Anda di halaman 1dari 34

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seperti yang telah kita ketahui, tahun 2019 adalah tahun dilaksanakannya
kembali kegiatan pemilihan umum (pemilu) untuk calon anggota Dewan
Perwakilan Daerah (DPD), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota, serta calon Presiden dan Wakil Presiden.
Banyak partai dan perorangan yang berlomba-lomba untuk menduduki
berbagai posisi dalam lembaga legislatif yang ada. Salah satu cara yang
dipercaya dapat menaikkan kesadaran masyarakat atas partai politik atau
individu calon legislatif adalah melalui berbagai kegiatan kampanye.
Kegiatan kampanye itu sendiri biasanya dilakukan oleh partai politik atau calon
legislatif untuk mensosialisasikan program-program mereka apabila terpilih
untuk menduduki jabatan tertentu nantinya. Tentunya jumlah dana yang
digelontorkan oleh partai politik maupun individu calon legislatif tidaklah
sedikit.

Oleh karena itu muncullah sebuah kebutuhan atas tata kelola partai politik
yang baik terutama menyangkut pengelolaan dana kampanye pemilu.
Dengan adanya akuntabilitas pengelolaan dana kampanye, partai politik dapat
terbebas dari segala tuduhan yang berkaitan dengan politik uang sehingga dapat
memperoleh kepercayaan dari masyarakat. Bukan hanya terbebas dari politik
uang, namun masyarakat pun dapat meyakini bahwa kampanye yang
terlaksana adalah kampanye yang bebas, jujur, dan adil. Selain karena alasan
kepercayaan tersebut, akuntabilitas dana kampanye dalam kegiatan pemilu
ternyata juga disyaratkan oleh pemerintah karena dianggap penting. Hal ini
dapat kita lihat dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 2017 tentang Pemilu.
Dalam undang-undang tersebut, peserta pemilu diminta untuk
mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan partai politik dalam bentuk
laporan keuangan partai politik dan laporan dana kampanye. Hal ini
dibutuhkan untuk meyakini bahwa partai politik telah memenuhi karakteristik
kualitatif pelaporan, yakni; dapat dipahami, tepat waktu, memiliki daya
banding, lengkap, dan dapat diandalkan.

Untuk melihat akuntabilitas dan kepatuhan pengelolaan dana kampanye pada


peraturan yang berlaku, maka dilakukanlah audit atas laporan dana kampanye
tersebut. Karena banyaknya partai politik dan individu calon legislatif, maka
kegiatan audit ini tidaklah mudah. Komisi Pemilihan Umum (KPU) merasa
bahwa panduan audit dana kampanye merupakan kebutuhan yang mendasar
bagi berjalannya kegiatan ini. KPU kemudian menggandeng Institut
Akuntan Publik Indonesia (IAPI) untuk merencanakan dan mengatur
pelaksanaan audit dana kampanye di Indonesia. IAPI diminta untuk membuat
Panduan Audit Laporan Dana Kampanye Peserta Pemilihan Umum yang akan
digunakan sebagai dasar bagi auditor dalam melakukan kegiatan audit atas dana
kampanye peserta pemilu. Panduan ini berisi prosedur yang disepakati atas
audit laporan dana kampanye partai politik, Calon Anggota Dewan
Perwakilan Daerah (DPD), serta Calon Presiden dan Wakil Presiden yang
dilaporkan.

Panduan audit laporan dana kampanye peserta pemilu tahun 2019 memiliki
beberapa perbedaan dengan panduan periode-periode sebelumnya terutama
dalam aplikasi audit sesuai prosedur yang disepakati .

Hal yang juga perlu diperhatikan dalam audit dana kampanye adalah
adanya perbedaan sifat antara laporan dana kampanye dan laporan
keuangan umum. Hal ini kemudian menyebabkan perbedaan perlakuan audit dan
pengadopsian standar untuk keduanya.

Pada makalah ini akan disajikan bagaimana proses pengauditan laporan dana
kampanye peserta pemilihan umum legislatif, proses pembuatan dan isi
panduan audit laporan dana kampanye peserta pemilihan umum legislatif.
Selain itu juga akan disajikan hasil audit laporan dana kampanye pemilihan
umum legislatif 2019 yang didapatkan dari situs KPU yang resmi.

1.2 Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

a. Bagaimana proses pengauditan dana kampanye mulai dari penunjukkan


KAP yang akan melakukan audit hingga publikasi hasil audit oleh KPU?

b. Bagaimana proses pembuatan panduan audit laporan dana kampanye peserta


pemilihan umum oleh Komisi Pemilihan Umum dan Institut Akuntan Publik
Indonesia?

c. Bagaimana hasil audit laporan dana kampanye peserta pemilihan umum


legislatif 2019?
1.3 TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Memberikan gambaran tentang proses pengauditan dana kampanye mulai
dari penunjukkan KAP yang akan melakukan audit hingga publikasi hasil
audit oleh KPU.
b. Mengetahui tentang proses pembuatan panduan audit laporan dana
kampanye peserta pemilihan umum oleh Komisi Pemilihan Umum dan
Institut Akuntan Publik Indonesia.
c. Mengetahui tentang hasil audit laporan dana kampanye peserta pemilihan
umum legislatif 2019.
BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Jasa Audit

Audit menyediakan dua buah kelompok besar jenis jasa yang dapat diberikan, yakni:

2.1.1. Jasa Asurans

Jasa Asurans merupakan jasa yang diberikan oleh akuntan publik untuk
memberikan keyakinan atas suatu hal (seperti laporan keuangan atau kepatuhan
terhadap peraturan) yang dianggap dapat meningkatkan kualitas informasi bagi
pembuat keputusan. Jasa asurans terdiri dari dua jenis jasa, antara lain:

1. Jasa Atestasi

Jasa Atestasi merupakan jenis jasa yang memberikan laporan atas keandalan dari
sebuah asersi yang dibuat oleh pihak lain, seperti manajemen perusahaan, partai
politik, dan sebagainya.

2. Jasa Asurans Lain

Dalam melaksanakan jasa asurans lain, akuntan publik tidak diwajibkan untuk
memberikan laporan tertulis atas atestasi yang dilakukannya. Asurans lain tidak
diberikan hanya atas keandalan asersi pihak lain mengenai kepatuhan pada
kriteria tertentu. melainkan berfokus pada peningkatan kualitas informasi yang
berguna bagi pembuat keputusan. Menurut Arens et. al. (2009), salah satu
jenis jasa asurans lain yang diberikan oleh akuntan publik adalah perikatan
atas prosedur yang disepakati (agreed upon procedures).

2.1.2 Jasa Non-Asurans

Akuntan publik dapat memberikan jasa lain selain asurans, seperti:

a. Jasa akuntansi dan pembukuan

b. Jasa perpajakan

c. Jasa konsultasi manajemen


2.2 Jenis Audit

Berdasarkan Arens et. al, (2009), terdapat tiga buah jenis audit yang dapat
dilaksanakan oleh auditor, yaitu audit operasional, audit kepatuhan, dan audit laporan
keuangan.

