Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN ELIMINASI URIN DAN KEBUTUHAN NUTRISI

Oleh :
Nurul Afni Andini, S.Kep
19.04.049

(CI LAHAN) (CI INSTITUSI)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG
MAKASSAR
2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Kebutuhan Eliminasi Urin


1. Definisi
Eliminasi merupakan kebutuhan dalam manusia yang esensial dan
berperan dalam menentukan kelangsungan hidup manusia. Eliminasi
dibutuhkan untuk mempertahankan homeostasis melalui pembuangan sisa-
sisa metabolisme. Secara garis besar, sisa metabolisme tersebut terbagi ke
dalam dua jenis yaitu sampah yang berasal dari saluran cerna yang dibuang
sebagai feces (nondigestible waste) serta sampah metabolisme yang dibuang
baik bersama feses ataupun melalui saluran lain seperti urine, CO2, nitrogen,
dan H2O.
Gangguan eliminasi urinarius adalah suatu keadan dimana seorang
individu mengalami gangguan dalam pola berkemih.
2. Fisiologi Sistem Eliminasi Urin
Eliminasi urine tergantung pada fungsi ginjal, ureter, kandung kemih,
dan uretra. Ginjal menyaring produk limbah dari darah untuk membentuk
urine ureter mentransport urine dari ginjal ke kandung kemih. Kandung
kemih menyimpan urine sampai timbul keinginan untuk berkemih. Urine
keluar dari tubuh melalui uretra. Semua organ system perkemihan harus utuh
dan berfungsi supaya urine berhasil di keluarkan dengan baik.
a. Ginjal
Ginjal merupakan sepasang organ berbentuk seperti kacang
buncis, berwarna coklat agak kemerahan, yang terdapat di kedua sisi
kolumna vertebral posterior terdapat peritoneum dan terletak pada otot
punggung bagian dalam. Ginjal terbentuk dari vertebra torakalis ke
duabelas sampai vertebra lumbalis ketiga. Dalam kondisi normal, ginjal
kiri lebih tinggi 1,5 sampai 2cm dari ginjal kanan, karena posisi
anatomi hati. Setiap ginjal secara khas berurutan 12cm kali 7cm dan
memiliki berat 120-150gram, setiap ginjal di lapisi oleh sebuah kapsul
yang kokoh dan di kelilingi lapisan lemak
Produk buangan /limbah dari hasil metabolisme yang terkumpul
dalam darah di filtrasi di ginjal. Darah sampai ke setiap ginjal melalui
arteri renalis (ginjal) yang merupakan percabangan dari aorta
abdominalis. Arteri renalis memasuki ginjal melalui hilum. Sekitar 20-
25% curah jantung bersirkulasi setiap hari melalui ginjal. Setiap ginjal
berisi 1 juta nefron. Nefron, yang merupakan unit fungsional ginjal
membentuk urine. Nefron tersusun atas glomerulus capsula bowman
dan tubulus kontraktus proksimal, ansehenle, tubulus distal, dan duktus
pengumpul. Darah masuk ke nefron melalui arteriola averent.
Sekelompok pembuluh darah ini membentuk jaringan kapiler
Glomerulus, yang merupakan tempat pertama filtrasi darah dan tempat
awal pembentukan urine. Kapiler glomerulus memiliki pori-pori
sehingga dapat memfiltrasi air dan substansi, seperti glukosa, asam
amino, urea, kreatinin, dan elektrolit-elektrolit utama kedalam kapsul
bowman. Dalam kondisi normal, protein yang berukuran besar dan sel-
sel darah tidak di filtrasi melalui glomerulus. Apabila di dalam urine
terdapat protein yang berukuran besar (proteinuria) , Maka hal ini
merupakan tanda adanya cedera pada glomerulus. Glomerulus
memfiltrasi sekitar 125ml filtrate per menit. Tidak semua filtrate di
glomerulus di ekskresi sebagai urine. Setelah filtrate meninggalkan
glomerulus, filtrate masuk ke system tubulus dan duktus pengumpul,
yang merupakan tempat air dan substansi, seperti glukosa, asam amino,
asam urat, dan ion-ion natrium serta kalium direabsorbsi kembali
kedalam secara selektif.
Ginjal juga menghasilkan beberapa hormon penting untuk
memproduksi sel darah merah (SDM), mempertahankan volume normal
SDM, pengaturan tekanan darah, dan mineralisasi tulang. Produksi
beberapa hormon dari ginjal antara lain:
 Eritropoietin
 Renin
Eritropoietin adalah sebuah hormone yang terutama di lepaskan dari
sel-sel glomerulus khusus, yang dapat merasakan adanya penurunan
oksigenasi sel darah merah (hipoksia local). Fungsi eritropoietin juga
memperpanjang umur hidup SDM yang telah matang.
Rennin adalah hormon lain yang di produksi oleh ginjal. Fungsi
utama hormone ini adalah untuk mengatur aliran darah pada waktu
terjadinya iskemia ginjal ( penurunan suplai darah). Rennin di sintesis
dan di lepaskan dari sel jukstaglomerulus, yang berada di apparatus
jukstaglomerulus. Fungsi rennin adalah sebagai enzim yang mengubah
angiotensinogen (suatu substansi yang di sentesis oleh hati) menjadi
Angiostensin I. Angiostensin I dirubah menjadi Angiostensin II dan
Angiostensin III pada saat bersirkulasi di paru-paru dan memiliki efek
masing-masing. Efek gabungan dari mekanisme ini adalah peningkatan
tekanan darah arteri dan aliran darah ginjal (McCance dan Huether,
1994). Ginjal juga berperan penting dalam pengaturan kalsium dan
pospat. Ginjal bertanggung jawab dalam memproduksi substansi yang
mengubah vitamin D menjadi vitamin D dalam bentuk aktif.
1. Ureter
Urine meninggalkan tubulus dan memasuki duktus pengumpul
yang akan mentranspor urine ke pelvis renalis. Sebuah ureter bergabung
dengan setiap pelvis renalis sebagai rute keluar pertama pembuangan
urine. Ureter merupakan struktur tubular yang memiliki panjang 25
sampai 30 cm dan berdiameter 1,25cm pada orang dewasa. Ureter
membentang pada posisi retroperitorium untuk memasuki kandung
kemih di dalam rongga panggung (pelvis) pada sambungan
ureterovesikalis. Urine yang keluar dari ureter ke kandung kemih
umumnya steril. Dinding ureter terbentuk dari 3 lapisan jaringan. Lapisan
bagian dalam merupakan membrane mukosa yang berlanjut sampai
lapisan pelvis renalis dan kandung kemih. Lapisan tengah terdiri dari
substansi otot polos yang mentransport urine melalui ureter dengan
gerakan peristaltis yang di stimulasi oleh distensi urine di kandung
kemih. Lapisan luar ureter adalah jaringan penyambung mukosa yang
