Anda di halaman 1dari 11

Muhammad Nur Pengemasan pada Sate Bandeng

PENGARUH CARA PENGEMASAN, JENIS BAHAN PENGEMAS,


DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN
ORGANOLEPTIK SATE BANDENG (Chanos chanos)
(The effect of packaging, packaging materials, and storage duration on chemicals
properties, microbiology, and organoleptic of sate bandeng (Chanos chanos)
Muhammad Nur1)
1)
Staf Pengajar Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung
Jl. Prof. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung, Lampung 35145
Telp. 0721-781823; email: mnur_thp@unila.ac.id

ABSTRACT

Sate bandeng is a perishable product which has a short shelf life time (about 3 day). It is
particularly couse by the contamination of the environment. Thus, packaging is need to reduce
contamination and retain destruction to prolong the storage time. This research was aimed to
determine the best. Packaging technique materials and also maximum storage time so that sate
bandeng has chemical, microbial, and organoleptic characteristics which is still consumtable. The
result of the research shower that the vacuum packaging with polypropylene was the best
treatment with maximum storage time within 6 day with 46,31% of water content; 55,53 mg/100
g of TVN content, total aerobic microbe 2,6x105colony/g, total anaerobic facultative microbe 2,1
x 104colony/g and has rather specific aroma of sate bandeng, compact and hard texture.
Meanwhile the total acceptance of the product is rather liked by the panelist.

Key words: sate bandeng, vacuum packaging, polypropylene

PENDAHULUAN daya simpan sekitar 3 hari sehingga


jangkauan pemasaran produk ini masih
Ikan merupakan sumber protein hewani berkisar di daerah Banten, Jakarta, dan Jawa
yang sangat potensial. Oleh karena itu Barat. Rendahnya daya simpan sate bandeng
diperlukan usaha untuk meningkatkan daya dapat disebabkan oleh kandungan gizi yang
simpan hasil perikanan melalui proses tinggi serta pengaruh lingkungan serta
pengawetan maupun pengolahan yang juga oksigen dan kontaminsai mikroorganisme.
bertujuan untuk penganekaragaman produk Menurut Winarno dan Betty (1983),
olahan sehingga pemanfaatan ikan sebagai kerusakan bahan pangan dapat disebabkan
sumber protein lebih maksimal. oleh dua hal yaitu kerusakan oleh sifat
Salah satu olahan ikan adalah sate alamiah dari produk yang berlangsung secara
bandeng yang merupakan produk khas daerah spontan yang kedua adalah kerusakan karena
serang propinsi banten. Pada prinsipnya, sate pengaruh lingkungan. Oleh karena itu
bandeng merupakan produk olahan ikan diperlukan pengemas untuk membatasi bahan
bandeng yang tulang dan durinya dibuang pangan dengan lingkungan untuk mencegah
lalu dilakukan penambahan bumbu dan atau menunda proses kerusakan sehingga sate
perlakuan panas (Tim Yasa Boga, 2000). Sate bandeng mempunyai daya tahan lebih lama
bandeng merupakan produk semi basah yang untuk dikonsumsi.
cepat mengalami kerusakan dan mempunyai

Jurnal Teknologi dan Industri Hasil Pertanian Volume 14, No.1, Maret 2009 1
Pengemasan pada Sate Bandeng Muhammad Nur