2.2.1. Audit Operasional

Mengevaluasi efisiensi dan efektivitas dari bagian-bagian prosedur dan metode


operasional perusahaan. Dalam melakukan audit jenis ini, evaluasi yang dilakukan
tidak hanya terbatas pada akuntansi melainkan juga dapat mengenai struktur
organisasi, operasinal komputer dan teknologi, metode produksi, pemasaran, dan
bagian lain yang dianggap memadai.

2.2.2. Audit Kepatuhan

Audit jenis ini dilakukan untuk mengevaluasi kepatuhan auditee atas peraturan atau
standar tertentu yang berlaku. Salah satu standar yang Kajian atas proses berkaitan
dengan jenis audit ini adalah Standar Atestasi (SAT) Seksi 500 tentang Atestasi
Kepatuhan.

Dalam SAT 500 dikatakan bahwa asersi manajemen dapat berkaitan dengan
persyaratan kepatuhan baik uang bersifat keuangan maupun nonkeuangan. Dalam
hal ini praktisi dapat menerima perikatan untuk melaksanakan prosedur yang
disepakati dalam mengevaluasi asersi manajemen tentang kepatuhan entitas
terhadap persyaratan tertentu dan/atau efektivitas pengendalian internal terhadap
kepatuhan. Manajemen sendiri bertanggung jawab untuk memberikan asersi tertulis
yang berisi keyakinan bahwa entitas telah mematuhi peraturan dan standar yang
terkait dan berlaku.

Dalam hal ini manajemen harus membuat laporan mengenai kepatuhan entitas
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. SAT ini juga menjelaskan dua buah tipe
perikatan yang dapat dilaksanakan dalam audit kepatuhan, yakni Perikatan
Prosedur yang Disepakati dan Prosedur Pemeriksaan. Kedua tipe perikatan
tersebut akan dijabarkan di dalam Tabel 2.1
Tabel 2.1 Perbedaan Perikatan Prosedur yang Disepakati dan Perikatan Pemeriksaan

Unsur Pembeda Perikatan Prosedur yang Perikatan Pemeriksaan


Disepakati

Tujuan Menyajikan temuan Menyatakan pendapat atas


terkait kepatuhan untuk kewajaran asersi manajemen
meningkatkan kualitas dalam semua hal yang
informasi bagi pemakai material berdasarkan kriteria
laporan keuangan yang disepakati
berdasarkan prosedur
yang disepakati
Luas prosedur yang Sesuai kesepakatan 1. Memperoleh
dilaksanakan dengan pemakai laporan pemahaman tentang
persyaratan kepatuhan
tertentu

2. Merencanakan
perikatan

3. Mempertimbangkan
porsi relevan struktur
pengendalian internal
terhadap kepatuhan

4. Memperoleh bukti
yang cukup termasuk
pengujian kepatuhan
terhadap persyaratan
tertentu

5. Mempertimbangkan
peristiwa kemudian

6. Merumuskan pendapat
mengenai kewajaran
asersi manajemen
tentang kepatuhan

2.2.3 Audit Laporan Keuangan

Audit atas laporan keuangan dilakukan untuk menentukan apakah laporan


keuangan (beserta informasi di dalamnya) telah disajikan secara wajar sesuai
dengan standar dan peraturan yang berlaku. Audit laporan dana kampanye dapat
digolongkan ke dalam audit laporan keuangan, namun terdapat beberapa
perbedaan yang penting untuk diperhatikan (lihat Tabel 2.2).

Tabel 2.2: Perbedaan Audit Laporan Keuangan dan Audit Laporan Dana Kampanye

Unsur Pembeda Audit Laporan Keuangan Audit Laporan Dana


Kampanye

Jenis Laporan 1. Laporan Laba 1. Laporan


Rugi penerimaan dan
pengeluaran dana
2. Neraca
kampanye peserta
3. Laporan Arus Kas
pemilu
Laporan

4. Perubahan Modal

5. Catatan atas
Laporan Keuangan
Panduan yang Standar Profesional Panduan Audit Laporan
digunakan Dana Kampanye Peserta
Akuntan Publik
Pemilu
Peraturan yang UU No. 7 Tahun 2017
mewajibkan tentang Pemilu

SK No. 1781 Tahun 2018

PKPU No. 24 Tahun


2018 tentang Dana
Kampanye
2.3 Perikatan Prosedur yang Disepakati (agreed upon procedures)

Dalam audit laporan dana kampanye peserta pemilihan umum, dilakukan prosedur
yang disepakati dan audit kepatuhan. Kedua audit ini memiliki beberapa perbedaan
yang dipaparkan dalam Tabel 2.3.

Tabel 2.3: Perbedaan Perikatan Prosedur yang Disepakati dan Audit

Perbedaan Perikatan Prosedur yang Audit Kepatuhan


Disepakati
Tujuan Mencari temuan dengan Menilai kepatuhan terhadap
melakukan prosedur standar Perikatan Asurans
yang dianggap cukup (SPA) 3000 Perikatan Asurans
dan disepakati oleh Selain Audit atau Reviu atas
pihak tertentu Informasi Keuangan Historis
yang ditetapkan oleh Institut
Akuntan Publik Indonesia.

Kepatuhan Perikatan prosedur yang disepakati (agreed upon procedures)


merupakan perikatan yang berisi kesepakatan antara auditor dengan manajemen
atau pihak ketiga untuk melaksanakan audit dengan batasan tertentu. Batasan
tersebut antara lain prosedur tertentu yang dirasa perlu untuk dilaksanakan
berkaitan dengan kebutuhan dari pihak tersebut. Dalam perikatan ini kesepakatan
dengan pihak manajemen atau pihak ketiga menjadi sangat penting mengingat
merekalah yang paling memahami kebutuhan mereka atas kegiatan audit ini. Karena
sifatnya yang terbatas dan telah melalui kesepakatan, maka akuntan publik tidak
memiliki kewajiban untuk melaksanakan prosedur lain di luar yang disepakati
dalam mencari temuan lain. Salah satu standar yang mengatur mengenai prosedur
yang disepakati adalah Standar Audit (SA) 622 tentang Perikatan untuk Menerapkan
Prosedur yang Disepakati atas Unsur, Akun, atau Pos Tertentu dalam Laporan
Keuangan.

 Standar Audit (SA) 622 tentang Perikatan untuk Menerapkan Prosedur yang
Disepakati atas Unsur, Akun, atau Pos Tertentu dalam Laporan Keuangan
Dalam SA 622 dikatakan bahwa kegiatan audit dilaksanakan untuk mengevaluasi
unsur, akun, atau pos tertentu dari laporan sehingga kebutuhan dari pemakai
laporan terpenuhi. Karena tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan pemakai
laporan, maka komunikasi dengan pemakai laporan menjadi syarat yang penting dalam
perikatan ini. salah satu alasannya adalah karena pemakai laporan yang bersangkutan
yang paling memahami kebutuhan mereka dan kecukupan prosedur yang harus
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Perikatan keyakinan memadai mempersyaratkan penerapan keahlian dan teknik


asurans, serta pengumpulan bukti yang cukup dan tepat sebagai bagian dari suatu
proses yang berulang dan sistematis yang mencakup pemerolehan suatu pemahaman
tentang hal pokok dan kondisi lain perikatan.