menyokong ureter.
Gerakan peristaltis menyebabkan urine masuk kedalam kandung
kemih dalam bentuk semburan, dan bukan dalam bentuk aliran yang
tetap. Ureter masuk ke dalam dinding posterior kandung kemih dengan
posisi miring. pengaturan ini dalam kondisi normal dalam kondisi normal
refluks urine dari kandung kemih ke dalam ureter selama mikturisi
(proses berkemih) adanya obstruksi di dalam salah satu ureter, seperti
batu ginjal (kalkulus renalis) menimbulkan gerakan peristaltis yang kuat
yang mencoba mendorong obstruksi ke dalam kandung kemih. Gerakan
peristaltis yang kuat ini menimbulkan nyeri yang sering disebut sebagai
kolik ginjal.
2. Kandung kemih
Kandung kemih merupakan suatu organ cekung yang dapat
berdistensi dan tersusun atas jaringan otot serta merupakan wadah tempat
urine dan merupakan ekskresi. Pada pria kandung kemih terletak pada
rectum bagian posterior dan wanita kandung kemih terletak pada dinding
anterior uterus dan vagina. Bentuk kandung kemih berubah saat ia terisi
urine. Kandung kemih dapat menampung sekitar 600ml urine walaupun
pengeluaran urine normal sekitar 300ml.
Dalam keadaan penuh, kandung kemih membesar dan
membentang sampai keatas simpisis pubis. Trigonum (suatu daerah
segitiga yang halus pada permukaan bagian dalam kandung kemih)
merupakan dasar kandung kemih.
Dinding kandung kemih memiliki 4 lapisan: lapisan mukosa di
dalam, sebuah lapisan submukosa pada jaringan penyambung, sebuah
lapisan otot dan lapisan serosa di bagian luar. Sfingter uretra interna,
yang tersusun atas kumpulan otot yang berbentuk seperti cincin, berada
pada dasar kandung kemih tempat sfingter tersebut bergabung dengan
uretra. Sfingter mencegah urine keluar dari kandung kemih dan berada di
bawah control volunter (kontrol otot yang di sadari).
3. Uretra
Urine keluar dari kandung kemih melalui uretra keluar dari tubuh
melalui meatus uretra. Dalam kondisi normal aliran urine yang
mengalami turbulansi membuat urine bebas dari bakteri. uretra pada
wanita memiliki panjang sekitar 4 sampai 6,5cm. Panjang uretra yang
pendek pada wanita menjadi faktor redisposisi untuk mengalami infeksi.
Bakteri dapat dengan mudah masuk ke dalam uretra dari daerah
perineum. Uretra pada pria yang merupakan saliran perkemihan dan jalan
keluar sel serta sekresi dari organ reproduksi, memiliki panjang 20cm.
Uretra pada pria ini memiliki 3 bagian yaitu: uretra prostatic, uretra
membranose, dan uretra penil/uretra prostatic.
Pada wanita, meatus urinarius (lubang) terletak diantara labia
minora, di atas vagina dan di bawah klitoris. Pada pria, meatus terletak
pada ujung distal penis.
4. Cara Kerja Perkemihan
Beberapa struktur otak yang mempengaruhi fungsi kandung kemih
meliputi korteks serebral, thalamus, hipotalamus, dan batang otak. Secara
bersama-sama, struktur otak ini menekan kontraksi otot dektrusol
kandung kemih sampai individu ingin berkemih/ buang air. Dua pusat di
pons yang mengatur mikturisi / berkemih, yaitu : pusat M mengaktifkan
refleks otot dektrusol dan pusat L mengkoordinasikan tonus otot pada
dasar panggul. Pada saat berkemih, respon yang terjadi kontraksi kantong
kemih relaksasi otot pada dasar panggul yang koordinasi.
Dalam kondisi normal dapat menampung 600ml urine namun,
keinginan untuk berkemih dapat di rasakan pada saat kandung kemih
terisi urine dalam jumblah yang kecil (150-200ml pada orang dewasa dan
50-200ml pada anak kecil). Implus syaraf parasimpatis dari pusat
mikturisi menstimulasi otot detrusor untuk berkontraksi, secara teratur
sfingter uretra interna juga berelaksasi sehingga urine dapat masuk ke
dalam uretra, walaupun berkemih belum terjadi. Apabila individu
memilih untuk tidak berkemih, sfingter urinarius eksterna dalam keadaan
berkontraksi dan refleks mikturisi di hambat. Namun pada saat individu
memilih untuk berkemih sfingter eksterna berelaksasi, refleks mikturisi
menstimulasi otot detrusor untuk berkontraksi sehingga terjadilah
pengosongan kandung kemih yang efisien. Apabila keinginan untuk
berkemih di abaikan berulang kali, daya tampung kandung kemih dapat
menjadi maksimal dan menimbulkan tekanan pada sfingter sehingga
dapat membuat control volunteer tidak mungkin lagi di lanjutkan.
Kerusakan pada medulla spinalis di atas daerah sakralis
menyebabkan hilangnya control volunter berkemih, tetapi jalur refleks
berkemih dapat tetap utuh sehingga memungkinkan terjadinya berkemih
secara refleks. Kondisi ini disebut refleks kandung kemih.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Banyak faktor yang mempengaruhi volume dan kualitas urine serta
kemampuan klien untuk berkemih. Beberapa perubahan dapat bersifat akut
dan kembali pulih atau reversible (misalnya, infeksi saluran kemih)
sementara perubahan yang lain dapat bersifat kronis dan tidak dapat kembali
pulih atau ireversibel (misalnya terbentuknya gangguan fungsi ginjal secara
progresif dan lambat). Proses penyakit yang terutama mempengaruhi fungsi
ginjal (menyebabkan perubahan pada volume pada kualitas urine) pada
awalnya secara umum di katagorikan sebagai prarenalis, renalis, atau
pascarenalis.
Perubahan prerenalis dalam eliminasi urine akan menurunkan aliran
darah yang bersirkulasi ke dan melalui ginjal yang menyebabkan selanjutnya
akan menyebabkan penurunan perfusi ke jaringan ginjal. Dengan kata lain,
perubahan tersebut terjadi di luar system perkemihan penurunan perfusi
ginjal menyebabkan oliguria(berkurangnya kemampuan untuk membentuk
urine) atau yang lebih jarang terjadi, anuria (ketidak mampuan untuk
memproduksi urine). Perubahan renalis di sebabkan oleh faktor-faktor yang
menyebabkan cedera langsung pada glomerulus atau tubulus renalis
sehingga mengganggu fungsi normal filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi pada
glomerulus atau tubulus renalis tersebut. Perubahan pascarenalis terjadi
akibat adanya obstruksi pada system pengumpul urine di setiap tempat kaliks
