Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
SKENARIO 3
“Tuduhan Dokter yang Menyakitkan Hati”
Pertemuan II
Moderator : Zulva Safiira (H2A018058)
Sekeretaris : Salma Nadya Elviana (H2A018064)
Anggota
1. Delanaura Puspitasari A. (H2A018056)
2. Erika Putri Liandra (H2A018057)
3. Safira Ardiani (H2A018060)
4. Ega Anggun Ardiati (H2A018061)
5. Istiqomah Albaniyah Arif (H2A018062)
6. Qorry Aina (H2A018065)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2018
SKENARIO 3.
“Tuduhan Dokter yang Menyakitkan Hati”
Seorang anak laki-laki berusia 3 tahun dibawa ibunya ke tempat praktek dokter X
dengan keluhan berkurang nafsu makan disertai wajah tampak pucat. Setelah dokter
X memberikan obat, kemudian memberi edukasi :
Dokter : “Ibu mungkin kurang bersih dalam mencuci botol susu anak Ibu,
atau tidak direbus untuk mensterilkannya, benar kan,Bu? Makannya Bu, punya
anak satu jangan dititipkan ke pembantu terus, bisa nggak terurus nih anak Ibu!”
Pasien : ... (mengangguk)
Pasien yang sebelumnya berniat membantah pernyataan pertama Dokter X,
kemudian memilih mengangguk dan pamit keluar ruang praktek dengan rasa
kecewa berkecamuk dalam dadanya. Air mata kemudian tak terbendung selama
perjalanan pulang. Dua hari berikutnya keluhan anak tersebut tidak berkurang, Ibu
pasien membawa anaknya untuk periksa ke dokter Y. Di dokter Y selain dilakukan
anamnesis dan pemeriksaan fisik, juga dilakukan pemeriksaan penujang
laboratorium. Kesimpulannya si anak menderita kecacingan yang sudah
berlangsung beberapa waktu lamanya.
STEP 4 – SKEMA
Dokter-Pasien
Agama Etika
Kedokteran
Standar Pelayanan
Hukum Edukasi & Hak & Kewajiban
Kesehatan
Kedokteran Anamnesis Dokter-Pasien
STEP 7
1. Etika Kedokteran (Kewajiban Terhadap Pasien)
Dalam kasus tersebut dokter melanggar pasal 7c, pasal 5, pasal 8
- Pasal 7c: “Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak
sejawatnya, dan hak tenaga kesehatan lainnya dan harus menjaga
kepercayaan pasien.
- Pasal 5: “Tiap perbuatan atau nasihat dokter yang mungkin melemahkan
daya tahan psikis maupun sik, wajib memperoleh persetujuan pasien/
keluarganya dan hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien
tersebut.”
- Pasal 8: “Seorang dokter wajib, dalam setiap praktik medisnya, memberikan
pelayanan secara kompeten dengan kebebasan teknis dan moral
sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang (compassion) dan penghormatan atas
martabat manusia.”
Dokter melanggar pasal 14, pasal 15, pasal 16, pasal 17
- Pasal 14: “Seorangdokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan
seluruh keilmuan dan ketrampilannya untuk kepentingan pasien, yang
ketika ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, atas
persetujuan pasien/keluarganya, ia wajib merujuk pasien kepada dokter
yang mempunyai keahlian untuk itu.”
- Pasal 15: “Setiapdokter wajibmemberikan kesempatan pasiennya agar
senantiasa dapat berinteraksi dengan keluarga dan penasihatnya, termasuk
dalam beribadat dan atau penyelesaian masalah pribadi lainnya.”
- Pasal 16: “Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang
diketahuinya tentang seorang pasien, bahkan jugas etelah pasien itu
meninggal dunia.”
- Pasal 17: “Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu
wujud tugas perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada oranglain bersedia
dan mampu memberikannya.”
Menurut Bertens, etika kedokteran adalah satu cabang dari etika yang
berhubungan dengan masalah moral yang timbul dalam praktik pengobatan.
Etika kedokteran di Indonesia diatur oleh MKEK berupa KODEKI. KODEKI
merupakan kumpulan norma untuk menuntun dokter di Indonesia selaku
kelompok profesi berpraktik di masyarakat.
Etik profesi kedokteran adalah prinsip moral, asas akhlak dokter
terhadap pasien, teman sejawat, dan masyarakat. Nilai inti dari etika
kedokteran:
a. Belas kasih dokter harus mengidentifikasi gejala yang dialami pasien dan
penyebab yang mendasarinya, harus bersedia membantu.
b. Kompetensi yang tinggi harus dimiliki seorang dokter, apabila dokter
kurang kompeten dapat menyebabkan kematian atau morbiditas pasien yang
buruk.
c. Otonomi/penentuan sendiri dokter secara kolektif bebas menentukan
standar pendidikan dokter dan praktik pengobatan.
Mukadimah KODEKI 2012 menunjukkan bahwa profesi dokter sejak
perintisannya telah membuktikan sebagai profesi yang luhur dan mulia,
ditunjukkan oleh enam sifat dasar yang harus ditunjukkan oleh setiap dokter
yaitku:
1) Ketuhanan
2) Kemurnian niat
3) Keluhuran budi
4) Kerendahan hati
5) Kesungguhan kerja
6) Integritas ilmiah dan sosial
Dalam mengamalkan profesinya, dokter berpedoman pada KODEKI
yang disusun berdasarkan asas-asas hidup bermasyarakat, yaitu Pancasila yang
diakui Bangsa Indonesia sebagai falsafah hidup.
