Anda di halaman 1dari 26

HUBUNGAN AKTIFITAS FISIK, BEBAN KERJA, DAN TINGKAT

STRES TERHADAP TEKANAN DARAH STAF PENDIDIK SMA DI


WILAYAH PESISIR KOTA KENDARI

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat


Sarjana (S1) Program Studi Pendidikan Dokter

Oleh :

Muhamad Irvan Albab


K1A1 14 029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018

7
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tekanan darah adalah tekanan dari aliran darah dalam

pembuluh nadi arteri. Jantung berdetak, lazimnya 60 hingga 70 kali

dalam 1 menit pada kondisi istirahat (duduk atau berbaring), darah

dipompa menuju darah melalui arteri. Tekanan darah paling tinggi

terjadi ketika jantung berdetak/ berkontraksi memompa darah

disebut tekanan sistolik. Tekanan darah menurun saat jantung

rileks diantara dua denyut nadi disebut tekanan diastolik.

(Kowalski, 2010).

Tekanan darah merupakan faktor yang sangat penting pada

sistem sirkulasi. Terdapat dua macam kelainan tekanan darah yakni

dikenal dengan hipertensi atau tekanan darah tinggi dan hipotensi

atau tekanan darah rendah. Hipertensi telah menjadi penyakit yang

menjadi perhatian di berbagai dunia, karena seringkali menjadi

penyakit tidak menular nomor satu di banyak Negara. Menurut

World Health Organization (WHO) (2013) memaparkan bahwa

peningkatan tekanan darah / hipertensi merupakan salah satu faktor

kematian global dan diperkirakan telah menyebabkam 9,4 juta

kematian dan 7% dari beban penyakit yang diukur dalam Disability

Adjusted Life Year (DALY) pada tahun 2010.

8
Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui

pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 25,8 persen, tertinggi di

Bangka Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%),

Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%). Sedangkan

prevalensi hipertensi di Sultra sebesar 22,5%.Hipertensi dapat

terjadi karena berbagai faktor Faktor-faktor yang mempengaruhi

tekanan darah adalah usia, riwayat penyakit keluarga, indeks massa

tubuh, tingkat pendidikan, stres kerja, aktivitas fisik, konsumsi

kafein, konsumsi obatobatan, dan kebiasaan merokok.

Berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh Nur Fitriani

dan Neffrety Nilam Sari mengatakan bahwa terdapat hubungan

Riwayat keluarga dengan tekanan darah. Hal ini sejala dengan teori

yang menyatakan bahwa Riwayat keluarga merupakan faktor

bawaan yang menjadi pemicu timbulnya hipertensi, terutama

hipertensi primer. Jika dalam keluarga seseorang hipertensi, ada

25% kemungkinan orang tersebut terserang hipertensi. Apabila

kedua orang tua mengidap hipertensi, kemungkinanhipertensi naik

menjadi 60% (Iskandar,2010).

Pada penelitian yang di lakukan oleh Nur Fitriani, Neffrety

Nilamsari pada tahun 2017 mengatakan bahwa Hubungan antara

indeks massa tubuh dengan tekanan darah pada pekerja shift dan

pekerja non-shift, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan

yang signifikan (p=0.006). Sejalan dengan penelitian (Korneliani

9
and Meida 2012) bahwa obesitas berisiko terkena hipertensi

sebesar 4,02 kali dibandingkan orang yang tidak obesitas. Ketika

berat badan bertambah, yang diperoleh kebanyakan adalah jaringan

berlemak, jaringan ini mengandalkan oksigen dan nutrisi di dalam

darah untuk bertahan hidup. Semakin banyak darah yang melintasi

arteri, semakin bertambah tekanan yang diterima oleh dinding-

dinding arteri tersebut. Hampir semua orang yang kelebihan berat

badan sebanyak 20% pada akhirnya akan menderita tekanan darah

tinggi.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi tekanan darah adalah

stres, sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh katerin indah

islami pada tahun 2015 yang mengatakan bahwa Berdasarkan hasil

yang diperoleh melalui uji analisis statistik dengan tingkat

kesalahan 10% bahwa apabila seseorang mengalami stres akan

berisiko hipertensi 0,541 kali lebih besar daripada orang yang tidak

stres.