Sifat terpenting dari pengemas meliputi itu pengemasan vacuum cenderung menekan
permeabilitas gas dan uap air serta luas jumlah bakteri, perubahan bau, rasa, serta
permukaan kemasan. Kemasan dengan daya penampakan selama penyimpanan, karena
hambat gas yang baik dan luas permukaan pada kondisi vakum, bakteri aerob yang
yang lebih kecil menyebabkan masa simpan tumbuh jumlahnya relative lebih kecil
produk lebih lama (Bukle et al., 1987). disbanding dalam kondisi tidak vakum.
Dengan adanya pengemasan sate bandeng
dengan menggunakan cara pengemasan dan BAHAN DAN METODE
jenis bahan pengemas tertentu diharapkan
dapat memperpanjang daya simpan sate Bahan dan Alat
bandeng dan dapat meningkatkan pemasaran.
Bahan-bahan yang digunakan dalam
Penggunaan bahan pengemas harus
penelitian ini terdiri dari ikan bandeng (Chanos
sesuai dengan sifat bahan yang dikemas.
chanos), santan kelapa, garam dan bumbu-
Polietilen (PE) dan Polipropilen (PP)
bumbu yang di beli dipasar bambukuning
merupakan kemasan plastic yang fleksibel
Bandar Lampung, serta bahan-bahan kimia
yang umum digunakan untuk mengemas
untuk anlisis. Jenis bahan pengemas yang
produk daging dan ikan. Sifat-sifat polietilen
digunakan adalah plastic polietilen densitas
antara lain : (1) mudah dibentuk dan lemas,
tinggi (HDPE) dan polipropilen yang dibeli dari
(2) tahan terhadap basa, asam, alcohol,
took Aladin Tanjung karang.
diterjen, dan bahan kimia lainnya, (3) kedap
Alat-alat yang digunakan meliputi alat
air dan uap, (4) daya rentang tinggi tanpa
pengolahan dan alat untuk analisis. Peralatan
sobek, dan (5) mudah dikelim panas (Syarief
pengolahan antara lain pisau, timbangan,
et al., 1989).
blender, pemanggang ikan, dan alat-alat untuk
Polipropilen mempunyai sifat-sifat
pemasak bumbu. Peralatan analisis antara lain
kimia antara lain : (1) sukar ditembus oleh
alat-alat gelas, oven (Merk Philip Harris Ltd),
uap air, (2) tahan terhadap minyak dan lemak,
neraca analitik (Merk Scaltec SBA-31),
(3) permeabilitas terhadap uap air rendah, (4)
vacuum sealer, ikubator (Merk Precision),
stabil pada suhu tinggi, dan mempunyai
laminar air flow (Merk Bassaire), destilation
permukaan yang mengkilat. Polipropilen
unit (Merk Buchi 315), colony counter (Merk
banyak digunakan sebagai pembungkus
Stuart Scientific), hot plate (Merk Robusta) dan
daging dengan proses pengemasan vacuum
outuklap (Merk All American)
dan gas (Ramsbottom, 1971 dalam Suparna
1994). Berdasarkan sifat-sifat tersebut maka
Metode Penelitian
digunakan polietilen dan polipropilen untuk
mengemas sate bandeng. Perlakuan disusun secara factorial
Menurut Syarief dan Hlid (1993), dalam rancangan acak kelompok lengkap
pengemasan vacuum pada prinsipnya adalah (RAKL) dengan dua ulangan. Factor pertama
pengeluaran gas dan uap air dari produk yang adalah cara pengemasan yang terdiri dari 2
dikemas, sedangkan pengemasan non vakum taraf pengemasan dengan vakum (V1) dan
dilakukan tanpa mengeluarkan gas dan uap non vakum (V2) . factor kedua adalah jenis
air yang terdapat dalam produk. Oleh karena bahan pengemas yaitu terdiri dari 2 taraf yaitu
polietilen densitas tinggi (HDPE) (J1) dan

2 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 14, No. 1 Maret 2009
Muhammad Nur Pengemasan pada Sate Bandeng

polipropilen (J2) . factor ketiga adalah lama mikroba aerob, total mikroba anerob
penyimpanan yang terdiri dari 4 taraf yaitu 3 fakultatif, dan sifat organoleptik yang
hari (L1), 6 hari (L2), 9 hari (L3), 12 hari (L4). meliputi aroma, tekstur, dan penerimaan
Data diolah dengan analisis sidik ragam. keseluruhan serta analisis proksimat yang
Kesamaan ragam diuji dengan uji barlett dan meliputi kadar abu, protein, lemak, dan
data dianalisis lebih lanjut dengan karbohidrat untuk perlakuan terbaik.
perbandingan dan polinominal orthogonal.
Semua pengujian dilakukan pada taraf nyata HASIL DAN PEMBAHASAN
1% dan 5%.
Kadar Air

