a.menjamin terwujudnya rumah susun yang layak huni dan terjangkau dalam lingkungan yang sehat,
aman, harmonis, dan berkelanjutan serta menciptakan permukiman yang terpadu guna membangun
ketahanan ekonomi, sosial, dan budaya;
b.meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemanfaatan ruang dan tanah, serta menyediakan ruang
terbuka hijau di kawasan perkotaan dalam menciptakan kawasan permukiman yang lengkap serta
serasi dan seimbang dengan memperhatikan prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan;
d.mengarahkan pengembangan kawasan perkotaan yang serasi, seimbang, efisien, dan produktif;
e.memenuhi kebutuhan sosial dan ekonomi yang menunjang kehidupan penghuni dan masyarakat
dengan tetap mengutamakan tujuan pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman yang
layak, terutama bagi MBR;
g.menjamin terpenuhinya kebutuhan rumah susun yang layak dan terjangkau, terutama bagi MBR
dalam lingkungan yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan dalam suatu sistem tata kelola
perumahan dan permukiman yang terpadu; dan
●Undang Undang nomor 20 tahun 2011 ini memiliki aturan dengan lingkupan yang jelas hal ini
berdasarkan
Pasal 4
Lingkup pengaturan undang-undang ini meliputi:
a.pembinaan;
b.perencanaan;
c.pembangunan;
d.penguasaan, pemilikan, dan pemanfaatan;
e.pengelolaan;
f.peningkatan kualitas;
g.pengendalian;
h.kelembagaan;
i.tugas dan wewenang;
j.hak dan kewajiban;
k.pendanaan dan sistem pembiayaan; dan
l.peran masyarakat.
●Undang Undang nomor 20 tahun 2011 erat kaitannya dengan profesi arsitek. Hal ini dapat kita lihat
pada
Pasal 14
(1)Perencanaan pembangunan rumah susun dilaksanakan berdasarkan:
c.rencana rinci tata ruang;
d.layanan prasarana, sarana, dan utilitas umum;
f.alternatif pengembangan konsep pemanfaatan rumah susun;
h.konsep hunian berimbang; dan
i.analisis potensi kebutuhan rumah susun.
Pasal 29
(1)Pelaku pembangunan harus membangun rumah susun dan lingkungannya sesuai dengan rencana
fungsi dan pemanfaatannya.
(2)Rencana fungsi dan pemanfaatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mendapatkan izin
dari bupati/walikota.
(3)Khusus untuk Provinsi DKI Jakarta, rencana fungsi dan pemanfaatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) harus mendapatkan izin Gubernur.
(4)Permohonan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diajukan oleh pelaku
pembangunan dengan melampirkan persyaratan sebagai berikut:
c.gambar rencana tapak;
d.gambar rencana arsitektur yang memuat denah, tampak, dan potongan rumah susun yang
menunjukkan dengan jelas batasan secara vertikal dan horizontal dari sarusun;
e.gambar rencana struktur beserta perhitungannya;
f.gambar rencana yang menunjukkan dengan jelas bagian bersama, benda bersama, dan tanah
bersama; dan
g.gambar rencana utilitas umum dan instalasi beserta perlengkapannya.
(5)Dalam hal rumah susun dibangun di atas tanah sewa, pelaku pembangunan harus melampirkan
perjanjian tertulis pemanfaatan dan pendayagunaan tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21
ayat (1).
Pasal 34
penerbangan; dan/atau
b. kearifan lokal.
Paragraf 3
Persyaratan Teknis
Pasal 35
Pasal 36
Paragraf 4
Persyaratan Ekologis
Pasal 37
fungsi lingkungan.
Pasal 38
peraturan perundang-undangan.
Bagian Keempat
Pasal 39
(1) Pelaku pembangunan wajib mengajukan permohonan
peraturan perundang-undangan.
Dari pasal pasal tersebut memang tidak disebutkan secara khusus jika perencanaan haruslah dari
profesi arsitek tapi dengan segala aspek yang menjadi pedoman syarat pembangunan rumah susun
itu sangat erat kaitannya dengan arsitek mengingat arsitek merupakan profesi yang berperan
sebagai ahli rancang umum atau ahli lingkungan binaan. Jadi sangatlah tepat apabila lebih baik jika
perencanaan dtangani oleh seorang arsitek mengingat dari segala aspek yang sesuai dengan
keilmuan yang dimiliki seorang arsitek
Pasal 2
Pasal 3
Pasal 13
Pasal 15
(1) Perencanaan dan perancangan Rumah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12 dilaksanakan melalui
penyusunan:
a. prarencana;
b. pengembangan rencana;
c. gambar kerja;
d. spesifikasi teknis; dan
e. rencana anggaran biaya.
(2) Perencanaan dan perancangan Rumah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk menghasilkan
dokumen rencana teknis sebagai lampiran dokumen
permohonan izin mendirikan bangunan.
(3) Dokumen rencana teknis sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) meliputi:
a. gambar rencana arsitektur, struktur, dan utilitas;
b. spesifikasi teknis rencana arsitektur, struktur dan
utilitas; dan
c. perhitungan struktur untuk kompleksitas tertentu.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai perencanaan dan
perancangan Rumah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur dengan Peraturan Menteri.
Kesimpulan