Anda di halaman 1dari 19

Makalah

disusun untuk memenuhi mata kuliah

Pengambilan Keputusan Berbasis ICT

Dosen Pengampu :

Parwita setya Wardhani S.E.,M.Si

Disusun Oleh :

Ichwanul Kirom Febryanto (18210663)

Nuruddin Zeqi (18211032)

Roni Setiawan (18210654)

PROGRAM STUDI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

FAKULTAS EKONOMI

SEKOLAH TINGGI EKONOMI MAHARDIKA SURABAYA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa segala rahmat dan karunia-NYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca agara makalah
Ini dapat diselesaikan dengan baik.

Surabaya, 27 November 2019

Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Pembahasan
Bab II Pembahasan
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai Negara yang penuh dengan keanekaragaman,
Indonesia terdiri dari suku bangsa yang beranekaragam, memiliki bahasa dan budaya
yang beranekaragam, serta memiliki sejumlah permasalahan yang beranekaragam,
mulai dari permasalahan social, politik, ekonomi, dan lain-lain. Terutama mengenai
permasalahan kesejahteraan dan kemiskinan yang tidak pernah ada habisnya. Dalam
menghadapi permasalahan-permasalahan tersebut maka diperlukan pengambilan
keputusan yang cepat dan tepat. Proses pengambilan keputusan yang cepat dan tepat
dilakukan agar mendapatkan penyelesaian atau paling tidak mengurangi tingkat
permasalahan yang terjadi.
Kegiatan pembuatan keputusan meliputi pengindentifikasian masalah,
pencarian alternatif penyelesaian masalah, evaluasi daripada alternatif-alternatif
tersebut, dan pemilihan alternatif keputusan yang terbaik. Kemampuan seorang
pimpinan dalam membuat keputusan dapat ditingkatkan apabila ia mengetahui dan
menguasai teori dan teknik pembuatan keputusan. Dengan peningkatan kemampuan
pimpinan dalam pembuatan keputusan maka diharapkan dapat meningkatkan kualitas
keputusan yang dibuatnya, sehingga akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas
kerja organisasi.
Pembuatan keputusan tersebut mencakup kegiatan identifikasi masalah,
perumusan masalah, dan pemilihan alternatif keputusan berdasarkan perhitungan dan
berbagai dampak yang mungkin timbul. Setelah tahap implementasi atau operasional
suatu keputusan dalam suatu organisasi, akan dilanjutkan ke tahap evaluasi. Dalam
tahap pengawasan/evaluasi, mencakup pemantauan, pemeriksaan, dan penilaian
terhadap hasil pelaksanaan dari pembuatan keputusan yang telah dilakukan.
Pada akhirnya, kegiatan pengambilan keputusan yang cepat dan tepat
merupakan bagian dari kegiatan administrasi dimaksudkan agar permasalahan yang
akan menghambat roda organisasi dapat segera terpecahkan dan terselesaikan
sehingga suatu organisasi dapat berjalan secara efisien dan efektif dalam rangka
mencapai suatu tujuan organisasi.
Program BLSM merupakan salah satu contoh keputusan yang dibuat
pemerintah sebagai kompensasi atas kenaikan harga BBM. Seiring dengan telah
berlangsungnya program BLSM, program tersebut menuai banyak permasalahan.
Pada hal, program ini dimasukkan sebagai penyelesaian masalah kenaikan BBM.
Pemerintah mengklaim program bantuan langsung sosial masyarakat (BLSM)
merupakan keputusan yang tidak hanya akan membantu masyarakat miskin ketika
harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dinaikan, namun juga akan menurunkan
angka kemiskinan. BLSM yang dibagi-bagi pemerintah ternyata tidak efektif
membantu masyarakat. Kompensasi senilai Rp 150 per bulan dinilai tak berarti bila
dibanding dampak sosial yang ditimbulkan akibat kenaikan harga BBM.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengambilan keputusan?
2. Apakah tujuan dari pengambilan keputusan?
3. Bagaimana proses pengambilan keputusan itu ?