ginjal (struktur drainase yang berada di dalam ginjal, tetapi berada di dalam
system urinarius). Urine di bentuk oleh system perkemihan, tetapi tidak
dapat di eliminasi oleh cara-cara yang normal.
Selain perubahan karena penyakit, faktor-faktor lain juga harus di
pertimbangkan jika klien mengalami gejala-gejala yang terkait dengan
eliminasi urine. Masalah yang berhubungan dengan kerja perkemihan dapat
merupakan akibat dari adanya masalah pada fisik, fungsi, dan kognitif
sehingga menyebabkan inkontinesia, retensi, dan infeksi.
4. Macam-Macam Gangguan Yang Mungkin Terjadi
Klien yang memiliki masalah perkemihan paling sering mengalami
gangguan dalam aktifitas berkemihnya gangguan ini di akibatkan oleh
kerusakan fungsi kandung kemih adanya obstruksi pada aliran urine yang
mengalir keluar, atau ketidakmampuan mengontrol berkemih secara
volunter.
Beberapa klien dapat mengalami perubahan sementara atau permanen
dalam jalur normal ekskresi urine, klien yang menjalani diversi urine
memiliki masalah khusus karena urine keluar melalui stomata.
1. Retensi Urine
Retensi urine adalah akumulasi urine yang nyata di dalam kandung
kemih akibat ketidak mampuan mengosongkan kandung kemih. Urine
terus berkumpul di kandung kemih meregangkan dindingnya sehingga
timbul perasaan tegang, tidak nyaman, nyeri tekan pada simfisis pubis,
gelisah, dan terjadi diaphoresis(berkeringat)
Pada kondisi normal, produksi urine mengisi kandung kemih
dengan perlahan dan mencegah aktivasi reseptor regangan sampai distensi
kandung kemih meregang pada level tertentu.
Tanda-tanda utama retensi akut ialah tidak adanya haluaran urine
selama beberapa jam dan terdapat distensi kandung kemih. Klien yang
berada di bawah pengaruh anastesi/ analgesik mungkin hanya merasakan
adanya tekanan, tetapi klien yang sadar akan merasakan nyeri hebat karena
distensi kandung kemih melampau kapasitas normalnya. Pada retensi
urine yang berat, kandung kemih dapat menahan 2000-3000 ml urine,
etens terjadi akibat kontrusksi uretra, trauma bedah, perubahan stimulasi
sensorik, dan motorik kandung kemih, efek samping obat dan ansietas.
2. Infeksi Saluran Kemih Bawah
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi di dapat di rumah sakit
yang paling sering terjadi di amerika serikat. Infeksi ini bertanggung
jawab untuk lebih dari kunjungan dokter per tahun (jhonson,1991).
Bakteri dalam urine (bakteriuria) dapat memicu penyebaran organisme ke
dalam aliran darah dan ginjal.
Penyebab yang paling sering infeksi ini adalah di masukkannya
suatu alat ke dalam saluran perkemihan misalnya pemasukan kateter
melalui uretra akan menyediakan rute langsung masuknya
mikroorganisme. Pada orang dewasa suatu kateterisasi yang di pasang
sebentar membawa masuk kesempatan infeksi sebesar 1%, sementara
prosedur yang sama memiliki resiko infeksi 20% pada lansia.
Setiap gangguan yang menghalangi aliran bebas urine dapat
menyebabkan infeksi. Sebuah kateter yang diklem, tertekuk atau
terhambat dan setiap kondisi yang menyebabkan retensi urine dapat
meningkatkan resiko terjadinya infeksi pada kandung kemih.
Klien yang mengalami ISK bagian bawah mengalami nyeri atau
terbakar selama berkemih (disuria) ketika urine mengalir malalui jaringan
yang meradang. Demam, menggigil, mual dan muntah, serta kelemahan
terjadi ketika infeksi memburuk. Kandung kemih yang teriritasi
menyebabkan timbulnya sensasi ingin berkemih yang mendesak dan
sering. Iritasi pada kandung kemih dan mukosa uretra menyebabkan darah
bercampur dalam urine (hematuria).
3. Inkontinesia Urine
Inkontinesia urine adalah kehilangan control berkemih .
Inkontinesia dapat bersifat smentara atau menetap klien tidak lagi
mengontrol sfingter uretra eksterna. Merembesnya urine dapat
berlangsung terus menerus atau sedikit-sedikit. Lima tipe inkontinesia:
inkontensia fungsional, inkonensia refleks (overflow), inkontinesia strees,
inkontinesia total.
Inkontinensia tidak harus selalu dikaitkan dengan lansia.
Inkontinensia dapat dialami setiap individu pada usia berapapun,
walaupun kondisi ini lebih umum dialami oleh lansia. Lansia mungkin
mengalami masalah khusus dengan inkontinensia akibat keterbatasan fisik
dan lingkungan tempat tinggalnya.
Inkotinensia yang berkelanjutan memungkinkan terjadinya
kerusakan pada kulit. Sifat urine yang asam mengiritasi kulitnya. Klien
yang tidak dapat melakukan mobilisasi dan sering mengalami
inkotinensia, terutama berisiko terkena luka dekubitus.
B. Rencana Asuhan Klien dengan Gangguan Kebutuhan Eliminasi Urin
1. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat kesehatan pasien
Riwayat penyakit sekarang
1) Keluhan utama : pasien mengatakan kesulitan pada saat
mengeluarkan urin dan pada saat urin keluar hnya sedikit.
2) Kronologi penyakit saat ini :
Pasien mengalami penyakit ileus obstruktif total yang dialami sejak
setahun yang lalu dan pada tanggal 12 november 2019 pasien telah
dioperasi dan mengatakan kesulitan untuk mengeluarkan seluruh
urinnya.
3) Pengaruh penyakit terhadap pasien :
Selama di rawat di RS pasien mengatakan merasa susah melakukan
aktivitas fisik seperti biasanya. Dan ingin cepat keluar dari RS dan
kembali ke rumah dan beraktivitas.
4) Yang diharapkan pasien dari pelayanan kesehatan
Pasien berharap mendapatkan pelayanan yang utama agar dia bisa
cepat sembuh dari kondisinya saat ini.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
1) Penyakit Yang Pernah Dialami :
a) Kanak-kanak : Tidak pernah.
b) Kecelakaan : tidak pernah
c) Pernah dirawat: Pernah, di RS Labuang Baji Makassar tanggal
12/11/2019
d) Operasi : Pasien pernah melakukan operasi.
e) Alergi :Tidak ada alergi terhadap makanan atau obat-
obatan.
2) Kebiasaan :
- Merokok : Tidak ada
- Alcohol : Tidak ada
- Obat tidur : Tidak ada
- Olahraga : Tidak ada
c. Pengkajian Biologis
1) Eliminasi urine dan fese

