242 cm2 ix = 17,56 cm
Ix = 74704,17 cm4 iy = 10,49 cm
Gaya Batang Maksimum yang Bekerja :
Nu= -939,4 kN
b. Kontrol Kelangsingan Penampang
Mengacu pada RSNI T-03-2005 Pasal 6.1 besarnya kelangsingan maksimum (λ- Max) dari
batang yang menerima gaya aksial tekan harus kurang dari 140.
L 750 cm
λ= = =71,49 < λ-Max = 140 → OK!
iy 10,49 cm

c. Kontrol Kekuatan Penampang

Sambungan dari rangka batang dianggap tidak memikul momen sehingga diasumsikan
rangka batang tertumpu secara sendi-sendi pada kedua ujungnya. Mengacu pada RSNI T-
03-2005 Pasal 6.2 kuat tekan penampang diitung sebagai berikut :
Lk = Kc x L ; dimana Kc = 1 untuk tumpuan sendi-sendi
= 1 x 750 cm
= 750 cm
λc =
Lk
√ fy
=
750 cm
√ 290 MPa
iy x π E 10,,49 cm x π 200000 MPa
=0,866
Mengacu pada RSNI T-03-2005 Pasal 6.2 untuk λc < 1,5 maka kuat nominal penampang
adalah dihitung sebagai berikut:
Nu = 939,4 kN
2

øNn = 0,75 x 0,66 λc x Ag x fy


2

= 0,75 x 0,660,887 x 203,2 cm2 x 2900 kg/cm2


= 318717,36 kg ≈ 3187,42 kN
øNn > Nu → 3187,42 kN > 939,4 kN → OK!

Nu 939,4
Interaksi = = =0,244<1 → OK!
øNn 3187,42

6.6 Perhitungan Defleksi Rangka Utama dengan Program Bantu SAP2000

6.6.1 Defleksi Akibat Beban Hidup


Beban-beban yang diperhitungkan pada defleksi akibat beban hidup tanpa faktor beban
yaitu:
 Beban “D” BGT (P-BGT) = ½ x [49 kN/m x (1+FBD) x Ljalan]

= ½ x [49 kN/m x (1+0,4) x 9 m]


= 308,7 kN

 Beban “D” BTR (q-BTR) = ½ x [6,6 kN/m2 x λ x Ljalan]

= ½ x [6,6 kN/m2 x 5 m x 9 m]
= 148,5 kN

 Beban Pejalan Kaki (q-BTR) = ½ x [5 kN/m2 x λ x Ltrotoar]

= ½ x [5 kN/m2 x 5 m x 1 m]
= 12,5 kN

 V1 = Beban “D” BTR + Beban Pejalan Kaki

= 148,5 kN + 12,5 kN
= 161 kN

 V2 = Beban “D” BGT

= 308,7 kN
Gambar 6. 5 Model Pembebanan Akibat Beban Hidup

Output SAP2000

Gambar 6. 6 Defleksi Akibat Beban Hidup

∆1 =0 ∆7 = 0,049 m ∆13 =0
∆2 = 0,013 m ∆8 = 0,047 m
∆3 = 0,024 m ∆9 = 0,042 m
∆4 = 0,034 m ∆10 = 0,034 m
∆5 = 0,042 m ∆11 = 0,024 m
∆6 = 0,047 m ∆12 = 0,013 m

Kontrol Defleksi
L 5000
Syarat batas lendutan : = =6,25 cm
800 800
Kontrol : ∆ < ∆’ → 0,049 m < 0,0625 m → OK!

6.6.2 Defleksi Akibat Beban Mati


Beban-beban yang diperhitungkan pada defleksi akibat beban mati tanpa faktor beban
yaitu:
a. Beban mati sebelum komposit pada gelagar melintang

P1 = 14577,75 kg
b. Beban mati setelah komposit pada gelagar melintang
P2 = 5425,63 kg

c. Beban mati rangka utama

 Rangka atas = 362,67 kg/m x 5 m = 1813,35 kg

 Rangka bawah = 362,67 kg/m x 5 m = 1813,35 kg

 Rangka diagonal = 111,47 kg/m x 9 m = 1003,23 kg

 Rangka tegak = 189,97 kg/m x 7,5 m = 1424,775 kg

 Sambungan = 10% x total berat profil = 605,471 kg +

P3 = 6660,17 kg

d. Beban mati ikatan angin atas

 Gelagar melintang = 65,7 kg/m x 5,5 m = 361,35 kg

 Ikatan angin atas = 14,7 kg/m x 6,26 m = 92,022 kg

 Sambungan = 10% x total berat profil = 45,337 kg +

P4 = 498,71 kg

e. Beban mati ikatan angin bawah

 Ikatan angin bawah= 14,7 kg/m x 5,65 m = 83,05 kg

 Sambungan = 10% x total berat profil = 8,305 kg +

P5 = 91,361 kg

f. Gaya Dalam yang Bekerja

Total beban yang bekerja pada setiap simpul dalam :


P = P1+P2+P3+P4+P5
= 27253,62 kg ≈ 272,53 kN

Gambar 6. 7 Model Pembebanan Akibat Beban Mati


Output SAP2000

Gambar 6. 8 Defleksi Akibat Beban Mati

∆1 =0 ∆7 = 0,064 m ∆13 =0
∆2 = 0,018 m ∆8 = 0,062 m
∆3 = 0,034 m ∆9 = 0,056 m
∆4 = 0,047 m ∆10 = 0,047 m
∆5 = 0,056 m ∆11 = 0,034 m
∆6 = 0,062 m ∆12 = 0,018 m

Kontrol Defleksi
L 5000
Syarat batas lendutan : = =13,89 cm
360 360
Kontrol : ∆ < ∆’ → 0,064 m < 0,1389 m → OK!

BAB VII

PERENCANAAN PORTAL AKHIR

7.1 Perhitungan Gaya yang Bekerja pada Portal Akhir


Gambar 7. 1 Perencanaan Portal Akhir

Gambar 7. 2 Gaya yang Bekerja Pada Portal Akhir

Dari hasil perhitungan pada bab sebelumnya didapatkan besarnya gaya angin yang bekerja
pada struktur jembatan adalah sebagai berikut:
 Beban Angin Atas (WA) = 38,48 kN
 Beban Angin Bawah (WB) = 25,3 kN

Dengan gaya-gaya yang bekerja tersebut maka besarnya reaksi yang terjadi pada portal
adalah sebagai berikut:

 RH-A = 0,5 x WA + WB
= 0,5 x 38,48 kN + 25,3 kN = 44,54 kN (←)
 RH-B = 0,5 x WA
= 0,5 x 38,48 kN = 19,24 kN (←)
 ∑MB =0
WA x 7,5m – RV-A x 11m = 0
WC x 7,5 m
RV-A = = 26,23 kN (↓)
11 m
 ∑V =0
-RV-A + RV-B = 0
RV-B = RV-A → RV-B = 26,23 kN (↑)

Besarnya gaya-gaya dalam batang yang terjadi pada portal akhir akibat gaya-gaya yang
bekerja tersebut adalah sebagai berikut:

1. Freebody Batang Vertikal A-C


 ∑H = 0

WB – RH-A + WA – HC = 0
HC = WB – RH-A + WA
= 25,3 – 44,54 + 38,48
= 19,24 kN

 ∑V = 0
-RV-A + VC = 0
VC = RV-A = 26,23 kN

 ∑MC = 0
(RH-A – WB) x 7,5 m – MC = 0
MC = (RH-A – WB) x 7,5
= (44,54 – 25,3) x 7,5
= 144,3 kN.m

2. Freebody Batang Horizontal C-D

 ∑H = 0
HC - HD = 0
HD = HC = 19,24 kN
 ∑V = 0
-VC + VD = 0
VD = VC = 26,23 kN

 ∑MD = 0
-VC x 11 m + MC + MD = 0
MD = VC x 11 m – MC
= 26,23 kN x 11 m – 144,3 kN.m = 144,3 kN.m

 Freebody Batang Horizontal D-B

 ∑H = 0
WB – RH-A + WA – HC = 0
HC = WB – RH-A + WA
= 25,3 – 44,54 + 38,48
= 19,24 kN
 ∑V = 0
-RV-A + VC = 0
VC = RV-A = 26,23 kN
 ∑MC = 0
(RH-A – WB) x 7,5m – MC = 0
MC = (RH-A – WB) x 7,5
= (44,54 – 25,3) x 7,5
= 144,3 kN.m
Dari hasil perhitungan di atas maka didapatkan besarnya gaya-gaya dalam yang bekerja pada
portal akhir sehingga selanjutnya perencanaan dari portal akhir adalah didasarkan terhadap
gaya-gaya dalam yang terjadi tersebut.

7.2 Perencanaan Batang Vertikal Portal Akhir (Tinjauan Batang D-B)


7.2.1 Data Perencanaan Batang Vertikal Portal Akhir
Batang vertical pada portal akhir merupakan komponen batang diagonal dari rangka
utama. Profil batang diagonal dari rangka utama menggunakan profil H.400.400.12.25
dengan panjang 7,5 m dan mutu baja BJ-50 yang memiliki parameter penampang sebagai
 Sy = 1333 cm3
berikut:  Sx = 3735 cm3
 Fu = 500 Mpa  Zx = 41175,5 cm3
 Fy = 290 Mpa  Zy = 2012,6 cm3
 r = 0
 Ix = 74704 cm4
 Iy = 26671 cm4
 ix = 17,56 cm
 iy = 10,49 cm
 A = 242 cm2
 Bf = 40 cm
 Hw= 40 cm
 tF = 2,5 cm

Perhitungan terhadap perencanaan dari batang vertical portal akhir adalah didasarkan
terhadap profil H.400.400.12.25 tersebut.