Tanpa mengabaikan penilaian profesional dan untuk tujuan khusus dalam audit
laporan dana kampanye ini, tabel di bawah ini memberikanpanduan bagi auditor
dalam menentukan jumlah sampel yang diambil dalam proses audit, namun
demikian auditor perlu mempertimbangkan lebih lanjut kecukupan bukti audit
untuk menunjang kesimpulan yang akan diambil.

2.4 Prosedur yang Direkomendasikan

Prosedur pemeriksaan di bawah ini bukan merupakan prosedur minimal, dan


bukan prosedur yang telah lengkap dalam melaksanakan audit Dana Kampanye.
Auditor diharapkan menerapkan pertimbangan profesionalnya dalam menyusun atau
menggunakan prosedur yang sesuai dan relevan dengan keadaan masing-masing
perikatan, dengan mempertimbangkan tingkat materialitas dan penilaian risiko
yang mempengaruhi sifat, luas, dan waktu prosedur. Auditor dapat melakukan
modifikasi atau penyesuaian seperlunya terhadap prosedur yang ada, atau
melakukan pengembangan prosedur lain, tergantung dari tujuan yang ingin dicapai
oleh auditor untuk mendukung kesimpulan yang akan diambil. Prosedur di bawah
ini direkomendasikan sebagai titik awal bagi auditor dalam melakukan audit Dana
Kampanye.

2.5 Peraturan Terkait

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum dan Peraturan


Komisi Pemilihan Umum Nomor 24 Tahun 2018 tentang Dana Kampanye
Pemilihan Umum sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 34 Tahun 2018 mensyaratkan
dilakukannya audit laporan Dana Kampanye oleh Akuntan Publik melalui Kantor
Akuntan Publik yang ditunjuk oleh Komisi Pemilihan Umum atau Komisi Pemilihan
Umum Provinsi/Komisi Independen Pemilihan Aceh. Hal ini dilakukan dalam rangka
mewujudkanterciptanya transparansi atas pencatatan, pengelolaan, dan pelaporan
Dana Kampanye. Dalam Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 24 Tahun
2018 tentang Dana Kampanye Pemilihan Umum sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 34 Tahun 2018
juga menegaskan bahwa audit Laporan Dana Kampanye terdiri dari Laporan
Penerimaan dan Pengeluaran Dana Kampanye beserta laporan pendukung berupa
Laporan Awal Dana Kampanye dan Laporan Penerimaan Sumbangan Dana
Kampanye yang dilakukan oleh KAP merupakan audit kepatuhan dalam kerangka
perikatan asurans. Audit kepatuhan tersebut dilaksanakan dengan menggunakan
Standar Perikatan Asurans (SPA) 3000 Perikatan Asurans Selain Audit atau Reviu atas
Informasi Keuangan Historis yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik
Indonesia.

Dengan adanya audit dimaksud, diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan


publik terhadap proses penyelenggaraan Pemilihan Umum yang langsung, umum,
bebas, rahasia, jujur, dan adil.Bahwa berdasarkan hal tersebut di atas, Institut
Akuntan Publik Indonesia bersama Komisi Pemilihan Umum perlu membentuk
suatu Pedoman Audit atas Laporan Dana Kampanye Pemilihan Umum yang
disusun berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang
Pemilihan Umum dan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 24 Tahun 2018
tentang Dana Kampanye Pemilihan Umum sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 34 Tahun 2018.
BAB III PEMBAHASAN

Bab ini akan terbagi menjadi beberapa bagian pembahasan yang terdiri dari,
antara lain: Definisi Umum, gambaran kegiatan audit dana kampanye, proses
pembuatan panduan audit dana kampanye peserta pemilihan umum,
perbandingan panduan audit laporan dana kampanye 2019 dan panduan
audit laporan dana kampanye periode sebelumnya, panduan audit laporan
dana kampanye peserta pemilihan umum, dan gambaran singkat hasil audit
laporan dana kampanye peserta pemilihan umum legislatif 2019.

3.1DEFINISI UMUM

1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana


kedaulatan rakyat untuk memilih anggota Dewan Perwakilan
Rakyat, anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil
Presiden, dan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah, yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas,
rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Komisi Pemilihan Umum yang selanjutnya disingkat KPU adalah
lembaga penyelenggara Pemilu yang bersifat nasional, tetap, dan
mandiri yang bertugas melaksanakan Pemilu sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017
tentang Pemilihan Umum.

3. Komisi Pemilihan Umum/Komisi Independen Pemilihan


Kabupaten/Kota yang selanjutnya disebut KPU/KIP
Kabupaten/Kota adalah Penyelenggara Pemilu di kabupaten/kota.
4. Peserta Pemilu adalah Partai Politik untuk Pemilu anggota DPR,
anggota DPRD provinsi, anggota DPRD kabupaten/kota,
perseorangan untuk Pemilu anggota DPD, dan Pasangan Calon
yang diusulkan oleh Partai Politik atau Gabungan Partai Politik
untuk Pemilu Presiden dan Wakil Presiden.
5. Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden yang selanjutnya
disebut Pasangan Calon adalah peserta Pemilu Presiden dan
Wakil Presiden yang diusulkan oleh Partai Politik atau Gabungan
Partai Politik yang telah memenuhi persyaratan.
6. Partai Politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan
dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara
sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk
memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota,
masyarakat, bangsa, dan negara, serta memelihara keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
7. Kampanye adalah kegiatan Peserta Pemilu atau pihak lain yang
ditunjuk oleh Peserta Pemilu untuk meyakinkan Pemilih dengan
menawarkan visi, misi, program dan/atau citra diri Peserta
Pemilu.
8. Dana Kampanye Peserta Pemilu yang selanjutnya disebut Dana
Kampanye adalah sejumlah biaya berupa uang, barang, dan jasa
yang digunakan Peserta Pemilu untuk membiayai kegiatan
Kampanye.
9. Rekening Khusus Dana Kampanye yang selanjutnya disingkat
RKDK adalah rekening yang menampung Dana Kampanye, yang
dipisahkan dari rekening keuangan Partai Politik atau rekening
keuangan pribadi Peserta Pemilu.
10. Laporan Awal Dana Kampanye yang selanjutnya disingkat LADK
adalah pembukuan yang memuat informasi RKDK, sumber
perolehan saldo awal atau saldo pembukaan, rincian perhitungan
penerimaan dan pengeluaran yang diperoleh sebelum pembukaan
RKDK, dan penerimaan sumbangan yang bersumber dari
Pasangan Calon, Partai Politik atau Gabungan Partai Politik,
Calon Anggota DPD atau pihak lain.
11. Laporan Penerimaan Sumbangan Dana Kampanye yang
selanjutnya disingkat LPSDK adalah pembukuan yang memuat
seluruh penerimaan yang diterima Peserta Pemilu setelah LADK
disampaikan kepada KPU, KPU Provinsi/KIP Aceh atau
KPU/KIP Kabupaten/Kota.
12. Laporan Penerimaan dan Pengeluaran Dana Kampanye yang
selanjutnya disingkat LPPDK adalah pembukuan yang memuat
seluruh penerimaan dan pengeluaran Dana Kampanye.
13. Tim Kampanye adalah tim yang dibentuk oleh Pasangan Calon,
Partai Politik dan/atau Gabungan Partai Politik yang mengusulkan
Pasangan Calon di tingkat nasional, provinsi dan/atau
kabupaten/kota.
14. Kantor Akuntan Publik yang selanjutnya disingkat KAP adalah
badan usaha yang didirikan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan mendapatkan izin usaha berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang Akuntan
Publik.
15. Akuntan Publik yang selanjutnya disingkat AP adalah seseorang
yang telah memperoleh izin untuk memberikan jasa sebagaimana
diatur dalam peraturan perundang-undangan mengenai Akuntan
Publik.
16. Asersi adalah pernyataan kepatuhan laporan Dana Kampanye
terhadap ketentuan yang berlaku yang dibuat oleh Peserta Pemilu
yang digunakan untuk keperluan audit.
17. Perikatan Asurans adalah suatu perikatan yang di dalamnya
seorang auditor menyatakan suatu kesimpulan yang dirancang
untuk meningkatkan derajat kepercayaan pengguna yang dituju
(selain pihak yang bertanggung jawab) terhadap hasil
pengevaluasian atau pengukuran atas hal pokok dibandingkan
dengan kriteria.
18. Standar Perikatan Asurans 3000 selanjutnya disingkat SPA 3000
adalah Perikatan Asurans selain audit atau reviu atas informasi
keuangan historis.

