Anda di halaman 1dari 16

TUGAS PRAKTIKUM KOMUNIKASI

DAN ETIKA PROFESI

Disusun Oleh:
Randika Satrio Pratama (1117026)

Dosen Pengampu:
Taswir Syahfoeddin, SMI, M.Si

PRODI TEKNIK INDUSTRI OTOMOTIF


POLITEKNIK STMI JAKARTA
2019
Etika Profesi
Definisi
Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata ‘etika’
yaitu ethos sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak
arti yaitu : tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat,
akhlak,watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat
kebiasaan.
Menurut Brooks (2007), etika adalah cabang dari filsafat yang menyelidiki
penilaian normatif tentang apakah perilaku ini benar atau apa yang seharusnya
dilakukan. Kebutuhan akan etika muncul dari keinginan untuk menghindari
permasalahan – permasalahan di dunia nyata.

Kata ‘etika’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang baru (Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1988 – mengutip dari Bertens 2000), mempunyai arti
:

1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral (akhlak);
2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;
3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau
masyarakat.
Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar,salah, baik, buruk,
dan tanggung jawab.

PENGERTIAN PROFESI

Profesi sendiri berasal dari bahasa latin “Proffesio” yang mempunyai dua
pengertian yaitu janji/ikrar dan pekerjaan. Bila artinya dibuat dalam pengertian
yang lebih luas menjadi kegiatan “apa saja” dan “siapa saja” untuk memperoleh
nafkah yang dilakukan dengan suatu keahlian tertentu. Sedangkan dalam arti sempit
profesi berarti kegiatan yang dijalankan berdasarkan keahlian tertentu dan sekaligus
dituntut daripadanya pelaksanaan norma-norma sosial dengan baik. Profesi
merupakan kelompok lapangan kerja yang khusus melaksanakan kegiatan yang
memerlukan ketrampilan dan keahlian tinggi guna memenuhi kebutuhan yang rumit
dari manusia, di dalamnya pemakaian dengan cara yang benar akan ketrampilan
dan keahlian tinggi, hanya dapat dicapai dengan dimilikinya penguasaan
pengetahuan dengan ruang lingkup yang luas, mencakup sifat manusia,
kecenderungan sejarah dan lingkungan hidupnya serta adanya disiplin etika yang
dikembangkan dan diterapkan oleh kelompok anggota yang menyandang profesi
tersebut
PENGERTIAN ETIKA PROFESI

Etika profesi adalah sikap etis sebagai bagian integral dari sikap hidup
dalam menjalankan kehidupan sebagai pengemban profesi.

Etika profesi adalah cabang filsafat yang mempelajari penerapan prinsip-


prinsip moral dasar atau norma-norma etis umum pada bidang-bidang khusus
(profesi) kehidupan manusia.

Etika Profesi adalah konsep etika yang ditetapkan atau disepakati pada
tatanan profesi atau lingkup kerja tertentu, contoh : pers dan jurnalistik, engineering
(rekayasa), science, medis/dokter, dan sebagainya.

Etika profesi Berkaitan dengan bidang pekerjaan yang telah dilakukan


seseorang sehingga sangatlah perlu untuk menjaga profesi dikalangan masyarakat
atau terhadap konsumen (klien atau objek).

Etika profesi adalah sebagai sikap hidup untuk memenuhi kebutuhan


pelayanan profesional dari klien dengan keterlibatan dan keahlian sebagai
pelayanan dalam rangka kewajiban masyarakat sebagai keseluruhan terhadap para
anggota masyarakat yang membutuhkannya dengan disertai refleksi yang seksama,
(Anang Usman, SH., MSi.)