Pelaksanaan Penelitian Hasil penelitian menunjukan bahwa


kadar air sate bandeng hanya dipengaruhi
Proses pembuatan sate bandeng
oleh lama penyimpanan. Namun tidak
menurut Tim Yasa Boga (2000) yang
terdapat interaksi antara cara pengemasan,
dimodifikasi adalah sebagai berikut:
jenis bahan pengemas, dan lama
persiapan bahan baku, pencucian dan
penyimpanan terhadap kadar air sate
pembuangan jeroan, sisik, dan insang,
bandeng.. selama penyimpanan kadar air sate
pengeluaran daging dan tulang (duri) dari
bandeng mengalami perubahan secara
kulit ikan (kulit ikan jangan sampai rusak),
kuadratik. Hal ini disebabkan penyebaran
pembersihan daging dari tulang dan duri ikan.
atau perambatan panas yang tidak merata
Setelah daging bersih dari tulang dan duri,
selama proses pemanggangan berlangsung
daging dihancurkan dengan blender. Daging
dan selama penyimpanan dapat dipengaruhi
yang bebas dari duri dan tulang ditimbang
oleh kondisi lingkungan seperti tenperatur
dan dicampur dengan bahan tambahan
udara sekeliling dan kelembaban. Winarno
(santan kelapa matang) setelah bahan-bahan
dan Betty (1983) menjelaskan bahwa kadar
tercampur sempurna, dilakukan penambahan
air selama penyimpanan sangat dipengaruhi
bumbu-bumbu yang terdiri dari bawang
oleh kelembaban relative udara sekitar bahan.
merah, bawang putih, dan ketumbar yang
Hasil uji lanjut dengan polinominal
digoreng terlebih dahulu serta gula merah,
orthogonal menunjukan hubungan antara
dan garam. Lalu campuran tersebut
kadar air dan lama penyimpanan yang
dimasukan kembali kedalam kulit ikan
digambarkan secara kuadratik (Gambar 1).
sehingga membentuk ikan utuh dan dilakukan
Penurunan kadar air sate bandeng
pemanggangan di atas bara api sampai
sampai penyimpanan hari ke-6 dapat
terbentuk warna kecoklatan selama + 45
disebabkan protein myofibril yang berperan
menit. Setelah matang sate bandeng di
dalam penggumpalan dan pembentukan gel
dinginkan pada suhu kamar, lalu dilakukan
sehingga terbentuk tekstur sate bandeng yang
pengemasan dan penyimpanan maupun non
kompak, selain itu juga telah terjadi
vakum.
perpindahan uap air dari bahan ke
lingkungan. Peningkstsn kadar air
Pengamatan
sampaipenyimpanan hari ke-12 dapat
Pengamatan yang dilakukan meliputi disebabkan oleh terjadinya proses penguraian
kadar air, total volatile nitrogen (TVN), total protein menjadi komponen-komponen seperti

Jurnal Teknologi dan Industri Hasil Pertanian Volume 14, No.1, Maret 2009 3
Pengemasan pada Sate Bandeng Muhammad Nur

ammonia, H2S indol, skatol yang sekitar 45,52% sampai 52,11%. Hal ini dapat
menyebabkan bau busuk dan diikuti disebabkan bahan pengemasan polietilen dan
terlepasnya air terikat menjadi air bebasoleh polipropilen mempunyai sifat permeabilitas
mikroorganisme. Menurut Winarno dan Betty yang baik terhadap uap air sehingga
(1983) mikroorganisme dapat menyebabkan terjadinya perpindahan dapat dihambat.
terurainya struktur protein pada bahan pangan Kadar air terbaik terdapat pada sate bandeng
sehingga menyebabkan terlepasnya air terikat yang dikemas vakum dengan menggunakan
pada jaringan otot. polietilen pada penyimpanan hari ke-6 karena
Cara pengemasan dan jenis bahan mempunyai kadar air terendah yaitu sebesar
pengemastidak berpengaruh terhadap kadar 45,52%.
air sate bandeng. Kadar air sate bandeng

Gambar 1. Hubungan antara cara pengemasan, jenis bahan pengemas, dan lama
penyimpanan terhadap kadar air sate bandeng
keterangan : V1J1 = pengemasan vakum dengan polietilen (HDPE)
V1J2 = pengemasan vakum dengan polipropilen
V2J1 = pengemasan non vakum dengan polietilen (HDPE)
V2J2 = pengemasan non vakum dengan polipropilen

Total Volatil Nitrogen (TVN) Sate bandeng yang dikemas vakum


memiliki kadar TVN lebih rendah
Hasil penelitian menunjukan bahwa
dibandingkan yang dikemas non vakum. Hal
terdapat interaksi antara cara pengemasan dan
ini disebabkan oleh kondisi pengemasan yang
lama penyimpanan terhadap kadar TVN sate
berhubungan dengan ketersediaan oksigen
bandeng. Namun tidak terdapat interaksi
didalam kemasan. Banyaknya oksigen
antara cara pengemasan, jenis bahan
didalam kemasan serta adanya pertukaran
pengemas, dan lama penyimpanan terhadap
atau sirkulasi gasdan uap air melalui pri-pori
kadar TVN sate bandeng.
kemasan yang cukup besar pada kemasan non
vakum menyebabkan mikroorganisme

