PENDAHULUAN
1
makanan dan pengawetan. Proses globalisasi dan persilangan budaya diantara kelompok
etnik telah menciptakan identitas budaya yang kehilangan identitas budaya asli. Oleh
karena itu perlu dilakukan inventarisasi pengetahuan etnokimia yang telah dipraktikkan
masyarakat suku Aceh yang. Kajian etnokimia yang sudah digali dapat digunakan untuk
mengembangkan perkuliahan kimia agar pembelajaran kimia yang terjadi dekat dengan
kehidupan sehari-hari dan budaya masyarakat Aceh tetap terjaga.
2
Jenis luaran
No Luaran Luaran Keterangan
Kategori Sub Kategori
wajib tambahan
Intelektual Paten sederhana - -
Hak cipta - -
Merek dagang - -
Rahasia dagang - -
Desain produk - -
industri
Indikasi geografis - -
Perlindungan - -
varietas tanaman
Sirkuit terpadu - -
4 Teknologi Tepat Guna - -
5 Bahan Ajar Draf -
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Etnokimia
Etnokimia merupakan cabang dari etnosains. Etnosains adalah pengetahuan
yang merupakan adat dengan bahasa dan budaya tertentu. Fungsinya adalah
memperkirakan atau mencerminkan pemikiran adat sendiri tentang bagaimana dunia
fisik mereka harus diklasifikasikan (Nursaadah et al., 2017). Etnosains berhubungan
dengan keterampilan lokal, praktek, keterampilan dan ide-ide dan kosmologi yang
mendasarinya dalam konteks pembangunan sosial ekonomi.
Etnokimia merupakan kajian terbaru dalam ilmu kimia yang dikaitkan dengan
kajian antropologi budaya. Etnokimia sebagai salah satu cabang dari etnosains
memfokuskan kajian dalam bidang ilmu pengetahuan alam, praktek, teknik dan
teknologi tertentu yang digunakan dalam suatu kelompok etnis tertentu. Etnokimia
bertujuan untuk menganalisis ilmu pengetahuan, praktek, teknik dan teknologi
mengenai manfaat dan transformasi materi berdasarkan perbedaan budaya, dengan
implikasi metodologi dan epistomologi untuk perkembangan pendidikan kimia dan guru
kimia.
Rosa dan Oray (2011) menjelaskan definisi etnokimia sebagai sebuah kegiatan
budaya pada suatu kelompok masyarakat tertentu terkait aspek kajian ilmu kimia. Istilah
etno menunjukkan kajian terkait konteks sosial budaya, bahasa, perilaku, mitos dan
simbol-simbol pada suatu etnik. Sehingga lingkup kajian etnokimia adalah segala
bentuk aktivitas budaya suatu etnik yang dapat dikaji dengan aplikasi ilmu kimia. Selain
kajian tentang etnokimia, dikenal pula kajian etno lainnya seperti etnobotani,
etnomedicine, etnomatematika, dan lain-lain.
Etnokimia adalah berbagai praktik budaya masyarakat yang terkait kimia. Ini
menggambarkan praktik kimia dari kelompok budaya yang dapat diidentifikasi dan
dapat dianggap sebagai studi tentang gagasan kimia yang ditemukan di budaya apapun.
D'Ambrosio (Rosa & Orey, 2011) menyatakan etno sebagai istilah yang sangat luas
yang mengacu pada konteks sosial budaya dan oleh karena itu mencakup bahasa,
jargon, dan kode perilaku, mitos, dan simbol. Dengan kata lain, etno mengacu pada
anggota kelompok dalam budaya lingkungan yang diidentifikasi oleh tradisi budaya,
4
kode, simbol, mitos, dan cara-cara tertentu yang digunakan untuk beralasan dan untuk
menyimpulkan (Rosa & Orey, 2011).
5
BAB III
METODE PENELITIAN
Pengembangan Hipotesis
Pengumpulan Data
(Observasi, Wawancara,
Dokumentasi: Triangulasi)
Analisis
Penarikan Kesimpulan
6
3.5 Tahapan Penelitian
Penelitian ini di lakukan dengan dua tahapan yaitu: 1) tahap kajian teori yang
meliputi studi literasi tentang etnografi masyarakat suku Aceh dan terapan ilmu kimia.
Hasil tahapan kajian teori digunakan dalam pengembangan instrumen penelitian, dan 2)
tahap kajian empirik atau pengumpulan data untuk menginventarisasi pengetahuan
etnokimia yang dipraktikkan masyarakat Aceh.
7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
8
b. Bahan Alam yang Dijadikan Pengawet, Pewarna, dan Perasa Makanan
Tabel 4.2 menyajikan pengetahuan etnokimia masyarakat suku Aceh di Aceh
Timur tentang tanaman/bahan alam yang sering digunakan sebagai pengawet, pewarna,
dan perasa makanan tradisional secara turun-temurun.
Tabel 4.2 Bahan Alam yang Dijadikan Pengawet, Pewarna dan Perasa Makanan
No Tanaman/Bahan Alam Fungsi/Kegunaan Cara Penggunaan
1 Asam sunti Pengawet ikan dan daging Dihancurkan,
dicampurkan.
2 Asap pembakaran kayu Pengawet ikan Pengasapan
3 Abu dapur Pengawet pada keumamah Dibalurkan dan
dijemur
4 Kunyit Pewarna kuning makanan Dihancurkan,
(Curcuma longa) ditambah air,
disaring airnya
5 Daun pandan Pewarna hijau makanan Dihaluskan,
(Pandanus disaring airnya
amaryllifolius)
6 Daun temuru/ Penyedap masakan
daun kari/ daun salam
koja (Murraya koenigii),
Bunga lawang
kling/pekak
(Illicium verum),
Kulit manis
(Cinnamomum verum)
c. Bahan Alam yang Dijadikan Alat dan Bahan Kecantikan serta Pembersih
Tabel 4.3 menyajikan pengetahuan etnokimia masyarakat suku Aceh di Aceh
Timur tentang bahan alam yang sering digunakan sebagai alat dan bahan kecantikan
serta pembersih tradisional secara turun-temurun.
