Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

TB PARU

DEFINISI : Etiologi :
Tuberkulosis adalah suatu penyakit Penyebab dari penyakit tuebrculosis paru adalah
infeksius yang menyerang paru-paru yang terinfeksinya paru oleh micobacterium tuberculosis yang
secara khas ditandai oleh pembentukan merupakan kuman berbentuk batang dengan ukuran sampai
granuloma dan menimbulkan nekrosis 4 mycron dan bersifat anaerob. Sifat ini yang menunjukkan
jaringan. Penyakit ini bersifat menahun kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan
dan dapat menular dari penderita kepada oksigennya, sehingga paru-paru merupakan tempat prediksi
orang lain (Santa, dkk, 2009). penyakit tuberculosis. Kuman ini juga terdiri dari asal lemak
(lipid) yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik. Penyebaran
infeksi yang disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis yaitu melalui droplet nukles,
Mycobacterium Tubercolosis. Bakteri ini kemudian dihirup oleh manusia dan menginfeksi.
lebih sering menginfeksi organ paru-paru
dibandingkan bagian lain dari tubuh
manusia, sehingga selama ini kasus Tanda dan Gejala :
tuberkulosis yang sering terjadi di
Indonesia adalah kasus tuberkulosis Tanda dan gejala tuberculosis menurut Perhimpunan Dokter
paru/TB Paru (Indriani et al., 2005). Penyakit Dalam (2006) dapat bermacam-macam antara lain
:

a. Demam
KOMPLIKASI : Umumnya subfebris, kadang-kadang 40-410C, keadaan
ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan
Menurut Suriadi (2006) kompliki
berat ringannya infeksi kuman tuberculosis yang masuk.
dari TB Paru antara lain : b. Batuk
Terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini
a. Meningitisas
diperlukan untuk membuang produk radang. Sifat batuk
b. Spondilitis dimulai dari batuk kering ( non produktif). Keadaan
c. Pleuritis setelah timbul peradangan menjadi produktif
d. Bronkopneumon (menghasilkan sputum atau dahak). Keadaan yang lanjut
berupa batuk darah haematoemesis karena terdapat
pembuluh darah yang cepat. Kebanyakan batuk darah
pada TBC terjadi pada dinding bronkus.
c. Sesak nafas
Pada gejala awal atau penyakit ringan belum dirasakan
sesak nafas. Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit
yang sudah lanjut dimana infiltrasinya sudah setengah
bagian paru-paru.
d. Nyeri dada
Gejala ini dapat ditemukan bila infiltrasi radang sudah
sampai pada pleura, sehingga menimbulkan pleuritis,
akan tetapi, gejala ini akan jarang ditemukan.
e. Malaise
Penyakit TBC paru bersifat radang yang menahun.
Gejala malaise sering ditemukan anoreksia, berat badan
makin menurun, sakit kepala, meriang, nyeri otot dan
keringat malam. Gejala semakin lama semakin berat dan
hilang timbul secara tidak teratur
PATOFISOLOGI :

Tempat masuk kuman mycobacterium adalah saluran pernafasan, infeksi tuberculosis terjadi melalui (airborn)
yaitu melalui instalasi dropet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang
terinfeksi. Basil tuberkel yang mempunyai permukaan alveolis biasanya diinstalasi sebagai suatu basil yang
cenderung tertahan di saluran hidung atau cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit.