C. Tujuan
1. Mengetahui definisi dari pengambilan keputusan.
2. Mengetahui tujuan pengambilan keputusan.
3. Mengetahui bagaimana proses pengambilan keputusan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Pengambilan Keputusan


Keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas.
Hal itu berkaitan dengan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mengenai ‘apa yang
harus dilakukan’ dan seterusnya mengenai unsur-unsur perencanaan. Dapat juga
dikatakan bahwa keputusan itu sesungguhnya merupakan hasil proses pemikiran yang
berupa pemilihan satu diantara beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk
memecahkan masalah yang dihadapinya.
Keputusan itu sendiri merupakan unsur kegiatan yang sangat vital. Jiwa
kepemimpinan seseorang itu dapat diketahui dari kemampuan mengatasi masalah dan
mengambil keputusan yang tepat. Keputusan yang tepat adalah keputusan yang
berbobot dan dapat diterima bawahan. Ini biasanya merupakan keseimbangan antara
disiplin yang harus ditegakkan dan sikap manusiawi terhadap bawahan. Keputusan
yang demikian ini juga dinamakan keputusan yang mendasarkan diri pada human
relations.
Setelah pengertian keputusan disampaikan, kiranya perlu pula diikuti dengan
pengertian tentang “pengambilan keputusan”. Ada beberapa definisi tentang
pengambilan keputusan, dalam hal ini arti pengambilan keputusan sama dengan
pembuatan keputusan, misalnya Terry, definisi pengambilan keputusan adalah
pemilihan alternatif perilaku dari dua alternatif atau lebih ( tindakan pimpinan untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam organisasi yang dipimpinnya dengan
melalui pemilihan satu diantara alternatif-alternatif yang dimungkinkan).
Menurut Siagian pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan terhadap
hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang
dari alternatif yang dihadapi dan pengambilan tindakan yang menurut perhitungan
merupakan tindakan yang paling tepat.
Dari kedua pengertian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa keputusan
itu diambil dengan sengaja, tidak secara kebetulan, dan tidak boleh sembarangan.
Masalahnya telebih dahulu harus diketahui dan dirumuskan dengan jelas, sedangkan
pemecahannya harus didasarkan pemilihan alternatif terbaik dari alternatif yang ada.

B. Tujuan Pengambilan Keputusan


Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam organisasi itu dimaksudkan untuk
mencapai tujuan organisasinya yang dimana diinginkan semua kegiatan itu dapat
berjalan lancer dan tujuan dapat dicapai dengan mudah dan efisien. Namun, kerap
kali terjadi hambatan-hambatan dalam melaksanakan kegiatan. Ini merupakan
masalah yang hatus dipecahkan oleh pimpinan organisasi. Pengambilan keputusan
dimaksudkan untuk memecahkan masalah tersebut.

C. Proses Pengambilan Keputusan


Setiap keputusan yang diambil itu merupakan perwujudan kebijakan yang
telah digariskan. Oleh karena itu, analisis proses pengambilan keputusan pada
hakikatnya sama saja dengan analisis proses kebijakan. Proses pengambilan
keputusan meliputi :
1. Identifikasi masalah
Dalam hal ini pemimpin diharapkan mampu mengindentifikasikan masalah yang
ada di dalam suatu organisasi.
2. Pengumpulan dan penganalisis data
Pemimpin diharapkan dapat mengumpulkan dan menganalisis data yang dapat
membantu memecahkan masalah yang ada.
3. Pembuatan alternatif-alternatif kebijakan
Setelah masalah dirinci dengan tepat dan tersusun baik, maka perlu dipikirkan
cara-cara pemecahannya. Cara pemecahan ini hendaknya selalu diusahakan
adanya alternatif-alternatif beserta konsekuensinya, baik positif maupun negatif.
Oleh sebab itu, seorang pimpinan harus dapat mengadakan perkiraan sebaik-
baiknya. Untuk mengadakan perkiraan dibutuhkan adanya informasi yang
secukupnya dan metode perkiraan yang baik. Perkiraan itu terdiri dari berbagai
macam pengertian:
 Perkiraan dalam arti Proyeksi
Perkiraan yang mengarah pada kecenderungan dari data yang telah terkumpul dan
tersusun secara kronologis.
 Perkiraan dalam arti prediksi
Perkiraan yang dilakukan dengan menggunakan analisis sebab akibat.
 Perkiraan dalam arti konjeksi
Perkiraan yang didasarkan pada kekuatan intuisi (perasaan). Intuisi disini sifatnya
subjektif, artinya tergantung dari kemampuan seseorang untuk mengolah
perasaan.
4. Pemilihan salah satu alternatif terbaik
Pemilihan satu alternatif yang dianggap paling tepat untuk memecahkan masalah
tertentu dilakukan atas dasar pertimbangan yang matang atau rekomendasi.
Dalam pemilihan satu alternatif dibutuhkan waktu yang lama karena hal ini
menentukan alternative yang dipakai akan berhasil atau sebaliknya.
5. Pelaksanaan keputusan
Dalam pelaksanaan keputusan berarti seorang pemimpin harus mampu menerima
dampak yang positif atau negatif. Ketika menerima dampak yang negatif,
pemimpin harus juga mempunyai alternatif yang lain.
6. Pemantauan dan pengevaluasian hasil pelaksanaan
Setelah keputusan dijalankan seharusnya pimpinan dapat mengukur dampak dari
keputusan yang telah dibuat.