Kaidah dasar etika kedokteran:
a. Beneficence prinsip bioetik dimana seorang dokter melakukan suatu
tindakan untuk kepentingan pasiennya.
b. Non-Maleficence prinsip gawat darurat, dokter tidak melakukan suatu
perbuatan atau tindakan yang dapat memperburuk pasien (first do no harm)
c. Autonomy dalam prinsip ini, seorang dokter wajib menghormati
martabat dan hak manusia, terutama hak untuk menentukan nasibnya
sendiri. Pasien diberi hak untuk berfikir secara logis dan membuat
keputusan sesuai dengan keinginannya sendiri. Sangat berhubungan dengan
informed consent.
d. Justice tindakan yang memegang prinsip sama rata, tidak membeda-
bedakan pasien atas dasar SARA, status sosial, dll. Termasuk di dalamnya
adalah melindungi kelompok yang rentan.
4. Hukum Kedokteran
a. Bidang administrasi : pasal 29, pasal 30, pasal 36, Undang-undang no 29
tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
b. Ketentuan Pidana : pasal 75-80, Undang-undang no 29 tahun 2004
Menurut Van der Mijin, hukum kesehatan diartikan sebagai hukum yang
berhubungan langsung dengan pemeliharaan kesehatan masyarakat yang
meliputi penerapan perangkat hukum perdata, pidana, dan administratif tata
usaha negara.
5. Edukasi Kesehatan
Menurut Potter dan Perry (2009) ada beberapa faktor yang perlu
diperhatikan dalam keberhasilan edukasi kesehatan antara lain:
a. Tingkat pendidikan
b. Tingkat sosial ekonomi
c. Adat istiadat
d. Kepercayaan masyarakat
e. Ketersediaan waktu dari masyarakat
Menurut BPJS, edukasi kesehatan adalah kegiatan upaya meningkatkan
pengetahuan kesehatan perorangan paling sedikit mengenai pengelolaan faktor
risiko penyakit dan perilaku hidup bersih dan sehat dalam upaya meningkatkan
status kesehatan masyarakat/pasien, mencegah timbulnya kembali penyakit dan
memulihkan penyakit. Tujuannya meningkatkan pengetahuan, kemampuan,
kesadaran, dan pemahaman pasien terhadap pemeliharaan kesehatan serta
meningkatkan aktivitas fisik melalui berbagai macam kegiatan. Edukasi
kesehatan dibagi menjadi:
a. Edukasi langsung olah raga sehat, promosi kesehatan keliling.
b. Edukasi melalui media cetak, elektronik.
Tugas dokter selain menyembuhkan penyakit, juga memberikan
edukasi. Oleh karena itu, seorang dokter harus kompeten dan memiliki
kemampuan dalam hal etika, moral, hukum kedokteran, serta keselamatan
pasien. Dokter mempunyai aspek: bahasa yang mudah dipahami, bicara tidak
tergesa gesa, mampu membangun kepercayaan pasien.
6. Anamnesis
Anamnesis adalah proses pengumpulan data secara sistematis yang
bertujuan untuk menentukan status kesehatan dan fungsional pasien pada saat
ini dan waktu sebelumya, serta untuk menentukan pola respon pasien saat ini
dan waktu sebelumnya.
Anamnesis adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan antara dokter
sebagai pemeriksa dengan pasien yang bertujuan untuk mendapatkan informasi
tentang penyakit yang diderita dan informasi lainnya yang berkaitan sehingga
dapat mengarahkan diagnosis penyakit pasien.
Jenis jenis anamnesis:
a. Alloanamnesis anamnesis yang dilakukan terhadap orang tua, wali, atau
orang terdekat pasien.
b. Autoanamnesis anamnesis yang dilakukan langsung kepada pasien.
Anamnesis merupakan langkah utama dalam rencana menegakkan
diagnosis pengelolaan, dan pengobatan. Dalam melakukan anamnesis gunakan
cara yang sistematis. Hal yang harus diperhatikan adalah The Fundamental
Four (Riwayat Penyakit Sekarang, Riwayat Penyakit Dahulu, Riwayat
Kesehatan Keluarga, Riwayat Sosial Pribadi) dan The Sacred Seven (lokasi
sakit, onset/sudah berapa lama, kronologis, kualitas, kuantitas, faktor pengubah:
memperberat/memperingan, gejala penyerta).
Teknik anamnesis :
1. Teknik reseptif: mendengar, melihat, mencatat emosi pasien dan emosional
diri sendiri.
2. Teknik manipulatif: memicu untuk bercerita, menghambat atau
mengarahkan cerita, memformulasikan pertanyaan, memperjelas jawaban
dan membuat rangkuman.
7. Aspek Sosial
Menurut GM Foster: ada beberapa aspek yang mempengaruhi
kesehatan: umur, jenis kelamin, pekerjaan, lingkungan/sosial ekonomi, self
concept, image kelompok, identifikasi individu kepada kelompok sosialnya.
Etik kedokteran yang memiliki dampak aspek sosial dan moral dipaksa
harus seiringan dengan keprofesian kedokteran yang memiliki dampak atau
sanksi disiplin profesi yang bersifat administratif, dokter yang melanggar etik
kedokteran lebih merasakan dampak sanksi sosial daripada hukum yang tertulis.
Kemungkinan terjadinya peningkatan ketidakpuasan pasien terhadap
layanan dokter atau rumah sakit ataupin tenaga kesehatan lainnya dapat terjadi
sebagai akibat dari:
- Semakin tingginya pendidikan rata-rata masyarakat sehingga membuat
mereka lebih tau tentan hak-haknya dan lebih asertif
- Semakin tingginya harapan masyarakat kepada layanan kedokteran sebagai
hasil dari luasnya arus informasi
- Komersialisasi dan tingginya biaya layanan kedokteran dan kesehatan
sehingga masyarakat semakin tidak toleran terhadap layanan yang tidak
sempurna
- Provokasi oleh ahli hukum dan oleh tenaga kesehatan sendiri