Kondisi stres yang membuat tubuh menghasilkan hormon

adrenalin lebih banyak, membuat jantung berkerja lebih kuat dan

cepat. Apabila terjadi dalam jangka waktu yang lama maka akan

timbul rangkaian reaksi dari organ tubuh lain. Perubahan

fungsional tekanan darah yang disebabkan oleh kondisi stres dapat

menyebabkan hipertropi kardiovaskuler bila berulang secara

intermiten. Begitupula stres yang dialami penderita hipertensi,

10
maka akan mempengaruhi peningkatan tekanan darahnya yang

cenderung menetap atau bahkan dapat bertambah tinggi sehingga

menyebabkan kondisi hipertensinya menjadi lebih berat (Lawson,

2007)

Faktor lain yang dapat mempengaruhi tekanan darah adalah

aktivitas fisik. Kurangnya aktifitas fisik meningkatkan risiko

menderita hipertensi karena meningkatkan risiko kelebihan berat

badan. Orang yang kurang melakukan aktivitas fisik juga

cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi

sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap

kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung harus memompa,

makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri(Anggara dan

Prayitno, 2013).

Faktor lain yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan

darah adalah beban kerja, sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Risky Brian Sinubu ,Rolly Rondonuwu, Franly Onibala

mengatakan bahwa 33 orang tenaga pengajar terdiri dari 11 orang

laki-laki dan 22 orang perempuan dengan pembagian waktu kerja 8

jam/hari. Terdapat 29 dari 33 responden memiliki beban kerja berat

dan terdapat 26 dari 33 responden memiliki tekanan darah yang tidak

normal. Penelitian dilakukan pada 33 responden di SMA N 1

Amurang Kab.Minahasa Selatan.

Hal ini dapat dipengaruhi karena tuntutan kerja yang terlalu

banyak (bekerja terlalu keras dan sering kerja lembur) dan jenis

11
pekerjaan yang harus memberikan penilaian atas penampilan kerja

bawahannya atau pekerjaan yang menuntut tanggung jawab bagi

manusia. Beban kerja meliputi pembatasan jam kerja dan jam kerja

yang diharuskan adalah 6-7 jam setiap harinya. Sisanya digunakan

untuk keluarga dan masyarakat, istirahat, tidur dan lain-lain. Dalam

satu minggu seseorang bekerja dengan baik selama 40-50 jam,

lebih dari itu terlihat kecenderungan yang negatif seperti kelelehan

kerja, penyakit dan kecelakaan kerja (Agustin, 2012).

Salah satu faktor resiko hipertensi lain adalah letak

geografis suatu daerah. Bustan (1997) dalam Kartikasari (2012)

menyatakan bahwa masyarakat yang bertempat tinggal didaerah

pantai memiliki faktor risiko lebih tinggi untuk menderita

hipertensi dibandingkan dengan masyarakat yang berada di daerah

pegunungan karena diduga adanya pengaruh antara ketinggian

lokasi dan asupan nutrisi yang berbeda yang akan berpengaruh

terhadapa tekanan darah.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai hubungan aktivitas fisik, beban kerja, dan

tingkat stres terhadap tekanan darah staf pendidik di wilayah

pesisir Kota Kendari.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Hubungan antara Aktivitas Fisik dengan Tekanan Darah pada

staf pendidik Wilayah Pesisir Kota Kendari ?

12
2. Bagaimana Hubungan Beban Kerja dengan Tekanan Darah pada staf

pendidik wilayah Pesisir Kota Kendari ?

3. Bagaimana Hubungan Tingkat Stres dengan Tekanan Darah pada staf

pendidik wilayah Pesisir Kota Kendari ?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Menganalisis hubungan aktivitas fisik, beban kerja dan tingkat stres

terhadap tekanan darah pada staf pendidik di Wilayah Pesisir Kota

Kendari

2. Tujuan Khusus
a. Menganalisis Hubungan Aktivitas Fisik terhadap tekanan darah pada

staf pendidik di Wilayah Pesisir Kota Kendari

b. Menganalisis Hubungan Beban Kerja terhadap tekanan darah pada staf

pendidik di Wilayah Pesisir Kota Kendari

c. Menganalisis Hubungan Tingkat Stres terhadap tekanan darah pada

staf pendidik di Wilayah Pesisir Kota Kendari

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritik
Penelitin ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu

pengetahuan tentang hubungan aktivitas fisik, beban kerja, dan tingkat

stres terhadap tekanan darah pada staf pendidik di Wilayah Pesisir

Kota Kendari

13
2. Manfaat Aplikatif
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu

pengetahuan peneliti tentang hubungan aktivitas fisik, beban kerja, dan

tingkat stres terhadap tekanan darah pada staf pendidik di Wilayah Pesisir

Kota Kendari

b. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

masyarakat tentang hubungan aktivitas fisik, beban kerja, dan tingkat stres

terhadap tekanan darah pada staf pendidik di Wilayah Pesisir Kota

Kendari

c. Bagi Institusi
Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi tentang

hubungan aktivitas fisik, beban kerja, dan tingkat stres terhadap tekanan

darah pada staf pendidik di Wilayah Pesisir Kota Kendari

14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Umum Kepustakaan

1. Tekanan Darah

a. Definisi

Tekanan darah adalah tekanan yang diberikan oleh darah terhadap

dinding pembuluh darah arteri. Tekanan itu di ukur dalam satuan

milimeter mercury (mmHg) dan direkam dalam dua angka tekanan

sistolik (ketika jantung berdetak) dan tekanan diastolik (ketika jantung

relaksasi) (UPT Balai Informasi Teknologi LIPI, 2009).

Tekanan darah arteri dipengaruhi oleh cardiac output, resistensi

perifer dan volume darah sehingga tekanan darah dipengaruhi oleh

kondisi yang mengatur ketiga faktor ini.

Tetapi dua penentu terbesar adalah cardiac output dan resistensi

perifer total (Sherwood, 2011). Karena itu, setiap perubahan dari

cardiac output dan resistensi perifer, akan mempengaruhi tekanan

darah. Adapun yang dapat mempengaruhinya adalah

1) Curah Jantung

a) Denyut Jantung

Denyut Jantung dipengaruhi oleh persarafan, simpatis dan

parasimpatis. Persarafan simpatis akan meningkatkan denyut

jantung dan parasimpatis menurunkannya. (Barrett et al, 2010).

15
b) Stroke Volume (Isi Sekuncup)

Isi sekuncup dipengaruhi oleh aktivitas simpatis dan

alirah darah kembali ke jantung (venous return). Aliran balik

darah ke jantung berhubungan dengan hukum Frank Starling

yang mempengaruhi kontraksi otot jantung, makin besar volume

yang kembali, makin panjang regangan otot jantung, makin kuat

kontraksi otot jantung hingga panjang optimal dicapai.

2) Resistensi Perifer Total

Resistensi perifer total bergantung pada jari-jari arteriol dan

viskositas darah. Jari-jari arteriol dipengaruhi oleh kontrol

metabolik lokal, aktivitas simpatis, hormon vasopressin dan

angiotensin II. Sedangkan viskositas darah dipengaruhi jumlah sel

darah merah yang terkandung di setiap milliliter volume darah

(Sherwood, 2011).

Gambar 1. Fisiologi Pengaturan Tekanan Darah (Sumber: Sherwood, 2011).

16
b. Fisiologi Pengukuran Tekanan Darah

Tekanan darah adalah gaya yang ditimbulkan oleh darah

terhadap dinding pembuluh, bergantung pada volume darah dinding

pembuluh dan compliance, atau disensibilitas dinding pembuluh

(seberapa mudah dinding pembuluh tersebut diregangkan)

(Sherwood, 2011). Ada banyak istilah yang dikenal dalam pengukuran

tekanan darah, yaitu :

1) Tekanan sistolik adalah tekanan maksimal yang ditimbulkan pada

arteri pada saat darah disemprotkan ke dalam pembuluh darah, rata-

rata 120 mmHg (Sherwood, 2011).

2) Tekanan diastolik adalah tekanan minimal di dalam arteri ketika

darah mengalir keluar menuju ke pembuluh yang lebih kecil, rata-

rata 80 mmHg (Sherwood, 2011).

3) Tekanan nadi adalah perbedaan tekanan antara tekanan sistolik dan

tekanan diastolik (Barrett et al, 2010).

4) Tekanan rata-rata adalah tekanan selama satu periode siklus

jantung, nilainya sedikit lebih rendah dengan penambahan tekanan

sistolik dan tekanan diastolik lalu dibagi dua (Barrett et al, 2010).