Etika Profesi Menurut Para Ahli

1. Anang Usman, SH., MSi

Menurut Anang Usman, SH., MSi, etika profesi adalah sikap hidup untuk
memenuhi kebutuhan pelayanan profesional dari klien dengan keterlibatan dan
keahlian sebagai pelayanan dalam rangka kewajiban masyarakat sebagai
keseluruhan terhadap para anggota masyarakat yang membutuhkannya dengan
disertai refleksi yang seksama

2. Siti Rahayu

Menurut Siti Rahayu (2010), pengertian etika profesi adalah kode etik untuk
profesi tertentu dan karenanya harus dimengerti selayaknya, bukan sebagai etika
absolut.
3. Kaiser

Menurut Kaiser (Suhrawardi Lubis, 1994:6-7), pengertian etika profesi adalah


sikap hidup berupa keadilan untuk memberikan pelayanan professional terhadap
masyarakat dengan penuh ketertiban dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka
melaksanakan tugas berupa kewajiban terhadap masyarakat.

4. Prakoso
etika profesi merupakan etika sosial dalam etika khusus mempunyai tugas
dan tanggung jawab kepada ilmu dan profesi yang disandangnya.
Menurut Muchtar (2016), etika profesi adalah aturan perilaku yang memiliki
kekuatan mengikat bagi setiap pemegang profesi.
5. Sawyer
etika profesi adalah pernyataan-pernyataan yang berorientasi pada
pedoman yang digunakan sebagai haluan perilaku dalam melaksanakan tanggung
jawab profesionalnya.
6. Utami dan Nugroho
etika profesi adalah rumusan penerapan nilai-nilai etika yang berlaku di
lingkungan pegawai atau karyawan.
7. Lubis
etika profesi adalah sikap hidup, yang mana berupa kesediaan untuk
memberikan pelayanan profesional terhadap masyarakat dengan keterlibatan
penuh dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas.
8. Muchtar
Menurut Muchtar, Etika profesi adalah aturan perilaku yang memiliki
kekuatan mengikat bagi setiap pemegang profesi.

Prinsip Dasar Etika Profesi


Terdapat beberapa prinsip dasar yang menjadi landasan dalam pelaksanaan kode
etik profesi. Adapaun prinsip-prinsip etika profesi adalah sebagai berikut:
1. Prinsip Tanggung Jawab
Setiap profesional harus bertanggungjawab terhadap pelaksanaan suatu pekerjaan
dan juga terhadap hasilnya. Selain itu, profesional juga memiliki tanggungjawab
terhadap dampak yang mungkin terjadi dari profesinya bagi kehidupan orang lain
atau masyarakat umum.
2. Prinsip Keadilan
Pada prinsip ini, setiap profesional dituntut untuk mengedepankan keadilan dalam
menjalankan pekerjaannya. Dalam hal ini, keadilan harus diberikan kepada siapa
saja yang berhak.
3. Prinsip Otonomi
Setiap profesional memiliki wewenang dan kebebasan dalam menjalankan
pekerjaan sesuai dengan profesinya. Artinya, seorang profesional memiliki hak
untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu dengan mempertimbangkan kode
etik profesi.
4. Prinsip Integritas Moral
Integritas moral adalah kualitas kejujuran dan prinsip moral dalam diri seseorang
yang dilakukan secara konsisten dalam menjalankan profesinya. Artinya, seorang
profesional harus memiliki komitmen pribadi untuk menjaga kepentingan
profesinya, dirinya, dan masyarakat.
Prinsip menurut Para Ahli
Menurut Darmastuti (2007), ada tiga prinsip yang harus dipegang dalam
etika profesi, diantaranya yaitu:
1) Tanggung jawab
Maksud tanggung jawab disini yaitu tanggung jawab pelaksanaan (by function) dan
tanggung jawab dampak (by profession).
2) Kebebasan
Maksud kebebasan disini yaitu kebebasan untuk mengembangkan profesi tersebut
dalam batas-batas aturan yang berlaku dalam sebuah profesi.