7.2.2 Kontrol Kekuatan Penampang Batang Vertikal Portal Akhir


a. Kontrol penampang batang vertical
Batang yang memiliki penampang yang langsing sebaiknya dihindari hal ini
dikarenakan penampang yang langsing akan menjadi sangat tidak ekonomis jika
digunakan sebagai penampang untuk memikul kombinasi gaya aksial dan momen
 Kontrol Pelat Badan

Hw −2(tf + r) 40 cm−2(2,2 cm+0 cm)


h/tw = = = 29,167
tw 1,2 cm
665 665
λr = = = 39,05
√ fy √ 290 Mps
h/tw < λr → 29,67 < 39,05 → OK! Penampang Tidak Langsing
 Kontrol Pelat Sayap

40 cm
bf/2tf = =8
2 x 2,5 cm
250 250
λr = = = 14,68
√ fy √ 290 Mps
h/tw < λr → 9,09 < 14,68 → OK! Penampang Tidak Langsing

Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa penampang H.400.400.12.25 merupakan


penampang yang tidak langsing sehingga penampang tersebut dapat digunakan.

b. Kelangsingan Batang Vertikal

 Arah Sumbu X
Kcx → Tumpuan batang vertikdal adalah jepit – bebas sehingga mengacu pada
RSNI T 03 2005 Gambar 3 nilai Kcx = 0,85
Lkx = Kcx x Lx = 0,85 x 7,5 = 637,5
Lkx 637,5 cm
λx = = = 36,3
ix 17,56
kg
2
Π x E x Ag Π 2 x 2.000 .000 x 242cm 2
Ncrbx= = cm2 = 3620706,3 kg
λ x2 2
36,3

 Arah Sumbu Y
Kcy → Tumpuan batang vertikdal adalah jepit – bebas sehingga mengacu pada
RSNI T 03 2005 Gambar 3 nilai Kcy = 0,85
Lky = Kcy x Ly = 0,85 x 7,5 = 637,5
Lky 637,5 cm
λy = = = 60,77
iy 10,49
kg
Π 2 x E x Ag Π 2 x 2.000 .000 x 242cm 2
Ncrby = = cm2 = 1292097,4 kg
λ y2 2
60,77

 Kapasitas Tekan Penampang


λmax = λy = 61,59 → λc =
λ
Π
fy
E√ =
60,77
Π
0,25 < λc < 1,2 → 0,25 < 0,736 < 1,2 → Tekuk Elastis

290 Mpa
200.000 Mpa
= 0,736

1,43 1,43
𝜔= = = 1,3
1,6−0,67 ( λ c ) 1,6−0,67 (0736)
Nu = 2623,636 kg
Ag x fy 242 cm 2 x 290 Mpa
Nn = = = 542898,4 kg
ω 1,3
Nu 2623,636 kg
= = 0,00568 < 0,2 → Persamaan Interaksi 1
φNn 0,85 x 542898,4 kg
Nu Mu
Persamaan Interaksi 2 = +
2 φNn φMn

 Menghitung Besar Amplifikasi Momen


Besar amplifikasi momen yang diperhitungkan hanya terhadap arah x saja
dikarenakan momen yang terjadi pada sumbu y adalah = 0.
M −Ujung1
Cm = 0,6 – 0,4 ( ) ≤ 1,0
M −Ujung2
0 kg . m
= 0,6 – 0,4 ( ) ≤ 1,0
144.329 kg . m
= 0,6 < 1,0 → Digunakan Cm = 0,6
CM 0,6
δb = Nu = 2623,63 = 0,6 < 1,0 → Maka diambil nilai δb =
1− 1−
Ncrbx 1.136 .836,8
1,0
MU = δb x 144.329 kg.m = 144.329 kg.m

 Perhitungan Kuat Momen Nominal Penampang


 Peninjauan terhadap tekuk lokal
Pelat Badan
Hw −2 ( tf +r ) cm 40−2 ( 2,5+0 ) cm
h/tw = = = 35,83
tw 1,2
170 170
λp = = = 98,653
√ fy √ 290 Mps
h/tw < λp → 36.33 < 98.65 → OK! Penampang Kompak
Pelat Sayap
40 cm
bf/2tf = =8
2 x 2,5 cm
170 170
λp = = = 9,9827
√ fy √ 290 Mps
h/tw < λp → 8 < 9,98→ OK! Penampang Kompak
Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa penampang H.400.400.12.25 merupakan
penampang yang kompak sehingga besarnya kuat momen nominal terhadap tekuk
lokal Mn = Mp = Zx . fy

 Peninjauan terhadap tekuk lateral


Lb = 7,50 m
Lp = 466,82 cm Lp < Lb < Lr → Bentang Menengah
Lr = 1531,73 cm
Untuk batang yang termasuk pada bentang menengah maka mengacu pada RSNI T-
03 2005 pasal 7.3.4 besarnya momen nominal adalah dihitung sebagai berikut:
Lr −Lb
Mn = Cb (Mr + (Mp – Mr) ) ≤ Mp
Lr −Lp
Mp = Zx x fy ≤ 1,5 x Sx x fy
= 4117,5 cm3 x 2900 kg/cm2 ≤ 1,5 x 3735 cm3 x 2900 kg/cm2
= 11940750 kg.cm < 16247250 kg.cm
Mp = 119.407,50 kg.m
Mr = (Sx (fy – fr)
= (3735 cm3 (2900 – 700) kg/cm2
= 8.127.000 kg.cm = 8.217 kg.m
M-Max = Mu = 14.430 kg.m

M-1/4 Bentang (MA) = HD x L/4 - MD


= 19,24 kN x (7,5m /4) – 144,3 kN.m
= 108,225 kN.m = 10.822,5 kN.m
M-1/2 Bentang (MA) = HD x L/2 - MD
= 19,24 kN x (7,5m /2) – 144,3 kN.m
= 72,15 kN.m = 7215 kN.m
M-3/4 Bentang (MA) = HD x 3L/4 - MD
= 19,24 kN x (37,5m /4) – 144,3 kN.m
= 36,075 kN.m = 3607,5 kN.m

12,5 Mmax
Cb = ≤ 2,3
2,5 Mmax +3 MA + 4 MB+ 3 MC
12,514430 kg .m
= ≤ 2,3
2,5 14430 kg . m+3 ( 108222,5 ) +4 ( 7215 )+3 (3607,5)
= 1,6667 ≤ 2,3
Maka diambil Cb adalah sebesar 1,667

Lr −Lb
Mn = Cb (Mr + (Mp – Mr) ) ≤ Mp
Lr −Lp
1531,73−750
= 1,667 ( 8217000 + (119.407 – 8217000) ) ≤ 119.407
1531,73−466,821
kg.m
= 182.509 kg.m > 119.407kg.m

Maka diambil nilai Mn adalah sebesar 90.000 kg.m


øMn ≥ Mu
0,9 x 90.000 kg.m ≥ 14.430 kg.m
81.000 kg.m ≥ 14.430 kg.m → OK!
14.430 kg .m
Rasio = = 0,18 < 1,0 → OK!
81.000 kg . m

 Kontrol Persamaan Interaksi


Nu 2623,636 kg
= = 0,00568 < 0,2 → Persamaan Interaksi 2
φNn 0,85 x 542898 kg
Nu Mu
Persamaan Interaksi 2 = +
2 φNn φNn
2623,636 kg 14.430 kg .m
Rasio = + = 0,18 < 1,0 → OK!
0,85 x 542898 kg 81.000 kg . m

 Kontrol Terhadap Gaya Geser


Perhitungan kuat geser nominal penampang mengacu pada RSNI T-03 2005 pasal
7.8.2. di mana kuat geser nominal penampang merupakan fungsi dari perbandingan
tinggi pelat badan terhadap tebal pelat badan. Untuk profil H 400.400.12.25 maka
perbandingan tinggi pelat badan terhadap tebal pelat badan adalah sebagai berikut:
Hw −2 ( tf +r ) cm 40−2 ( 2,5+0 ) cm
h/tw = = = 35,8
tw 1,2
Nilai h/tw tersebut harus dikontrol terhadap nilai berikut:
5
1,1
√ kn x E
fy
, dengan Kn = 5 +
(a /h)2
dimana nilai a = jarak pengaku lateral.
Pada gelagar memanjang tidak dipasang pengaku pada arah lateral sehingga nilai Kn
adalah sebesar 5. Dengan nilai kN tersebut maka:
1,1
√kn x E
fy
1100
= 1,1

5 x 200.000 Mpa
fy
=
1100
√290
= 64,59

h/tw < → 35,8 < 64,59 → maka kuat geser yang terjadi adalah geser plastis
√ fy
1100
dengan nilai h/tw < maka kuat geser nominal dari penampang profil adalah
√ fy
ditentukan berdasar pada RSNI T-03 2005 Pasal 7.8.3 Dengan nila gaya geser
maksimum yang terjadi pada gelagar memanjang (Vu) adalah sebesar 20202 kg maka
control kapasistas penampang terhadap geser adalah sebagai berikut:

Vn = 0,6 x fy x Aweb

= 0,6 x 2900 kg/cm2 x (h – 2(tf + r))

= 0,6 x 2900 kg/cm2 x (40 cm – 2(2,5 + 0)

= 60.900 kg

øVn = 0,9 x Vn

= 0,9 x 60.900kg = 54.810 kg

øVn > Vu → 54.810 kg > 20202 kg → OK!