No Kegiatan Sebelum Sakit Saat Sakit

1. Buang Air Besar

a. Pola dalam
Pasien mengatakan Keluarga pasien
defekasi
BAB nya lancar. mengatakan setelah 5
1) Frekuensi
3x sehari hari yang lalu pasien
tidak buang air besar dan
setelah hari ke 6 pasien
baru buang air besar.
Pagi dan malam Pagi hari
2) Waktu
hari

Kecoklatan Hitam
3) Warna

4) Konsistensi Konsistensi lunak


Padat

b. Kebiasaan Tidak pernah Tidak pernah


menggunakan
obat pencahar

c. Kesulitan dalam
Tidak ada kesulitan Kesulitan BAB
BAB
BAB

d. Usahan yang
Tidak ada Tidak ada
dilakukan klien
untuk mengatasi
masalah

e. Penggunaan alat
bantu untuk Tidak ada Dibantu oleh keluarga
defekasi
2. Buang Air Kecil

a. Pola BAK
1) Frekuensi 3-5x dalam sehari Pasien terpasang kateter

2) Warna Seperti kuning Kuning jernih.


jernih

3) Bau Pesing Pesing.

4) Keluhan lain Tidak ada Tidak ada.

b. Riwayat Tidak ada Ada, pada bagian ileum


pembedahan

c. Penggunaan alat
bantu dalam Tidak ada Terpasang kateter
miksi
2. Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum
1) Kesadaran : Composmentis
2) Keadaan umum : baik
3) Tanda-tanda vital :
TD : 90/70 mmHg
N : 81 x/menit
S : 36,4̊ c
RR : 29x/menit
4) Pertumbuhan fisik
TB : 155 cm
BB : 35 kg
5) Keadaan kulit
Warna : pucat .
Tekstur kulit : lentur
Kelainan kulit : Tidak ada
b. Pemeriksaan Cepalo Kaudal
1) Kepala
Bentuk mesonchepal, tidak ada benjolan
Ubun-ubun Simetris
Penyebab dan merata dan sedikit kotor
kelainan rambut
Kulit kepala tidak teraba benjolan, lesi, dan tidak ada nyeri tekan
di bagian kepala
Mata lengkap dan simetris, Palpebra : lipatan palpebra
simetris, Konjungtiva : anemis, sclera : tidak
ikterik, Pupil : reflek terhadap cahaya, Kornea dan
iris : ada peradangan, Visus : tidak dapat membaca
dalam jarak ±6 meter
Hidung tampak simetris, tidak ada pengeluaran pada
hidung, tampak ada lesi.

Telinga Tidak terdapat luka maupun cairan yang keluar dari


telinga sebelah kanan dan sebelah kiri.
Mulut dan gigi klien mampu berbicara dengan jelas

2) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.


3) Dada :
a) Inspeksi
(1) Bentuk dada : ekspansi dada simetris
(2) Kelainan bentuk : tidak ada kelainan bentuk
(3) Retraksi otot dada : tidak terdapat retraksi otot dada
b) Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
c) Perkusi : tidak dikaji
d) Auskultasi : tidak dikaji
4) Abdomen
Terdapat bekas operasi pada bagian ileum.
5) Genetalia, anus dan rektum
Pasien terpasang kateter
6) Ekstremitas
 Kekuatan otot : 5 5
5 5
 ROM: Tidak terbatas

3. Data Penunjang
a. Laboratorium :
1. CT-Scan pada daerah perut.
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP KEBUTUHAN NUTRISI


