LostFile DocX 5805656
LostFile DocX 5805656
No. Kode :
SOP Terbitan :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
1. Pengertian Tetanus adalah penyakit pada sistem syaraf yang disebabkan oleh
tetanospasmin. Tetanospasmin adalah neurotoksin yang dihasilkan oleh
Clostridium tetani, ditandai dengan spasme tonik persisten disertai dengan
serangan yang jelas dan keras. Spasme hamper selalu terjadi pada otot leher
dan rahang yang menyebabkan penutupan rahang (trismus, lockjaw), serta
melibatkan tidak hanya otot ekstremitas, tetapi juga otot-otot batang tubuh.
Keluhan utama:
Tetanus local meliputi kekakuan dan spasme yang menetap disertai rasa
sakit pada otot disekitar proksimal luka. Tetanus local dapat berkembang
menjadi tetanus umum.
Tetanus sefalika adalah tetanus local yang mengenai wajah dengan masa
inkubasi 1-2 hari, yang disebabkan oleh luka pada daerah kepala atau
otitits media kronis. Gejala berupa trismus, disfagia, rhesus sardonikus
dan disfungsi nervi kranialis. Tetanus sefalika jarang terjadi, dapat
berkembang menjadi tetanus umum dan prognosisnya biasanya jelek.
Tetanus umum/generalisata gejala klinis dapat berupa trismus, iritabel,
kekakuan leher, susah menelan, kekakuan dada dan perut (opistotonus),
rasa sakit dan kecemasan yang hebat serta kejang umum yang dapat
terjadi dengan rangsangan ringan seperti sinar, suara dan sentuhan dengan
kesadaran yang tetap baik.
Tetanus neonatorum terjadi pada bayi baru lahir, disebabkan adanya
infeksi tali pusat. Gejala ketidak mampuan untuk menetek, kelemahan,
irritable, diikuti oleh kekakuan spasme.
Pemeriksaan Fisik:
Pada tetanus local ditemukan kekakuan dan spasme yang menetap
Pada tetanus sefalika ditemukan trismus, rhesus sardonikus dan disfungsi
nervus cranialis
Pada tetanus umum/generalisata adanya trismus, kekakuan dada dan
perut, fleksi-abduksi lengan serta ekstensi tungkai, kejang umum yang
dapat terjadi dengan rangsangan ringan seperti sinar, suara dan sentuhan
dengan kesadaran yang tetap baik
Pada tetanus neonatorum ditemukan kekakuan dan spasme dan posisi
tubuh klasik, kekakuan pada otot-otot punggung, bayi mempertahankan
ekstremitas atas fleksi pada siku dengan tangan mendekap dada,
pergelangan tangan fleksi, jari mengepal, ekstremitas bawah
hiperekstensi dengan dorso fleksi pada pergelangan dan fleksi jari-jari
kaki
2. Tujuan Agar petugas dapat memahami dan memberikan penanganan yang tepat pada
pasien Tetanus
3. Kebijakan KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS PALASA
Nomor ;
Tentang Jenis Pelayanan Yang Ada Di Puskesmas Palasa
4. Referensi Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
Edisi I, 2019.
5. Alat dan bahan -
6. Prosedur a. Petugas menerima pasien.
b. Petugas melakukan anamnesis singkat tentang perjalanan penyakit, riwayat
luka, riwayat imunisasi tetanus, dan keluhan-keluhan lain kearah tetanus.
c. Petugas melakukan cuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan.
d. Petugas melakukan vital sign meliputi pengukuran tekanan darah, nadi,
frekuensi pernapasan, dan suhu.
e. Petugas melakukan pemeriksaan fisik, dari ujung rambut sampai kaki,
petugas mencari tanda-tanda tetanus local, tetanus sefalik, tetanus umum
atau tetanus neonatorum.
f. Petugas melakukan cuci tangan setelah pemeriksaan.
g. Petugas mendiagnosis pasien mengalami tetanus.
h. Petugas melakukan tatalaksana tetanus sebagai berikut:
1) Manajemen Luka
a) Semua luka harus dibersihkan dan jika perlu dilakukan debridement
b) Riwayat imunisasi tetanus pasien perlu didapatkan
c) TT harus diberikan jika riwayat booster terakhir lebih dari 10 tahun,
jika riwayat imunisasi tidak diketahui TT tidak dapat diberikan
2) Awasi agar tidak ada hambatan fungsi respirasi
3) Diet cukup kalori dan protein 3500-4500 kalori per hari dengan 100-150
gr protein
4) Oksigenasi
5) Antikonvulsan diberikan secara titrasi, sesuai kebutuhan dan respon
klinik. Diazepam 6-8 mg/hari. Bila pasien datang dalam keadaan kejang
diberikan diazepam dosis 0,5 mg/kgBB/kali i.v.perlahan-lahan dengan
dosis optimum 10mg/kali diulang setiap kali kejang. Kemudian diikuti
pemberian diazepam oral dengan dosis 0,5mg/kgBB/kali sehari
diberikan 6 kali. Dosis maksimal 240 mg/hari.
6) ATS dapat digunakan, tetapi sebelumnya diperlukan skin test. Dosis
50.000 iu, diberikan IM diikuti 50.000 unit dengan infuse IV lambat.
7) Eliminasi bakteri, diberikan prokain penicillin 1,2juta unit IM atau IV
setiap 6 jam selama 10 hari. Jika alergi diberikan tetrasiklin, 500 mg PO
atau IV setiap 6 jam selama 10 hari. Jika alergi tetrasiklin dapat
diberikan Eritromisin 50mg/KgBB/jam selanjutnya 7,5 mg/KgBB tiap 6
jam
8) Pemberian TT dapat diberikan bersamaan dengan ATS tetapi pada sisi
yang berbeda dan menggunakan alat suntik yang berbeda
9) Rencana tindak lanjut:
a) Pemberian TT harus dilanjutkan sampai imunisasi dasar terhadap
tetanus selesai. Pengulangan dilakukan 8 minggu kemudian dengan
dosis yang sama dengan dosis inisial
b) Booster dilakukan 6-12 bulan kemudian
c) Subsequent booster, diberikan 5 tahun berikutnya
d) Laporkan kasus Tetanus ke dinas kesehatan setempat
10) Kriteria rujukan:
a) Bila tidak terjadi perbaikan setelah penanganan pertama
b) Terjadi komplikasi, seperti distress pernapasan
c) Rujukan ditujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan sekunder yang
memiliki dokter spesialis neurologi
i. Petugas menulis hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, diagnose dan terapi ke
dalam rekam medik
j. Petugas menandatangani rekam medik
7. Diagram Alir
melakukan vital menegakan diagnose
Melakukan
sign dan berdasarkan hasil
anamnesis
pemeriksaan fisik pemeriksaan
pada pasien
CR :………………%.
Palasa,……………………
Pelaksana/ Auditor
(………………………………)