Anda di halaman 1dari 7

●Tujuan pembuatan Undang Undang nomor 20 tahun 2011 sangat jelas seperti yang dtuangkan

pada Pasal 3 yang berbunyi


Penyelenggaraan rumah susun bertujuan untuk:

a.menjamin terwujudnya rumah susun yang layak huni dan terjangkau dalam lingkungan yang sehat,
aman, harmonis, dan berkelanjutan serta menciptakan permukiman yang terpadu guna membangun
ketahanan ekonomi, sosial, dan budaya;

b.meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemanfaatan ruang dan tanah, serta menyediakan ruang
terbuka hijau di kawasan perkotaan dalam menciptakan kawasan permukiman yang lengkap serta
serasi dan seimbang dengan memperhatikan prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan;

c.mengurangi luasan dan mencegah timbulnya perumahan dan permukiman kumuh;

d.mengarahkan pengembangan kawasan perkotaan yang serasi, seimbang, efisien, dan produktif;

e.memenuhi kebutuhan sosial dan ekonomi yang menunjang kehidupan penghuni dan masyarakat
dengan tetap mengutamakan tujuan pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman yang
layak, terutama bagi MBR;

f.memberdayakan para pemangku kepentingan di bidang pembangunan rumah susun;

g.menjamin terpenuhinya kebutuhan rumah susun yang layak dan terjangkau, terutama bagi MBR
dalam lingkungan yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan dalam suatu sistem tata kelola
perumahan dan permukiman yang terpadu; dan

h.memberikan kepastian hukum dalam penyediaan, kepenghunian, pengelolaan, dan kepemilikan


rumah susun.

●Undang Undang nomor 20 tahun 2011 ini memiliki aturan dengan lingkupan yang jelas hal ini
berdasarkan

Pasal 4
Lingkup pengaturan undang-undang ini meliputi:
a.pembinaan;
b.perencanaan;
c.pembangunan;
d.penguasaan, pemilikan, dan pemanfaatan;
e.pengelolaan;
f.peningkatan kualitas;
g.pengendalian;
h.kelembagaan;
i.tugas dan wewenang;
j.hak dan kewajiban;
k.pendanaan dan sistem pembiayaan; dan
l.peran masyarakat.
●Undang Undang nomor 20 tahun 2011 erat kaitannya dengan profesi arsitek. Hal ini dapat kita lihat
pada

Pasal 14
(1)Perencanaan pembangunan rumah susun dilaksanakan berdasarkan:
c.rencana rinci tata ruang;
d.layanan prasarana, sarana, dan utilitas umum;
f.alternatif pengembangan konsep pemanfaatan rumah susun;
h.konsep hunian berimbang; dan
i.analisis potensi kebutuhan rumah susun.

Pasal 29

(1)Pelaku pembangunan harus membangun rumah susun dan lingkungannya sesuai dengan rencana
fungsi dan pemanfaatannya.

(2)Rencana fungsi dan pemanfaatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mendapatkan izin
dari bupati/walikota.

(3)Khusus untuk Provinsi DKI Jakarta, rencana fungsi dan pemanfaatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) harus mendapatkan izin Gubernur.

(4)Permohonan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diajukan oleh pelaku
pembangunan dengan melampirkan persyaratan sebagai berikut:
c.gambar rencana tapak;
d.gambar rencana arsitektur yang memuat denah, tampak, dan potongan rumah susun yang
menunjukkan dengan jelas batasan secara vertikal dan horizontal dari sarusun;
e.gambar rencana struktur beserta perhitungannya;
f.gambar rencana yang menunjukkan dengan jelas bagian bersama, benda bersama, dan tanah
bersama; dan
g.gambar rencana utilitas umum dan instalasi beserta perlengkapannya.

(5)Dalam hal rumah susun dibangun di atas tanah sewa, pelaku pembangunan harus melampirkan
perjanjian tertulis pemanfaatan dan pendayagunaan tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21
ayat (1).