4 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 14, No. 1 Maret 2009
Muhammad Nur Pengemasan pada Sate Bandeng

terutam mikroorganisme aerob meningkat Lebih lanjut, proses kemunduran mutu oleh
pertumbuhannya sehingga terjadi mikroorganisme yang menghasilkan sejumlah
perombakan komponen-komponen gizi pada basa-basa yang mudah menguap seperti
sate bandeng menjadi senyawa-senyawa yang ammonia, histamine, indol, H2S, dan skatol
menyebabkan bau busuk. yang berbau busuk. Hasil uji lanjut dengan
Menurut Zakaria (1996), protein polinominal orthogonal menunjukan
diuraikan oleh enzim-enzim proteolitik secara hubungan antara kadar TVN sate bandeng
autolysis menjadi asam karboksilat, hydrogen dengan lama penyimpanan secara gemaris
sulfida (H2S ), ammonia dan asam lainnya. (Gambat 2).

Gambar 2. Hubungan antara cara pengemasan, jenis bahan pengemas dan lama
penyimpanan terhadap kadar TVN sate bandeng
keterangan : V1J1 = pengemasan vakum dengan polietilen (HDPE)
V1J2 = pengemasan vakum dengan polipropilen
V2J1 = pengemasan non vakum dengan polietilen (HDPE)
V2J2 = pengemasan non vakum dengan polipropilen

Pada Gambar 2. Dapat dilihat bahwa memiliki kadar TVN yang lebih rendah dari
kadar TVN sate bandeng mengalami pada perlakuan lainnya. Sehingga dapat
peningkatan secara gemaris seiring dengan diketahui bahwa kerusakannya lebih rendah
semakin lamanya penyimpanan. Semakin dan mempunyai mutu yang lebih baik
lama penyimpanan semakin banyak dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
kesempatan mikroorganisme untuk
mendegradasi protein dan kadar TVN Total Mikroba Aerob
semakin tinggi. Pengemasan vakum dengan
Hasil penelitian menunjukan bahwa
menggunakan polipropilen adalah perlakuan
terdapat interaksi antara cara pengemasan,
terbaik karena sampai penyimpanan 12 hari
jenis bahan pengemas, dan lama

Jurnal Teknologi dan Industri Hasil Pertanian Volume 14, No.1, Maret 2009 5
Pengemasan pada Sate Bandeng Muhammad Nur

penyimpanan terhadap total mikroba aerob kontaminasi. Menurut Hanlon (1984),


sate bandeng. Hal ini disebabkan oleh polietilen mempunyai permeabilitas terhadap
ketersedian oksigen dan air di dalam bahan oksigen yang agak tinggi sehingga mudah
pangan dan kemasan, perbedaan sifat menyerap oksigen dari luar dan menyebabkan
permeabilitas bahan pengemas, dan semakin tersedianya oksigen yang cukup banyak untuk
lamanya penyimpanan. memacu pertumbuhan mikroba aerob. Hasil
Dari hasil penelitian dapat dilihat uji lanjut dengan polinominal orthogonal
bahwa sate bandeng yang dikemas menunjukan hubungan antara total mikroba
polipropilen mempunyai total mikroba aerob aerob sate bandeng selama penyimpanan
lebih rendah dari pada polietilen karena secara gemaris (Gambar 3)
polipropilen mempunyai permeabilitas Dari gambar 3. Juga dapat dilihat
terhadap gas dan uap air yang lebih rendah bahwa sate bandeng yang dikemas vakum
sehingga lebih mampu mencegah terjadinya mempunyai total mikroba aerob yang lebih
kontaminasi mikroorganisme. Sedangkan rendah dibandingkan dengan non vakum.
polietilen mempunyai sifat transmisi gas yang Pada kondisi vakum, mobilitas udara dari dan
cukup tinggi. keluar lingkungan sangat kecil sehingga
Pantastico (1997) menambahkan bahwa ketersediaan oksigen yang dibutuhkan untuk
salah satu sifat polipropilen adalah dapat pertumbuhan mikroba sangat terbatas dan
mencegah kontak antara bahan dengan menyebabkan pertumbuhan mikroba aerob
oksigen mampu melindungi bahan dari terhambat.