3.1 Gambaran Umum


Pemilu merupakan kegiatan yang harus diawasi sehingga membuat masyarakat nyaman dalam
menyampaikan hak suaranya. Bahkan badan dan para calon yang mengikuti pemilu juga harus
diawasi untuk menghindari keresahan-keresahan dan membangun kepercayaan di masyarakat. Bentuk
pengawasan yang dilakukan untuk mendapatkan kepercayaan dari masyarakat ini berupa audit atas
laporan peserta pemilu. Baik mengaudit laporan dana awal, penerimaan, maupun pengeluaran selama
masa pemilu.
Dana kampanye menurut PKPU No. 24 Tahun 2018 dan Perubahan PKPU No. 29 Tahun
2018 :
a. Pasangan calon yang bersangkutan

Berasal dari harta kekayaan pribadi calon yang bersangkutan.


b. Partai politik atau gabungan partai politik pengusul

Berasal dari keuangan partai politik atau gabungan partai politik yang mengusulkan pasangan
calon
c. Sumbangan yang sah menurut hukum dari pihak lain

1. Perseorangan
Dana kampanye yang bersumber dari perseorangan tidak boleh melebihi dari Rp
2.500.000.000 selama masa kampanye.
2. Kelompok, Perusahaan, dan Badan usaha non pemerintah
Dana kampanye tidak boleh melebihi Rp 25.000.000.000 selama masa kampanye.

Dana kampanye dapat berbentuk


a. Uang

Berupa tunai, cek, bilyet, giro, surat berharga lainnya, dan penerimaan melalui transaksi
perbankan.
b. Barang

Berupa benda bergerak dan tidak bergerak (dinilai dengan harga pasar yang wajar saat sumbangan
diterima)
c. Jasa

Pelayanan/Pekerjaan yang dilakukan pihak lain yang manfaatnya dinikmati oleh Peserta
Pemilu (dinilai dengan harga pasar yang wajar saat sumbangan diterima)
Bentuk laporan dana kampanye menurut PKPU No. 24 Tahun 2018 dan Perubahan PKPU No.
29 Tahun 2018 :
Laporan yang diaudit adalah laporan dana kampanye karena merupakan pos penerimaan dan
pengeluaran bagi peserta pemilu. Menurut PKPU No. 24 Tahun 2018 ayat 20, Dana kampanye peserta
pemilu yang selanjutnya disebut Dana Kampanye adalah sejumlah biaya berupa uang, barang, dan
jasa yang digunakan Peserta Pemilu untuk membiayai kegiatan Kampanye. Kemudian dalam PKPU
No. 24 Tahun 2018 ayat 21 juga dijelaskan bahwa Partai Politik peserta Pemilu dan individu peserta
pemilu wajib memilik rekening dana khusus kampanye yang dipisahkan dari rekening dana partai
politik dan rekening pribadi.
Kemudian sebelum audit laporan dana kampanye peserta pemilihan umum dilakukan,
pengurus partai politik dan calon peserta pemilu harus terlebih dahulu :
a. Mengirimkan laporan awal dana kampanye (LADK) mereka ke KPU, sebagaimana
dimaksud dalam PKPU No. 1 Tahun 2014 yang merupakan perubahan dari PKPU No.17
Tahun 2013 bahwa LADK disampaikan paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum hari
pertama jadual pelaksanaan Kampanye Pemilu dalam bentuk rapat umum,
b. Setelah disampaikannya LADK, peserta pemilu juga harus melaporkan laporan
penerimaan sumbangan dana kampanye (LPSDK) dibuat setelah 1 hari penutupan
penyampaian LADK,
c. Terakhir peserta pemilu harus melaporkan laporan penerimaan dan pengeluaran dana
kampanye (LPPDK) dimulai sejak 3 hari ditetapkan sebagai peserta pemilu dan ditutup 8
hari setelah proses pemungutan suara.
Audit dana kampanye ini dilaksanakan di seluruh Indonesia setiap kegiatan pemilihan umum
anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD), presiden, dan wakil presiden dilaksanakan. Beberapa pihak yang terlibat
dalam kegiatan audit dana kampanye antara lain: Komisi Pemilihan Umum (KPU), Institut Akuntan
Publik Indonesia (IAPI), Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), Akuntan Publik (AP), dan peserta pemilihan
umum yang bersangkutan baik berupa partai politik maupun perorangan.