3) Keadilan
Prinsip keadilan ingin membangun satu kondisi yang tidak memihak manapun yang
memungkinkan untuk ditunggangi pihak-pihak yang berkepentingan.
Sedangkan menurut Suraida (2005), terdapat beberapa prinsip etika profesi
yang harus dijalankan oleh seorang profesional, yaitu:
1) Tanggung Jawab Profesional
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, anggota harus
melaksanakan pertimbangan profesional dan moral dalam seluruh keluarga.
2) Kepentingan Publik
Anggota harus menerima kewajiban untuk bertindak dalam suatu cara yang akan
melayani kepentingan publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan
komitmen pada profesionalisme.
3) Integritas
Untuk mempertahankan dan memperluas keyakinan publik, anggota harus
melaksanakan seluruh tanggung jawab profesional dengan perasaan integritas
tinggi.
4) Objektifitas
Anggota harus mempertahankan objektivitas dan bebas dari konflik penugasan
dalam pelaksanaan tanggung jawab profesional.
5) Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Agar dapat memberikan layanan yang berkualitas, profesional harus memiliki dan
mempertahankan kompetensi dan ketekunan.
6) Kerahasiaan
Profesional harus mampu menjaga kerahasiaan atas informasi yang diperolehnya
dalam melakukan tugas, walaupun keseluruhan proses mungkin harus dilakukan
secara terbuka dan transparansi.

7) Perilaku Profesional
Profesional harus melakukan tugas sesuai dengan yang berlaku, yang meliputi
standar teknis dan profesional yang relevan.

8) Standar Teknis
Harus melaksanakan pekerjaan sesuai dengan standar teknis dan standar profesional
yang telah ditetapkan.

Manfaat Kode Etik

Mathews & Perrera (1991; 281-282) dalam Ludigdo (2007:54), terdapat


beberapa keuntungan dari adanya kode etik:

1. Para profesional akan lebih sadar tentang aspek moral dari pekerjaannya.
Dengan adanya kode etik para profesional akan bertindak dengan
kesadaran sebagaimana yang dituntut dalam kode etik. Sekaligus akan
terdapat kesadaran bahwa di dalam pekerjaannya terdapat dimensi
moralitas yang harus dipenuhinya.
2. Kode etik berfungsi sebagai acuan yang dapat diakses secara lebih mudah.
Dengan fungsi ini kode etik akan dapat mengarahkan manajer untuk selalu
memelihara perhatiannya terhadap etika.
3. Ide-ide abstrak dari kode etik akan ditranslasikan ke dalam istilah yang
konkret dan dapat diaplikasikan ke segala situasi. Bagaimanapun kode etik
merupakan panduan normatif, oleh karenanya tidak mudah untuk
menghindar dari sifatnya yang abstrak. Namun demikian kode etik tentu
dapat ditranslasikan ke dalam bahasa yang lebih mudah untuk dipahami
anggota profesi, serta dengan mudah pula dapat diplikasikan pada situasi-
situasi tertentu.
4. Anggota sebagai suatu keseluruhan, akan bertindak dalam cara yang lebih
standar pada garis profesi. Keragaman pandangan atas nilai moral yang
didasari oleh berbagai latar belakang diri anggota akan tidak
menguntungkan bagi pencapaian kinerja tertinggi dari sebuah profesi.
5. Menjadi suatu standar pengetahuan untuk menilai perilaku anggota dan
kebijakan profesi. Kode etik sebagai pedoman perilaku profesional hadir
untuk ditaati. Dengan perangkat standar ini, bagi siapapun lebih mudah
untuk menilai berbagai perilaku anggota dan sekaligus kebijakan asosiasi
profesi.
6. Anggota akan menjadi dapat lebih baik menilai kinerja dirinya sendiri. Ini
menunjukkan bahwa kode etik dapat sekaligus dijadikan bahan instropeksi
diri bagi kalangan anggota profesi, setidaknya sebelum dinilai oleh pihak
lain atas kinerja moral profesionalnya.
7. Profesi dapat membuat anggotanya dan juga publik sadar sepenuhnya atas
kebijakan-kebijakan etisnya. Sebagaimana telah disebutkan bahwa profesi
akuntan sangat mengandalkan keberadaannya pada kepercayaan yang
diberikan oleh publik. Dengan adanya kode etik, kepercayaan public akan
selalu terjaga dengan selalu menghargai integritas profesi.
8. Anggota dapat menjustifikasi perilakunya jika dikritik. Ini penting untuk
menghindari ketidakpastian penilaian di masyarakat atas perilaku
professional anggota.