Pasal 34

(1) Pembangunan rumah susun dilaksanakan berdasarkan

perhitungan dan penetapan koefisien lantai bangunan

dan koefisien dasar bangunan yang disesuaikan dengan

kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan

yang mengacu pada rencana tata ruang wilayah.

(2) Ketentuan mengenai koefisien lantai bangunan dan

koefisien dasar bangunan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dikecualikan dalam hal terdapat pembatasan

ketinggian bangunan yang berhubungan dengan:

a. ketentuan keamanan dan keselamatan operasional

penerbangan; dan/atau

b. kearifan lokal.

Paragraf 3

Persyaratan Teknis

Pasal 35

Persyaratan teknis pembangunan rumah susun terdiri atas:

a. tata bangunan yang meliputi persyaratan peruntukan

lokasi serta intensitas dan arsitektur bangunan; dan

b. keandalan bangunan yang meliputi persyaratan

keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan.

Pasal 36

Ketentuan tata bangunan dan keandalan bangunan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 dilaksanakan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Paragraf 4

Persyaratan Ekologis

Pasal 37

Pembangunan rumah susun harus memenuhi persyaratan

ekologis yang mencakup keserasian dan keseimbangan

fungsi lingkungan.

Pasal 38

Pembangunan rumah susun yang menimbulkan dampak

penting terhadap lingkungan harus dilengkapi persyaratan

analisis dampak lingkungan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Bagian Keempat

Sertifikat Laik Fungsi

Pasal 39
(1) Pelaku pembangunan wajib mengajukan permohonan

sertifikat laik fungsi kepada bupati/walikota setelah

menyelesaikan seluruh atau sebagian pembangunan

rumah susun sepanjang tidak bertentangan dengan IMB.

(2) Khusus untuk Provinsi DKI Jakarta, permohonan

sertifikat laik fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diajukan kepada Gubernur.

(3) Pemerintah daerah menerbitkan sertifikat laik fungsi

setelah melakukan pemeriksaan kelaikan fungsi

bangunan rumah susun sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Dari pasal pasal tersebut memang tidak disebutkan secara khusus jika perencanaan haruslah dari
profesi arsitek tapi dengan segala aspek yang menjadi pedoman syarat pembangunan rumah susun
itu sangat erat kaitannya dengan arsitek mengingat arsitek merupakan profesi yang berperan
sebagai ahli rancang umum atau ahli lingkungan binaan. Jadi sangatlah tepat apabila lebih baik jika
perencanaan dtangani oleh seorang arsitek mengingat dari segala aspek yang sesuai dengan
keilmuan yang dimiliki seorang arsitek

●PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG
PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN

Memiliki tujuan yang jelas seperti yang tercantum pada

Pasal 2

Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman


bertujuan untuk:
a. mewujudkan ketertiban dalam Penyelenggaraan
Perumahan dan Kawasan Permukiman;
b. memberikan kepastian hukum bagi seluruh pemangku
kepentingan dalam melaksanakan tugas dan wewenang serta hak dan kewajibannya dalam
Penyelenggaraan
Perumahan dan Kawasan Permukiman; dan
c. mewujudkan keadilan bagi seluruh pemangku
kepentingan terutama bagi MBR dalam Penyelenggaraan
Perumahan dan Kawasan Permukiman.

● PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016


TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
ini juga memiliki ruang lingkup aturan yang jelas seperti yang tercantum pada

Pasal 3

Lingkup Peraturan Pemerintah ini meliputi:


a. penyelenggaraan Perumahan;
b. penyelenggaraan kawasan Permukiman;
c. keterpaduan Prasarana, Sarana, Utilitas Umum
Perumahan dan Kawasan Permukiman;
d. pemeliharaan dan perbaikan;
e. pencegahan dan peningkatan kualitas Perumahan
Kumuh dan Permukiman Kumuh;
f. Konsolidasi Tanah; dan
g. sanksi administrasi.

● PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG


PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
Ini juga memiliki kaitan yang sangat erat dengan arstiek hal ini dapat kita lihat pada

Pasal 13

(1) Perencanaan dan perancangan Rumah dilakukan oleh


setiap orang yang memiliki keahlian di bidang
perencanaan dan perancangan Rumah.
(2) Setiap orang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
memiliki sertifikat keahlian yang diterbitkan oleh
lembaga sertifikasi.
(3) Sertifikat keahlian sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
memenuhi klasifikasi dan kualifikasi perencanaan dan perancangan Rumah.
(4) Sertifikat keahlian dan lembaga sertifikasi di bidang
perencanaan dan perancangan Rumah sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-perundangan.
Pasal 14

(1) Hasil perencanaan dan perancangan Rumah harus


memenuhi persyaratan:
a. teknis;
b. administratif;
c. tata ruang; dan
d. ekologis.
(2) Persyaratan teknis dalam perencanaan dan perancangan
Rumah meliputi:
a. tata bangunan dan lingkungan; dan
b. keandalan bangunan.
(3) Persyaratan administratif dalam perencanaan dan
perancangan Rumah meliputi:
a. status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan
dari pemegang hak atas tanah; dan
b. status kepemilikan bangunan.
(4) Persyaratan tata ruang dan ekologis dalam perencanaan
dan perancangan Rumah sesuai dengan rencana detil
tata ruang dan Peraturan Zonasi.
(5) Pemenuhan persyaratan teknis dan administratif dalam
perencanaan dan perancangan Rumah sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dilakukan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 15
(1) Perencanaan dan perancangan Rumah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12 dilaksanakan melalui
penyusunan:
a. prarencana;
b. pengembangan rencana;
c. gambar kerja;
d. spesifikasi teknis; dan
e. rencana anggaran biaya.
(2) Perencanaan dan perancangan Rumah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk menghasilkan
dokumen rencana teknis sebagai lampiran dokumen
permohonan izin mendirikan bangunan.
(3) Dokumen rencana teknis sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) meliputi:
a. gambar rencana arsitektur, struktur, dan utilitas;
b. spesifikasi teknis rencana arsitektur, struktur dan
utilitas; dan
c. perhitungan struktur untuk kompleksitas tertentu.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai perencanaan dan
perancangan Rumah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur dengan Peraturan Menteri.
Kesimpulan

Berdasarkan uraian dalam bab-bab sebelumnya, maka dapat


disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1.Bahwa praktik arsitektur di Indonesia merupakan suatu praktik yang
dilakukan secara berkesinambungan. Rangkaian kegiatan pekerjaan
arsitektur meliputi setiap tahapan pekerjaan konstruki baik dalam
tahapan perencanaan, pembangunan hingga pengawasan. Bertitik
tolak dari peran strategis praktik arsitektur ini maka dapat dikatakan
bahwa keberadaan profesi Arsitek turut memberikan sumbangsih
dalam kegiatan pembangunan indonesia, sehingga eksistensi profesi
tersebut perlu mendapatkan perlindungan mengingat kondisi kekinian
dapat dikatakn perlindungan hukum masih belum mencukupi.
2. Bahwa penjaminan hak dan kewajiban dari profesi Arsitek dalam
suatu konstruksi hukum nasional semisal Undang-Undang merupakan
suatu kebutuhan yang bersifat mendesak terutama dalam
menyongsong era pasar bebas ASEAN (AEC), yang menuntut kesiapan
dari segala aspek atau komponen kehidupan. Era pasar bebas yang
ditandai dengan arus lalu lintas barang, jasa dan tenaga kerja
mendorong perlunya proteksi terutama proteksi yang menyangkut
keahlian, hasil karya, dan daya dukung dalam menghadapi persaingan
ekonomi yang bersifat terbuka.

Anda mungkin juga menyukai