1. Definisi
Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan
kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia
untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan
menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuhnya
serta mengeluarkan zat sisa.
Nutrisi berfungsi untuk membentuk dan memelihara jaringan tubuh,
mengatur proses-proses dalam tubuh, sebagai sumber tenaga, serta untuk
melindungi tubuh dari serangan penyakit. Dengan demikian, fungsi utama
nutrisi (suitor & hunter, 1980) adalah untuk memberikan energy bagi
aktivitas tubuh, membentuk struktur kerangkadan jaringan tubuh, serta
mengatur berbagai proses kimia dalam tubuh.
Masalah nutrisi erat kaitannya dengan intake makanan dan metabolisme
tubuh serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Secara umum faktor yang
mempengaruhi kebutuhan nutrisi adalah faktor fisiologis untuk kebutuhan
metabolisme basal, faktor patofisiologi seperti adanya enyakit tertentu yang
mengganggu pencernaan atau meningkatkan kebutuhan nutrisi, faktor sosio-
ekonomi seperti adanya kemampuan individu dalam memenuhi kebutuhan
nutrisi.
Nutrien adalah suatu unsur yang dibutuhkan untuk proses dan fungsi
tubuh.
Gizi adalah substansi organic dan non organic yang ditemukan dalam
makanan dan dibutuhkan oleh tubuh agar dapat berfungsi dengan baik.
Manusia memerlukan nutrisi karena tubuh memerlukan bahan bakar
untuk menyediakan energy untuk funsi organ dan pergerakan badan, untuk
mempertahankan suhu tubuh, dan untuk menyediakan material menth untuk
fungsi enzim, pertumbuhan, enempatan kembali dan perbaikan sel.
Kebutuhan energy individu dipengaruhi oleh beberapa factor. Kebutuhan
energi seseorang ketika istirahat disebut laju metabolism basal ( basal
metabolic rate, BMR) aqdalah energy yang diperlukan pada tingkat rendah
fungsi seluler. Persamaan umumnya digunakan untuk memperkirakan
penggunaan energy basal ( basal energy expenditure, BEE). Sejumlah factor,
seperti aktifitas, penyakit, cidera, demam, infeksi, pemasukan makanan, dan
kelaparan dapat mengakibatkan BEE.
Jenis – jenis metabolism.
a. Metabolisme karbohidrat
Yang terbentuk monosakarida atau disakarida diserap melalui
mukosa usus, setelah proses penyerapan semua terbentuk monosakarida,
bersama pembuluh darah karbohidrat ke hati. Monosakarida ( fruktosa,
galaktosa, glukosa) masuk kedarah bersama hati. Dihati diubah mnenjadi
glukosa dan dialirkan melalui pembuluh darah keotak untuk dibakar,
membentuk glikogen melalui proses glikoneogenesis.
b. Metabolisme lemak
Lemak diserap tubuh dalam bentuk gliserol ( asam lemak ) gliserol
lanet dalam air sehingga diserap secara pasif langsung masuk pembuluh
darah dan dibawa kehati melalaui beberapa proses kimia. Gliserol menjadi
glikogen itu melewati metabolisme hidra arang tenaga jadi. Gliserol
diubah menjadi tenaga melewati proses yang dilakukan oleh karbohidrat.
Lemak yang dibakar mempunyai hasil sampingan yang disebut kolesterol.
c. Metabolisme protein
Pada umunya protein diserap[ dalam bentuk asam amino bersama
dengan darah dubawa kehati kemudian dibersihkan dari toksin. Proses
masuknya asam amino dapat dokatakan tidak bersifat dinamis dan selalu
diperbaruhi. Asam amino yang masuk tidak sebanding dengan jumlah
asam amino yang diperlukan untuk menutupi kekurangan amino yang
dipakai oleh tubuh.
2. Fisiologi Sistem
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan, kerongkongan, lambung,
usus halus, usus besar, rectum dan anus.
a. Mulut
Mulut adalah suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air.
Mulut merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang
berakhir di anus.
Didalam rongga mulut terdapat :
1) Gigi,
a. Gigi sulung, mulai tumbuh pada anak-anak umur 6-7 bulan. Lengkap
pada umur 2½ tahun jumlahnya 20 buah disebut juga gigi susu,
terdiri dari 8 buah gigi seri (dens insisivus), 4 buah gigi taring (dens
kaninus) dan 8 buah gigi geraham (premolare).
b. Gigi tetap (gigi permanen) tumbuh pada umur 6-18 tahun jumlahnya
32 buah terdiri dari; 8 buah gigi seri (dens insisiws), 4 buah gigi taring
(dens kaninus), 8 buah gigi geraham (molare) dan 12 buah gigi
geraham (premolare).
c. Fungsi gigi terdiri dari; gigi seri untuk memotong makanan, gigi taring
gunannya untuk memutuskan makanan yang keras dan liat, dan gigi
geraham gunannya untuk mengunyah makanan yang sudah dipotong-
potong.
2) Lidah
a) Pangkal lidah (Radiks lingua), pada pangkal lidah yang belakang
terdapat epiglotis yang berfungsi untuk menutup jalan napas pada
waktu kita menelan makanan, supaya makanan jangan masuk ke jalan
napas.
b) Punggung lidah (Dorsum lingua), terdapat puting-puting pengecap
atau ujung saraf pengecap.
c) Ujung lidah (Apeks lingua)
Fungsi lidah yaitu; mengaduk makanan, membentuk suara, sebagai
alat pengcepa dan menelan, serta merasakan makanan.
3) Kelenjar ludah
a) Kelenjar parotis: letaknya dibawah depan dari telinga di antara