Tekanan darah pada manusia biasanya secara rutin dilakukan

dengan menggunakan sfigmomanometer, dengan mengukur dan

auskultasi pada arteri brakhialis. Metode ini berdasarkan pada prinsip

Bernoulli, dimana saat suatu cairan melewati bagian yang lebih

sempit, sehingga akan tejadi turbulensi dalam pembuluh darah.

17
Turbulensi terjadi karena saat cairan melewati dinding pembuluh

yang sempit, energi total tidak berubah (konstan) dibandingkan saat

melewati dinding pembuluh yang lebar, tetapi energi kinetik

meningkat dikarenakan kecepatan yang meningkat dan energi

potensial berkurang (Barrett et al, 2010).

c. Pengukuran Tekanan Darah

Tekanan darah biasa diukur oleh dokter atau perawat di klinik

dengan sfigmomanometer air raksa memakai metode auskultasi :

1) Pasien sebaiknya duduk beberapa menit dalam ruangan sepi pada

kursi yang sandarannya nyaman. Penderita duduk dengan lengan

tidak tertutup pakaian dan disangga setinggi jantung. Otot lengan

harus dilemaskan dan lengan bawah ditopang dengan lekukan sikut.

2) Tekanan darah diukur dengan meletakkan manset (yang terhubung

dengan manometer air raksa) pada lengan atas dan dengan

menggunakan stetoskop untuk mendengarkan arteri brakhialis yang

terletak di sebelah dalam siku lengan atas yang bersangkutan

3) Manset akan dipompa penuh sampai pembacaan manometer sekitar

30 mmHg yaitu sampai aliran darah akan berhenti singkat.

Kemudian manset akan dikempiskan perlahan sehingga aliran

darah kembali semula dengan laju kira-kira 2 mmHg. Pada saat

udara dalam manset dikeluarkan, pemeriksa akan mengamati

ketinggian air raksa yang turun perlahan pada manometer air raksa

dan menunggu sampai terdengar bunyi korotkoff dengan stetoskop.

18
Angka yang tepat pada saat denyutan pertama yaitu saat

bunyi terdengar pertama kali adalah menunjukkan tekanan sistolik.

Ketika manset mengempis, ketinggian air raksa akan makin

menurun dan saat bunyi denyut jantung terdengar terakhir kali,

angka pada manometer air raksa tersebut adalah tekanan diastolik.

Tekanan darah sitolik dan diastolik harus diukur sekurang-

kurangnya 2 kali selama periode tidak kurang dari 3 menit.

Tekanan darah harus diukur pada keadaan pasien berdiri jika

diduga terdapat hipotensi postural, dan pada pasien lansia yang

mengalami kondisi seperti ini (Padmawinata, 2001).

Gambar 2. Pemeriksaan Tekanan Darah dengan Sphygmomanometer Pompa

(Sumber : Padmawinata, 2001).

d. Klasifikasi Tekanan Darah

Derajat tekanan darah pada remaja diinterpretasikan

berdasarkan jenis kelamin, usia, serta tinggi badan. Dalam European

Society of Hypertension Guidelines for the Management of High

Blood Pressure in Children and Adolescent, klasifikasi tekanan darah

pada anak dan remaja diklasifikasikan berdasarkan kelompok usia

0-15 tahun dan usia ≥16 tahun sebagai berikut: (Lurbe et al, 2016)

19
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah pada Anak dan Remaja

Kriteria Usia 0-15 tahun Usia ≥16 tahun


Normal < persentil 90 <130/85 mmHg
Normal Tinggi ≥persentil 90-<persentil 95 130-139/85-89 mmHg
Hipertensi derajat I persentil 95-persentil 99 + 5 140-159/90-99 mmHg
mmHg
Hipertensi derjat II >persentil 99 + 5 mmHg 160-179/100-109 mmHg
Isolated Systolic SBP ≥persentil 95 dan DBP ≥140/<90 mmHg
Hypertension <persentil 90
Sumber: Lurbe et al, 2016

Dalam Clinical Practice Guideline for Screening and

Management of High Blood Pressure in Children and Adolescent

yang merupakan pembaharuan dari The Fourth Report on The

Diagnosis, Evaluation, and Treatment of High Blood Presure in

Children and Adolescent tahun 2004, derajat tekanan darah pada anak

dan remaja dengan berat badan normal dijelaskan dalam tabel 2.

