Makalah Luv
Makalah Luv
Seperti yang telah kita ketahui, tahun 2019 adalah tahun dilaksanakannya
kembali kegiatan pemilihan umum (pemilu) untuk calon anggota Dewan
Perwakilan Daerah (DPD), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota, serta calon Presiden dan Wakil Presiden.
Banyak partai dan perorangan yang berlomba-lomba untuk menduduki
berbagai posisi dalam lembaga legislatif yang ada. Salah satu cara yang
dipercaya dapat menaikkan kesadaran masyarakat atas partai politik atau
individu calon legislatif adalah melalui berbagai kegiatan kampanye.
Kegiatan kampanye itu sendiri biasanya dilakukan oleh partai politik atau calon
legislatif untuk mensosialisasikan program-program mereka apabila terpilih
untuk menduduki jabatan tertentu nantinya. Tentunya jumlah dana yang
digelontorkan oleh partai politik maupun individu calon legislatif tidaklah
sedikit.
Oleh karena itu muncullah sebuah kebutuhan atas tata kelola partai politik
yang baik terutama menyangkut pengelolaan dana kampanye pemilu.
Dengan adanya akuntabilitas pengelolaan dana kampanye, partai politik dapat
terbebas dari segala tuduhan yang berkaitan dengan politik uang sehingga dapat
memperoleh kepercayaan dari masyarakat. Bukan hanya terbebas dari politik
uang, namun masyarakat pun dapat meyakini bahwa kampanye yang
terlaksana adalah kampanye yang bebas, jujur, dan adil. Selain karena alasan
kepercayaan tersebut, akuntabilitas dana kampanye dalam kegiatan pemilu
ternyata juga disyaratkan oleh pemerintah karena dianggap penting. Hal ini
dapat kita lihat dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 2017 tentang Pemilu.
Dalam undang-undang tersebut, peserta pemilu diminta untuk
mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan partai politik dalam bentuk
laporan keuangan partai politik dan laporan dana kampanye. Hal ini
dibutuhkan untuk meyakini bahwa partai politik telah memenuhi karakteristik
kualitatif pelaporan, yakni; dapat dipahami, tepat waktu, memiliki daya
banding, lengkap, dan dapat diandalkan.
Panduan audit laporan dana kampanye peserta pemilu tahun 2019 memiliki
beberapa perbedaan dengan panduan periode-periode sebelumnya terutama
dalam aplikasi audit sesuai prosedur yang disepakati .
Hal yang juga perlu diperhatikan dalam audit dana kampanye adalah
adanya perbedaan sifat antara laporan dana kampanye dan laporan
keuangan umum. Hal ini kemudian menyebabkan perbedaan perlakuan audit dan
pengadopsian standar untuk keduanya.
Pada makalah ini akan disajikan bagaimana proses pengauditan laporan dana
kampanye peserta pemilihan umum legislatif, proses pembuatan dan isi
panduan audit laporan dana kampanye peserta pemilihan umum legislatif.
Selain itu juga akan disajikan hasil audit laporan dana kampanye pemilihan
umum legislatif 2019 yang didapatkan dari situs KPU yang resmi.
Audit menyediakan dua buah kelompok besar jenis jasa yang dapat diberikan, yakni:
Jasa Asurans merupakan jasa yang diberikan oleh akuntan publik untuk
memberikan keyakinan atas suatu hal (seperti laporan keuangan atau kepatuhan
terhadap peraturan) yang dianggap dapat meningkatkan kualitas informasi bagi
pembuat keputusan. Jasa asurans terdiri dari dua jenis jasa, antara lain:
1. Jasa Atestasi
Jasa Atestasi merupakan jenis jasa yang memberikan laporan atas keandalan dari
sebuah asersi yang dibuat oleh pihak lain, seperti manajemen perusahaan, partai
politik, dan sebagainya.
Dalam melaksanakan jasa asurans lain, akuntan publik tidak diwajibkan untuk
memberikan laporan tertulis atas atestasi yang dilakukannya. Asurans lain tidak
diberikan hanya atas keandalan asersi pihak lain mengenai kepatuhan pada
kriteria tertentu. melainkan berfokus pada peningkatan kualitas informasi yang
berguna bagi pembuat keputusan. Menurut Arens et. al. (2009), salah satu
jenis jasa asurans lain yang diberikan oleh akuntan publik adalah perikatan
atas prosedur yang disepakati (agreed upon procedures).
b. Jasa perpajakan
Berdasarkan Arens et. al, (2009), terdapat tiga buah jenis audit yang dapat
dilaksanakan oleh auditor, yaitu audit operasional, audit kepatuhan, dan audit laporan
keuangan.