JADWAL TAHAPAN DANA KAMPANYE


Kegiatan Jadwal
1 Pembukaan RKDK Dibuka paling lambat 1 (satu) Hari
sebelum masa kampanye
2 Periode Pembukuan LADK Dimulai sejak pembukaan RKDK dan
ditutup 1 (satu) Hari sebelum masa
Kampanye
3 Penyampaian Laporan Awal Dana Kampanye 23 September 2018
(LADK)
4 Perbaikan LADK 23 September - 27 September 2018
5 Pengumuman LADK 28 September 2018
6 Periode Pembukuan LPSDK 23 September 2018 - 1 Januari 2019
7 Penyampaian Laporan Penerimaan Sumbangan Dana 2 Januari 2019
Kampanye (LPSDK)
8 Pengumuman penerimaan LPSDK 3 Januari 2019

9 Periode Pembukuan LPPDK 3 (tiga) Hari setelah penetapan Peserta


Pemilu - 25 April 2019
10 Penyampaian LPPDK ke KAP 26 April 2019 - 2 Mei 2019
11 Audit dan Penyampaian hasil audit Laporan Dana 2 Mei 2019 - 31 Mei 2019
Kampanye dari KAP ke KPU, KPU Provinsi/KIP
Aceh, KPU/KIP Kabupaten/Kota
12 Penyampaian hasil audit kepada Peserta Pemilu 1 Juni 2019 - 7 Juni 2019
13 Pengumuman hasil audit oleh KPU 1 Juni 2019 - 10 Juni 2019

Larangan menurut PKPU No. 24 Tahun 2018 dan Perubahan PKPU No. 29 Tahun 2018 :
a. pihak asing;
b. penyumbang atau pemberi bantuan yang tidak jelas identitasnya;
c. hasil tindak pidana yang telah terbukti berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap dan/atau bertujuan menyembunyikan atau menyamarkan
hasil tindak pidana; dan
d. pemerintah dan pemerintah daerah, badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah,
pemerintah desa, dan badan usaha milik desa atau sebutan lain.

Jika ada, maka :


a. dilarang menggunakan dana dimaksud;
b. wajib melaporkan kepada KPU; dan
c. menyerahkan sumbangan tersebut ke kas Negara paling lambat 14 (empat belas) Hari setelah
masa Kampanye berakhir.
Kriteria Kantor Akuntan Publik yang yang mempunyai tanggung jawab dalam pemilu :
1. Kriteria KAP yang dapat mengikuti pengadaan jasa audit:
a) surat izin usaha Kantor Akuntan Publik (KAP) dari Menkeu RI;
b) memiliki NPWP KAP;
c) melunasi kewajiban pajak tahun terakhir (SPT/PPh)
d) tidak berafiliasi secara langsung /tidak langsung dengan Paslon dan Parpol atau gabungan
Parpol atau Paslon perseorangan atau tim kampanye;
e) persyaratan sebagaimana dimaksud pada huruf d, dibuktikan dengan surat pernyataan diatas
kertas bermaterai.

2. Kriteria Akuntan Publik (AP) dan tim audit pada KAP yang akan mengaudit dana kampanye
a) memiliki surat izin AP dari Menkeu RI;
b) memiliki NPWP;
c) masakerja lebih dari 1 tahun sejak tanggal dikeluarkannya izin AP;
d) Personil dalam tim audit terdiri dari:
1) 1org AP sebagai partner incharge;
2) 1 org manajer (pengalam anaudit ±5tahun, pendidikan S1Akuntansi);
3) 1 org ketuatim (pengalaman audit 3tahun, pendidikan S1Akuntansi);
4) 1 org anggota tim(pengalaman audit 1tahun, pendidikan D3)
e) bukan merupakan anggota dari Partai Politik dan/atau Gabungan Partai Politik dan/atau tim
kampanye pasangan calon bagi AP dan personil yang ditugaskan dalam Tim audit;
f) tidak berafiliasi secara langsung ataupun tidak langsung dengan Pasangan Calon dan Partai
Politik atau Gabungan Partai Politik atau Pasangan Calon perseorangan atau tim kampanye
bagi AP dan personil yang ditugaskan dalam Tim audit;
g) AP dan staf auditor yang melakukan audit diutamakan memiliki sertifikat pelatihan audit atas
LaporanDana Kampanye PesertaPemilihan G&WG, B& WB dan/atau W&WW dari asosiasi
profesi akuntanpublik;
h) surat tugas dari KAP kepada personil yang akan melakukan audit dana kampanye.

3. KAP yang hanya memiliki 1 (satu) AP wajib melakukan kerja sama dengan KAP lainnya.
Kerja sama dilakukan dengan ketentuan:
a) ditujukan untuk pengalihan tanggung jawab pelaksanaan pekerjaan apabila AP meninggal
dunia, izin AP dibekukan, atau izin AP dicabut sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undanganyang berlaku;
b) surat perjanjian kerjasama yang ditandatangani oleh kedua belah pihak;
c) KAP lainnya memiliki paling sedikit1 (satu)AP yang memenuhi persyaratan;
d) KAP lainnya menggantikan KAP apabila AP meninggal dunia, izin AP dibekukan, atau
izin AP dicabut sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan
e) KAP lainnya tidak dapat mengikuti seleksi KAP untuk melakukan Audit Dana Kampanye
di wilayah yang sama. 4. Penggantian KAP dilakukan pada tahap setelah KAP ditetapkan
oleh KPU Provinsi/KIP Aceh atau KPU/KIP Kabupaten/Kota sampai dengan sebelum
laporan hasil audit ditandatangani. KPU Provinsi/KIPAceh atau
KPU/KIPKabupaten/KotamenetapkanKAP pengganti.

Publikasi Hasil Audit :


KAP menyampaikan hasil audit kepada KPU, KPU Provinsi/KIP Aceh, dan KPU/KIP
Kabupaten/Kota paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah diterimanya Laporan Dana Kampanye,
kemudian KPU, KPU Provinsi/KIP Aceh, dan KPU/KIP Kabupaten/Kota menyampaikan hasil audit
dana kampanye kepada peserta pemilu, paling lambat 7 (tujuh) hari setelah menerima hasil audit dari
KAP. KPU mengumumkan hasil audit laporan Dana Kampanye paling lambat 10 (sepuluh) hari
setelah menerima hasil audit dari KAP pada papan pengumuman dan/atau laman KPU, KPU
Provinsi/KIP Aceh atau KPU/KIP Kabupaten/Kota hal ini merujuk pada PKPU No. 24 Tahun 2018
Pasal 62 dan 63.

Isi Laporan Dana Kampanye


Dana kampanye ini akan disusun ke dalam sebuah laporan sebagai bentuk
pertanggungjawaban peserta pemilu atas pengelolaan dana kampanye mereka kepada masyarakat.
Berikut ini adalah contoh laporan pengelolaan dana kampanye dari Partai Solidaritas Indonesia
(PSI) yang telah diaudit dan disebarkan oleh KPU.
Laporan dana kampanye pada dasarnya hanya berisikan saldo atau total penjumlahan setiap
transaksi penerimaan dan pengeluaran yang terjadi selama periode pelaporan. Beberapa unsur penting
yang harus dimasukkan ke dalam laporan tersebut, antara lain terkait:

a. Penerimaan

Penerimaan yang dilaporkan dalam laporan ini adalah total penerimaan partai politik,
total penerimaan calon anggota DPD dari partai politik yang bersangkutan, serta total
sumbangan dari berbagai pihak sesuai dengan yang telah ditentukan sebelumnya.
b. Pengeluaran

Pengeluaran yang perlu dilaporkan juga dibagi ke dalam tiga klasifikasi pengeluaran
seperti yang telah ditetapkan dalam peraturan, yakni pengeluaran operasi, pengeluaran
modal, dan pengeluaran lain-lain. Masing-masing klasifikasi ini kemudian dipecah lagi
ke dalam beberapa akun pengeluaran yang lebih rinci sesuai dengan klasifikasinya.