7.3 Perencanaan Batang Horizontal Portal Akhir (Tinjauan Batang D-B)
7.3.1 Data Perencanaan Batang Horizontal Portal Akhir
Batang Horizontal pada portal akhir direncanakan menggunakan profil
WF.208.202.10.16 dengan panjang 11 m dan mutu baja BJ-50 yang memiliki parameter
penampang sebagai berikut:
 Fu = 500 Mpa
 Fy = 290 Mpa Sy  = 218 cm3
 A = 83,69 cm2 Zx  = 698 cm3
 Bf = 20,2 cm Zy  = 331 cm3
 Hw = 20,8 cm r  = 1,3 cm
 tF = 1,6 cm Ix  = 66600 cm4
 tw = 1 cm Iy  = 22400 cm4
 Sx = 628 cm3 ix  = 17,5 cm
 iy = 10,1 cm
Perhitungan terhadap perencanaan dari batang vertical portal akhir adalah didasarkan
terhadap profil WF.208.202.10.16 tersebut.

7.3.2 Kontrol Kekuatan Penampang Batang Horizontal Portal Akhir


a. Kontrol penampang batang horizontal
Batang yang memiliki penampang yang langsing sebaiknya dihindari hal ini
dikarenakan penampang yang langsing akan menjadi sangat tidak ekonomis jika
digunakan sebagai penampang untuk memikul kombinasi gaya aksial dan momen
 Kontrol Pelat Badan
Hw −2(tf + r) 20,8 cm−2(1,6 cm+1,3 cm)
h/tw = = = 15
tw 1 cm
665 665
λr = = = 39,05
√ fy √ 290 Mps
h/tw < λr → 15 < 39,05 → OK! Penampang Tidak Langsing
 Kontrol Pelat Sayap
20,2cm
bf/2tf = = 6,312
2 x 1,6 cm
250 250
λr = = = 14,68
√ fy √ 290 Mps
h/tw < λr → 6,3 < 14,68 → OK! Penampang Tidak Langsing
Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa penampang WF.208.202.10.16
merupakan penampang yang tidak langsing sehingga penampang tersebut dapat
digunakan.

b. Kelangsingan Batang Horizontal


 Arah Sumbu X
Kcx → Tumpuan batang vertikdal adalah jepit – bebas sehingga mengacu pada
RSNI T 03 2005 Gambar 3 nilai Kcx = 0,7
Lkx = Kcx x Lx = 0,7 x 11 = 770
Lkx 770 cm
λx = = = 44
ix 17,5
kg
Π 2 x E x Ag Π 2 x 2.000 .000 x 146 cm2
Ncrbx= = cm2 = 852427 kg
λ x2 2
44
 Arah Sumbu Y
Kcy → Tumpuan batang vertikdal adalah jepit – bebas sehingga mengacu pada
RSNI T 03 2005 Gambar 3 nilai Kcy = 0,7
Lky = Kcy x Ly = 0,7 x 11 = 770
Lky 770 cm
λy = = = 76,23
iy 10,1
2 kg
2
Π x E x Ag Π x 2.000 .000 x 83,69 cm2
Ncrby= 2 = cm2 = 283938 kg
λy
76,232

c. Kapasitas Tekan Penampang


λmax = λy = 76,23 → λc =
Π
λ
√fy
E
=
76,23
Π
0,25 < λc < 1,2 → 0,25 < 0,924 < 1,2 → Tekuk Elastis
√ 290 Mpa
200.000 Mpa
= 0,924

1,43 1,43
𝜔= = = 1,45
1,6−0,67 ( λ c ) 1,6−0,67 (0,924)
Nu = 1924 kg
Ag x fy 83,69 cm2 x 290 Mpa
Nn = = = 166.421,78 kg
ω 1,45
Nu 1924 kg
= = 0,0136 < 0,2 → Persamaan Interaksi 1
φNn 0,85 x 166.421,78 kg
Nu Mu
Persamaan Interaksi 2 = +
2 φNn φMn

d. Menghitung Besar Amplifikasi Momen


Besar amplifikasi momen yang diperhitungkan hanya terhadap arah x saja
dikarenakan momen yang terjadi pada sumbu y adalah = 0.
M −Ujung1
Cm = 0,6 – 0,4 ( ) ≤ 1,0
M −Ujung2
19.240 kg .m
= 0,6 – 0,4 ( ) ≤ 1,0
19.240 kg .m
= 0,2 < 1,0 → Digunakan Cm = 0,2
CM 0,2
δb = Nu = 1924 = 0,2 < 1,0 → Maka diambil nilai δb = 1,0
1− 1−
Ncrbx 299226
MU = δb x 144.329 kg.m = 144.329 kg.m

e. Perhitungan Kuat Momen Nominal Penampang


 Peninjauan Terhdap tekuk lokal
Pelat Badan
Hw −2 ( tf +r ) cm 20,8−2 ( 1,6+0 ) cm
h/tw = = = 15
tw 1
170 170
λp = = = 98,653
√ fy √ 290 Mps
h/tw < λp → 15 < 98.65 → OK! Penampang Kompak
Pelat Sayap
20,2cm
bf/2tf = = 6,312
2 x 1,6 cm
170 170
λp = = = 9,98
√ fy √ 290 Mps
h/tw < λp → 7,5 < 9,98 → OK! Penampang Kompak
Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa penampang WF.208.202.10.16 merupakan
penampang yang kompak sehingga besarnya kuat momen nominal terhadap tekuk
lokal Mn = Mp = Zx . fy

 Peninjauan terhadap tekuk lateral


Lb = 550 cm
Lp = 237,108 cm Lp < Lb < Lr → Bentang Menengah
Lr = 1090,27 cm
Untuk batang yang termasuk pada bentang menengah maka mengacu pada RSNI T-03
2005 pasal 7.3.4 besarnya momen nominal adalah dihitung sebagai berikut:
Lr −Lb
Mn = Cb (Mr + (Mp – Mr) ) ≤ Mp
Lr −Lp
Mp = Zx x fy ≤ 1,5 x Sx x fy
= 698 cm3 x 2900 kg/cm2 ≤ 1,5 x 628 cm3 x 2900 kg/cm2
= 2024200 kg.cm < 2731800 kg.cm
Mp = 20242 kg.m
Mr = (Sx (fy – fr)
= (628 cm3 (2900 – 700) kg/cm2
= 1.381.600 kg.cm = 13.816 kg.m
M-Max = Mu = 14.430 kg.m
M-1/4 Bentang (MA) = -VC x L/4 + MC
= -26,23 kN x (11m /4) + 144,3 kN.m
= 72,15 kN.m = 7215 kg.m
M-1/2 Bentang (MA) = VC x L/2 - MC
= 26,23kN x (11m /2) – 144,3 kN.m
= 0 kg.m
M-3/4 Bentang (MA) = -VC x 3L/4 + MC
= -26,23 kN x (33m /4) – 144,3 kN.m
= -72,15 kN.m = 7215 kg.m

12,5 Mmax
Cb = ≤ 2,3
2,5 Mmax +3 MA + 4 MB+ 3 MC
12,5 14430 kg . m
= ≤ 2,3
2,5 14430 kg . m+3 ( 7215 ) +4 ( 0 ) +3(7215)
= 2,2 ≤ 2,3
Maka diambil Cb adalah sebesar 2,2

Lr −Lb
Mn = Cb (Mr + (Mp – Mr) ) ≤ Mp
Lr −Lp
1090,27−550
= 2,27 ( 13816 + (20242 – 13816) ) ≤ 53.621kg.m
1090,27−237,108
= 40.648 kg.m < 53621 kg.m
Maka diambil nilai Mn adalah sebesar 40.648 kg.m
øMn ≥ Mu
0,9 x 40.648 kg.m ≥ 14.430 kg.m
36.583 kg.m ≥ 14.430 kg.m → OK!
14.430 kg .m
Rasio = = 0,39 < 1,0→ OK!
36.583 kg .m

Nu 1924 kg
f. Kontrol Persamaan Interaksi = = 0,0094 < 0,2 →
φNn 0,85 x 239381kg
Persamaan Interaksi 2
Nu Mu
Persamaan Interaksi 2 = +
2 φNn φNn
1924 kg 14.430 kg .m
Rasio = + = 0,4 < 1 → OK!
2 x 0,85 x 166.421kg 36.583 kg .m

g. Kontrol Terhadap Gaya Geser


Perhitungan kuat geser nominal penampang mengacu pada RSNI T-03 2005 pasal
7.8.2. di mana kuat geser nominal penampang merupakan fungsi dari perbandingan
tinggi pelat badan terhadap tebal pelat badan. Untuk profil WF.208.202.10.16 maka
perbandingan tinggi pelat badan terhadap tebal pelat badan adalah sebagai berikut:
Hw −2 ( tf +r ) cm 20,8−2 ( 1,6+1,3 ) cm
h/tw = = = 15
tw 1
Nilai h/tw tersebut harus dikontrol terhadap nilai berikut:
5
1,1
√ kn x E
fy
, dengan Kn = 5 +
(a /h)2
dimana nilai a = jarak pengaku lateral.
Pada gelagar memanjang tidak dipasang pengaku pada arah lateral sehingga nilai Kn
adalah sebesar 5. Dengan nilai kN tersebut maka:
1,1
√kn x E
fy
1100
= 1,1

5 x 200.000 Mpa
fy
=
1100
√290
= 64,59

h/tw < → 15 < 64,59 → maka kuat geser yang terjadi adalah geser plastis
√ fy
1100
dengan nilai h/tw < maka kuat geser nominal dari penampang profil adalah
√ fy
ditentukan berdasar pada RSNI T-03 2005 Pasal 7.8.3 Dengan nila gaya geser
maksimum yang terjadi pada gelagar memanjang (Vu) adalah sebesar 20202 kg maka
control kapasistas penampang terhadap geser adalah sebagai berikut:

Vn = 0,6 x fy x Aweb

= 0,6 x 2900 kg/cm2 x (h – 2(tf + r))

= 0,6 x 2900 kg/cm2 x (20,8 cm – 2(1,6 + 1,3)

= 26.100 kg

øVn = 0,9 x Vn

= 0,9 x 26.100 kg = 23.490 kg

øVn > Vu → 23.490 kg > 20202 kg → OK!