Audit jenis ini dilakukan untuk mengevaluasi kepatuhan auditee atas peraturan atau
standar tertentu yang berlaku. Salah satu standar yang Kajian atas proses berkaitan
dengan jenis audit ini adalah Standar Atestasi (SAT) Seksi 500 tentang Atestasi
Kepatuhan.
Dalam SAT 500 dikatakan bahwa asersi manajemen dapat berkaitan dengan
persyaratan kepatuhan baik uang bersifat keuangan maupun nonkeuangan. Dalam
hal ini praktisi dapat menerima perikatan untuk melaksanakan prosedur yang
disepakati dalam mengevaluasi asersi manajemen tentang kepatuhan entitas
terhadap persyaratan tertentu dan/atau efektivitas pengendalian internal terhadap
kepatuhan. Manajemen sendiri bertanggung jawab untuk memberikan asersi tertulis
yang berisi keyakinan bahwa entitas telah mematuhi peraturan dan standar yang
terkait dan berlaku.
Dalam hal ini manajemen harus membuat laporan mengenai kepatuhan entitas
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. SAT ini juga menjelaskan dua buah tipe
perikatan yang dapat dilaksanakan dalam audit kepatuhan, yakni Perikatan
Prosedur yang Disepakati dan Prosedur Pemeriksaan. Kedua tipe perikatan
tersebut akan dijabarkan di dalam Tabel 2.1
Tabel 2.1 Perbedaan Perikatan Prosedur yang Disepakati dan Perikatan Pemeriksaan
2. Merencanakan
perikatan
3. Mempertimbangkan
porsi relevan struktur
pengendalian internal
terhadap kepatuhan
4. Memperoleh bukti
yang cukup termasuk
pengujian kepatuhan
terhadap persyaratan
tertentu
5. Mempertimbangkan
peristiwa kemudian
6. Merumuskan pendapat
mengenai kewajaran
asersi manajemen
tentang kepatuhan
Tabel 2.2: Perbedaan Audit Laporan Keuangan dan Audit Laporan Dana Kampanye
4. Perubahan Modal
5. Catatan atas
Laporan Keuangan
Panduan yang Standar Profesional Panduan Audit Laporan
digunakan Dana Kampanye Peserta
Akuntan Publik
Pemilu
Peraturan yang UU No. 7 Tahun 2017
mewajibkan tentang Pemilu
Dalam audit laporan dana kampanye peserta pemilihan umum, dilakukan prosedur
yang disepakati dan audit kepatuhan. Kedua audit ini memiliki beberapa perbedaan
yang dipaparkan dalam Tabel 2.3.
Standar Audit (SA) 622 tentang Perikatan untuk Menerapkan Prosedur yang
Disepakati atas Unsur, Akun, atau Pos Tertentu dalam Laporan Keuangan
Dalam SA 622 dikatakan bahwa kegiatan audit dilaksanakan untuk mengevaluasi
unsur, akun, atau pos tertentu dari laporan sehingga kebutuhan dari pemakai
laporan terpenuhi. Karena tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan pemakai
laporan, maka komunikasi dengan pemakai laporan menjadi syarat yang penting dalam
perikatan ini. salah satu alasannya adalah karena pemakai laporan yang bersangkutan
yang paling memahami kebutuhan mereka dan kecukupan prosedur yang harus
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Tanpa mengabaikan penilaian profesional dan untuk tujuan khusus dalam audit
laporan dana kampanye ini, tabel di bawah ini memberikanpanduan bagi auditor
dalam menentukan jumlah sampel yang diambil dalam proses audit, namun
demikian auditor perlu mempertimbangkan lebih lanjut kecukupan bukti audit
untuk menunjang kesimpulan yang akan diambil.