Gambar 3. Hubungan antara cara pengemasan, jenis bahan pengemas dan lama
penyimpanan terhadap totol mikroba aerob sate bandeng.
keterangan : V1J1 = pengemasan vakum dengan polietilen (HDPE)
V1J2 = pengemasan vakum dengan polipropilen
V2J1 = pengemasan non vakum dengan polietilen (HDPE)
V2J2 = pengemasan non vakum dengan polipropilen

6 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 14, No. 1 Maret 2009
Muhammad Nur Pengemasan pada Sate Bandeng

Total Mikroba Anaerob Fakultatif lanjut dengan polinominal orthogonal


menunjukan hubungan antara total mikroba
Hasil penelitian menunjukan bahwa
anaerob sate bandeng dan lama penyimpanan
total mikroba anaerob fakultatif sate bandeng
meningkat secara gemaris (Gambar 4).
hanya dipengaruhi oleh cara pengemasan dan
Dari gambar 4. Dapat dilihat bahwa
lama penyimpanan. Namun tidak terdapat
sate bandeng yang dikemas non vakum
interaksi antara cara pengemasan, jenis bahan
memiliki total mikroba anaerob fakultatif
pengemas dan lama penyimpanan. Hal ini
lebih tinggi dibandingkan dengan pengemas
juga dapat berkaitan dengan ketersediaan
vakum. Hal ini karena pengemasan vakum
oksigen didalam kemasan. Menurut Faridaz
yang digunakan bukan vakum absolute
(1992), bahwa ketersediaan oksigen
sehingga yang tumbuh bukan mikroba
merupakan salah satu factor utama untuk
anaerob obligat melainkan mikroba anaerob
pertumbuhan mikroba anaerob. Mikroba
fakultatif.
anaerob fakultatif adalah mikroba yang
tumbuh dengan atau tanpa oksigen. Hasil uji

Gambar 4. Hubungan antara cara pengemasan, jenis bahan pengemas, dan lama
penyimpanan terhadap aroma sate bandeng
keterangan : V1J1 = pengemasan vakum dengan polietilen (HDPE)
V1J2 = pengemasan vakum dengan polipropilen
V2J1 = pengemasan non vakum dengan polietilen (HDPE)
V2J2 = pengemasan non vakum dengan polipropilen

Pertumbuhan mikroba anaerob dapat hidup pada kondisi ada atau tanpa
fakultatif lebih baik pada kondisi aerob oksigen, tetapi pertumbuhan pada kondisi
dibandingkan kondisi anaerob. Menurut aerob lebih tinggi dibandingkan dengan
Faridaz et al., (1993), mikroba anaerob kondisi anaerob. Selain itu, bakteri yang
fakultatif merupakan jenis mikroba yang sedikit bersifat aerob (mikroaefilik) akan

Jurnal Teknologi dan Industri Hasil Pertanian Volume 14, No.1, Maret 2009 7
Pengemasan pada Sate Bandeng Muhammad Nur

tumbuh baik pada bagian dalam makanan lanjut dengan polinominal orthogonal
yang disimpan pada lingkungan aerobic. menunjukan hubungan antara skor aroma dan
lama penyimpanan di gambarkan secara
Uji Organoleptik gemaris (Gambar 5).
Rahayu et al., (1992) menjelaskan
Aroma
bahwa penyimpangan baud an aroma yang
Hasil penelitian menunjukan bahwa terjadi pada produk perikanan disebabkan
terdapat interaksi antara cara pengemasan dan oleh adanya enzim dan mikroorganisme. Bau
lama penyimpanan. Namun tidak terdapat busuk terjadi akibat aktivitas bakteri
interaksi antara cara pengemasan, jenis bahan proteolitik yang memecah protein menjadi
pengemas dan lama penyimpanan terhadap senyawa-senyawa sederhana seperti
aroma sate banteng. Selama penyimpanan polipeptida, asam amino, H2S, indol, dan
terjadi penurunan skor aroma sate bandeng skatol. Sedangkan bau tengik disebabkan oleh
karena terjadi penguraian komponen- enzim lipolitik dan oksigen.
komponen kimia sate bandeng sehingga
menyebabkan bau busuk dan tengik. Hasil uji