3.2Proses Pembuatan Panduan Audit Dana Kampanye Peserta Pemilihan Umum


1. Untuk melaksanakan kegiatan audit dana kampanye, KPU kemudian mengeluarkan
dua buah peraturan besar menyangkut dana kampanye, yakni: Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum dan Peraturan Komisi Pemilihan
Umum Nomor 24 Tahun 2018 tentang Dana Kampanye Pemilihan Umum
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Komisi
Pemilihan Umum Nomor 34 Tahun 2018 dan SK No.1781 Tahun 2018 tentang
pedoman pelaksanaan audit laporan dana kampanye. Untuk membuat dua panduan
berdasarkan dua peraturan tersebut, kemudian KPU menunjuk institusi akuntan
yang dirasa tepat untuk mengemban tugas tersebut. KPU pun kemudian menunjuk
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) untuk membuat panduan pelaporan dana kampanye
peserta pemilu berdasarkan Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) No. 17
Tahun 2013 tentang Pelaporan Dana Kampanye Peserta Pemilihan Umum Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah yang kemudian berubah menjadi PKPU No. 1 Tahun 2014 kemudian
diubah melalui Surat Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 1126 Tahun
2018 tentang Pedoman Teknis Dana Kampanye;Selanjutnya disebut sebagai
“Peraturan Pelaporan Dana Kampanye”. dan Institut Akuntan Publik Indonesia
(IAPI) untuk membuat panduan audit laporan dana kampanye berdasarkan PKPU
No. 24 Tahun 2018. Agar perbedaan dari kedua peraturan tersebut lebih jelas dapat
kita lihat Tabel 4.1.

Tabel 4.1: Perbedaan PKPU No. 17 Tahun 2013 dan PKPU No. 24 Tahun 2013

Unsur Pembeda PKPU No. 17 Tahun 2013 PKPU No. 24 Tahun 2018
Tentang Pelaporan Dana Kampanye Audit Laporan Dana Kampanye

Pembuat Panduan Ikatan Akuntan Indonesia Institut Akuntan Publik Indonesia


(IAI) (IAPI)
Gambaran proses pembuatan panduan audit laporan dana kampanye yang lebih

jelas terdapat dalam Gambar

2018

9. Penerbitan SK
No. 1781 Tahun
2018

Proses pembuatan panduan audit laporan dana kampanye tentunya mengalami


beberapa kendala. Salah satu kendala yang ada dan cukup menghambat
pembuatan panduan ini adalah adanya perbedaan pendapat antara KPU dan IAPI.
KPU sebagai pihak pembuat peraturan mengenai pemilihan umum dan dana
kampanye merasa bahwa mereka lah yang memiliki otoritas lebih dalam
menentukan panduan audit laporan dana kampanye tersebut. Sementara IAPI
merasa bahwa sebagai akuntan publik profesional mereka tentu lebih memahami
proses audit yang diperlukan untuk laporan dana kampanye tersebut sehingga
akan lebih baik tentunya. Apabila KPU memberikan otoritas yang lebih besar
bagi profesi dalam pembuatan panduan audit tersebut. Hal ini akhirnya
menghambat proses pembuatan panduan audit laporan dana kampanye karena
panduan yang sudah dirancang sedemikian rupa oleh IAPI agar sesuai dengan
keperluan audit kemudian diubah kembali oleh KPU. Padahal dalam hal ini KPU
kurang menguasai bidang akuntansi dan audit sehingga panduan tersebut menjadi
kurang tepat.

Perbedaan pendapat antara KPU dan IAPI ini sedikit mengingatkan kita kepada
perbedaan pendapat antara KPU dan IAI mengenai audit partai politik yang
sebelumnya pernah terjadi. Pada waktu itu IAI merasa perlunya ditambahkan
pasal mengenai kewajiban audit atas partai politik kepada KPU saat hendak
membuat undang-undang partai politik dan terjadi perdebatan yang memakan
waktu cukup lama mengenai hal ini. Namun akhirnya IAI tetap kalah
mempertahankan pendapatnya sehingga pasal mengenai audit partai politik ini
pun ditiadakan.

3.3 Perbandingan Panduan Audit Laporan Dana Kampanye 2019 dan Panduan Audit Laporan
Dana Kampanye Periode 2014

Unsur Pembeda Panduan Audit Laporan Panduan Audit Laporan


Dana Kampanye 2014 Dana Kampanye 2019

Sifat audit Prosedur yang disepakati Prosedur yang


(agreed upon procedures) direkomendasikan dan Audit
dan Audit Kepatuhan Kepatuhan

Bentuk Diterbitkan dalam SK Diterbitkan dalam SK


368/Kpts/KPU/Tahun 2014 1781/PL.01.6-
tentang Pedoman Audit Kpt/03/KPU/XI/2018
Laporan Dana Kampanye tentang Pedoman
Peserta Pemilihan Umum Pelaksanaan Audit Laporan
Anggota Dewan Perwakilan Dana Kampanye Peserta
Rakyat, Dewan Perwakilan Pemilihan Umum
Daerah, dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah
Format Prosedur Terdapat dua ketentuan Sampel Audit ditentukan
untuk menetapkan jumlah dengan mempertimbangkan
sample yang harus diambil, keterwakilan (representasi)
antara lain: dari keseluruhan transaksi
yang ketentuannya tertuang
a. Apabila 25% dari dalam bab 3 SK 1781.
keseluruhan transaksi
menghasilkan angka kurang
dari 30 transaksi, maka yang
diaudit adalah sebanyak 30
transaksi.

b. Apabila jumlah
keseluruhan transaksi
penerimaan dan pengelaran
dana kampanye yang
tercantum dalam RKDK &
LADK kurang dari 30, maka
pengujian kelengkapan
tersebut dilakukan untuk
seluruh transaksi tersebut.

3.4Panduan Audit Laporan Dana Kampanye Peserta Pemilihan Umum


Panduan audit laporan dana kampanye peserta pemilihan umum mencakup
prosedur yang disepakati atas laporan dana kampanye partai politik, Dana
Kampanye Calon Anggota Dewan Perwakilan Daerah, dan Dana Kampanye
Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden yang dilaporkan oleh peserta
pemilu.

Seperti yang telah dipaparkan di atas, IAPI mengeluarkan panduan audit laporan
dana kampanye peserta pemilihan umum terbagi ke dalam tiga bagian berbeda,
yakni untuk partai politik, untuk calon anggota DPD dan calon presiden dan
wakil presiden tahun 2019 dalam SK No 1781 Tahun 2018 tentang Pedoman
Pelaksanaan Audit Laporan Dana Kampanye Pemilihan Umum . Dalam bagian
ini akan dibahas panduan audit dengan rincian terkait prosedur yang
direkomendasikan dan audit kepatuhan yang dianggap penting untuk masing-
masing bagian.