Bab ini akan terbagi menjadi beberapa bagian pembahasan yang terdiri dari,
antara lain: Definisi Umum, gambaran kegiatan audit dana kampanye, proses
pembuatan panduan audit dana kampanye peserta pemilihan umum,
perbandingan panduan audit laporan dana kampanye 2019 dan panduan
audit laporan dana kampanye periode sebelumnya, panduan audit laporan
dana kampanye peserta pemilihan umum, dan gambaran singkat hasil audit
laporan dana kampanye peserta pemilihan umum legislatif 2019.
3.1DEFINISI UMUM
Berasal dari keuangan partai politik atau gabungan partai politik yang mengusulkan pasangan
calon
c. Sumbangan yang sah menurut hukum dari pihak lain
1. Perseorangan
Dana kampanye yang bersumber dari perseorangan tidak boleh melebihi dari Rp
2.500.000.000 selama masa kampanye.
2. Kelompok, Perusahaan, dan Badan usaha non pemerintah
Dana kampanye tidak boleh melebihi Rp 25.000.000.000 selama masa kampanye.
Berupa tunai, cek, bilyet, giro, surat berharga lainnya, dan penerimaan melalui transaksi
perbankan.
b. Barang
Berupa benda bergerak dan tidak bergerak (dinilai dengan harga pasar yang wajar saat sumbangan
diterima)
c. Jasa
Pelayanan/Pekerjaan yang dilakukan pihak lain yang manfaatnya dinikmati oleh Peserta
Pemilu (dinilai dengan harga pasar yang wajar saat sumbangan diterima)
Bentuk laporan dana kampanye menurut PKPU No. 24 Tahun 2018 dan Perubahan PKPU No.
29 Tahun 2018 :
Laporan yang diaudit adalah laporan dana kampanye karena merupakan pos penerimaan dan
pengeluaran bagi peserta pemilu. Menurut PKPU No. 24 Tahun 2018 ayat 20, Dana kampanye peserta
pemilu yang selanjutnya disebut Dana Kampanye adalah sejumlah biaya berupa uang, barang, dan
jasa yang digunakan Peserta Pemilu untuk membiayai kegiatan Kampanye. Kemudian dalam PKPU
No. 24 Tahun 2018 ayat 21 juga dijelaskan bahwa Partai Politik peserta Pemilu dan individu peserta
pemilu wajib memilik rekening dana khusus kampanye yang dipisahkan dari rekening dana partai
politik dan rekening pribadi.
Kemudian sebelum audit laporan dana kampanye peserta pemilihan umum dilakukan,
pengurus partai politik dan calon peserta pemilu harus terlebih dahulu :
a. Mengirimkan laporan awal dana kampanye (LADK) mereka ke KPU, sebagaimana
dimaksud dalam PKPU No. 1 Tahun 2014 yang merupakan perubahan dari PKPU No.17
Tahun 2013 bahwa LADK disampaikan paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum hari
pertama jadual pelaksanaan Kampanye Pemilu dalam bentuk rapat umum,
b. Setelah disampaikannya LADK, peserta pemilu juga harus melaporkan laporan
penerimaan sumbangan dana kampanye (LPSDK) dibuat setelah 1 hari penutupan
penyampaian LADK,
c. Terakhir peserta pemilu harus melaporkan laporan penerimaan dan pengeluaran dana
kampanye (LPPDK) dimulai sejak 3 hari ditetapkan sebagai peserta pemilu dan ditutup 8
hari setelah proses pemungutan suara.
Audit dana kampanye ini dilaksanakan di seluruh Indonesia setiap kegiatan pemilihan umum
anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD), presiden, dan wakil presiden dilaksanakan. Beberapa pihak yang terlibat
dalam kegiatan audit dana kampanye antara lain: Komisi Pemilihan Umum (KPU), Institut Akuntan
Publik Indonesia (IAPI), Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), Akuntan Publik (AP), dan peserta pemilihan
umum yang bersangkutan baik berupa partai politik maupun perorangan.
Larangan menurut PKPU No. 24 Tahun 2018 dan Perubahan PKPU No. 29 Tahun 2018 :
a. pihak asing;
b. penyumbang atau pemberi bantuan yang tidak jelas identitasnya;
c. hasil tindak pidana yang telah terbukti berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap dan/atau bertujuan menyembunyikan atau menyamarkan
hasil tindak pidana; dan
d. pemerintah dan pemerintah daerah, badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah,
pemerintah desa, dan badan usaha milik desa atau sebutan lain.