 Fungsi Etika Profesi


1) Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas
profesi yang bersangkutan. Maksudnya bahwa etika profesi dapat
memberikan suatu pengetahuan kepada masyarakat agar juga dapat
memahami arti pentingnya suatu profesi, sehingga memungkinkan
pengontrolan terhadap para pelaksana di lapangan kerja (kalangan
sosial).
2) Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak di luar organisasi
profesi tentang hubungan etika dalam keanggotaan profesi. Arti
tersebut dapat dijelaskan bahwa para pelaksana profesi pada suatu
instansi atau perusahaan yang lain tidak boleh mencampuri pelaksanaan
profesi di lain instansi atau perusahaan.
3) Sebagai pedoman bagi semua anggota suatu profesi tentang prinsip
profesionalitas yang ditetapkan.
4) Sebagai pencegah kesalahpahaman dan konflik.
5) Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.
6) Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.
7) Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
8) Untuk meningkatkan mutu profesi.
9) Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.
10) Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.
11) Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
12) Menentukan baku standarnya sendiri.

Peranan Etika Dalam Profesi


Berikut ini adalah peranan etika dalam profesi:
1) Nilai-nilai etika itu tidak hanya milik satu atau dua orang, atau
segolongan orang saja, tetapi milik setiap kelompok masyarakat,
bahkan kelompok yang paling kecil yaitu keluarga sampai pada
suatu bangsa. Dengan nilai-nilai etika tersebut, suatu kelompok
diharapkan akan mempunyai tata nilai untuk mengatur kehidupan
bersama.
2) Salah satu golongan masyarakat yang mempunyai nilai-nilai yang
menjadi landasan dalam pergaulan baik dengan kelompok atau
masyarakat umumnya maupun dengan sesama anggotanya, yaitu
masyarakat profesional. Golongan ini sering menjadi pusat
perhatian karena adanya tata nilai yang mengatur dan tertuang
secara tertulis (yaitu kode etik profesi) dan diharapkan menjadi
pegangan para anggotanya.

3) Sorotan masyarakat menjadi semakin tajam manakala perilaku-


perilaku sebagian para anggota profesi yang tidak didasarkan
pada nilai-nilai pergaulan yang telah disepakati bersama (tertuang
dalam kode etik profesi), sehingga terjadi kemerosotan etik pada
masyarakat profesi tersebut. Sebagai contohnya adalah pada
profesi hukum dikenal adanya mafia peradilan, demikian juga
pada profesi dokter dengan pendirian klinik super spesialis di
daerah mewah, sehingga masyarakat miskin tidak mungkin
menjamahnya.

Kelemahan Kode Etik Profesi


Berikut ini adalah beberapa kelemahan dari kode etik profesi, yaitu:
1) Idealisme terkandung dalam kode etik profesi tidak sejalan
dengan fakta yang terjadi di sekitar para profesional, sehingga
harapan sangat jauh dari kenyataan. Hal ini cukup menggelitik
para profesional untuk berpaling kepada kenyataan dan
mengabaikan idealisme kode etik profesi. Kode etik profesi
tidak lebih dari pajangan tulisan berbingkai.
2) Kode etik profesi merupakan himpunan norma moral yang
tidak dilengkapi dengan sanksi keras karena keberlakuannya
semata-mata berdasarkan kesadaran profesional. Rupanya
kekurangan ini memberi peluang kepada profesional yang
lemah iman untuk berbuat menyimpang dari kode etik
profesinya.