Setelah berada dalam ruangan alveolus biasanya di bagian lobus atau paru-paru atau bagian atas lobus bawah basil
tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan, leukosit polimortonuklear pada tempat tersebut dan memfagosit
namun tidak membunuh organisme tersebut. Setelah hari-hari pertama masa leukosit diganti oleh makrofag.
Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler ini dapat
sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal atau proses dapat juga berjalan terus dan bakteri
terus difagosit atau berkembang biak, dalam sel basil juga menyebar melalui gestasi bening reginal. Makrofag yang
mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang
dikelilingi oleh limfosit, nekrosis bagian sentral lesi yang memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti
keju-lesi nekrosis kaseora dan jaringan granulasi di sekitarnya terdiri dari sel epiteloid dan fibrosis menimbulkan
respon berbeda, jaringan granulasi menjadi lebih fibrasi membentuk jaringan parut akhirnya akan membentuk
suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru-paru dinamakan fokus gholi dengan gabungan terserangnya kelenjar getah bening regional dari
lesi primer dinamakan komplet ghon dengan mengalami pengapuran. Respon lain yang dapat terjadi pada daerah
nekrosis adalah pencairan dimana bahan cairan lepas ke dalam bronkus dengan menimbulkan kapiler materi
tuberkel yang dilepaskan dari dinding kavitis akan masuk ke dalam percabangan keobronkial. Proses ini dapat
terulang kembali di bagian lain dari paru-paru atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau usus.
Kavitis untuk kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dengan meninggalkan jaringan parut yang terdapat
dekat dengan perbatasan bronkus rongga. Bahan perkijaan dapat mengontrol sehingga tidak dapat mengalir melalui
saluran penghubung, sehingga kavitasi penuh dengan bahan perkijuan dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang
terlepas. Keadaan ini dapat tidak menimbulkan gejala dalam waktu lama dan membentuk lagi hubungan dengan
bronkus dan menjadi limpal peradangan aktif.
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme atau lobus dari kelenjar betah
bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil, yang kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai
organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran limfo hematogen yang biasanya sembuh sendiri,
penyebaran ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk ke
dalam sistem vaskuler dan tersebar ke organ-organ tubuh (Price & Wilson, 2005).
PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Pemeriksaan penunjang pada pasien tuberculosis paru yaitu:
a. Kultur sputum: positif untuk mycobacterium tuberculosis pada tahap akhir penyakit.
b. Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan darah) positif untuk basil
asam cepat.
c. Tes kulit (mantoux, potongan vollmer): reaksi positif (area indurasi 10 mm/lebih besar, terjadi 48-72
jam setelah injeksi intra dermal antigen) menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi
tetapi tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif.
d. Elisa/Wostern Blot: dapat menyatakan adanya HIV.
e. Foto thorak: dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas simpangan kalsium lesi sembuh
primer atau effuse cairan.
f. Histologi atau kultur jaringan paru: positif untuk mycobacterium tuberculosis,
g. Biopsi jarum pada jaringan paru: positif untuk granulana Tb, adanya sel raksasa menunjukkan
nekrosis,
h. Nektrolit: dapat tidak normal tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi.
i. GDA: dapat normal tergantung lokasi, berat dan kerusakan sisa pada paru.
j. Pemeriksaan fungsi paru: penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan rasio udara
dan kapasitas paru total dan penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi
parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru dan penyakit pleural (TB paru kronis luas) (Doengoes,
2000).
k. Pemeriksaan fisik :
- Pada tahap dini sulit diketahui.-Ronchi basah, kasar dan nyaring.
- Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi memberi suara umforik.
- Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis.
- Bila mengenai Pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara pekak)
l. Pemeriksaan Radiologi :
- Pada tahap dini tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas.
- Pada kavitas bayangan berupa cincin.
- Pada Kalsifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat dengandensitas tinggi.
m. Bronchografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronchus atau kerusakan paru
karena TB.
n. Laboratorium :
- Darah : leukosit meninggi, LED meningkat
- Sputum : pada kultur ditemukan BTA
o. Test Tuberkulin : Mantoux test (indurasi lebih dari 10-15 mm)

PENATALAKSANAAN :

a. Tujuan Pengobatan
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah kekambuhan,
memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT.
b. Prinsip pengobatan
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut:
1. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat,dalam jumlah cukup dan dosis
tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal (monoterapi) . Pemakaian
OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT – KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.
2. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung (DOT = Directly
Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).
3. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.
- Tahap awal (intensif)
- Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk
mencegah terjadinya resistensi obat
- Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menular menjadi tidak
menular dalam kurun waktu 2 minggu.
- Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan
c. Tahap Lanjutan
1. Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih
lama
2. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah terjadinya kekambuhan
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian :

1. Riwayat keperawatan
a. Riwayat keperawatan sekarang : meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit
yang di rasakan saat ini. Dengan adanya sesak napas, batuk, nyeri dada, keringat malam, nafsu makan
menurun dan suhu badan meningkat mendorong penderita untuk mencari pengobatan.
b. Riwayat keperawatan dahulu : Adanya riwayat hipertensi, riwayat stroke sebelumnya, diabetes melitus,
penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat
anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, dan kegemukan.Pengkajian pemakaian obat-obat
yang sering digunakan klien, seperti pemakaian obat antihipertensi, antilipidemia, penghambat beta,
dan lainnya.Adanya riwayat merokok, penggunaan alkohol dan penggunaan obat kontrasepsi
oral.Pengkajian riwayat ini dapat mendukung pengkajian dari riwayat penyakit sekarang dan
merupakan data dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan tindakan selanjutnya.
c. Riwayat keperawatan keluarga : Mencari diantara anggota keluarga pada tuberkulosis paru yang
menderita penyakit tersebut sehingga sehingga diteruskan penularannya
2. Pemeriksaan fisik paru
Prinsipnya IPPA (inspeksi, palpasi, perkusi, persuasi)
a) Inspeksi (melihat)
Melihat pada bagian hidung (simetris atau tidak, polip(speculum hidung), secret (darah pd hidung),
pernapasan cepling hidung.
Daerah paru simetris atau tidak ada jaringan parut atau tidak (luka) ada RETERASI INTERCOSTA
(pengembangan) atau tidak.
b) Palpasi (meraba)
Meraba pengenbangan dada kana dan kiri menggunakan 2 telapak tangan Pemeriksaan TAUTIL
FREMIKUS (mereba anatar paru) dengan cara posisi pasien duduk tangan kita ditempatkan pada
punggung pasien dan pasienn disuruh mengucapkan angka 7799
c) Pekusi (mengetuk)
Mengetuk untuk menentukan letak paru Bunyi normal paru pada saat perkusi adalah SONOR
d) Auskultasi (mendengarkan)
Bunyi paru pada auskultasi normalnya adalah VASKULAR (aliran tanpa hambatan)Pada titik-titik
superior,interior,medial. Berdasarkan sistem – sistem tubuh
- Sistem integument
Pada kulit terjadi sianosis, dingin dan lembab, tugor kulit menurun
- Sistem pernapasan
Pada sistem pernapasan pada saat pemeriksaan fisik dijumpai
- inspeksi : adanya tanda – tanda penarikan paru, diafragma, pergerakan napas yang tertinggal,
suara napas melemah.
- Palpasi : Fremitus suara meningkat.
- Perkusi : Suara ketok redup.
- Auskultasi : Suara napas brokial dengan atau tanpa ronki basah, kasar dan yang nyaring.
- Sistem pengindraan
Pada klien TB paru untuk pengindraan tidak ada kelainan
- Sistem kordiovaskuler
Adanya takipnea, takikardia, sianosis, bunyi P2 syang mengeras.
- Sistem gastrointestinal
Adanya nafsu makan menurun, anoreksia, berat badan turun.
- Sistem musculoskeletal
Adanya keterbatasan aktivitas akibat kelemahan, kurang tidur dan keadaan sehari – hari yang
kurang meyenangkan.
- Sistem neurologis
Kesadaran penderita yaitu komposments dengan GCS : 456
- Sistem genetalia
Biasanya klien tidak mengalami kelainan pada genitalia
3. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium: LED
b. Microbiologis: BTA sputum, kultur resistensi sputum terhadap M. Tuberculosis
c. Pada kategori 1 dan 3 : sputum BTA diulangi pada akhir bulan ke 2,4 dan 6.
d. Pada kategori 2: spuntum BTA diulagni pada akhir bulan ke 2, 5 dan 8.
e. Kultur BTA spuntum diulangi pada akhir bulan ke 2 dan akhir terapi.
f. Radiologis: foto toraks PA, lateral pada saat diagnosis awal dan akhir terapi
g. Selama terapi: evaluasi foto setelah pengobatan 2 bulan dan 6 bulan.
h. Imuno-Serologis:
i. Uji kulit dengan tuberculin (mantoux)
j. Tes PAP, ICT-TBC PCR-TB dari sputum

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa 1 : Ketidakefektifan bersihan jalan nafas (NANDA, 00031, Tahun 2018)
Batasan Karakteristik :
1. Tidak ada batuk 8. Sianosis
2. Suara nafas tambahan 9. Sputum dalam jumlah yang berlebih
3. Perubahan frekuensi nafas 10. Batuk yang tidak efektif
4. Perubahan irama nafas 11. Penurunan bunyi nafas
5. Gelisah 12. Kesulitan verbalisasi
6. Dispnea 13. Ortopnea
7. Mata terbuka lebar