Tabel 2. Definisi dan Derajat Hipertensi pada Anak dan Remaja


Kriteria Usia 1-13 tahun Usia ≥13 tahun
Normal < persentil 90 <120/<80 mmHg
Tekanan Darah ≥persentil 90-≤persentil 95 120/<80 sampai 129/<80 mmHg
Meningkat
Hipertensi derajat I ≥persentil 95-<persentil 95+12 130/80 sampai 139/89 mmHg
mmHg atau 130/80 sampai
139/89 mmHg
Hipertensi derjat II ≥persentil 95+12 mmHg atau ≥140/90 mmHg
≥140/90 mmHg
Sumber: Flynn et al, 2017

Prevalensi hipertensi pada remaja usia 15-17 tahun menurut JNC VII

2013 didapatkan prevalensi nasional sebesar 5,3%.

e. Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan

darah diantaranya adalah usia, ras, jenis kelamin, stres, medikasi,

variasi diurnal, olahraga, dan obesitas.

20
1) Usia

Tekanan darah bervariasi sepanjang kehidupan. Usia

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tekanan darah.

Usia berkaitan dengan tekanan darah tinggi (hipertensi). Semakin

tua seseorang maka semakin besar risiko terserang hipertensi

(Khomsan, 2003).

2) Ras

Kajian populasi menunjukkan bahwa tekanan darah pada

remaja berkulit hitam lebih tinggi dibandingkan dengan golongan

suku lainnya. Suku dan ras mungkin berpengaruh pada hubungan

antara umur dan tekanan darah.

Orang Afrika-Amerika lebih tinggi dibanding orang Eropa-

Amerika. Kematian yang dihubungkan dengan hipertensi juga

lebih banyak pada orang Afrika-Amerika. Kecenderungan

populasi ini terhadap hipertensi diyakini hubungan antara genetik

dan lingkungan (Kozier, 2009).

3) Jenis Kelamin

Jenis kelamin juga merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi tekanan darah (Rosta, 2011). Berdasarkan hasil

penelitian Wahyuni dam Eksanoto (2013), perempuan cenderung

menderita hipertensi daripada laki-laki. Pada penelitian tersebut

sebanyak 27,5% perempuan mengalami hipertensi sedangkan

untuk laki-laki hanya sebesar 5,8%.

21
Perempuan akan mengalami peningkatan tekanan darah

tinggi (hipertensi) setelah menopause yaitu usia diatas 45 tahun.

Perempuan yang belum menopause dilindungi oleh hormon

estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density

Lipoprotein (HDL) . Kadar kolesterol HDL rendah dan tingginya

kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL) mempengaruhi

terjadinya proses aterosklerosis dan mengakibatkan tekanan darah

tinggi (Anggraini dkk, 2009).

4) Stres

Stres adalah tanggapan atau reaksi tubuh terhadap tuntutan

atau beban atasnya yang bersifat non spesifik. Stress juga dapat

merupakan faktor pencetus, penyebab, sekaligus akibat dari suatu

gangguan atau penyakit. Stres dapat memicu terjadinya hipertensi

melalui aktivitas sistem saraf simpatis yang menyebabkan naiknya

tekanan darah secara intermitten (tidak menentu) (Andria, 2013).

Pada saat seseorang mengalami stres, hormon adrenalin akan

dilepaskan dan kemudian akan meningkatkan tekanan darah

melalui kontraksi arteri (vasokontriksi) dan peningkatan denyut

jantung. Apabila stres berlanjut, tekanan darah akan tetap tinggi

sehingga orang tersebut akan mengalami hipertensi (South, 2014).

22
5) Medikasi

Banyak pengobatan yang secara langsung maupun tidak

langsung mempengaruhi tekanan darah. Beberapa obat

antihipertensi seperti diuretik, penyekat beta adrenergic, penyekat

saluran kalsium, vasodilator, dan ACE inhibitor langsung

berpengaruh terhadap tekanan darah (Muttaqin, 2009).

6) Olahraga

Perubahan mencolok sistem kardiovaskular pada saat

berolahraga, termasuk peningkatan aliran darah otot rangka,

peningkatan bermakna curah jantug, penurunan resistensi perifer

total dan peningkatan sedang arteri rata-rata (Muttaqin, 2009).

7) Obesitas

Obesitas merupakan salah satu dari faktor risiko hipertensi,

seseorang yang memiliki berat badan berlebih atau mengalami

obesitas akan membutuhkan lebih banyak darah untuk menyuplai

oksigen dan makanan ke jaringan tubuhnya, sehingga volume

darah meningkat, curah jantung ikut meningkat dan akhirnya

tekanan darah ikut meningkat (Sheps, 2005). Selain itu kelebihan

berat badan juga meningkatkan kadar insulin dalam darah.