Berikut ini adalah rumusan fungsi kode etik profesi menurut


Sumaryono (1995), yaitu:

1) Sebagai Sarana Kontrol Sosial


Kode etik profesi merupakan kriteria prinsip profesional yang telah
digariskan sehingga dapat diketahui secara pasti. Kewajiban
profesional anggota lama, baru, dan calon anggota profesi hal ini untuk
mencegah terjadinya konflik antara sesama kelompok profesi, atau
antara anggota kelompok profesi dengan anggota masyarakat.
Dengan kode etik profesi anggota kelompok profesi atau anggota
masyarakat melakukan kontrol apakan anggota kelompok profesi telah
melakukan kewajibannya sesuai dengan kode etik profesi.
2) Sebagai Pencegah Campur Tangan Pihak Lain
Dengan kode etik profesi telah ditetapkan secara tertulis norma atau
patokan tertentu tentang hubungan antara pengemban profesi dengan
masyarakat. Jadi tidak perlu ada campur tangan pemerintah. Misalnya:
dengan undang-undang disebut tentang hubungan antara pengacara
dengan klien, dosen dengan makasiswa, dokter dengan pasien.
3) Sebagai Pencegah Kesalahpahaman dan Konflik
Kode etik profesi adalah norma perilaku yang sudah dianggap benar
atau sudah mapan karena dibuat berdasarkan pertimbangan profesi
yang bersangkutan.
Kode etik profesi merupakan kristalisasi perilaku yang dianggap
benar menurut pendapat umum. Dengan demikian kode etik profesi
dapat mencegah kesalahpahaman dan konflik, bahkan dapat berguna
sebagai bahan refleksi nama baik profesi.
FUNGSI KODE ETIK PROFESI

Kode etik profesi merupakan sarana untuk membantu para pelaksana


sebagai seseorang yang profesional agar tidak merusak etika profesi. Sumaryono
(1995) mengemukakan 3 hal pokok yang merupakan fungsi dari kode etik profesi,
yaitu ;
a. Sebagai pencegah kesalahpahaman dan konflik.
Kode etik profesi mampu mengetahui suatu hal yang boleh dilakukan serta
yang tidak boleh dilakukan. Dalam artian kode etik profesi memberikan
pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip profesionalitas yang
digariskan sehingga para profesional dapat menjalankan profesinya tanpa
terjadinya suatu konflik sesama profesional baik moral maupun material.
b. Sebagai sarana kontrol sosial.
Etika profesi dapat memberikan suatu pengetahuan kepada masyarakat agar
juga dapat memahami arti pentingnya suatu profesi, sehingga
memungkinkan pengontrolan terhadap para pelaksana di lapangan kerja
(kalangan sosial).
c. Sebagai pencegah campur tangan pihak lain.
Untuk mencegah terjadinya campur tangan pihak lain di luar organisasi
profesi tentang hubungan etika dalam dalam keanggotaan profesi, dapat
dijelaskan bahwa para pelaksana profesi pada suatu instansi atau perusahaan
yang lain tidak boleh mencampuri pelaksanaan profesi di lain instansi atau
perusahaan.

 Kode Etik suatu Profesi


Kode Etik Profesi Polisi
Dalam kode etik profesi polisi didalamnya terdapat prinsif-prinsif
etika profesi, prinsif-prinsifnya tertuang dalam pasal-pasal yang mencakup
empat prinsif dibawah ini:
1. Prinsif Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah salah satu prinsif pokok bagi kaum profesional.
Prinsif tanggung jawab ini terdapat pada pasal 2, pasal 3, pasal 5, pasal 9,
pasal 13, pasal 15, pasal 16, dan pasal 20.
2. Prinsif Keadilan
Prinsif ini termasuk orang yang profesional agar dalam menjalankan
profesionalnya tidak merugikan hak dan kewajiban pihak tertentu
khususnya orang-orang yang dilayaninya. Mereka juga tidak boleh
melakukan diskriminasi terhadap siapa pun termasuk orang yang tidak dapat
membayar jasa profesionalnya. Prinsif ini tertuang pada pasal 4 dan pasal
10.
3. Prinsif Otonomi
Prinsif ini yang dituntut oleh kalangan profesional terhadap dunia
luar agar mereka diberi kebebasan sepenuhnya dalam menjalankan
profesinya, prinsif ini tertuang dalam pasal 8, pasal 14, pasal 18, dan pasal
19.
4. Prinsif Integritas Moral
Orang yang profesional adalah orang yang mempunyai integritas
pribadi atau moral yang tinggi, yang tertuang dalam pasal 1, pasal 6, pasal
7, pasal 11, pasal 12, dan pasal 17.