BAB VIII

PERENCANAAN SAMBUNGAN

8.1 Sambungan Gelagar Memanjang dan Gelagar Melintang

Gambar 8. 1 Denah Letak Sambungan Gelagar Memanjang dan Melintang


Gambar 8. 2 Tampak Samping Sambungan Gelagar Memanjang dan Melintang

Gambar 8. 3 Tampak Depan Sambungan Gelagar Memanjang dan Melintang


Data-data perencanaan :
 Profil Gelagar Memanjang = WF 500.200.10.16
 Profil Gelagar Melintang = WF 800.300.16.30
 Mutu Baja = BJ 44; Fy = 2700 kg/cm2 dan Fu = 4400 kg/cm2
 Pelat Penyambung =Profil L 100.100.10
 Tipe Baut = ASTM A325
 Kekuatan Ultimate Baut, Fub = 8250 kg/cm2
 Diameter Baut (db) = 12 mm
π
 Luas Baut (Ab) = x (12 mm)2 = 113,04 mm2 = 1,131 cm2
4
 Gaya Geser Maksimum (Vu) = 17212 kg

8.1.1 Sambungan Pada Web Gelagar Memanjang dengan Pelat Siku


 Kuat Geser Rencana Baut
m =2
r1 = 0,5 (baut tanpa ulir pada bidang geser)
øVd = ø x m x r1 x Fub x Ab
= 0,75 x 2 x 0,5 x 8250 kg/cm2 x 1,131 cm2
= 6997,89 kg
 Kuat Tumpu Rencana Baut
Untuk menghitung kuat tumpu rencana baut maka terlebih dahulu harus ditentukan
besatnya tp yang merupkan nilai terkecil dari :
 Tebal Web Gel. Memanjang = 10 mm = 1 cm (menentukan)

 2 x Tebal Pelat Siku = 2 x 10 mm = 20 mm ≈ 2 cm


Maka digunakan nilai tp adalah sebesar 1 cm sehingga :
øVd = ø x 2,4 x db x tp x Fu
= 0,75 x 2,4 x 1,2 cm x 1 cm x 4400 kg/cm2
= 9504 kg
Maka digunakan kekuatan baut minimum yaitu kekuatan baut terhadap geser sebesar
6997,89 kg

 Kebutuhan Jumlah Baut (n)


Vu 17212 kg
n= = =2,459 buah ≈ 4 buah
∅ Vd 6994,35 kg

 Penentuan Jarak Baut


 Jarak Tepi Baut
3 db ≤ S1 ≤ 15 tp atau 20 cm
3 x 12 mm ≤ S1 ≤ 15 x 10 mm atau 20 cm
36 mm ≤ S1 ≤ 150 mm atau 200 mm
Maka digunakan jarak baut ke tepi sambungan yaitu 75 mm
 Jarak Antar Baut
1,5 db ≤ S ≤ (4 tp +10 cm) atau 20 cm
1,5 x 12 mm ≤ S ≤ (4 x 10 + 100) mm atau 200 mm
18 mm ≤ S ≤ 140 mm atau 200 mm
Maka digunakan jarak antar baut yaitu 75 mm

8.1.2 Sambungan Pada Web Gelagar Melintang dengan Pelat Siku


 Kuat Geser Rencana Baut
m =1
r1 = 0,5 (baut tanpa ulir pada bidang geser)
øVd = ø x m x r1 x Fub x Ab
= 0,75 x 1 x 0,5 x 8250 kg/cm2 x 1,131 cm2
= 3498,948 kg
 Kuat Tumpu Rencana Baut
Untuk menghitung kuat tumpu rencana baut maka terlebih dahulu harus ditentukan
besatnya tp yang merupkan nilai terkecil dari :
 Tebal Web Gel. Melintang = 16 mm = 1,6 cm (menentukan)

 2 x Tebal Pelat Siku = 2 x 10 mm = 20 mm ≈ 2 cm


Maka digunakan nilai tp adalah sebesar 1,6 cm sehingga :
øVd = ø x 2,4 x db x tp x Fu
= 0,75 x 2,4 x 1,2 cm x 1,6 cm x 4400 kg/cm2
= 15206.4 kg

Maka digunakan kekuatan baut minimum yaitu kekuatan baut terhadap geser sebesar
3497,175 kg

 Kebutuhan Jumlah Baut (n)


Vu 17212 kg
n= = =4.919 buah ≈ 5 buah
∅ Vd 3497,175 kg

 Penentuan Jarak Baut


 Jarak Tepi Baut
3 db ≤ S1 ≤ 15 tp atau 20 cm
3 x 12 mm ≤ S1 ≤ 15 x 166 mm atau 20 cm
36 mm ≤ S1 ≤ 240 mm atau 200 mm
Maka digunakan jarak baut ke tepi sambungan yaitu 75 mm
 Jarak Antar Baut
1,5 db ≤ S ≤ (4 tp +10 cm) atau 20 cm
1,5 x 12 mm ≤ S ≤ (4 x 16 + 100) mm atau 200 mm
18 mm ≤ S ≤ 164 mm atau 200 mm
Maka digunakan jarak antar baut yaitu 75 mm

8.1.3 Kontrol Kekuatan Pelat Siku


Panjang sambungan (L) = (n/2 – 1) x jarak baut + 2 x jarak tepi
= (5/2 – 1) x 75 mm + 2 x 75 mm
= 262.5 mm

Panjang bersih (Lnv) = L – n (db + 0,1 cm )


= 262.5 mm – 4(12 mm + 1 mm)
= 210.5 mm

Luas bersih (Anv) = Lnv x Tebal pelat siku


= 210.5 mm x 10 mm
= 2105 mm2 = 21,05 cm2

Kekuatan pelat (øPn) = ø.0,6.Fu.Anv


= 0,75 . 0,60 . 4400 kg/cm2 . 21.05 cm2
= 41679 kg

Karena terdapat 2 buah pelat siku pada daerah sambungan maka :


Kekuatan pelat = 2 x øPn = 2 x 41679 kg = 83358 kg
Vu < øPn → 17212 kg < 83358 kg (OK!)

8.2 Sambungan Gelagar Melintang dengan Rangka Utama


Data-data perencanaan :
 Profil Gelagar Melintang = WF 800.300.16.30
 Profil Rangka Utama = H 400.400.12.25
 Mutu Baja = BJ 44; Fy = 2800 kg/cm2 dan Fu = 4400 kg/cm2
 Tebal Pelat Sambung Rangka = 2 cm
 Pelat Penyambung = Profil L 150.150.14
 Tipe Baut = ASTM A325
 Kekuatan Ultimate Baut, Fub = 8250 kg/cm2
 Diameter Baut (db) = 22 mm
π
 Luas Baut (Ab) = x (22 mm)2 = 379,94 mm2 = 3,799 cm2
4
 Gaya Geser Maksimum (Vu) = 74946,15 kg

Gambar 8. 4 Denah Letak Sambungan Gelagar Melintang dan Rangka Utama

Gambar 8. 5 Tampak Depan Sambungan Gelagar Melintang dan Rangka Utama

8.1.1 Sambungan Pada Web Gelagar Melintang ke Pelat Siku


 Kuat Geser Rencana Baut
m =2
r1 = 0,5 (baut tanpa ulir pada bidang geser)
øVd = ø x m x r1 x Fub x Ab
= 0,75 x 2 x 0,5 x 8250 kg/cm2 x 3,799 cm2

= 23508,788 kg
 Kuat Tumpu Rencana Baut
Untuk menghitung kuat tumpu rencana baut maka terlebih dahulu harus ditentukan
besatnya tp yang merupkan nilai terkecil dari :
 Tebal Web Gel. Melintang = 16 mm = 1,6 cm (menentukan)

 2 x Tebal Pelat Siku = 2 x 14 mm = 28 mm ≈ 2,8 cm


Maka digunakan nilai tp adalah sebesar 1,6 cm sehingga :
øVd = ø x 2,4 x db x tp x Fu
= 0,75 x 2,4 x 2,2 cm x 1,6 cm x 4400 kg/cm2

= 27878.4 kg
Maka digunakan kekuatan baut minimum yaitu kekuatan baut terhadap geser sebesar
27878.4 kg

 Kebutuhan Jumlah Baut (n)


Vu 74946.15 kg
n= = =3.186 buah ≈ 4 buah
∅ Vd 27878.4 kg
 Penentuan Jarak Baut
 Jarak Tepi Baut
3 db ≤ S1 ≤ 15 tp atau 20 cm
3 x 22 mm ≤ S1 ≤ 15 x 16 mm atau 20 cm
66 mm ≤ S1 ≤ 240 mm atau 200 mm
Maka digunakan jarak baut ke tepi sambungan yaitu 100 mm
 Jarak Antar Baut
1,5 db ≤ S ≤ (4 tp +10 cm) atau 20 cm
1,5 x 22 mm ≤ S ≤ (4 x 16 + 100) mm atau 200 mm
33 mm ≤ S ≤ 164 mm atau 200 mm
Maka digunakan jarak antar baut yaitu 100 mm