D. Evaluasi Atas Pelaksanaan Keputusan

Evaluasi seringkali dianggap proses terakhir dari pengambilan keputusan,


namun perlu kita cermati lagi evaluasi bukanlah akhir, evaluasi dapat melahirkan
umpan balik, setelah diadakan evaluasi dapat menghasilkan keputusan-keputusan
baru misalnya ketika keputusan yang telah dilaksanakan dinilai efektif maka
keputusan tersebut dapat dijadikan acuan untuk keputusan-keputusan atas
permasalahan lain yang dikemudian hari dapat terjadi, namun ketika pada tahap
evaluasi teryata keputusan yang dijalankan menghasilkan permasalahan-
permasalahan baru atau bisa diartikan keputusan tersebut kurang efektif, maka
pembuat keputusan diharuskan membuat keputusan baru yang mengarah pada
perbaikan.
Pendekatan umum dalam evaluasi adalah sebagai berikut:
a. Pengukuran atas pencapaian yang diamati.
b. Perbandingan dengan norna, standar atau hasil yang didinginkan.
c. Penilaian sampai sejauh mana nilai dapat dipenuhi.
d. Analisis penyebab kegagalan.
e. Keputusan (umpan balik)

Ruang Lingkup Evaluasi


Menurut Deniston ruang lingkup evaluasi ada 3 yaitu:
a. Kelayakan program (kesesuaian hasil dengan sikon)
b. Kecukupan program (hasil dibandingkan dengan tujuan)
c. Efektivitas program (hasil dapat menyelesaikan masalah), efisiensi (hasil dengan
penggunaan sumber daya)
Menurut George James, ruang lingkup evaluasi program ada 4 yaitu:
a. Upaya program (berbasis pada masalah)
b. Penampilan program (bandingkan rencana)
c. Ketepatan penampilan program (dibandingkan dengan tujuan)
d. Efisiensi program (penggunaan sumber daya)

Tujuan Evaluasi
1. Mengukur efek suatu program/kebijakan pada kehidupan masyarakat dengan
membandingkan kondisi antara sebelum dan sesudah adanya program tersebut.
Mengukur efek menunjuk pada perlunya metodologi penelitian. Sedang
membandingkan efek dengan tujuan mengharuskan penggunaan kriteria untuk
mengukur keberhasilan

2. Memperoleh informasi tentang kinerja implementasi kebijakan dan menilai


kesesuaian dan perubahan program dengan rencana

3. Memberikan umpan balik bagi manajemen dalam rangka perbaikan/


penyempurnaan implementasi

4. Memberikan rekomendasi pada pembuat kebijakan untuk pembuatan


keputusan lebih lanjut mengenai program di masa datang.

5. Sebagai bentuk pertanggung-jawaban public/ memenuhi akuntabilitas public.

Katagori Evaluasi

Katagori Pertanyaan

Efektifitas Apakah hasil yang diinginkan telah tercapai?


Efisiensi Seberapa banyak upaya yang diperlukan untuk mencapai hasil
yang diinginkan?

Kecukupan Seberapa jauh pencapaian hasil yang diinginkan untuk


memecahkan masalah

Pemerataan Apakah biaya manfaat didistribusikan secara merata kepada


kelompok-kelompok yang berbeda?

Responsivitas Apakah hasil kebijakan memuaskan kebutuhan/preferensi atau


nilai-nilai kelompok tertentu?