Gambar 5. Hubungan antara cara pengemasan, jenis bahan pengemas, dan lama
penyimpanan terhadap aroma sate bandeng

keterangan : V1J1 = pengemasan vakum dengan polietilen (HDPE)


V1J2 = pengemasan vakum dengan polipropilen
V2J1 = pengemasan non vakum dengan polietilen (HDPE)
V2J2 = pengemasan non vakum dengan polipropilen

Menurut Frazier dan Dennis (1988), menyebabkan bau busuk dan disebut putrefaksi.
penyimpangan aroma disebabkan dekomposisi Reaksi tersebut menghasilkan senyawa-
protein, peptide, dan asam amino yang senyawa yang mengandung sulfur (hirogen

8 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 14, No. 1 Maret 2009
Muhammad Nur Pengemasan pada Sate Bandeng

sulfida, metil sulfide, merkaptan) ammonia, kelembaban relative antara bahan pangan
amina (histamine, tiramin, piperidin, putresin, dengan lingkungan tempat penyimpanan akan
dan kadaverin), indol, skatol dan asam lemak mengakibatkan perubahan aktivitas air.
tidak jenuh. Dengan adanya pengemasan Selain itu penurunan tekstur juga
vakum maka kontak antara produk yang disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme yang
dikemas dengan udara sekeliling dapat mendegradasi protein menjadi senyawa-
dikurangi sehingga juga dapat mengurangi senyawa yang lebih sederhana dan menyebakan
jumlah mikroorganisme yang berkembang dan kemampuan protein untuk mengikat air
ahirnya proses dekomposisi yang menyebabkan menurun. Penurunan daya ikat air dari protein
perubahan aramo akan terhambat. tersebut menyebabkan tekstur menjadi lunak.
Hasil uji lanjut dengan polinominal orthogonal
Tekstur menunjukan hubungan antara skor tekstur dan
lama penyimpanan secara gemaris (Gambar 6).
Hasil penelitian menunjukan bahwa
tekstur sate bandeng yang dikemas
terdapat interaksi antara cara pengemasan, jenis
vakum lebih baik dibandingkan yang dikemas
bahan pengemas, dan lama penyimpanan
non vakum karena pada kondisi vakum akan
terhadap tekstur ikan bandeng. Penurunan skor
menghambat sirkulasi udara dan uap air
tekstur sate bandeng selama penyimpanan dapat
sehingga dapat menghambat pertumbuhan
disebabkan oleh aktivitas air bahan pangan dan
mikroorganisme yang menyebabkan pelunakan
perbedaan kelembaban antara bahan pangan
tekstur sate bandeng.
dengan lingkungan penyimpanan. Menurut
Syarief et al., (1989), bila terdapat perbedaan

Gambar 6. Hubungan antara cara pengemasan, jenis bahan pengemas, dan lama
penyimpanan terhadap aroma sate bandeng
keterangan : V1J1 = pengemasan vakum dengan polietilen (HDPE)
V1J2 = pengemasan vakum dengan polipropilen
V2J1 = pengemasan non vakum dengan polietilen (HDPE)
V2J2 = pengemasan non vakum dengan polipropilen

Jurnal Teknologi dan Industri Hasil Pertanian Volume 14, No.1, Maret 2009 9
Pengemasan pada Sate Bandeng Muhammad Nur

Sate bandeng yang dikemas dengan bandeng. Sate bandeng yang terlihat berlendir
polipropilen mempunyai tekstur yang lebih dan ada pertumbuhan kapang
baik dibandingkan dengan polietilen karena dipermukaannya dapat menurunkan penilain
sifat permeabilitas polipropilen terhadap uap panelis terhadap sate bandeng. Hasil uji lanjut
air yang lebih baik dibandingkan dengan dengan dengan polinominal orthogonal
polietilen. Menurut Syarief et al.,(1989), menunjukan hubungan antara skor
polipropilen mempunyai sifat kedap air dan penerimaan keseluruhan dan lama
uap air. penyimpanan digunakan secara gemaris
(Gambar 8).
Penerimaan keseluruhan Dari gambar 8. Dapat dilihat bahwa
semakin lama penyimpanan maka penilaian
Hasil penelitian menunjukan bahwa
panelis terhadap penerimaan keseluruhan sate
terdapat interaksi antara cara pengemasan dan
bandengsemakin menurun. Hal ini
lama penyimpanan. Namun tidak terdapat
disebabkan oleh semakin meningkatnya kadar
interaksi antara cara pengemasan, jenis bahan
air, jumlah mikroba, dan kadar TVN sate
pengemas, lama penyimpanan terhadap
bandeng sehingga dapat menurunkan tingkat
penerimaan keseluruhan sate bandeng.
penerimaan terhadap aroma dan tekstur sate
Penurunan penerimaan keseluruhan
bandeng dan secara tidak langsung akan
selama penyimpanan selama penyimpanan
menurnkan skor penerimaan keseluruhan sate
disebabkan oleh aroma busuk dan tengik serta
bandeng.
tekstur yang tidak kompak dan lunak. Selain
itu juga dipengaruhi oleh penampakan sate