8.1.2 Sambungan Pada Pelat Rangka Utama


 Kuat Geser Rencana Baut
m =1
r1 = 0,5 (baut tanpa ulir pada bidang geser)
øVd = ø x m x r1 x Fub x Ab
= 0,75 x 1 x 0,5 x 8250 kg/cm2 x 3,799 cm2
= 11754,394 kg
 Kuat Tumpu Rencana Baut
Untuk menghitung kuat tumpu rencana baut maka terlebih dahulu harus ditentukan
besatnya tp yang merupkan nilai terkecil dari :
 Tebal Pelat Rangka Utama = 45 mm = 4,5 cm (menentukan)

 2 x Tebal Pelat Siku = 2 x 14 mm = 28 mm ≈ 2,8 cm


Maka digunakan nilai tp adalah sebesar 2,8 cm sehingga :
øVd = ø x 2,4 x db x tp x Fu
= 0,75 x 2,4 x 2,2 cm x 2 cm x 4400 kg/cm2
= 34848 kg
Maka digunakan kekuatan baut minimum yaitu kekuatan baut terhadap geser sebesar
11754,394 kg

 Kebutuhan Jumlah Baut (n)


Vu 74946 .15 kg
n= = =6,37 buah ≈ 7 buah
∅ Vd 11754,394 kg
 Penentuan Jarak Baut
 Jarak Tepi Baut
3 db ≤ S1 ≤ 15 tp atau 20 cm
3 x 22 mm ≤ S1 ≤ 15 x 28 mm atau 20 cm
66 mm ≤ S1 ≤ 420 mm atau 200 mm
Maka digunakan jarak baut ke tepi sambungan yaitu 100 mm
 Jarak Antar Baut
1,5 db ≤ S ≤ (4 tp +10 cm) atau 20 cm
1,5 x 22 mm ≤ S ≤ (4 x 28 + 100) mm atau 200 mm
33 mm ≤ S ≤ 212 mm atau 200 mm
Maka digunakan jarak antar baut yaitu 100 mm

8.1.3 Kontrol Kekuatan Pelat Siku


Panjang sambungan (L) = (n/2 – 1) x jarak baut + 2 x jarak tepi
= (7/2 – 1) x 100 mm + 2 x 100 mm
= 550 mm

Panjang bersih (Lnv) = L – n (db + 0,1 cm )


= 550 mm – 7(22 mm + 1 mm)
= 389 mm

Luas bersih (Anv) = Lnv x Tebal pelat siku


= 389 mm x 14 mm
= 5446 mm2 = 54,46 cm2

Kekuatan pelat (øPn) = ø.0,6.Fu.Anv


= 0,75 . 0,6 . 4400 kg/cm2 . 54,46 cm2
= 107830,8 kg

Karena terdapat 2 buah pelat siku pada daerah sambungan maka :


Kekuatan pelat = 2 x øPn = 2 x 107830,8 kg = 215661,6 kg
Vu < øPn → 74946,15 kg < 215661,6 kg (OK!)
8.3 Sambungan Rangka Utama
Data-data perencanaan terhadap sambungan rangka utama adalah sebegai berikut:
 Tebal Pelat Sambung = 2 cm
 Mutu Baja = BJ-44, fy = 2800 kg/cm2 dan fu = 4400 kg/cm2
 Tipe Baut = ASTM A-325 dengan fub = 8250 kg/ cm2
 Diameter Baut = 30 mm
π
 Luas Baut = x (30 mm) 2 = 706,858 mm2 ≈ 7,068 cm2
4
 Jumlah Bidang Geser = 2 (Baut dipasang pada kedua sisi flens)
 Beban Mati per Joint (P-D) = 323,01 kN
 Beban BGT (P-BGT) = 617,4 kN
 Beban BTR per Joint (P-BTR) = 181,5 kN
 Beban pejalan kaki (P-Peds) = 25 kN

Gambar 8. 6 Letak Perhitungan Sambungan Rangka Utama

8.3.1 Sambungan Pada Titik Simpul A


Batang-batang rangka utama yang terdapat pada titik
simpul A adalah sebagai berikut:
 Profil Batang B1 = H.400.400.30.50
 Profil Batang T1 = H400.400.45.70

Perhitungan kebutuhan sambungan pada batang-batang rangka yang terdapat pada titik
simpul A adalah sebagai berikut:
a. Sambungan Pada Batang B1
Dari hasil perhitungan pada bab sebelumnya didapatkan besarnya gaya aksial
maksimum yang terjadi pada batang B1 adalah sebesar -9156,26 kN dan merupakan
gaya aksial tekan. Perhitungan kebutuhan jumlah baut terhadap batang B1 adalah
sebagai berikut:
 Kuat Geser Rencana Baut
øVd = ø x m x r1 x fub x Ab
= 0,75 x 2 x 0,5 x 8250 kg/cm2 x 7,068 cm2
= 43.733,25 kg
 Kuat Tumpu Rencana Baut
Untuk menghitung kuat tumpu rencana baut maka terlebih dahulu harus ditentukan
besarnya niai tp yang merupakan nilai terkecil antara:
 2 x Tebal Flens Batang B1 = 2 x 3 cm = 6,0 cm
 2 x Tebal Pelat Sambung = 2 x 2 cm = 4,0 cm
Maka digunakan nilai tp adalah sebesar 2,0 cm sehingga
øVd = ø x 2,4 x db x tp x fu
= 0,75 x 2,4 x 3 cm x 4,0 cm x 5000 kg/cm2
= 79.200 kg
Maka digunakan kekuatan baut yang minimum yaitu kekuatan baut terhadap geser
sebesar 43.733,25 kg
 Kebutuhan Jumlah Baut (n)
Vu 915626
Jumlah Baut (n) = = = 20,93 Buah = 24 Buah
ØVd 43.733,25 kg
 Penentuan Jarak Baut
 Jarak Tepi Baut
3 db ≤ Jarak Tepi ≤ 15 tp atau 20 cm
3 x 3 cm ≤ Jarak Tepi ≤ 15 x 4,0 cm atau 20 cm
9 cm ≤ Jarak Tepi ≤ 60 cm atau 20 cm
Maka mengacu pada persyaratan tersebut diambil jarak tepi baut yaitu sebesar 10
cm.
 Jarak Antar Baut
1,5 db ≤ Jarak Antar Baut ≤ (4 tp + 10 cm) atau 20 cm
1,5 x 3 cm ≤ Jarak Antar Baut ≤ (4 x 4,0 + 10) cm atau 20 cm
4,5 cm ≤ Jarak Antar Baut ≤ 26 cm atau 20 cm
Maka mengacu pada persyaratan tersebut diambil jarak tepi baut yaitu sebesar 10
cm.

b. Sambungan Pada Batang T1


Dari hasil perhitungan pada bab sebelumnya didapatkan besarnya gaya aksial
maksimum yang terjadi pada batang T1 adalah sebesar -357,817 kN dan merupakan
gaya aksial tekan. Perhitungan kebutuhan jumlah baut terhadap batang B1 adalah
sebagai berikut:
 Kuat Geser Rencana Baut
øVd = ø x m x r1 x fub x Ab
= 0,75 x 2 x 0,5 x 8250 kg/cm2 x 7,068 cm2
= 43.733,25 kg
 Kuat Tumpu Rencana Baut
Untuk menghitung kuat tumpu rencana baut maka terlebih dahulu harus ditentukan
besarnya niai tp yang merupakan nilai terkecil antara:
 2 x Tebal Flens Batang T1 = 2 x 2,5 cm = 5,0 cm
 2 x Tebal Pelat Sambung = 2 x 2 cm = 4,0 cm
Maka digunakan nilai tp adalah sebesar 2,0 cm sehingga
øVd = ø x 2,4 x Db x tp x fu
= 0,75 x 2,4 x 2,2 cm x 4,0 cm x 5000 kg/cm2
= 79.200 kg
Maka digunakan kekuatan baut yang minimum yaitu kekuatan baut terhadap geser
sebesar 43.733,25 kg
 Kebutuhan Jumlah Baut (n)
Vu 35781
Jumlah Baut (n) = = = 0,81 Buah = 6 Buah
ØVd 43.733,25 kg
 Penentuan Jarak Baut
 Jarak Tepi Baut
3 db ≤ Jarak Tepi ≤ 15 tp atau 20 cm
3 x 3 cm ≤ Jarak Tepi ≤ 15 x 4,0 cm atau 20 cm
9 cm ≤ Jarak Tepi ≤ 60 cm atau 20 cm
Maka mengacu pada persyaratan tersebut diambil jarak tepi baut yaitu sebesar 10
cm.
 Jarak Antar Baut
1,5 db ≤ Jarak Antar Baut ≤ (4 tp + 10 cm) atau 20 cm
1,5 x 3 cm ≤ Jarak Antar Baut ≤ (4 x 4,0 + 10) cm atau 20 cm
4,5 cm ≤ Jarak Antar Baut ≤ 26 cm atau 20 cm
Maka mengacu pada persyaratan tersebut diambil jarak tepi baut yaitu sebesar 10
cm.