Pengertian Etika Kepolisian


Etika adalah ilmu pengetahuan tentang perilaku manusia yang terkait
dengan norma dan nilai-nilai atau ukuran baik yang berlaku pada masyarakat.
Sedang pengertian kepolisian pada intinya adalah aparat penegak hukum yang
bertanggung jawab atas ketertiban umum, keselamatan dan keamanan masyarakat.
Jadi Etika Kepolisian adalah norma tentang perilaku polisi untuk dijadikan
pedoman dalam mewujudkan pelaksanaan tugas yang baik bagi penegak hukum,
ketertiban umum dan keamanan masyarakat.
II Tujuan Kode Etik Profesi Polisi
Tujuannya adalah berusaha meletakkan Etika Kepolisian secara proposional
dalam kaitannya dengan masyarakat. Sekaligus juga bagi polisi berusaha
memberikan bekal keyakinan bahwa internalisasi Etika kepolisian yang benar, baik
dan kokoh, akan merupakan sarana untuk:
1. Mewujudkan kepercayaan diri dan kebanggan sebagai seorang polisi, yang
kemudian dapat menjadi kebanggaan bagi
2. masyarakat.Mencapai sukses penugasan.
3. Membina kebersamaan, kemitraan sebagai dasar
4. membentuk partisipasi masyarakat.Mewujudkan polisi yang professional,
efektif, efesien dan modern, yang bersih dan berwibawa, dihargai dan dicintai
masyarakat.