Peningkatan insulin ini menyebabkan retensi natrium pada ginjal

sehingga tekanan darah ikut naik (Morisson, 2006).

23
2. Aktivitas Fisik

a. Definisi

Menurut WHO dalam Mukti (2014) aktivitas fisik adalah

segala bentuk pergerakan tubuh yang dilakukan oleh otot skelet yang

mengakibatkan pengeluaran energi. Latihan (exercise) merupakan

subkategori dari aktivitas fisik yang direncanakan, terstruktur,

berulang-ulang, dan mempunyai tujuan tertentu, dengan tujuan utama

untuk perbaikan atau pemeliharaan satu atau lebih komponen

kebugaran fisik. Aktivitas fisik meliputi olahraga serta kegiatan lain

yang melibatkan gerakan tubuh dan dilakukan sebagai bagian dari

bermain, bekerja, transportasi aktif, tugas-tugas rumah serta aktivitas

rekreasi. Tingkat aktivitas fisik rendah atau inaktifitas fisik merupakan

faktor risiko keempat untuk kematian global yang menyebabkan

sekitar 3,2 juta kematian secara global (Mukti, 2014).

Selama aktifitas fisik, otot membutuhkan energi diluar

metabolisme untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru

memerlukan tambahan energi untuk mengantarkan zat-zat gizi dan

oksigen ke seluruh tubuh dan untuk mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh.

Banyaknya energi yang dibutuhkan bergantung pada berapa banyak

otot yang bergerak, berapa lama, dan berapa berat pekerjaan yang

dilakukan (Almatsier, 2004). Menurut McCaffrey (2003) dengan

adanya perbedaan aspek aktifitas fisik tentunya akan menyebabkan

efek yang berbeda pula terhadap kesehatan. Walaupun aktifitas fisik

hanya mempengaruhi satu pertiga pengeluaran energi seseorang


24
dengan berat badan normal, tetapi bagi seseorang yang memiliki

kelebihan berat badan, aktifitas memiliki peran yang sangat penting.

Penurunan aktifitas fisik merupakan faktor yang paling

bertanggung jawab dengan terjadinya obesitas. Dalam penelitian yang

dilakukan oleh Hadi (2005) menunjukkan bahwa penurunan aktifitas

fisik dan atau peningkatan perilaku hidup sedentarian (kurang gerak)

mempunyai peranan penting dalam peningkatan berat badan dan

terjadinya obesitas. Kurangnya aktifitas fisik akan menyebabkan

ketidak seimbangan energi yang masuk dengan energi yang

dikeluarkan setiap hari. Sehingga energi yang harusnya terbuang akan

tersimpan sebagai lemak dan akan meningkat dalam jaringan adiposa

yang dapat menyebabkan obesitas.

b. Klasifikasi Aktivitas Fisik

Menurut Physical Activity Guidelines for Americans, secara

umum aktivitas fisik dapat dibagi menjadi: (United States Departement

of Health and Human Services, 2008)

1) Aktivitas Dasar/Baseline Activity

Merupakan aktivitas dengan intensitas rendah yang biasa

ditemukan pada aktivitas kehidupan sehari-hari, seperti berdiri,

berjalan, dan mengangkat benda ringan. Individu yang hanya

melakukan aktivitas dasar dalam kehidupan sehari-harinya

dianggap sebagai individu yang inaktif.

25
2) Aktivitas Peningkat Kesehatan/Health Enchanching Physical

Activity

Merupakan aktivitas yang apabila dilakukan atau

ditambahkan pada aktivitas dasar, dapat memberikan manfaat bagi

kesehatan dan kebugaran tubuh. Aktivitas yang termasuk

didalamnya adalah jalan cepat, lompat tali, menari, angkat beban,

dan melakukan yoga.

Tingkat aktivitas fisik dapat dikategorikan menjadi inaktif,

tingkat aktivitas fisik rendah, tingkat aktivitas fisik sedang, dan

tingkat aktivitas fisik tinggi. Inaktif jika hanya melakukan aktivitas

dasar (baseline activity), rendah jika melakukan aktivitas selain

aktivitas dasar dengan durasi kurang dari 150 menit perminggu,

sedang jika melakukan aktivitas selain aktivitas dasar selama 150

sampai 300 menit perminggu, dan tinggi jika melakukan aktivitas

selain aktivitas dasar dengan durasi siatas 300 menit perminggu

(United States Departement of Health anda Human Service, 2008).