Gambar 8. 7 Detail Sambungan Pada Simpul A


8.3.2 Sambungan Pada Titik Simpul B
Batang-batang rangka utama yang terdapat pada
titik simpul B adalah sebagai berikut:

 Profil Batang A5 = WF.400.400.45.70


 Profil Batang T5 = WF 400.400.45.70
Perhitungan kebutuhan sambungan pada batang-batang rangka yang terdapat pada titik
simpul B adalah sebagai berikut:
a. Sambungan Pada Batang A5
Dari hasil perhitungan pada bab sebelumnya didapatkan besarnya gaya aksial
maksimum yang terjadi pada batang A5 adalah sebesar -6238,35 kN dan merupakan
gaya aksial tekan. Perhitungan kebutuhan jumlah baut terhadap batang A5 adalah
sebagai berikut:
 Kuat Geser Rencana Baut
øVd = ø x m x r1 x fub x Ab
= 0,75 x 2 x 0,5 x 8250 kg/cm2 x 7,068 cm2
= 43.733,25 kg
 Kuat Tumpu Rencana Baut
Untuk menghitung kuat tumpu rencana baut maka terlebih dahulu harus ditentukan
besarnya nilai tp yang merupakan nilai terkecil antara:
 2 x Tebal Flens Batang A5 = 2 x 4,5 cm = 9,0 cm
 2 x Tebal Pelat Sambung = 2 x 2 cm = 4,0 cm
Maka digunakan nilai tp adalah sebesar 4,0 cm sehingga
øVd = ø x 2,4 x db x tp x fu
= 0,75 x 2,4 x 3 cm x 4,0 cm x 4400 kg/cm2
= 95.040 kg
Maka digunakan kekuatan baut yang minimum yaitu kekuatan baut terhadap geser
sebesar 43.733,25 kg
 Kebutuhan Jumlah Baut (n)
Vu 623.835 kg
Jumlah Baut (n) = = = 14,26 Buah = 16 buah
ØVd 43.733,25 kg

 Penentuan Jarak Baut


 Jarak Tepi Baut
3 db ≤ Jarak Tepi ≤ 15 tp atau 20 cm
3 x 3 cm ≤ Jarak Tepi ≤ 15 x 4,0 cm atau 20 cm
9 cm ≤ Jarak Tepi ≤ 60 cm atau 20 cm
Maka mengacu pada persyaratan tersebut diambil jarak tepi baut yaitu sebesar 10
cm.
 Jarak Antar Baut
1,5 db ≤ Jarak Antar Baut ≤ (4 tp + 10 cm) atau 20 cm
1,5 x 3 cm ≤ Jarak Antar Baut ≤ (4 x 4,0 + 10) cm atau 20 cm
4,5 cm ≤ Jarak Antar Baut ≤ 26 cm atau 20 cm

Maka mengacu pada persyaratan tersebut diambil jarak tepi baut yaitu sebesar 10
cm.
b. Sambungan Pada Batang T5
Dari hasil perhitungan pada bab sebelumnya didapatkan besarnya gaya aksial
maksimum yang terjadi pada batang T5 adalah sebesar -583,80 kN dan merupakan
gaya aksial tekan. Perhitungan kebutuhan jumlah baut terhadap batang T5 adalah
sebagai berikut:
 Kuat Geser Rencana Baut
øVd = ø x m x r1 x fub x Ab
= 0,75 x 2 x 0,5 x 8250 kg/cm2 x 7,068cm2
= 43.733,25 kg
 Kuat Tumpu Rencana Baut
Untuk menghitung kuat tumpu rencana baut maka terlebih dahulu harus ditentukan
besarnya niai tp yang merupakan nilai terkecil antara:
 2 x Tebal Flens Batang T1 = 2 x 4,5 cm = 9,0 cm
 2 x Tebal Pelat Sambung = 2 x 2 cm = 4,0 cm
Maka digunakan nilai tp adalah sebesar 4,0 cm sehingga
øVd = ø x 2,4 x db x tp x fu
= 0,75 x 2,4 x 3 cm x 4,0 cm x 4400 kg/cm2
= 95040 kg
Maka digunakan kekuatan baut yang minimum yaitu kekuatan baut terhadap geser
sebesar 43.733,25 kg
 Kebutuhan Jumlah Baut (n)
Vu 58380 kg
Jumlah Baut (n) = = = 1,33 Buah = 4 Buah
ØVd 43.733,25 kg
 Penentuan Jarak Baut
 Jarak Tepi Baut
3 db ≤ Jarak Tepi ≤ 15 tp atau 20 cm
3 x 3 cm ≤ Jarak Tepi ≤ 15 x 4,0 cm atau 20 cm
9 cm ≤ Jarak Tepi ≤ 60 cm atau 20 cm
Maka mengacu pada persyaratan tersebut diambil jarak tepi baut yaitu sebesar 10
cm.
 Jarak Antar Baut
1,5 db ≤ Jarak Antar Baut ≤ (4 tp + 10 cm) atau 20 cm
1,5 x 3 cm ≤ Jarak Antar Baut ≤ (4 x 4,0 + 10) cm atau 20 cm
4,5 cm ≤ Jarak Antar Baut ≤ 26 cm atau 20 cm
Maka mengacu pada persyaratan tersebut diambil jarak tepi baut yaitu sebesar 10
cm.
Gambar 8. 8 Detail Sambungan Pada Simpul B
8.3.3 Sambungan Pada Titik Simpul C
Batang-batang rangka utama yang terdapat pada
titik simpul A adalah sebagai berikut:

 Profil Batang B5 = WF.400.400.30.50


 Profil Batang D5 = WF.400.400.20.35
 Profil Batang T5 = WF.400.400.45.70

Perhitungan kebutuhan sambungan pada batang-batang rangka yang terdapat pada titik
simpul C adalah sebagai berikut:

a. Sambungan Pada Batang B5


Dari hasil perhitungan pada bab sebelumnya didapatkan besarnya gaya aksial
maksimum yang terjadi pada batang B5 adalah sebesar 5861,08 kN dan merupakan
gaya aksial tekan. Perhitungan kebutuhan jumlah baut terhadap batang B5 adalah
sebagai berikut:
 Kuat Geser Rencana Baut
øVd = ø x m x r1 x fub x Ab
= 0,75 x 2 x 0,5 x 8250 kg/cm2 x 7,068 cm2
= 43.733,25 kg
 Kuat Tumpu Rencana Baut
Untuk menghitung kuat tumpu rencana baut maka terlebih dahulu harus ditentukan
besarnya niai tp yang merupakan nilai terkecil antara:
 2 x Tebal Flens Batang B5 = 2 x 3 cm = 6,0 cm
 2 x Tebal Pelat Sambung = 2 x 2 cm = 4,0 cm
Maka digunakan nilai tp adalah sebesar 4,0 cm sehingga
ØVd = Ø x 2,4 x Db x tp x fu
= 0,75 x 2,4 x 3 cm x 4,0 cm x 4400 kg/cm2
= 95.040 kg
Maka digunakan kekuatan baut yang minimum yaitu kekuatan baut terhadap geser
sebesar 43.733,25 kg
 Kebutuhan Jumlah Baut (n)
Vu 586.108 kg
Jumlah Baut (n) = = = 13,4 Buah = 16 buah
ØVd 43.733,25 kg
 Penentuan Jarak Baut
 Jarak Tepi Baut
3 db ≤ Jarak Tepi ≤ 15 tp atau 20 cm
3 x 3 cm ≤ Jarak Tepi ≤ 15 x 4,0 cm atau 20 cm
9 cm ≤ Jarak Tepi ≤ 60 cm atau 20 cm
Maka mengacu pada persyaratan tersebut diambil jarak tepi baut yaitu sebesar 10
cm.
 Jarak Antar Baut
1,5 db ≤ Jarak Antar Baut ≤ (4 tp + 10 cm) atau 20 cm
1,5 x 3 cm ≤ Jarak Antar Baut ≤ (4 x 4,0 + 10) cm atau 20 cm
4,5 cm ≤ Jarak Antar Baut ≤ 26 cm atau 20 cm
Maka mengacu pada persyaratan tersebut diambil jarak tepi baut yaitu sebesar 15
cm.
 Kekuatan Tarik Rupture / Block Shear

Gambar 8. 9 Block Shear Batang B7

Jumlah baris baut = 4 baris


Jumlah baut
Panjang Sambungan (L) = Jarak tepi + ( Jumlah baris
−1 ) x Jarak baut

= 10 cm + ( 164 −1) x 15 = 55 cm
Lebar Block Shear (B) = 20 cm
Tebal Flens Profil (t) = 2 x 3 cm = 6 cm
Luas Geser Kotor, Agv = L x t = 55 cm x 6,0 cm = 330 cm2
Luas Tarik Kotor, Agt = B x t = 20 cm x 6,0 cm = 120 cm2
Jumlah baut
Luas Geser Netto, Anv = Agv - ( Jumlah baris
−0,5 ) x d x t
b

16
= 330 cm - ( −0,5 ) x 3,0 cm x 6,0 cm = 267 cm
2 2
4

Luas Tarik Kotor, Ant = Agt – 0,5 db x t


= 120 cm2 – 0,5 x 3,0 cm2 x 6 cm = 111 cm2
0,6 fu x Agv = 0,6 x 4400 kg/cm2 x 267 cm2 = 704880 cm2
fu x Ant = 4400 kg/cm2 x 111 cm2 = 488.400 cm2
0,6 fu x Anv > fu x Ant, maka kuat tarik rupture dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut:
øNn = 0,75 x (0,6 Anv x fu + Agt x fy)
= 0,75 x (0,6 x 267 cm2 x 4400 kg/cm2 + 120 cm2 x 2800 kg/cm2)
= 780.660kg
øNn > Nu → 780.660 kg > 488.400 kg → OK!