Ketepatan Apakah hasil (tujuan) yang diinginkan benar-benar berguna atau


bernilai

BAB III
STUDI KASUS

MASALAH GROSIR

Salah satu permasalahan yang sering dihadapi grosir adalah bagaimana menentukan
tingkat persediaan (stock) barang agar permintaan konsumen terpenuhi dan biaya
gudang (tempat penyimpanan barang) tersebut tidak terlalu mahal. Hal ini selalu
menjadi tujuan karena ketidakmampuan memberikan solusi yang optimal akan
menghasilkan dua jenis kerugian dalam usaha grosir. Sebagai contoh khusus, diambil
masalah grosir buah yang menjual buah strawbarry. Buah ini mempunyai masa
(waktu) jual yang terbatas, dalam arti jika tidak terjual pada hari pengiriman, maka
tidak akan laku dijual pada hari berikutnya. Jika diandaikan harga pengambilan satu
keranjang strawberry adalah $20, dan grosir akan menjualnya dengan harga $50 satu
keranjang. Berapa keranjangkah persediaan yang perlu diambil setiap hari oleh grosir
agar mendapat resiko kerugian minimum, atau agar mendapat keuntungan maximum?
Hal ini dapat diselesaikan dengan konsep peluang jika informasi tentang jumlah data
penjualan

beberapa hari yang lalu ada dicatat. Untuk membahas kasus ini selanjutnya
diandaikan data penjualan selama 100 hari yang lalu tercatat sebagai berikut:

Tabel 1. Data Penjualan

Jumlah Strawbary terjual Jumlah


Hari (Dalam Satuan Keranjang) Penjualan
10 15
11 20
12 40
13 25
Jumlah 100

ANALISIS KEPUTUSAN
Analisis keputusan yang dimaksud disini adalah suatu rangkaian proses dalam
membahas permasalahan yang dikemukakan di atas. Hal ini dapat dilakukan dengan
memperkenalkan konsep jenis kerugian yang ditimbulkan, pemakaian konsep
peluang, dan perhitungan ekspektasi kerugian.

 Pendefinisian Jenis Kerugian


Bila dalam membahas permasalahan di atas kita fokuskan terhadap minimisasi
kerugian maka perlu didefinisikan dua jenis kerugian yang akan ditimbulkan dalam
kasus tersebut. Jenis kerugian yang pertama dikenal dengan obsolescence looses.
Jenis kerugian ini disebabkan oleh persediaan yang terlalu banyak sehingga harus
dibuang pada hari berikutnya, (jenis ini hampir sama dengan biaya gudang akibat
terlalu lama penyimpanan). Misalnya dari kasus tersebut di atas, jika jumlah
strawberry yang disediakan oleh grosir adalah 12 keranjang namun permintaan pada
hari itu hanya 10 keranjang, maka grosir akan mengalami kerugian sebesar $40 (yaitu
dari harga pembelian 2 keranjang strawberry yang tidak terjual). Jenis kerugian yang
kedua adalah opportunity looses. Jenis kerugian ini disebabkan oleh kurangnya
persediaan sehingga ada pembeli yang tidak terlayani.

Dengan kata lain, kerugian ini timbul akibat keuntungan yang seharusnya diperoleh
tetapi tidak jadi diperoleh karena kekurangan stock. Misalnya dari kasus di atas, jika
jumlah strawberry yang disediakan oleh grosir adalah 10 keranjang sedangkan
permintaan pada hari itu mencapai 12 keranjang, maka grosir akan mengalami
kerugian sebesar $60 (yaitu keuntungan yang tidak diterima dari hasil penjualan 2
keranjang strawberry bila stock ada).
Tabel.2 Tabel Kerugian Bersyarat

Kemungkinan Kemungkinan Persediaan yang Dilakukan(X)


Jumlah Yang
diminta (X) 10 11 12 13

10 $0 $20 $40 $60


11 30 0 20 40
12 60 30 0 20
13 90 60 30 0

Adopsi Konsep Peluang

Konsep peluang yang sudah didefinisikan sebelumnya dapat diadopsi untuk data
persoalan tersebut di atas. Jika tujuan grosir adalah untuk menentukan persediaan
jumlah strawberry dalam satuan keranjang pada hari tersebut, dimisalkan dengan X,
maka berdasarkan data di atas X adalah peubah acak diskrit yang dapat mengambil
nilai 1O, 11, 12, dan 13. Dan distribusi Peluang X (jumlah keranjang strawberry)
dapat dinyatakan sebagai berikut:

Tabel 3. Distribusi Peluang X

Jumlah Strawbary
terjual Dalam Jumlah Frekwensi Relatif
Satuan Keranjang Hari Penjualan (fr)
(X) (f) P(X=x)
10 15 0.15
11 20 0.20
12 40 0.40
13 25 0.25
Jumlah 100 1.00

Perhitungan Ekspektasi Kerugian

Mengingat tujuan utama dari analisis ini adalah untuk menentukan jumlah stock
strawberry agar resiko (kerugian) minimum, maka analisis dilakukan dengan
memperhitungkan ekspektasi kerugian. Analisis perhitungan ekspektasi ini akan
disajikan dalam tabel, dengan memperhitungkan semua kemungkinan yang dapat
terjadi, dimulai dari tabel ekspektasi kerugian bila persediaan 10 keranjang sampai
dengan tabel ekspaktasi kerugian bila persediaan 13 keranjang.