Penelitian yang dilakukan Sawello dan Malonda pada tahun

2012 tentang analisis aktivitas ringan sebagai faktor risiko

terjadinya obesitas pada remaja di sekolah menengah pertama

negeri 1 manado menunjukkan hasil siswa yang obes memiliki

aktivitas fisik ringan dengan rata-rata total MET 577,56

MET/minggu dan siswa tidak obes sebagian besar memiliki

aktivitas fisik sedang dengan rata-rata total MET 785,62

26
MET/minggu. Hal ini juga menunjukkan bahwa aktivitas fisik

merupakan faktor risiko terhadap kejadian obesitas dimana remaja

dengan aktivitas fisik ringan 6,591 kali lebih berisiko menjadi

obes, dibandingkan dengan remaja dengan aktivitas fisik sedang.

c. Penghitungan Besar Aktivitas Fisik

Tingkat aktivitas fisik suatu individu dihitung dengan besaran

energi dengan satuan kalori. Tingkat aktivitas fisik seseorang dapat

diukur menggunakan metode doubly labeled water, kalorimetri

langsung dan tak langsung, heartrate monitor, accelerometer,

pedometer, recall, dan kuesioner. Diantara beberapa metode diatas,

kuesioner dinilai paling efektif untuk menilai aktivitas fisik dalam

survei epidemiologi karena mudah dilakukan dan efektif digunakan

untuk mencakup populasi yang besar (Mukti, 2014).

Terdapat beberapa kuesioner yang dapat digunakan untuk

mengukur aktivitas fisik pada remaja, diantaranya adalah Adolescent

Physical Activity Questionnaire (A-PAQ), International Physical

Activity Questionnaire (IPAQ), General Practice Physical Activity

Questionnaire, dan Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ)

(Mukti, 2014). IPAQ merupakan kuesioner aktivitas fisik yang

diusulkan oleh The International Group for Consensus of Physical

Activity Measurement dan telah disahkan oleh WHO. Kuesioner ini

menilai tipe intensitas aktivitas fisik dan waktu duduk yang dilakukan

seseorang untuk memperkirakan total aktivitas fisik dalam Metabolic

27
Equivalents Turnover (MET) permenit dalam jangka waktu seminggu

dan waktu yang digunakan selama duduk dengan target populasi usia 15

tahun keatas (Lee dkk, 2011).

IPAQ tersedia dalam versi singkat dan versi panjang yang

menyajikan pertanyaan yang dapat dijawab sendiri serta menyediakan

informasi berdasarkan durasi dan frekuensi berjalan dan aktivitas

sehari-hari yang membutuhkan usaha dengan intensitas ringan sampai

tinggi, serta lama waktu yang digunakan untuk melakukan aktivitas

dalam posisi duduk selama paling sedikit 7 hari sebelum pengukuran

dilakukan. IPAQ versi singkat merupakan pilihan untuk mengukur

aktivitas pada populasi remaja dimana intensitas aktivitas fisik akan

digradasi secara kualitatif ringan (penggunaan kalori <4 Kcal/menit),

sedang (penggunaan kalori 4-7 Kcal/menit) dan tinggi (penggunaan

kalori >7 Kcal/menit) (Tsioufis dkk, 2010; Lee dkk, 2011).

3. Beban Kerja

Setiap pekerjaan apapun jenisnya apakah pekerjaan tersebut

memerlukan kekuatan otot atau pemikiran adalah merupakan beban

bagi yang melakukan pekerjaan tersebut. Akibat beban kerja yang

terlalu berat atau kemampuan fisik yang lemah, dapat mengakibatkan

seorang pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja. Semua

sikap tubuh yang tidak alamiah dalam bekerja, misalnya sikap

menjangkau barang yang melebihi jangkauan tangan harus dihindarkan.