3.4.1 Prosedur audit yang direkomendasikan untuk menguji asersi


Laporan Dana Kampanye Pasangan Calon Presiden Dan Wakil
Presiden
Panduan Audit Laporan Dana Kampanye Pasangan Calon Presiden Dan
Wakil Presiden Pada dasarnya terbagi menjadi Rekening Khusus Dana
Kampanye, Laporan Awal Dana Kampanye, Laporan Penerimaan
Sumbangan Dana Kampanye (LPSDK), Laporan Penerimaan dan
Pengeluaran.
Berikut Ikhtisar Prosedur Asurans dari Pasangan Calon Presiden dan Wakil
Presiden
I. Rekening Khusus Dana Kampanye
a. Pembukuan

i. Periksa kesesuaian kepemilikan keseluruhan RKDK dengan cara


membandingkan nama yang tercantum dalam buku rekening/rekening
koran dengan nama Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Peserta
Pemilu.

ii. Periksa kesesuaian status Bank tempat pembukuan seluruh RKDK dengan
ketentuan.

iii. Periksa kesesuaian spesimen tanda tangan di buku tabungan/rekening


koran dengan tanda tangan pihak yang membuka RKDK sesuai dengan
tingkatan atau lakukan konfirmasi kepada pihak bank terkait.

iv. Periksa kesesuaian tanggal pembukaan seluruh RKDK dengan ketentuan


yang berlaku yaitu paling lambat 1 (satu) hari sebelum dimulainya masa
kampanye.

b. Pengelolaan

i. Periksa kesesuaian pengelolaan seluruh RKDK dengan surat pernyataan dari


Pasangan

2. Laporan Awal Dana Kampanye (LADK)


a. Pelaporan

i. Periksa kesesuaian isi LADK dengan dokumen yang memuat informasi


pendukung sebagaimana yang diatur dalam ketentuan.

ii. Lakukan verifikasi terhadap saldo awal atau pembukuan untuk memastikan
kesesuaian dengan sumber perolehan serta tidak melanggar ketentuan
mengenai dana kampanye.

iii. Lakukan perhitungan kembali terhadap rincian penerimaan dan pengeluaran


yang diperoleh sebelum periode LADK (jika ada), dan lakukan verifikasi
terhadap bukti pendukung.
iv. Lakukan verifikasi terhadap penerimaan sumbangan yang tercatat dalam
daftar penerimaan sumbangan.

b. Periode Pembukuan

i. Periksa kesesuaian periode pembukuan dengan memastikan tanggal awal


dan tanggal akhir pencatatan penerimaan dan pengeluaran Dana Kampanye
pada formulir yang terkait, telah sesuai ketentuan.

ii. Lakukan uji pisah batas (cut off test) terhadap penerimaan dan
pengeluaran pada tanggal awal dan tanggal akhir pembukuan.

c. Kelengkapan dan Penyampaian

i. Periksa kelengkapan dokumen pendukung masing-masing LADK yang


diserahkan kepada KPU.

ii. Periksa kesesuaian tanggal dan waktu tanda terima penyerahan LADK yaitu
paling lambat 1 (satu) hari setelah periode penutupan LADK paling lambat
pukul 18.00 waktu setempat.

iii. Lakukan konfirmasi kepada petugas Komisi Pemilihan Umum (jika terdapat
perbedaan) terkait kesesuaian batas waktu penyampaian LADK Pasangan
Calon Presiden dan Wakil Presiden Peserta Pemilu.
3. Laporan Penerimaan Sumbangan Dana Kampanye (LPSDK)

a. Pelaporan
Periksa kesesuaian isi LPSDK dengan dokumen yang memuat informasi
pendukung sebagaimana diatur dalam ketentuan, seperti daftar penerimaan
sumbangan yang berasal dari Calon Anggota DPR dan DPRD Partai Politik atau
Gabungan Partai Politik pengusul dan perseorangan, Kelompok, dan Badan
Hukum Swasta.

b. Periode Pembukuan

i. Periksa kesesuaian periode pembukuan LPSDK dengan memastikan tanggal


awal dan tanggal akhir pencatatan penerimaan Dana Kampanye telah sesuai
dengan ketentuan, yaitu dibuka 1 (satu) hari setelah penutupan pembukaan
LADK, dan ditutup 1 (satu) hari sebelum LPSDK disampaikan kepada Komisi
Pemilihan Umum.

ii. Lakukan uji pisah batas (cut off test) terhadap penerimaan sumbangan dana
kampanye pada tanggal awal dan akhir pembukuan.

c. Kelengkapan dan Penyampaian

i. Periksa kelengkapan dokumen pendukung masing-masing LPSDK yang


diserahkan kepada Komisi Pemilihan Umum.

ii. Periksa kesesuaian tanggal dan waktu tanda terima penyerahan LPSDK yaitu
paling lambat 1 (satu) hari setelah periode penutupan LPSDK pukul 18.00 waktu
setempat.

4. Laporan Penerimaan dan Pengeluaran Dana Kampanye (LPPDK)


a. Pelaporan

Periksa kesesuaian isi LPPDK dengan dokumen yang memuat informasi


pendukung sebagaimana yang diatur dalam ketentuan termasuk surat pernyataan
tanggung jawab atas LPPDK.

b. Periode Pembukuan

i. Periksa kesesuaian periode pembukuan LPPDK dengan memastikan


tangga!l awal dan tanggal akhir pencatatan penerimaan dan pengeluaran Dana
Kampanye telah sesuai dengan ketentuan, yaitu dimulai sejak 3 (tiga) hari
setelah ditetapkan sebagai Peserta Pemilu, dan ditutup 8 (delapan) hari setelah
hari pemungutan suara.

ii. Lakukan uji pisah batas (cut-off test) terhadap penerimaan sumbangan dan
pengeluaran Dana Kampanye pada tanggal awal dan akhir pembukuan.

c. Kelengkapan dan Penyampaian


i. Periksa kelengkapan dokumen pendukung LPPDK yang diserahkan
termasuk LADK dan LPSDK

ii. Pastikan kesesuaian waktu penerimaan/penyerahan LPPDK dengan tanda


terima laporan dan berita acara penerimaan laporan tidak melebihi tenggat waktu
yang telah ditentukan sesuai ketentuan, yaitu paling lambat 15 (lima belas) hari
setelah pemungutan suara pukul 18.00 waktu setempat.

b. Sumber/Klasifikasi dan Identitas Penyumbang.

i. Periksa kesesuaian sumber dan bentuk penerimaan Dana Kampanye dalam


daftar penerimaan sumbangan dengan ketentuan terkait penerimaan Dana
Kampanye.

ii. Periksa kelengkapan identitas penyumbang serta dokumen pendukung


sebagaimana yang dipersyaratkan dalam ketentuan

iii. Lakukan konfirmasi kepada penyumbang untuk memastikan keberadaan


penyumbang dan keakurasian sumbangan.

e. Pencatatan Penerimaan Sumbangan

i. Tentukan keakurasian matematis (penjumlahan, pengurangan, dan


sebagainya) dari seluruh transaksi yang tercantum dalam daftar Laporan
Penerimaan Dana Kampanye dengan cara melakukan perhitungan kembali
atas keakurasian matematis tersebut.