b. Sambungan Pada Batang D7


Dari hasil perhitungan pada bab sebelumnya didapatkan besarnya gaya aksial
maksimum yang terjadi pada batang D7 adalah sebesar 888,7 kN dan merupakan gaya
aksial tekan. Perhitungan kebutuhan jumlah baut terhadap batang D7 adalah sebagai
berikut:
 Kuat Geser Rencana Baut
øVd = ø x m x r1 x fub x Ab
= 0,75 x 2 x 0,5 x 8250 kg/cm2 x 7,068 cm2
= 43.733,25 kg
 Kuat Tumpu Rencana Baut
Untuk menghitung kuat tumpu rencana baut maka terlebih dahulu harus ditentukan
besarnya niai tp yang merupakan nilai terkecil antara:
 2 x Tebal Flens Batang D7 = 2 x 1 cm = 2,0 cm
 2 x Tebal Pelat Sambung = 2 x 2 cm = 4,0 cm
Maka digunakan nilai tp adalah sebesar 2,0 cm sehingga
øVd = ø x 2,4 x Db x tp x fu
= 0,75 x 2,4 x 3 cm x 2,0 cm x 5000 kg/cm2
= 54.000 kg
Maka digunakan kekuatan baut yang minimum yaitu kekuatan baut terhadap geser
sebesar 43.733,25 kg
 Kebutuhan Jumlah Baut (n)
Vu 154.453 KG
Jumlah Baut (n) = = = 3,53 Buah = 8 buah
ØVd 43.733,25 kg
 Penentuan Jarak Baut
 Jarak Tepi Baut
3 db ≤ Jarak Tepi ≤ 15 tp atau 20 cm
3 x 3 cm ≤ Jarak Tepi ≤ 15 x 2,0 cm atau 20 cm
9 cm ≤ Jarak Tepi ≤ 30 cm atau 20 cm
Maka mengacu pada persyaratan tersebut diambil jarak tepi baut yaitu sebesar 10
cm.
 Jarak Antar Baut
1,5 db ≤ Jarak Antar Baut ≤ (4 tp + 10 cm) atau 20 cm
1,5 x 3 cm ≤ Jarak Antar Baut ≤ (4 x 2,0 + 10) cm atau 20 cm
4,5 cm ≤ Jarak Antar Baut ≤ 18 cm atau 20 cm
Maka mengacu pada persyaratan tersebut diambil jarak tepi baut yaitu sebesar 15
cm.
 Kekuatan Tarik Rupture / Block Shear

Gambar 8. 10 Block Shear Batang D7

Jumlah baris baut = 4 baris


Jumlah baut
Panjang Sambungan (L) = Jarak tepi + ( Jumlah baris
−1 ) x Jarak baut

= 10 cm + ( 84 −1) x 15 = 25 cm
Lebar Block Shear (B) = 20 cm
Tebal Flens Profil (t) = 2 x 1 cm = 2 cm
Luas Geser Kotor, Agv = L x t = 25 cm x 2,0 cm = 50 cm2
Luas Tarik Kotor, Agt = B x t = 20 cm x 2,0 cm = 40 cm2
Jumlah baut
Luas Geser Netto, Anv = Agv - ( Jumlah baris
−0,5 ) x db x t
= 50 cm2 - ( 84 −0,5) x 3,0 cm x 2,0 cm = 41 cm2

Luas Tarik Kotor, Ant = Agt – 0,5 db x t


= 40 cm2 – 0,5 x 3,0 cm2 x 2 cm = 37 cm2
0,6 fu x Agv = 0,6 x 5000 kg/cm2 x 50 cm2 = 150.000 cm2
fu x Ant = 5000 kg/cm2 x 37 cm2 = 185.000 cm2
fu x Ant > 0,6 fu x Anv, maka kuat tarik rupture dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut:
Aet = 0,75 x Agt = 0,75 x 40 = 30 cm2
øNn = 0,75 x (0,6 Agv x fy + Aet x fu)
= 0,75 x (0,6 x 50 cm2 x 2900 kg/cm2 + 30 cm2 x 5000 kg/cm2)
= 177.750 kg
øNn > Nu → 177.750 kg > 154.453 kg → OK!

c. Sambungan Pada Batang T7


Dari hasil perhitungan pada bab sebelumnya didapatkan besarnya gaya aksial
maksimum yang terjadi pada batang T7 adalah sebesar -583,8 kN dan merupakan
gaya aksial tekan. Perhitungan kebutuhan jumlah baut terhadap batang B1 adalah
sebagai berikut:
 Kuat Geser Rencana Baut
øVd = ø x m x r1 x fub x Ab
= 0,75 x 2 x 0,5 x 8250 kg/cm2 x 7,068cm2
= 43.733,25 kg
 Kuat Tumpu Rencana Baut
Untuk menghitung kuat tumpu rencana baut maka terlebih dahulu harus ditentukan
besarnya niai tp yang merupakan nilai terkecil antara:
 2 x Tebal Flens Batang T1 = 2 x 2,5 cm = 5,0 cm
 2 x Tebal Pelat Sambung = 2 x 2 cm = 4,0 cm
Maka digunakan nilai tp adalah sebesar 4,0 cm sehingga :

øVd = ø x 2,4 x Db x tp x fu
= 0,75 x 2,4 x 3 cm x 4,0 cm x 5000 kg/cm2
= 108.000 kg
Maka digunakan kekuatan baut yang minimum yaitu kekuatan baut terhadap geser
sebesar 43.733,25 kg
 Kebutuhan Jumlah Baut (n)
Vu 93.940
Jumlah Baut (n) = = = 2,14 Buah = 6 Buah
ØVd 43.733,25 kg
 Penentuan Jarak Baut
 Jarak Tepi Baut
3 db ≤ Jarak Tepi ≤ 15 tp atau 20 cm
3 x 3 cm ≤ Jarak Tepi ≤ 15 x 4,0 cm atau 20 cm
9 cm ≤ Jarak Tepi ≤ 60 cm atau 20 cm
Maka mengacu pada persyaratan tersebut diambil jarak tepi baut yaitu sebesar 10
cm.
 Jarak Antar Baut
1,5 db ≤ Jarak Antar Baut ≤ (4 tp + 10 cm) atau 20 cm
1,5 x 3 cm ≤ Jarak Antar Baut ≤ (4 x 4,0 + 10) cm atau 20 cm
4,5 cm ≤ Jarak Antar Baut ≤ 26 cm atau 20 cm
Maka mengacu pada persyaratan tersebut diambil jarak tepi baut yaitu sebesar 10
cm.

Gambar 8. 11 Detail Sambungan Simpul C


8.4 Sambungan Portal Akhir (Rigid Connection)
Gambar 8. 12 Ilustrasi Letak Sambungan Pada Portal Akhir

Gambar 8. 13 Tampak Depan Sambungan

Data-data Perencanaan :

 Profil Portal Akhir = WF 200.200.10.16


 Tebal Pelat Simpul = 2 cm
 Mutu Baja = BJ 50; Fy = 2900 kg/cm2 dan Fu = 5000 kg/cm2
 Pelat Penyambung = Profil L 100.100.10
 Tipe Baut = ASTM A325
 Kekuatan Ultimate Baut, Fub = 8250 kg/cm2
 Diameter Baut (db) = 22 mm
π
 Luas Baut (Ab) = x (22 mm)2 = 379,94 mm2 = 3,799 cm2
4
 Mutu Las = E80xxx
 Gaya Geser Maksimum (Vu) = 2326,6 kg
 Momen Maksimum (Mu) = 14430 kgm
8.4.1 Kontrol Kekuatan Baut Terhadap Geser
 Kuat Geser Rencana Baut
m =1
r1 = 0,5 (baut tanpa ulir pada bidang geser)
øVd = ø x m x r1 x Fub x Ab
= 0,75 x 1 x 0,5 x 8250 kg/cm2 x 3,799 cm2
= 11754,394 kg
 Kuat Tumpu Rencana Baut
Untuk menghitung kuat tumpu rencana baut maka terlebih dahulu harus ditentukan
besatnya tp yang merupkan nilai terkecil dari :
 Tebal Pelat Simpul = 20 mm = 2 cm (menentukan)

 Tebal Pelat Siku = 10 mm = 1 cm


Maka digunakan nilai tp adalah sebesar 1 cm sehingga :
øVd = ø x 2,4 x db x tp x Fu
= 0,75 x 2,4 x 2,2 cm x 1 cm x 4400 kg/cm2
= 19800 kg

Maka digunakan kekuatan baut minimum yaitu kekuatan baut terhadap geser sebesar
11754,394 kg

 Gaya Geser yang Diterima Setiap Baut


Vu 2326,6 kg
Gaya Geser = = =290,825 kg /buah < 11754 kg → OK!
nbaut 8 buah
 Penentuan Jarak Baut
 Jarak Tepi Baut
3 db ≤ S1 ≤ 15 tp atau 20 cm
3 x 22 mm ≤ S1 ≤ 15 x 10 mm atau 20 cm
66 mm ≤ S1 ≤ 150 mm atau 200 mm
Maka digunakan jarak baut ke tepi sambungan yaitu 75 mm
 Jarak Antar Baut
1,5 db ≤ S ≤ (4 tp +10 cm) atau 20 cm
1,5 x 22 mm ≤ S ≤ (4 x 10 + 100) mm atau 200 mm
33 mm ≤ S ≤ 140 mm atau 200 mm
Maka digunakan jarak antar baut yaitu 50 mm

8.4.2 Kontrol Kekuatan Baut Terhadap Momen (Tarik)


 Kuat Tarik Rencana Baut
øTn = ø x 0,75 x fub x Ab
= 0,75 x 0,75 x 8250 kg/cm2 x 3,799 cm2
= 17631,6 kg
 Gaya Tarik Maksimum Akibat Momen
Mu x d−max 1443000 kgcm x 24,2 cm
Tu-max = = = 14907 kg
∑ d2 ( 48,4 cm)
2

Tu-max = 14907 kg < øTn = 17631,6 kg → OK!