Faktor yang berhubungan


1. Mukus berlebihan 4. Sekresi yang tertahan
2. Terpajan asap 5. Perokok pasif
3. Benda asing dalam jalan nafas 6. Perokok

NOC NIC
Tujuan dan kriteria hasil
1. Kaji fungsi pernapasan contoh : Bunyinafas,
Tujuan : Bersihan jalan nafas kembali normal
Kriteria hasil : kecepatan, irama, kedalaman dan
- Mempertahankan jalan nafas pasien penggunaan otot aksesori
- Mengeluarkan sekret tanpa bantuan
2. Catat kemampuan untuk mengeluarkan
mukosa / batuk efektif : catat karakter, jumlah
sputum, adanya emoptisis
3. Berikan pasien posisi semi atau fowler tinggi.
Bantu pasien untuk batuk dan latihan napas
dalam
4. Bersihkan sekret dari mulut dan trakea :
penghisapan sesuai keperluan
5. Kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian obat-obatan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa 2 : Hambatan Pertukaran Gas (NANDA, 00030 Tahun 2018)
Definisi : Kelebihan atau deficit oksigenasi atau eliminasi karbondioksida pada membrane alveolar-
kapiler
Batasan Karakteristik :
1. Gas darah arteri pulmonal 10. Dispnea
2. pH arteri abnormal 11. Sakit kepala saat bangun
3. Pola pernafasan abnormal 12. Hiperkapnia
4. Warna kulit abnormal 13. Hipoksemia
5. Konfusi 14. Hipoksia
6. Penurunan CO2 15. Napas cuping hidung
7. Diaforesis 16. Iritabilitas
8. Somnolen 17. Gelisah
9. Takikardi 18. Gangguan pengelihatan
Faktor yang berhubungan : Akan dikembangkan
Kondisi Terkait:
1. Perubahan membra alveolar-kapiler
2. Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi

NOC NIC
Tujuan dan kriteria hasil 1. Kaji adanya gangguan bunyi atau pola
Tujuan : Pertukaran gas kembali normal, dengan
nafas
Kriteria hasil :
- Permukaan paru kembali efektif 2. Tingkatkan tirah baring/batasi aktivitas
- Penurunan dispneu
3. Posisikan pasien semi fowler
- BB meningkat
4. Monitor efektifitas ventilasi mekanik
terhadap status fisiologis dan psikologis
pasien
5. Kolaborasi : berikan tambahan oksigen
yang sesuai

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa 3 : Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh (NANDA, 00002 Tahun 2018)
Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolic
Batasan Karakteristik : 8. Kurang informasi
1. Kram abdomen 9. Tonus otot menurun
2. Nyeri abdomen 10. Membran mukosa pucat
3. Gangguan sensasi rasa
4. Berat badan 20% atau lebih di bawah
rentang berat badan ideal
5. Kerapuhan kapiler
6. Diare
7. Bising usus hiperaktif
Faktor berhubungan :
1. Asupan diet kurang
2. Ketidakmampuan mencerna makanan
3. Ketidakmampuan makan
4. Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
5. Gangguan psikososial

NOC NIC
Kriteria Hasil : 1. Kaji adanya alergi makanan
- Adanya peningkatan BB sesuai dengan
2. Kolaborasi dengan ahli gizi
tujuan
- Menunjukkan peningkatan fungsi 3. Berikan informasi mengenai kebutuhan
pengecapan dari menelan
nutrisi
- Mampu mengidentifikasi kebutuhan
nutrusi 4. Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
5. Ajarkan pasien bagaimana membuat
catatan makanan harian
Daftar Pustaka

Gloria, Howard dkk. (2018). Terjemahan Nursing Interventions Classification (NIC),


Edisi 7. Elesevier

Sue, Moorhead Dkk. (2018). Terjemahan Nursing Outcomes Classification (NOC), Edisi
6. Elsevier

Herdman, T. Heather. (2017). Nanda Inc Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2018-2020
Edisi 11. EGC: Jakarta

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta:
EGC

Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6.
Jakarta: EGC

Banjarmasin, November 2019

Perseptor Klinik Ners Muda

( Sulastri, S.Kep.,Ns ) (Nurdiyah Fitriawati, S.Kep)

Anda mungkin juga menyukai