ii. Tentukan keakurasian perhitungan jumlah sumbangan untuk setiap


penyumbang secara akumulatif.

iii. Telusuri transaksi penerimaan sumbangan dalam bentuk uang ke bukti


pendukungnya, serta ke RKDK untuk memastikan keberadaan dan
keakurasian pencatatan transaksi tersebut.

iv. Lakukan pengujian atas sumbangan yang diterima dalam bentuk barang,
dan/atau jasa untuk memastikan kesesuaian pencatatan berdasarkan harga
pasar wajar yang berlaku.
f. Batasan Kesesuaian Sumbangan

i. Lakukan pengujian terhadap penerimaan sumbangan untuk memastikan


kesesuaian terhadap batasan maksimum sumbangan yang diperbolehkan
sesuai dengan klasifikasi/sumber penyumbang.

ii. Lakukan penghitungan kembali terhadap akumulasi penerimaan sumbangan


dari masing- masing penyumbang dari keseluruhan periode laporan.

iii. Lakukan pengujian terhadap pembelian barang atau jasa, apakah terdapat
diskon yang melebihi batas kewajaran transaksi yang berlaku secara umum.

iv. Telusuri keberadaan transaksi utang/pinjaman yang timbul akibat penggunaan


uang atau barang dan jasa dari pihak lain dan lakukan verifikasi apakah utang
sudah dibayar (jika belum dibayar maka telusuri keberadaannya dalam daftar
penerimaan sumbangan dan uji; kesesuaiannya dengan ketentuan batasan
sumbangan).

g. Sumbangan yang Dilarang

i. Dapatkan atau buat daftar sumbangan yang dilarang sesuai ketentuan


berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan terhadap penerimaan
sumbangan.

ii. Lakukan verifikasi terhadap sumbangan yang dilarang tersebut dengan bukti
lapor ke KPU serta bukti Surat Setoran Penerimaan Negara Bukan Pajak
(SSPNBP).
iii. Pengeluaran Dana Kampanye

iv. Periksa kesesuaian klasifikasi pengeluaran dana dengan klasifikasi


penggunaan sesuai aktivitas.

v. Tentukan keakurasian matematis dengan cara melakukan penghitungan


kembali.

vi. Lakukan pengujian terhadap keberadaan dan penilaian bukti pendukung dan
aktivitas pengeluaran Dana Kampanye.

vii. Telusuri transaksi pengeluaran Dana Kampanye ke rekening khusus dana


kampanye.
viii. Lakukan pengujian atas pengeluaran dana kampanye dalam bentuk
barang/jasa untuk memastikan kesesuaian pencatatan nilai berdasarkan nilai
wajar yang berlaku pada saat transaksi tersebut dilakukan.

ix. Lakukan pengujian atas pengeluaran Dana Kampanye untuk memastikan


tidak ada yang digunakan untuk membiayai saksi.
3.4.2 Prosedur audit yang direkomendasikan untuk menguji asersi Laporan
Dana Kampanye Partai Politik

Berikut Ikhtisar Prosedur Asurans Partai Politik PDI-P tahun 2019


3.5 Hasil Audit Laporan Dana Kampanye Lembaga Legislatif dan
Eksekutif 2019

Setelah melakukan audit atas laporan dana kampanye peserta pemilihan


umum selama 30 hari, KAP akan melaporkan hasil audit tersebut ke KPU.
KPU kemudian akan mempublikasikan hasil audit laporan ini kepada partai
politik atau calon anggota DPD dan Paslon Presiden dan Wakil Presiden
peserta pemilu terkait dan kepada publik. KPU akan mempublikasikannya
melalui situs dan papan pengumuman KPU sehingga dapat diakses oleh
semua orang.

3.5.1 Hasil Audit Laporan Dana Kampanye Peserta Pemilihan Umum


Partai Politik 2019

Dalam situs KPU, terdapat 20 partai politik peserta pemilihan umum


legislatif yang telah diaudit oleh beberapa KAP.

Berdasarkan hasil audit laporan dana kampanye peserta pemilihan umum


partai politik 2019 yang dipublikasikan KPU, dapat kita simpulkan bahwa
seluruh KAP telah mengetahui dan menerapkan prosedur yang
direkomendasikan dan audit kepatuhan sesuai dengan apa yang diatur
dalam panduan audit laporan dana kampanye peserta pemilihan umum
2019 yang dikeluarkan oleh IAPI. Seluruh KAP yang melakukan audit telah
mengeluarkan Laporan Asurans Independen (seperti Gambar ).
Laporan ini apabila disimpulkan antara lain berisi pernyataan bahwa:

a) KAP telah melaksanakan prosedur yang disepakati dan memantau


ketaatan sesuai dengan yang disyaratkan perundang-undangan,
ketentuan hukum, dan peraturan yang berlaku.
b) Ruang Lingkup Penugasan
Laporan Dana Kampanye Peserta Pemilu Berdasarkan ketentuan
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 24 Tahun 2018 tentang
Dana Kampanye Pemilihan Umum, laporan dana kampanye Calon
Anggota DPD terdiri dari:
a. Laporan Awal Dana Kampanye (LADK) adalah pembukuan yang
memuat informasi Rekening Khusus Dana Kampanye, sumber
perolehan saldo awal atau saldo pembukaan, rincian perhitungan
penerimaan dan pengeluaran yang diperoleh sebelum pembukaan
Rekening Khusus Dana Kampanye, dan penerimaan sumbangan
yang bersumber dari Calon Anggota DPD, atau pihak lain;
b. Laporan Penerimaan Sumbangan Dana Kampanye (LPSDK)
adalah pembukuan yang memuat seluruh penerimaan yang diterima
Peserta Pemilu setelah LADK disampaikan kepada Komisi
Pemilihan Umum Republik Indonesia; dan
c. Laporan Penerimaan dan Pengeluaran Dana Kampanye (LPPDK)
adalah pembukuan yang memuat seluruh penerimaan dan
pengeluaran Dana Kampanye.

c) KPU bertanggung jawab atas kecukupan dari prosedur yang


disepakati sehingga KAP tidak membuat representasi atasnya.

d) Hasil penerapan prosedur yang disepakati (temuan-temuan) telah


disajikan dalam lampiran.
e) Tugas KAP tidak mencakup melakukan perikatan audit berdasarkan
standar audit dengan tujuan untuk menyatakan pendapat atas
kewajaran penyajian maupun efektivitas pengendalian internal atas
pelaporan LPPDK.

f) Laporan hasil audit hanya ditujukan untuk penggunaan oleh KPU


sehingga KAP tidak bertanggung jawab atas kecukupan prosedur
untuk tujuan pihak lain.

g) KAP tidak bertanggung jawab untuk memperbaharui laporan hasil


audit setelah tanggal laporan tersebut.

Berdasarkan hasil audit yang dipublikasikan dalam situs KPU, Terdapat


partai politik masih belum sepenuhnya patuh dengan ketentuan atau
peraturan yang berlaku dalam melaporkan dana kampanye.

Seperti contoh dalam gambar dibawah:

Anda mungkin juga menyukai