2. Kriteria Akuntan Publik (AP) dan tim audit pada KAP yang akan mengaudit dana kampanye
a) memiliki surat izin AP dari Menkeu RI;
b) memiliki NPWP;
c) masakerja lebih dari 1 tahun sejak tanggal dikeluarkannya izin AP;
d) Personil dalam tim audit terdiri dari:
1) 1org AP sebagai partner incharge;
2) 1 org manajer (pengalam anaudit ±5tahun, pendidikan S1Akuntansi);
3) 1 org ketuatim (pengalaman audit 3tahun, pendidikan S1Akuntansi);
4) 1 org anggota tim(pengalaman audit 1tahun, pendidikan D3)
e) bukan merupakan anggota dari Partai Politik dan/atau Gabungan Partai Politik dan/atau tim
kampanye pasangan calon bagi AP dan personil yang ditugaskan dalam Tim audit;
f) tidak berafiliasi secara langsung ataupun tidak langsung dengan Pasangan Calon dan Partai
Politik atau Gabungan Partai Politik atau Pasangan Calon perseorangan atau tim kampanye
bagi AP dan personil yang ditugaskan dalam Tim audit;
g) AP dan staf auditor yang melakukan audit diutamakan memiliki sertifikat pelatihan audit atas
LaporanDana Kampanye PesertaPemilihan G&WG, B& WB dan/atau W&WW dari asosiasi
profesi akuntanpublik;
h) surat tugas dari KAP kepada personil yang akan melakukan audit dana kampanye.
3. KAP yang hanya memiliki 1 (satu) AP wajib melakukan kerja sama dengan KAP lainnya.
Kerja sama dilakukan dengan ketentuan:
a) ditujukan untuk pengalihan tanggung jawab pelaksanaan pekerjaan apabila AP meninggal
dunia, izin AP dibekukan, atau izin AP dicabut sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undanganyang berlaku;
b) surat perjanjian kerjasama yang ditandatangani oleh kedua belah pihak;
c) KAP lainnya memiliki paling sedikit1 (satu)AP yang memenuhi persyaratan;
d) KAP lainnya menggantikan KAP apabila AP meninggal dunia, izin AP dibekukan, atau
izin AP dicabut sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan
e) KAP lainnya tidak dapat mengikuti seleksi KAP untuk melakukan Audit Dana Kampanye
di wilayah yang sama. 4. Penggantian KAP dilakukan pada tahap setelah KAP ditetapkan
oleh KPU Provinsi/KIP Aceh atau KPU/KIP Kabupaten/Kota sampai dengan sebelum
laporan hasil audit ditandatangani. KPU Provinsi/KIPAceh atau
KPU/KIPKabupaten/KotamenetapkanKAP pengganti.
a. Penerimaan
Penerimaan yang dilaporkan dalam laporan ini adalah total penerimaan partai politik,
total penerimaan calon anggota DPD dari partai politik yang bersangkutan, serta total
sumbangan dari berbagai pihak sesuai dengan yang telah ditentukan sebelumnya.
b. Pengeluaran
Pengeluaran yang perlu dilaporkan juga dibagi ke dalam tiga klasifikasi pengeluaran
seperti yang telah ditetapkan dalam peraturan, yakni pengeluaran operasi, pengeluaran
modal, dan pengeluaran lain-lain. Masing-masing klasifikasi ini kemudian dipecah lagi
ke dalam beberapa akun pengeluaran yang lebih rinci sesuai dengan klasifikasinya.
Tabel 4.1: Perbedaan PKPU No. 17 Tahun 2013 dan PKPU No. 24 Tahun 2013
Unsur Pembeda PKPU No. 17 Tahun 2013 PKPU No. 24 Tahun 2018
Tentang Pelaporan Dana Kampanye Audit Laporan Dana Kampanye
2018
9. Penerbitan SK
No. 1781 Tahun
2018
Perbedaan pendapat antara KPU dan IAPI ini sedikit mengingatkan kita kepada
perbedaan pendapat antara KPU dan IAI mengenai audit partai politik yang
sebelumnya pernah terjadi. Pada waktu itu IAI merasa perlunya ditambahkan
pasal mengenai kewajiban audit atas partai politik kepada KPU saat hendak
membuat undang-undang partai politik dan terjadi perdebatan yang memakan
waktu cukup lama mengenai hal ini. Namun akhirnya IAI tetap kalah
mempertahankan pendapatnya sehingga pasal mengenai audit partai politik ini
pun ditiadakan.