Tabel 4.3 Bahan Alam yang Dijadikan Alat dan Bahan Kecantikan serta Pembersih
No Tanaman/Bahan Alam Fungsi/Kegunaan Cara Penggunaan
1 Arang kayu/batok Pembersih gigi Digosokan
kelapa
2 Beras Pembersih muka Direndam, dihaluskan, dijadikan
masker.
3 Daun inai/ Pewarna kuku Dihancurkan dan ditempelkan
Pacar kuku
(Lawsonia inermis)
4 Jeruk purut Sebagai shampo Diambil airnya, digosokkan
(Citrus hystrix) merata ke rambut
9
d. Teknologi Tepat Guna
Tabel 4.4 menyajikan pengetahuan etnokimia tentang teknologi tepat guna yang
diterapkan secara secara turun-temurun oleh masyarakat suku Aceh di Aceh Timur.
e. Pengolahan Makanan
Tabel 4.5 menyajikan pengetahuan etnokimia masyarakat suku Aceh di Aceh
Timur tentang pengolahan makanan khas Aceh yang melibatkan proses-proses kimiawi.
4.2 Potensi Etnokimia Suku Aceh untuk Dikembangkan dalam Perkuliahan Kimia
Berdasarkan hasil analisis terhadap daftar inventarisasi etnokimia masyarakat
suku Aceh di Aceh Timur yang telah dikemukakan sebelumnya, potensi etnokimia yang
dapat dikembangkan dalam perkuliahan kimia disajikan pada Tabel 4.6.
10
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Pengetahuan etnokimia suku Aceh di Aceh Timur meliputi: bahan alam yang
dijadikan obat-obatan; bahan alam yang dijadikan pengawet, pewarna, dan
perasa makanan; bahan alam yang dijadikan alat dan bahan kecantikan serta
pembersih; teknologi tepat guna; dan pengolahan makanan
2. Kajian etnokimia yang dapat dikembangkan dalam perkuliahan kimia terdiri
atas: analisis kajian kimia tentang bahan alam yang dijadikan obat-obatan;
analisis kajian kimia tentang bahan alam yang dijadikan pengawet, pewarna, dan
perasa makanan; analisis kajian kimia tentang bahan alam yang dijadikan alat
dan bahan kecantikan serta pembersih; analisis kajian kimia tentang teknologi
tepat guna suku Aceh; dan analisis proses-proses kimiawi yang terlibat dalam
pengolahan makanan khas Aceh.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat dikemukakan saran
sebagai berikut:
1. Perlunya dilakukan penelitian lanjutan untuk meneliti secara mendalam
pengetahuan etnokimia suku Aceh yang belum terungkap dalam penelitian ini.
2. Perlunya dilakukan penelitian lanjutan untuk mengembangkan perkuliahan
kimia berdasarkan potensi kajian etnokimia yang terungkap dalam penelitian ini.
3. Mata kuliah yang dapat dikembangkan berdasarkan temuan hasil penelitian ini
diantaranya: etnokimia, kimia organik bahan alam, kimia pangan, dan kimia
obat-obatan.
11
DAFTAR PUSTAKA
Fajarini, U. (2014). Peranan kearifan lokal dalam pendidikan karakter. Sosio Didaktika
Vol. 1 No. 2, hal. 123-130.
Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru.
Lia, R.M., Udaibah, M., dan Mulyatum. (2016). Pengembangan modul pembelajaran
kimia berorientasi etnosains demgan mengangkat budaya lokal Batik Pekalongan.
Unnes Science Education Journal Vol 5 No. 3, hal. 1418-1423.
Marasinghe, B. (2016). Ethnochemistry and Ethnomedicine of ancient Papua New
Guineans and their use in motivating Secondary School Children and Universities
undergraduates in PNG. Universal Journal of Educational Research Vol. 4 No. 7,
hal. 1724-1726.
Norolayn, K. dan Ador, S. (2017). Ethnochemistry of Maguindanaons on the usage of
household chemicals. Journal of Social Sciences (COES&RJ-JSS) Vol. 6 No. 2.
Nursaadah, et al. (2017). Inventarisasi pengetahuan etnokimia masyarakat Baduy untuk
pembelajaran kimia, Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP UNTIRTA
2017 (25-32). Serang: FKIP UNTIRTA.
Putra, A.W.S., Hariadi, S.S., dan Harsoyo. (2012). Pengaruh peran penyuluh dan
kerifan lokal tehadap adopsi inovasi padi sawah di Kecamatan Montasik
Kabupaten Aceh Besar. KANAL Vol. 1 No. 1, hal 85-101.
Rahmawati, Y., Ridwan, A., dan Nurbaity. (2017). Should we learn culture in
Chemistry Classroom? Integration ethnochemistry in culturally responsive
teaching, Proceedings in 4th International Conference on Research,
Implementation, and Education Mathematics and Science. AIP Publishing.
Rosa, M. dan Orey., D.C. (2011). Ethnomathematics: the cultural aspects of
mathematics. RevistaLatinoamericana de Etnomatematica Vol. 4 No. 2, hal. 32-
54.
Singh, I.S. (2016). Effect of ethnochemistry practices on secondary school students’
attitude toward chemistry. Journal of Education and Practice Vol. 7 No. 17, hal.
44-56.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
12