Anda di halaman 1dari 4

KINERJA KELOMPOK KERJA AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN

(POKJA AMPL) KOTA BALIKPAPAN

I. Pendahuluan
Permasalahan sanitasi di Kota Balikpapan, yaitu belum meratanya pengelolaan air limbah
domestic. Menurut (Dinas Kesehatan, 2000), sistem jamban berupa tangki septic hanya sekitar
59,4 3%, dimana 30,37 % merupakan jamban cubluk dan sisanya 9,84% menggunakan jamban
umum dan perairan terbuka. Di salah satu tempat Kecamatan Balikpapan Barat khususnya di
Kelurahan Kariangau masih dijumpai masyarakat yang membuang kotoran di kebun dan hutan.
Hal tersebut menunjukkan bahwa pembangunan sanitasi di Kota Balikpapan belum merata dan
belum menjadi prioritas, sehingga lebih dari 50% penduduk masih membuang kotoran langsung
ke badan air atau tanah. Kondisi tersebut juga diperparah dengan masih rendahnya kesadaran
masyarakat untuk membuang sampah pada tempat yang disediakan. Selain itu, sistem drainase di
Kota Balikpapan yang merupakan sistem terbuka dengan beban air berasal dari air hujan dan
buangan limbah rumah tangga serta belum meratanya sistem darinase menyebabkan beberapa
drainase tidak berfungsi secara maksimal akibat banyaknya sedimen yang menumpuk pada
saluran drainase yang menyebabkan sering terjadinya genangan air (Dinas Pekerjaan Umum
Kota Balikpapan, 2011).
Pemerintah Kota Balikapapan melakukan beberapa tindakan untuk memperbaiki kondisi
tersebut, tetapi program pembangunan sanitasi yang dilaksanakan masih bersifat sporadis
sebagai tindakan kuratif terhadap permasalahan tersebut. Tetapi, banyaknya data-data sanitasi
yang ada tetapi tidak terdokumentasi dengan baik menyebabkan program-program pembangunan
sanitasi kurang efektif, efisien dan kurang tepat sasaran, sehingga belum mampu melayani
masyarakat secara menyeluruh. (Pokja AMPL Kota Balikpapan, 2011). Selain itu, terdapat
permasalahan lainnya yaitu ego kelembagaan dan pendanaan menjadi kendala dalam
pembangunan sanitasi serta tidak adanya komunikasi dan koordinasi antar instansi terkait,
sehingga tidak dapat membenahi kondisi sanitasi secara menyeluruh (Dinas Pekerjaan Umum
Kota Balikpapan, 2011).
Adanya beberapa kendala dalam mengatasi permasalahan sanitasi di Kota Balikpapan
pada akhirnya mendorong Pemerintah Kota Balikpapan membentuk Pokja AMPL di Kota
Balikpapan. Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL)
merupakan sebuah lembaga adhoc yang dibentuk pada tahun 1997 sebagai wadah atau forum
komunikasi dan koordinasi agar pembangunan air minum dan sanitasi berjalan lebih baik. Mulai
dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi. Selain itu, pokja dibentuk
bertujuan untuk meningkatkan koordinasi antar lembaga pemerintah pelaku pembangunan air
minum dan sanitasi. Pokja AMPL memiliki beberapa program, antara lain Percepatan
Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP), Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM),
Penyedian Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS), Sanitasi Berbasis
Masyarakat (SANIMAS), Rencana Pengamanan Air Minum (RPAM), Sanitation Information
System (NAWASIS) dan Sanitasi Sekolah. (dikutip dari https://www.ampl.or.id/about/pokja-
ampl-nasional/34 diakses pada 15 Oktober 2019).
II. Gambaran Umum
Pokja AMPL Nasional ditetapkan sesuai dengan Keputusan Deputi Bidang Sarana dan
Prasarana Bappenas selaku Ketua Tim Pengarah Pembangunan Air Minum dan Sanitasi
Nomor Kep 38/D.VI/07/2013 tentang Pembentukan Kelompok Kerja Pembangunan Air Minum
dan Penyehatan Lingkungan. Kegiatan pada Pokja AMPL Kota Balikpapan dalam penanganan
sanitasi di Kota Balikpapan, meliputi perencanaan, pengembangan, implementasi, dan
monitoring dan evaluasi serta pelaporan evaluasi.
Di Balikpapan, Pokja AMPL dibentuk pada tahun 2011 dengan tujuan untuk mengatasi
berbagai permasalahan sanitasi maupun drainase pada beberapa titik. Pokja AMPL dibentuk
sesuai dengan visi misi Kota Balikpapan tahun 2006-2011, yaitu “Balikpapan sebagai kota