8.4.3 Kontrol Interaksi Gaya Geser dan Tarik
Gaya geser per baut 290,825 kg
 Fuv = = =76,545 kg/cm2
Ab 3,799 cm 2

 Ft = 1,3 Fub – 1,5 Fuv ≤ Fub


= 1,3 x 8250 kg/cm2 – 1,5 x 76,545 kg/cm2 ≤ 8250 kg/cm2
= 10610,2 kg/cm2 > 8250 kg/cm2
Maka diambil Ft sebesar 8250 kg/cm2
Td = ø x Ft x Ab
= 0,75 x 8250 kg/cm2 x 3,799 cm2
= 23508,8 kg
Td = 23508,8 kg > Tu-max = 14907 kg → OK!

8.4.4 Kontrol Kekuatan Las


Dengan sumsi tebal las awal adalah 1 cm maka
parameter penampang las adalah :

Luas Las = 131,2 cm2


Ix Las = 18096,496 cm4
Titik Berat (y) = 18,36 cm
Ix Las 18096,496 cm4
Sx Las = =
y 18,36 cm
= 985,65 cm3

 Akibat Beban Sentris Vu


Vu 2326,6 kg
fv = = =¿ 17,73 kg/cm2
A−las 131,2 cm2

 Akibat Momen Lentur Mu


Mu 1443000 kg cm
fh = = =¿ 1464 kg/cm2
Sx−las 985,65 cm
3

 Mencari Tegangan Las Total


f total = √ fv 2+ fh2=√17,73 2+1464 2=1464,11 kg/cm2
øfn = 0,75 x 0,6 x E80xxx
= 0,75 x 0,6 x (80 Ksi x 70,33)
= 2531,88 kg/cm2
øfn = 2531,88 kg/cm2 > f total = 1464,11 kg/cm2 → OK!
 Menentukan Tebal Las Perlu (te-perlu) dan Lebar Las (a)
2
f total 1464,11 kg/cm
te-perlu = = 2
=¿ 0,578 cm
øfn 2531,88 kg /cm
te− perlu 0,578
a-perlu = = =¿ 0,817 cm
0,707 0,707
fu
a-max eff. Sayap= 1,41 x x Tebal Sayap
E 80 xxx
5000 kg/cm2
= 1,41 x x 1 cm
( 80 x 70,33 ) kg/cm2
= 1,253 cm
fu
a-max eff. Badan= 0,707 x x Tebal Web
E 80 xxx
2
5000 kg/ cm
= 1,41 x x 1 cm = 0,628 cm
( 80 x 70,33 ) kg/ cm2
a-minimum = 5 mm
a-maksimum = Tebal pelat – 1,6
= 10 mm – 1,6 = 8,4 mm = 0,84 cm
Maka diambil lebar las sebesar 0,7 cm
Te-perlu = a x 0,707
= 0,7 cm x 0,707
= 0,5 cm
Sehingga digunakan las dengan lebar 0,7 cm dan tebal 0,5 cm
BAB IX

PERHITUNGAN ELASTOMER
(METODE -A, AASHTO LRFD BRIDGE DESIGN SPECIFICATION 4th EDITION
2007)

9.1 Perhitungan Pembebanan


1. Beban Mati (DL) = 1847,02 kN
Tabel 9. 1 Beban Mati Jembatan
Berat
Komponen Beban Tebal Lebar Panjang Jumlah Beban
Jenis
m m m kg/m3 bh kg
Aspal 0,05 9 60 2200 1 59400
Pelat Beton 0,2 11 60 2320 1 306240
Trotoar 0,25 1 60 2320 2 69600
Balok Memanjang 60 89,6 7 37632
Balok Melintang 11 243 13 34749
Bracing Atas 6,26 14,7 24 2208,528
Portal Atas 11 65,70 13 9394,528
Bracing Bawah 5,98 14,7 48 4219,488
Rangka Atas 5 362,67 24 43520,4
Rangka Bawah 5 362,67 24 43520,4
24114,69
Rangka Diagonal 9 111,47 24 1
Rangka Tegak 7,5 189,97 26 37044,15
67164,31
Sambungan 10% dari berat batang total 8
Berat Total 738807,5
WD = ¼ Berat Total = 184701,88 kg

2. Beban Hidup (LL) = 2625 kN


Beban hidup diambil yang terbesar dari BTR + BGT dan Beban truk
 Beban Hidup “BTR”
W-BTR = q-UDL x lebar jalan x Panjang jembatan
= 9 kN/m2 x 9 m x 60 m
= 4860 kN
 Beban Hidup “BGT”
W-BGT = P-BGT x Lebar jalan
= 49 kN/m x 9 m
= 441 kN

WL1 = 1/4W-BTR + 1/2W = 1435,5 kN

 Truk
Jumlah lajur =3
Panjang Jembatan = 60 m
Jumlah truk 1 lajur = 60 m / 8 m = 7,5 truk
Total truk 1 jembatan = 21 truk
T = 500 kN x 21 buah
= 10500 kN
WL2 = 1/4T = 2625 kN (Menentukan)

3. Beban Angin Atas = 38,48 kN (Sub Bab 5.2 Beban Angin Bracing Atas)
4. Beban Angin Bawah = 25,3 kN (Sub Bab 5.3.1 Beban Angin Bracing
Bawah)

5. Beban Rem (SNI 1725:2016 Pasal 8.7)


Diambil yang terbesar dari:

a. 25% dari berat gandar truk desain atau

(n x 25% berat gandar) = Jumlah lajur x 25% x 225 kN


= 3 x 56,25 kN
= 168,75 kN
b. 5% dari berat truk rencana ditambah beban lajur terbagi rata BTR
(n x 5% x Beban truk) = Jumlah lajur x 5% x 500 kN + BTR
= 3 x 5% x (500 + 297kN)
= 119,55 kN (Menentukan)
6. Perpindahan Memanjang Jembatan = 100 mm (Output SAP2000)
7. Rotasi = 0,0005 rad (Output SAP2000)
9.2 Data Fisik Elastomer
1. Hardness = 55 Shore A
2. Modulus Geser (G) = 0,7 – 0,91 Mpa
3. Total Beban Kompresi (Pr) = 3600 kN
4. Batas Tegangan Delaminasi = 7 Mpa

9.3 Perhitungan Dimensi Elastomer


1. Luas Area Elastomer yang Diperlukan
Total load = PDL + PLL = 4472,02 kN

As Perlu ≥ (4472,0187600) (1000) / σ laminasi

≥ 638860 mm2
S2 ≥ 638860 mm2
S ≥ 799,29 mm ≈ 800 mm

2. Asumsi Dimensi-dimensi dalam perletakan Elastomer Berdasarkan Perhitungan


Berdasarkan luas diatas :
Lebar (W) = 850 mm
Panjang (L) = 850 mm
Tebal = 208 mm
Tebal Lapisan (hri) = 20 mm
Tebal Lapisan Penutup (hcover) = 4 mm
Jumlah Lapisan (n) = 10 buah
Fy pelat = 240 Mpa

3. Hitung shape Factor


Ip = 2 (L+W) = 3400 mm
S = A/ (Ip.hri) = 10,63
Kontrol
4 <S < 12
4 < 10,63 < 12 → OK!
4. Cek Tegangan Izin
P−DL+ P−¿
σ-s = = 6,1896453 Mpa
A
P−¿
σ-L = = 3,633218 Mpa
A
KONTROL :
Bantalan dengan deformasi geser yang tidak dikekang
σ-s ≤ σ-laminasi
6,1896 Mpa ≤ 7 Mpa → OK!

σ-s ≤ 1.0 G(min) . S


6,1896 Mpa ≤ 7,4375 Mpa → OK!

Bantalan dengan deformasi geser yang dikekang


σ-s ≤ σ-laminasi
6,1896 Mpa ≤ 7 Mpa → OK!

σ-s ≤ 1.0 G(max) . S


6,1896 Mpa ≤ 9,66875 Mpa → OK!

5. Cek Deformasi Geser


Total deformasi geser rencana ∆s= 100 mm
Deformasi izin = 2∆s = 200 mm
Ketebalan total elastomer (hrt) = (Jumlah tebal lapisan internal + jumlah tebal cover)
Hrt = 208 mm

KONTROL :
Hrt ≥ 2∆s
208 ≥ 200 → OK!
6. Cek Rotasi
L 2 Өsx
σs ≥ 0,5 G. S( ) .
hri n
6,18964534 ≥ 3,33584 → OK!

W 2 Өsx
σs ≥ 0,5 G. S( ) .
hri n
6,18964534 ≥ 3,33584 → OK!

7. Cek Stabilitas
H ≤ L/3
230 mm ≤ 283,3333 mm → OK!

H ≤ W/3
230 mm ≤ 283,3333 mm → OK!

h cover mm < 0,7 hri


4 mm < 14 mm → OK!

8. Menentukan Tebal Pelat


Kondisi layan
3. hr −maks . σs
hs ≥
fy
hs ≥ 1,547

Kondisi fatik
2. hr −maks . σL
hs ≥
fth
hs ≥ 0,605

Tebal pelat baja digunakan = 2 mm

9. Resume
Sifat Fisik:
Mutu Pelat Baja (fy) = 240 Mpa
Mutu Elastomer (G) = 0,7 Mpa

Geometri:
Dimensi bantalan LxWxH = 850 x 850 x 230 mm
Tebal Cover atas = 4 mm
Tebal Cover bawah = 4 mm
Tebal lapisan internal = 20 mm
Jumlah lapisan = 10 buah
Tebal pelat baja = 2 mm
Jumlah lapisan pelat = 11 buah

Gambar 9. 1 Rancangan Elastomer

Anda mungkin juga menyukai