3.3 Perbandingan Panduan Audit Laporan Dana Kampanye 2019 dan Panduan Audit Laporan
Dana Kampanye Periode 2014
b. Apabila jumlah
keseluruhan transaksi
penerimaan dan pengelaran
dana kampanye yang
tercantum dalam RKDK &
LADK kurang dari 30, maka
pengujian kelengkapan
tersebut dilakukan untuk
seluruh transaksi tersebut.
Seperti yang telah dipaparkan di atas, IAPI mengeluarkan panduan audit laporan
dana kampanye peserta pemilihan umum terbagi ke dalam tiga bagian berbeda,
yakni untuk partai politik, untuk calon anggota DPD dan calon presiden dan
wakil presiden tahun 2019 dalam SK No 1781 Tahun 2018 tentang Pedoman
Pelaksanaan Audit Laporan Dana Kampanye Pemilihan Umum . Dalam bagian
ini akan dibahas panduan audit dengan rincian terkait prosedur yang
direkomendasikan dan audit kepatuhan yang dianggap penting untuk masing-
masing bagian.
ii. Periksa kesesuaian status Bank tempat pembukuan seluruh RKDK dengan
ketentuan.
b. Pengelolaan
ii. Lakukan verifikasi terhadap saldo awal atau pembukuan untuk memastikan
kesesuaian dengan sumber perolehan serta tidak melanggar ketentuan
mengenai dana kampanye.
b. Periode Pembukuan
ii. Lakukan uji pisah batas (cut off test) terhadap penerimaan dan
pengeluaran pada tanggal awal dan tanggal akhir pembukuan.
ii. Periksa kesesuaian tanggal dan waktu tanda terima penyerahan LADK yaitu
paling lambat 1 (satu) hari setelah periode penutupan LADK paling lambat
pukul 18.00 waktu setempat.
iii. Lakukan konfirmasi kepada petugas Komisi Pemilihan Umum (jika terdapat
perbedaan) terkait kesesuaian batas waktu penyampaian LADK Pasangan
Calon Presiden dan Wakil Presiden Peserta Pemilu.
3. Laporan Penerimaan Sumbangan Dana Kampanye (LPSDK)
a. Pelaporan
Periksa kesesuaian isi LPSDK dengan dokumen yang memuat informasi
pendukung sebagaimana diatur dalam ketentuan, seperti daftar penerimaan
sumbangan yang berasal dari Calon Anggota DPR dan DPRD Partai Politik atau
Gabungan Partai Politik pengusul dan perseorangan, Kelompok, dan Badan
Hukum Swasta.
b. Periode Pembukuan
ii. Lakukan uji pisah batas (cut off test) terhadap penerimaan sumbangan dana
kampanye pada tanggal awal dan akhir pembukuan.
ii. Periksa kesesuaian tanggal dan waktu tanda terima penyerahan LPSDK yaitu
paling lambat 1 (satu) hari setelah periode penutupan LPSDK pukul 18.00 waktu
setempat.
b. Periode Pembukuan
ii. Lakukan uji pisah batas (cut-off test) terhadap penerimaan sumbangan dan
pengeluaran Dana Kampanye pada tanggal awal dan akhir pembukuan.
iv. Lakukan pengujian atas sumbangan yang diterima dalam bentuk barang,
dan/atau jasa untuk memastikan kesesuaian pencatatan berdasarkan harga
pasar wajar yang berlaku.
f. Batasan Kesesuaian Sumbangan
iii. Lakukan pengujian terhadap pembelian barang atau jasa, apakah terdapat
diskon yang melebihi batas kewajaran transaksi yang berlaku secara umum.
ii. Lakukan verifikasi terhadap sumbangan yang dilarang tersebut dengan bukti
lapor ke KPU serta bukti Surat Setoran Penerimaan Negara Bukan Pajak
(SSPNBP).
iii. Pengeluaran Dana Kampanye
vi. Lakukan pengujian terhadap keberadaan dan penilaian bukti pendukung dan
aktivitas pengeluaran Dana Kampanye.