industri, perdagangan dan jasa, pariwisata yang oleh penyelenggaraan pemerintahan yang baik
(good governance) dari masyarakat yang beriman, sejahtera, religius dan berperadaban maju
(madinatul iman)”, dan mengacu pada RPJP dan RPJM Kota Balikpapan serta RTRW Kota
Balikpapan.
Kegiatan pada Pokja AMPL Kota Balikpapan dalam penanganan sanitasi di Kota
Balikpapan, meliputi perencanaan, pengembangan, implementasi, dan monitoring dan evaluasi
serta pelaporan evaluasi. Terdapat beberapa strategi yang dihasilkan dengan tujuan untuk
perencanaan pengembangan prasarana perkotaan berupa sanitasi (meliputi: air minum, air
limbah, drainase dan sampah) yang komprehensif, berkelanjutan dan partisipatif yang mengacu
pada standar pelayanan minimum (SPM) dan Millenium Development Goals (MDGs). Berbagai
strategi Pokja AMPL yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan sanitasi di Kota Balikpapan
melibatkan seluruh stakeholder guna memaksimalkan penyelesaian sanitasi. Pengoptimalan
peran serta dan menjaring kemitraan swasta dan pelaku bisnis dan penciptaan iklim pendanaan
bagi kedua sektor ini agar ikut membiayai penyediaan sarana dan prasarana pengelolaan sanitasi
serta adanya regulasi CSR diharapkan dapat mempercepat pembangunan dan pengelolaan
sanitasi di Kota Balikpapan (Pokja AMPL Kota Balikpapan, 2011). Selain pelibatan sektor
swasta dan pelaku bisnis, perlunya komunikasi dan penyebaran informasi sanitasi dalam
memperkuat peran Pokja AMPL, pengembangan sistem komunikasi terpadu berskala kota,
pengembangan pusat informasi sanitasi melalui Perpustakaan Daerah Kota Balikpapan serta
pengembangan Sistem Informasi Manajemen Kota Balikpapan diharapkan dapat mempercepat
pembangunan sanitasi di Kota Balikpapan. Pelibatan masyarakat dengan cara memberdayakan
masyarakat melalui kerjasama partisipatif terhadap semua unsur masyarakat dalam pengelolaan
sanitasi melalui peran berbagai media diharapkan pula dapat mencapai tujuan awal Pokja AMPL
Kota Balikpapan. Peran berbagai organisasi masyarakat sangat penting yang diharapkan dapat
meningkatkan kesadaran masyarakat serta mengakomodasi perencanaan partisipatif masyarakat
dalam pengelolaan sanitasi di Kota Balikpapan.
Pada pemantauan dan evaluasi sanitasi di Kota Balikpapan dilakukan teknik penilaian
kualitas program secara berkala melalui metode yang tepat. Dengan menyusun, mendesain dan
menganalisis evaluasi, sehingga didapatkan bagaimana kualitas operasional program, layanan,
kekuatan dan kelemahan. Pelaporan berkaitan dengan hasil pemantauan pelaksanaan kegiatan
serta perencanaan dan pengambilan keputusan wajib disampaikan kepada walikota dan ketua tim
pengarah saat kegiatan pemantauan pelaksanaan kegiatan telah selesai dilaksanakan di bulan
April, Agustus, dan Desember.
III. Penutup
Pokja AMPL Kota Balikpapan bertujuan sebagai lembaga yang diharapkan mampu
menyelesaikan permasalahan sanitasi di Kota Balikpapan. Pembentukan Pokja AMPL Kota
Balikpapan pada akhirnya menghasilkan Dokumen Strategi Sanitasi Kota Balikpapan sebagai
acuan guna mengatasi berbagai permasalahan pembangunan dan pengelolaan sanitasi di Kota
Beriman. Terdapat beberapa strategi yang terdapat pada Dokumen Strategi Sanitasi Kota
Balikpapan untuk mengatasi permasalahan sanitasi, diantaranya: pengembangan komunikasi dan
informasi sanitasi, pengembangan peran serta masyarakat dalam pengelolaan sanitasi dan
pengoptimalan sektor swasta dan pelaku bisnis dalam pembangunan sanitasi di Kota Balikpapan.
Daftar Pustaka
Dinas Pekerjaan Umum Kota Balikpapan. (2011). Strategi Sanitasi Kota Balikpapan. Kota
Balikpapan: Sippu Cipta Karya.
Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. (2015). Sejarah Pokja AMPL.
Retrieved Oktober 15, 2019, from https://www.ampl.or.id/about/pokja-ampl-nasional/34
Pokja AMPL Kota Balikpapan. (2011). Pokja AMPL Kota Balikpapan. Balikpapan: Pemerintah
Kota Balikpapan.

Anda mungkin juga menyukai