Fungsi Kode Etik Profesi


Kode etik profesi itu merupakan sarana untuk membantu para pelaksana
sebagai seseorang yang professional supaya tidak dapat merusak etika profesi. Ada
tiga hal pokok yang merupakan fungsi dari kode etik profesi:
5. Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang
prinsip profesionalitas yang digariskan. Maksudnya bahwa dengan kode etik
profesi, pelaksana profesi mampu mengetahui suatu hal yang boleh dilakukan
dan yang tidak boleh dilakukan.
6. Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi
yang bersangkutan. Maksudnya bahwa etika profesi dapat memberikan suatu
pengetahuan kepada masyarakat agar juga dapat memahami arti pentingnya
suatu profesi, sehingga memungkinkan pengontrolan terhadap para pelaksana di
lapangan kerja (kalangan sosial).
7. Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi
tentang hubungan etika dalam keanggotaan profesi. Arti tersebut dapat
dijelaskan bahwa para pelaksana profesi pada suatu instansi atau perusahaan
yang lain tidak boleh mencampuri pelaksanaan profesi di lain instansi atau
perusahaan.
Contoh Penyelewengan Terhadap Kode Etik Profesi Polisi
Contoh pelanggaran kode etik polisi yang dilakukan oleh Kepala Kepolisian
Sektor (Kapolsek) Cicendo Bandung Jawa Barat. Kepala Kepolisian Sektor
(Kapolsek) Cicendo, Bandung, Jawa Barat, Kompol Brusel Duta Samodra diduga
menerima suap sebesar Rp1 miliar. Suap itu diterima Kapolsek Brusel dari
tersangka kasus sabu berinisial A yang ditangkap oleh petugas Bea dan Cukai di
Bandara Husein Sastranegara Bandung beberapa waktu lalu. Kapolrestabes
Bandung Kombes Pol Widodo Prihastopo membenarkan informasi dugaan
penerimaan suap ini. Menurut Widodo, pihaknya sudah menjalankan tindakan tegas
kepada anak buahnya itu. Brusel telah ditindak karena pelanggaran kode etik.
“Yang bersangkutan jalani sidang kode etik yang dipimpin langsung oleh
Wakapolrestabes Bandung (AKBP Rhinto Prastowo).
Kategori (pelanggarannya) penyalahgunaan wewenang," tutur Widodo di
Mapolrestabes Bandung. Selain itu, pihaknya juga telah menyerahkan kasus ini
untuk diproses di Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Barat. "Kami telah menyerahkan
kasus ini ke Polda Jabar,” singkatnya. Dia enggan merinci lebih jauh mengenai
kasus yang mencoreng korps Polri. “Silahkan saja tanya ke Kabid Humas Polda
Jabar," tambahnya. Widodo berharap kejadian serupa tidak terulang kepada anak
buahnya yang lain. Dia mengingatkan bahwa tugas pokok polisi adalah pemelihara,
penegak hukum, pelindung juga pengayom masyarakat. “Apapun inovasi dan
improvisasina tapi outputnya harus mengacu hal-hal tersebut," tegasnya.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, Kapolsek Brusel Duta Samodra diduga
telah melepaskan tersangka kasus narkotika yang ditangani Kapolsek Cicendo.
Tersangka A dibebaskan karena menyetorkan uang Rp1 miliar. Brusel menerima
suap bersama seorang anak buahnya. Kini kedua polisi ini meringkuk di tahanan
Polda Jabar.
Kasus pelanggaran kode etik di atas adalah kasus yang dilakukan oleh seorang
polisi yang bernama Kompol Brusel Duta Samodra, Kepala Kepolisian Sektor
(Kapolsek) Cicendo Bandung Jawa Barat. Brusel Duta Samudra diduga telah
menerima suap dari tersangka kasus sabu berinisial A yang ditangkap oleh petugas
Bea dan Cukai di Bandara Husein Sastranegara Bandung. Padahal seorang polisi
terhadap profesinya sebagai pemelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,
penegak hukum serta pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat. Disini apa
yang dilakukan Kompol Brusel Duta Samudra telah melanggar 1. Pasal 10
Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia tentang kode etik profesi
kepolisian negara republik Indonesia No.Pol: 7 Tahun 2006 terutama ayat (1) huruf
c, d, dan e Dalam etika dalam hubungan masyarakat anggota polri wajib:
menghindarkan diri dari perbuatan tercela dan menjunjung tinggi nilai kejujuran,
keadilan, dan kebenaran demi pelayanan dalam masyarakat. Perbuatan Kompol
Brusel Duta samudra yang menerima suap dari tersangka sehingga mengakibatkan
tersangka dibebaskan dari ancaman hukuman, ini merupakan perbuatan tercela dan
dengan jelas keadilan tidak ditegakkan padahal dia adalah seorang polisi yang
seharusnya sebagai pemelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, penegak
hukum serta pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat serta menjadi panutan
yang baik bagi masyarakat dan harus menegakkan keadilan seadil-adilnya. Pasal 10
Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia tentang kode etik profesi
kepolisian negara republik Indonesia No.Pol: 7 Tahun 2006 ayat (2) : Anggota polri
wajib menghindarkan diri dari perbuatan tercela yang dapat merusak kehormatan
profesi dan organisasi dan menjunjung tinggi nilai kejujuran, keadilan, dan
kebenaran demi pelayanan kepada masyarakat sebagaimana yang dimaksud ayat
(1) huruf c.Pemeriksaan atas pelanggaran kode etik profesi dilakukan oleh komisi
kode etik polri. Perbuatan Kompol Brusel Duta samudra dapat dikenai sanksi
dimasukan ke rumah tahanan dengan waktu yang telah ditentuan dan diberhentikan
secara tidak hormat sebagai Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Cicendo
Bandung, Jawa Barat, melihat perbuatan kejahatan yang dilakukan sangat berat,
yaitu:
1. Sebagai Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) seharusnya memberikan
contoh yang baik bagi masyarakat terutama yang paling penting adalah contoh buat
anak buahnya, tapi sebagai Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) malah melakukan
perbutan suap.
2. Suap yang diterimanya hingga mengakibatkan tersangka A dibebaskan,
padahal tersangka A ini terlibat kasus sabu, yang seharusnya tersangka A ini
mendapat hukuman yang sangat berat. Uang suap yang diterima dalam jumlah yang
sangat besar hingga mencapai 1 miliar.

Anda mungkin juga menyukai