Gambar 7. Hubungan antara cara pengemasan, jenis bahan pengemas, dan lama
penyimpanan terhadap kadar air sate bandeng
keterangan : V1J1 = pengemasan vakum dengan polietilen (HDPE)
V1J2 = pengemasan vakum dengan polipropilen
V2J1 = pengemasan non vakum dengan polietilen (HDPE)
V2J2 = pengemasan non vakum dengan polipropilen

10 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 14, No. 1 Maret 2009
Muhammad Nur Pengemasan pada Sate Bandeng

Analisis Proksimat untuk Perlakuan penyimpanan terhadap kadar TVN, aroma


Terbaik dan penerimaan keseluruhan, namun tidak
terdapat interaksi cara pengemasan, jenis
Pengemasan vakum dengan
bahan pengemas dan lama penyimpanan
polipropilen adalah yang terbaik dengan lama
terhadap kadar air dan total mikroba
penyimpanan maksimum hari karena
anaerob fakultatif sate bandeng.
mempunyai sifat kimia, mikrobiologi, dan
organoleptik yang masih layak dikonsumsi.
DAFTAR PUSTAKA
Dari analisis proksimat diperoleh kadar air
46,31%, kadar karbohidrat 36,03%, kadar
Faridaz, D., Andhika, A., dan Lasmi, K.
protein 6,57%, kadar lemak 7,69%, dan kadar
1993. Penurunan Kandungan dalam
abu 3,40%.
kemasan dengan katalis untuk
memperpanjang masa simpan produk
KESIMPULAN DAN SARAN pangan. Laporan penelitian IPB. Bogor.
Frazier, W.C., dan Dennis, C.W. 1998. Food
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan Microbiology. Fourt Edition. Me Graw-
sebagai berikut : Hill, Ine. New York.
1. Pengemasan vakum dengan polipropilen Pantastico, ER, B. 1997. Fisiologi pasca
adalah yang terbaik dengan lama panen: Penanganan dan pemanfatan
penyimpanan maksimum 6 hari karena buah-buahan dan sayur-sayuran
mempunyai sifat kimia, mikrobiologi, dan tropika. UGM pres. Yogyakarta
organoleptik yang masih layak Syarief, R dan Halid, H. 1993. Teknologi
dikonsumsi dengan criteria kadar air Penyimpanan pangan. IPB. Bogor
46,31%, total volatile nitrogen 55,53 Syarief R., Sassya, S., dan Isyana, B.S.T.
mg/100 g, total mikroba aerob 2,6x105 1989. Teknologi Pengemasan Pangan.
koloni/g, total mikroba anaerob fakultatif Laboratorium rekayasa proses pangan
2,1x104 koloni/g, dan mempunyai aroma PAU pangan dan gizi. IPB. Bogor
agak khas sate bandeng, tekstur kompak Tim Yasa Boga. 2000. Resep makan
dan tidak lunak, serta penerimaan nusantara. PT. Yasa Boga. Jakarta
keseluruhan agak disukai. Zakaria, I.J. 1996. Mempelajari mutu ikan
2. Terdapat interaksi antara cara bilih (Mystacoleucus pathogenesis
pengemasan, jenis bahan pengemas, dan bekr) asap tradisional serta pengaruh
lama penyimpanan terhadap peningkatan bumbu dan lama pengasapan terhadap
total mikroba aerob dan penurunan perbaikan mutu. Skripsi. IPB. Bogor
tekstur, serta terdapat hubungan interaksi
antara cara pengemasan dan lama

Jurnal Teknologi dan Industri Hasil Pertanian Volume 14, No.1, Maret 2009 11

Anda mungkin juga menyukai