Tabel 4. Ekspektasi kerugian dari Persediaan 10 Keranjang

Jumlah Ekspektasi
Kemungkinan Kerugian Peluang Kerugian X.P
Permintaan (X) Bersyarat X P (X) (X)
10 $0 0.15 $0.00
11 30 0.20 6.00
12 60 0.40 24.00
13 90 0.25 22.50
Jumlah 1.00 $52.50

Kolom kerugian bersyarat pada Tabel 4 di alas diambil, dari tabel 2 untuk kasus
persediaan 10 keranjang. Kolom ke empat dari Tabel 4 menyatakan bahwa jika 10
keranjang disediakan setiap hari selama masa yang panjang (long period), maka
kerugian secara rata-rata (ekspektasi kerugian) adalah $52.50. Tentu tidak ada
jaminan bahwa jika besok diambil persediaan 10 keranjang maka sudah pasti akan
rugi %52.50. Dengan cara yang sama tabel 5, 6, dan 7 dapat dibentuk dan
diinterpretasikan.

Tabel 5. Ekspektasi Kerugian Dari Persediaan 11 Keranjang

Jumlah Ekspektasi
Kemungkinan Kerugian Peluang Kerugian X.P
Permintaan (X) Bersyarat X P (X) (X)
10 $20 0.15 $3.00
11 0 0.20 0.00
12 30 0.40 12.00
13 60 0.25 15.00
Jumlah 1.00 $30.00

Hasil analisis ekspektasi kerugian yang disajikan dalam tabel 4 sampai dengan 7
dapat digunakan untuk mengambit keputusan. Dapat dilihat bahwa minimum
kerugian yang terjadi adalah $17.50. Hal ini terjadi pada tingkat persediaan 12
keranjang Strawberry. Ini berarti grosir lebih baik menyediakan 12 keranjang setiap
harinya, untuk kasus tersebut di atas.

Seandainya untuk membahas permasalahan di atas dilakukan anatisis dengan


mempertimbangkan keuntungan yang maksimum, maka hasilnya tidak akan berbeda
yaitu dengan jumlah persediaan 12 keranjang perharinya.

Tabel 6. Ekspektasi Kerugian Dari Persediaan 12 Keranjang

Jumlah Ekspektasi
Kemungkinan Kerugian Peluang Kerugian X.P
Permintaan (X) Bersyarat X P (X) (X)
10 $40 0.15 $6.00
11 20 0.20 4.00
12 0 0.40 0.00
13 30 0.25 7.50
Jumlah 1.00 $17.50

Tabel 7. Ekspektasi Kerugian Dari Persediaan 13 Keranjang


Jumlah Ekspektasi
Kemungkinan Kerugian Peluang Kerugian X.P
Permintaan (X) Bersyarat X P (X) (X)
10 $60 0.15 $9.00
11 40 0.20 8.00
12 20 0.40 8.00
13 0 0.25 0.00
Jumlah 1.00 $52.50

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku dari beberapa
alternatif untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan pengambilan
tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.
2. Proses pengambilan keputusan meliputi: Identifikasi masalah, pengumpulan
dan penganalisis data, pembuatan alternatif-alternatif kebijakan, pemilihan
salah satu alternatif terbaik, pelaksanaan keputusan/implementasi, pemantauan
dan pengevaluasian hasil pelaksanaan.
3. Pemakaian Teori Peluang untuk membahas persoalan ketidakpastian dapat
dilakukan bilamana dimiliki suatu informasi yang dapat dimodifikasi menjadi
frekwensi relatif. Contoh kasus masalah grosir buah tetah menunjukkan
bagaimana penggunaan konsep teori peluang dan ekspektasi digunakan
untuk mengambii keputusan. Dan perhitungan dapat diperoleh bahwa nilai
minimum kerugian adalah $17.50, dengan jumlah persediaan perharinya 12
keranjang.

B. Saran
Setiap keputusan yang dibuat diharapkan merupakan keputusan yang
berkualitas dengan mengacu pada efisiensi dan efektivitasnya, terutama
mengenai keputusan yang menyangkut hajat hidup orang banyak ataupun yang
menyangkut kesejahteraan.

Anda mungkin juga menyukai