Gejala kelelahan banyak dialami oleh karyawan yang pekerjaanya

28
bersifat monoton dan berulang-ulang selama tidur dan dipercepat oleh

emosi, olahraga, demam dan rangsang lain(4). Berbagai macam kondisi

kerja dapat menaikkan denyut jantung seperti bekerja dengan

temperatur yang tinggi, tingginya pembebanan otot statis, dan semakin

sedikit otot yang terlibat dalam suatu kondisi kerja (5).. Kelelahan

akibat kerja sering kali diartikan sebagai proses menurunnya effisiensi

dan berkurangnya kekuatan atau ketahanan fisik tubuh untuk terus

melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan(3). Jantung berdenyut kira-

kira 70 kali dalam satu menit pada keadaan istirahat. Frekuensi

melambat

2. Wilayah Pesisir

a. Definisi

Wilayah Pesisir adalah daerah peralihan antara Ekosistem darat

dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan di laut (UU RI

nomor 27 tahun 2007 bab 1 pasal 1 ayat (2)). Menurut Wahyudin

(2011), wilayah pesisir merupakan daerah pertemuan antara wilayah

daratan dengan karakteristik daratannya dan wilayah lautan dengan

karakteristik lautannya dan membawa dampak yang cukup signifikan

terhadap pembentukan karakteristik wilayah sendiri yang khas.

Penjelasan dari Scura et al (1998) mengenai wilayah pesisir adalah

daerah yang mewakili antara pertemuan daratan dan laut, tetapi

29
kepedulian dan minat diarahkan pada wilayah dimana aktivitas

manusia saling keterkaitan dengan daratan dan lingkungan laut, dan

wilayah pesisir mempunyai karakteristik, yaitu (Satria, 2009):

1) Memiliki habitat dan ekosistem yang dapat menyediakan sesuatu

dan jasa untuk masyarakat pesisir

2) Dicirikan persaingan untuk sumber daya daratan, lautan dan

ruang oleh berbagai stakeholder, seringkali menimbulkan

konflik dan menurunkan fungsi terpadu dari sistem sumber daya

3) Menyediakan sumberdaya ekonomi nasional dari wilayah pesisir

dimana dapat mengalihkan Gross National Product (GNP)

terhadap kegiatan seperti pembangunan perkapalan,

perminyakan dan gas, pariwisata pesisir dan lain-lain

4) Memiliki kepadatan penduduk yang tinggi dan tempat yang baik

untuk urbanisasi.

Berdasarkan penjelasan dan keterangan dari Undang-undang

No. 27 Tahun 2007, tentang batasan wilayah pesisir, dimana yang

dimaksudkan wilayah pesisir yakni daerah yang meliputi ke arah

daratan mencakup wilayah administrasi daratan sedangkan ke arah

perairan laut mencakupi sejauh 12 (dua belas) mil laut yang diukur

dari garis pantai ke arah laut lepas dan/atau kearah perairan

kepulauan.

30
b. Batas Wilayah

Menurut Bengen (2002), apabila ditinjau dari garis pantai (coast

line), maka wilayah pesisir mempunyai dua macam batas (boundaries)

yaitu batas yang sejajar garis pantai (long shore) dan batas yang tegak

lurus garis pantai (cross shore). Untuk kepentingan pengelolaan,

batas ke arah darat ditetapkan dalam dua macam, yaitu wilayah

perencanaan dan batas untuk wilayah pengaturan.

Perairan pesisir adalah laut yang berbatasan dengan daratan

meliputi perairan sejauh 12 mil laut diukur dari garis pantai, perairan

yang menghubungkan pantai dan pulau, estuary, teluk, perairan

dangkal, rawa payau, dan laguna. Sedangkan Undang undang nomor

27 Tahun 2007 tentang pengelolaan pesisir dan pulau-pulau, kearah

daratan ditetapkan sesuai dengan wilayah administrasi kecamatan.

c. Karateristik Masyarakat Pesisir

Masyarakat pesisir adalah sekumpulan masyarakat yang hidup

bersama-sama mendiami wilayah pesisir membentuk dan memiliki

kebudayaan yang khas yang terkait dengan ketergantungannya pada

pemanfaatan sumber daya pesisir. Pendekatan kompleksitas

perwujudan budaya masyarakat pantai sangat berkaitan dengan kultur

laut yang mendapat pengaruh maritime great tradition (Satria, 2009).

Menurut Wahyudin, karakteristik masyarakat pesisir sangat khas, erat

kaitannya dengan usaha bidang perikanan yang sangat bergantung dan

dipengaruhi faktor-faktor lingkungan, musim dan pasar

31
32

Anda mungkin juga menyukai