prosesus mastoid, kiri dan kanan os mandibular, duktusnya duktus
stensoni. Duktus ini keluar dari glandula parotis menuju ke rongga
mulut melalui pipi (muskulus buksinator).
b) Kelenjar submaksilaris: terletak dibawah rongga mulut bagian
belakang, duktusnya bernama duktus wartoni, bermuara di rongga
mulut dekat dengan frenulum lingua.
c) Kelenjar sublingualis; letaknya dibawah selaput lendir dasar rongga
mulut bermuara di dasar rongga mulut. Kelenjar ludah disarafi oleh
saraf-saraf tersadar.
b. Faring
Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan
kerongkongan (osofagus), di dalam lengkung faring terdapat tonsil
(amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung
limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi.
c. Esofagus
Merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan lambung,
panjangnya ± 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak
dibawah lambung. Lapisan dinding dari dalam ke luar, lapisan selaput
lendir (mukosa), lapisan submukosa, lapisan otot melingkar sirkuler dan
lapisan oto memanjang longitudinal.
Esofagus dibagi mejadi tiga bagian;
1) Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
2) Bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
3) Bagaian inferior (terutama terdiri dari otot halus)
d. Gaster / Lambung
1) Bagian lambung terdiri dari;
a) Fundus ventrikuli, bagian yang menonjol ke atas terletak sebelah
kiri osteum kardium dan biasanya penuh berisi gas.
b) Korpus venrtikuli, setinggi osteum kardium, suatu lekukan pada
bagian bawah kurvatura minor.
c) Antrum pilorus, bagian lambung membentuk tabung mempunyai
otot yang tebal membentuk sfingter pilorus.
d) Kurvantura minor, terdapat sebelah kanan lambung terbentang dari
ostium kardiak sampai ke pilorus.
e) Kurvantura mayor, lebih panjang dari kurvantura minorterbentang
dari sisi kiri osteum kardiakum melalui fundus ventrikuli menuju
ke kanan sampai ke pilorus inferior. Ligamentum gastro lienalis
terbentang dari bagian atas kurvantura mayor sampai ke limpa.
f) Osteum kardiakum, meruapakan tempat dimana esofagus bagian
abdomen masuk ke lambung. Pada bagian ini terdapat orifisium
pilorik.
Fungsi lambung terdiri dari;
Menampung makanan, menghancurkan dan menghaluskan
makanan oleh peristaltik lambung dan getah lambung
2) Getah cerna lambung yang dihasilkan:
a) Pepsin fungsinya; memecah putih telur menjadi asam amino
(albumin dan pepton).
b) Asam garam (HCl) fungsinya; mengasamkan makanan, sebagai
anti septik dan desinfektan, dan membuat suasana asam pada
pepsinogen sehingga menjadi pepsin.
c) Renin fungsinya; sebagai ragi yang membekukan susu dan
membentuk kasein dari kasinogen (kasinogen dan protein susu).
d) Lapisan lambung; jumlahnya sedikit memecah lemak yang
merangsang sekresi getah lambung.
e. Usus Halus / Intestinum Minor
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan
yang terletak di antara lambung dan usus besar. Usus halus terdiri dari tiga
bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejenum), usus
penyerapan (illeum). Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran
yaitu dari pankreas dan kantung empedu.
1) Usus dua belas jari (duodenum) adalah bagian pertama usus halus yang
panjangnya 25 cm, berbentuk sepatu kuda, dan kepalanya mengelilingi
kepala pankreas. Saluran empedu dan saluran pankreas masuk ke
dalam duodenum pada satu lubang yang disebut ampulla
hepatopankreatika, ampulla vateri, 10 cm dari pilorus.
2) Usus kosong (jejenum), menempati dua perlima sebelah atas pada usus
halus yang selebihnya.
3) Usus penyerapan (illeum), menempati tiga perlima akhir.
f. Usus Besar / Intestinum Mayor
1) Fungsi usus besar;
a) Menyerap air dari makanan
b) Tempat tinggal bakteri koli
c) Tempat feses
2) Bagian-bagian usus besar atau kolon;
a) Kolon asendens. Panjangnya 13 cm, terletak dibawah abdomen
sebelah kanan membujur ke atas dari ileum ke bawah hati. Di
bawah hati melengkung ke kiri, lengkungan ini disebut fleksura
hepatika.
b) Kolon transversum. Panjangnya ± 38 cm, membujur dari kolon
asendens sampai ke kolon desendens berada di bawah abdomen,
sebelah kanan terdapat fleksura hepatika dan sebelah kiri terdapat
fleksura lienalis.
c) Kolon desendens. Panjangnya ± 25 cm, terletak di bawah abdomen
bagian kiri membujur dari atas ke bawah dari fleksura lienalis
sampai ke depan ileum kiri, bersambung dengan kolon sigmoid.
d) Kolon sigmoid. Merupakan lanjutan dari kolon desendens terletak
miring, dalam rongga pelvis sebelah kiri bentuknya menyerupai
huruf S, ujung bawahnya berhubungan dengan rektum.
e) Rektum. Terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan
intestinum mayor dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di
depan os sakrum dan os koksigis.
g. Rektum
Rektum dalam bahasa latin regere (meluruskan , mengatur). Organ
ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses.
Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam
rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk
melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan
dikembalikan ke usus besar, dimana penyerapan air akan kembali
dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi
dan pengerasan feses akan terjadi.
h. Anus
Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang
menghubungkan rektum dengan dunia luar (udara luar). Terletak di dasar
pelvis bagian posterior dari peritoneum. Dindingnya diperkuat oleh 3
otot sfingter yaitu:
1) Sfingter ani internus (sebelah atas), bekerja tidak menurut
kehendak.
2) Sfingter levator ani, bekerja juga tidak menurut kehendak.
3) Sfingter ani eksternus (sebelah bawah), bekerja sesuai kehendak.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
a. Keseimbangan Metabolisme dan energi tubuh
1) Metablisme berarti perubahan yang menyangkut segala transportasi
kimiawi serta energi yang terjadi dalam tubuh.
2) Jumlah energi yang dibebaskan oleh katabolisme zat makanan dalam
tubuh sama dengan energi yang dibebaskan bila zat makanan dibakar di
luar tubuh.
3) Energi output = kerja luar + Simpanan energi + Panas
Faktor yang mempengaruhi laju metabolisme adalah :
1) Kerja otot
2) Konsumsi Oksigen
3) Pemberian makanan
4) Lingkungan
b. Dampak gangguan pemasukan nutrisi
Dampak gangguan pemasukan nutrisi tergantung pada macam dan
tipe nutrisi yang meliputi lamanya pemasukan yang inadekuat atau
konsumsi yang berlebihan dan juga umur seseorang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pola diet :
1) Kebudayaan
2) Agama
3) Kesukaan seseorang terhadap makanan
4) Sikap dan emosi
5) Letak geografi
6) Faktor ekonomi
4. Macam-macam Gangguan Yang Mungkin Terjadi pada Sistem
a. Protein Calorie Malnutrition (PCM/PEM) Suatu kondisi status nutrisi
buruk akibat kurangnya kualitas dan kuantitas konsumsi nutrisi, dengan
kategori sebagai berikut :
1) PCM/ PEM ringan : BB < 80 % BB Normal sesuai umur.
2) PCM/ PEM sedang : BB 60 % BB Normal sesuai umur s/d 80 % BB
Normal.
3) PCM/ PEM berat : BB < 60 % BB Normal sesuai umur.
b. Kwashiorkor
Malnutrisi yang terjadi akibat diet protein yang tidak adekuat pada bayi
ketika sudah tidak mendapatkan asi. Defisiensi dapat berakibat : retardasi
mental, kemunduran pertumbuhan, apatis, edema, otot-otot tidak tumbuh,
depigmentasi kulit, dermatitis.
c. Marasmus
Sindrom akibat defisiensi kalori dan protein. Defisiensi kalori berkibat
: kelaparan, hilangnya jaringan-jaringn tubuh, BB kurang dari normal, diare.
PCM juga dapat terjadi akibat kurang baiknya penanganan klien selama
menjalani proses perawatan di berbagai fasilitas kesehatan.
PCM yang terjadi di lingkungan fasilitas kesehatan :
a. Status defisiensi Protein
Keadaan defisiensi protein dapat terjadi dalam jangka pendek pada
klien yang mengalami stres berat akibat berbagai gangguan tubuh
(pembedahan penyakit akut, dll)
Tanda klinis : lelah, apatis, edema, kadar protein menurun, penurunan
berat badan, kemunduran otot, wajah tampak tua.
b. Cachexia
Dapat terjadi secara gradual akibat kurangnya intake nutrisi yang
adekuat dalam jangka panjang. Gejala klinis (menyerupai marasmus)
: lapar, berat badan menurun drastis, kemunduran otot, diare.
c. Mixed stated
Kondisi ini dapat terjadi pada pasien yang mengalami cachexia
dan stres yang akut. Efek dari mixed state dapat berakibat buruk akibat
hilangnya nutrisi-nutrisi vital, vitamin, dan zat besi. Tanda klinis :
defisit neurologis, gangguan kulit, gangguan penglihatan.
d. Obesitas
Status obesitas dapat ditegakkan apabila berat badan lebih dari
normal (20%-30% > Normal)
e. Overweight
Suatu keadaan BB 10 % melebihi berat badan ideal.
B. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN
KEBUTUHAN NUTRISI
4. Riwayat Keperawatan
d. Riwayat kesehatan pasien
Riwayat penyakit sekarang
5) Keluhan utama : pasien mengatakan kesulitan pada saat makan
karena apabila ada makanan yang masuk pasien merasakan nyeri
pada lambung
6) Kronologi penyakit saat ini :
Pasien mengalami penyakit ileus obstruktif total yang dialami sejak
setahun yang lalu dan pada tanggal 12 november 2019 pasien telah
dioperasi dan mengatakan kesulitan untuk mengeluarkan seluruh
urinnya.
7) Pengaruh penyakit terhadap pasien :
Selama di rawat di RS pasien mengatakan merasa susah melakukan
aktivitas fisik seperti biasanya. Dan ingin cepat keluar dari RS dan
kembali ke rumah dan beraktivitas.
8) Yang diharapkan pasien dari pelayanan kesehatan
Pasien berharap mendapatkan pelayanan yang utama agar dia bisa
cepat sembuh dari kondisinya saat ini.
e. Riwayat kesehatan masa lalu
3) Penyakit Yang Pernah Dialami :
f) Kanak-kanak : Tidak pernah.
g) Kecelakaan : tidak pernah
h) Pernah dirawat: Pernah, di RS Labuang Baji Makassar tanggal
12/11/2019
i) Operasi : Pasien pernah melakukan operasi.
j) Alergi :Tidak ada alergi terhadap makanan atau obat-
obatan.
4) Kebiasaan :
- Merokok : Tidak ada
- Alcohol : Tidak ada
- Obat tidur : Tidak ada
- Olahraga : Tidak ada
f. Pengkajian Biologis
2) Pola nutrisi

No Kegiatan Sebelum Sakit Saat Sakit

Makan bubur dengan


1. Jenis Makanan Nasi & lauk pauk
tekstur yang encer

Pola pemenuhan Tidak ada, dan


Diatur sesuai kebutuhan
2 nutrisi klien, berapa kebiasaan makan 3x
klie 3x perhari
kali perhari perhari
Makanan yang Semua jenis
3 Mengkonsumsi bubur
disukai makanan
Makanan yang tdk
4 tidak ada Semua jenis makanan
disukai
Keluarga pasien
pasien mengatakan
mengatakan pasien
5 Minum sering minum ±
jarang minum sekitar
1500 cc /hari
100 cc/hari

Semua jenis makanan


6 Makanan pantangan Tidak ada
kecuali bubur

Pasien mengatakan ada


nafsu makan tapi
kesulitan untuk makan

7 Nafsu makan Baik karena nyeri yang


dirasakan pada saa
makanan masuk ke
lambung

Riwayat alergi
8 Tidak ada Tidak ada
makanan

9 Kesulitan menelan Tidak ada Tidak ada

Alat bantu dalam


10 Tidak ada Tidak ada
makan
Ada, pasien telah 5 hari
tidak buang air besar dan
Gangguan
11 Tidak ada pasien sulit
pencernaan
mengeluarkan urin
sepenuhnya.
Riwayat Ada, pasien telah di

pembedahan dan operasi di bagian ileum

13 pengobatan yang Tidak ada sebelah kanan akibat

berkaitan dengan penyakit ileus obstruktif

sistem pencernaan total yang dialami.

5. Pengkajian Fisik
c. Keadaan umum
6) Kesadaran : Composmentis
7) Keadaan umum : baik
8) Tanda-tanda vital :
TD : 90/70 mmHg
N : 81 x/menit
S : 36,4̊ c
RR : 29x/menit
9) Pertumbuhan fisik
TB : 155 cm
BB : 35 kg
10) Keadaan kulit
Warna : pucat .
Tekstur kulit : lentur
Kelainan kulit : Tidak ada

d. Pemeriksaan Cepalo Kaudal


7) Kepala
Bentuk mesonchepal, tidak ada benjolan
Ubun-ubun Simetris
Penyebab dan merata dan sedikit kotor
kelainan rambut
Kulit kepala tidak teraba benjolan, lesi, dan tidak ada nyeri tekan
di bagian kepala
Mata lengkap dan simetris, Palpebra : lipatan palpebra
simetris, Konjungtiva : anemis, sclera : tidak
ikterik, Pupil : reflek terhadap cahaya, Kornea dan
iris : ada peradangan, Visus : tidak dapat membaca
dalam jarak ±6 meter
Hidung tampak simetris, tidak ada pengeluaran pada
hidung, tampak ada lesi.
Telinga Tidak terdapat luka maupun cairan yang keluar dari
telinga sebelah kanan dan sebelah kiri.
Mulut dan gigi klien mampu berbicara dengan jelas

8) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.


9) Dada :
e) Inspeksi
(4) Bentuk dada : ekspansi dada simetris
(5) Kelainan bentuk : tidak ada kelainan bentuk
(6) Retraksi otot dada : tidak terdapat retraksi otot dada
f) Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
g) Perkusi : tidak dikaji
h) Auskultasi : tidak dikaji
10) Abdomen
Terdapat bekas operasi pada bagian ileum.
11) Genetalia, anus dan rektum
Pasien terpasang kateter
12) Ekstremitas
 Kekuatan otot : 5 5
5 5
 ROM: Tidak terbatas

6. Data Penunjang
b. Laboratorium :
1). CT-Scan pada daerah perut.

Anda mungkin juga menyukai