Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN DISKUSI TUTORIAL

SKENARIO 3
“Tuduhan Dokter yang Menyakitkan Hati”

Pembimbing: dr. Oky Rahma Prihandani, Sp.A, M.Si. Med


Disusun oleh:
Kelompok 6 Blok 1
Pertemuan I
Moderator : Radita Oktaverina Putri (H2A018063)
Sekeretaris : Shintya Azza Salsabila (H2A018059)

Pertemuan II
Moderator : Zulva Safiira (H2A018058)
Sekeretaris : Salma Nadya Elviana (H2A018064)
Anggota
1. Delanaura Puspitasari A. (H2A018056)
2. Erika Putri Liandra (H2A018057)
3. Safira Ardiani (H2A018060)
4. Ega Anggun Ardiati (H2A018061)
5. Istiqomah Albaniyah Arif (H2A018062)
6. Qorry Aina (H2A018065)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2018
SKENARIO 3.
“Tuduhan Dokter yang Menyakitkan Hati”

Seorang anak laki-laki berusia 3 tahun dibawa ibunya ke tempat praktek dokter X
dengan keluhan berkurang nafsu makan disertai wajah tampak pucat. Setelah dokter
X memberikan obat, kemudian memberi edukasi :
Dokter : “Ibu mungkin kurang bersih dalam mencuci botol susu anak Ibu,
atau tidak direbus untuk mensterilkannya, benar kan,Bu? Makannya Bu, punya
anak satu jangan dititipkan ke pembantu terus, bisa nggak terurus nih anak Ibu!”
Pasien : ... (mengangguk)
Pasien yang sebelumnya berniat membantah pernyataan pertama Dokter X,
kemudian memilih mengangguk dan pamit keluar ruang praktek dengan rasa
kecewa berkecamuk dalam dadanya. Air mata kemudian tak terbendung selama
perjalanan pulang. Dua hari berikutnya keluhan anak tersebut tidak berkurang, Ibu
pasien membawa anaknya untuk periksa ke dokter Y. Di dokter Y selain dilakukan
anamnesis dan pemeriksaan fisik, juga dilakukan pemeriksaan penujang
laboratorium. Kesimpulannya si anak menderita kecacingan yang sudah
berlangsung beberapa waktu lamanya.

STEP 1 – KLARIFIKASI ISTILAH


1. Anamnesis : keterangan kehidupan dalam bentuk wawancara (KBBI)
Riwayat penyakit pasien, khususnya berdasarkan ingatan pasien (kamus kedokteran
dorland)
2. Pucat : tidak berwana
3. Cacingan : penyakit yang disebabkan oleh cacing
4. Penunjang : pendukung
5. Edukasi : pendidikan
6. Labolatorium : tempat yang dilengkapi peralatan percobaan
7. Mensterilkan : perlakuan untuk menjadikan suatu bahan atau benda bebas dari
mikroorganisme dengan cara pemanasan, penyinaran, atau dengan zat kimia untuk
mematikan mikroorganisme hidup maupun sporanya
STEP 2 – IDENTIFIKASI MASALAH
1. Bagaimana standar praktek perawatan yang baik yang seharusnya dilakukan
oleh dokter?
2. Apakah yang dilakukan dokter sudah sesuai dengan etika kedokteran?
3. Bagaimana cara menyampaikan edukasi yang baik dan benar?
4. Apakah yang seharusnya dilakukan dokter X?
5. Bagaimana sudut pandang islam tentang skenario di atas?

STEP 3 – CURAH PENDAPAT


1. Bagaimana standar praktek perawatan yang baik yang seharusnya
dilakukan oleh dokter?
Dalam KODEKI 2012 pasal 10: “Seorang dokter wajib senantiasa
menghormati hak-hak pasien, teman sejawatnya, dan tenaga kesehatan lainnya,
serta wajib menjaga kepercayaan pasien.”
Pasal 10 ayat 3: “Seorang dokter wajib berperilaku berwibawa, tutur
kata sopan, perilaku santun, menghormati hak-hak pasien, sejawat maupun
tenaga kesehatan lainnya.”
Standar kesehatan harus sesuai dengan pendidikan interprofesional, agar
perawatan kesehatan sesuai edukasi, rules, communication learning.
1) Perawatan klinis yang baik harus meliputi:
- Penilaian adekuat kondisi pasien sesuai keluhan
- Merencanakan dan memberikan pemeriksaan jika diperlukan
- Melakukan tindakan yang sesuai jika perlu
2) Dalam melakukan penanganan dokter harus:
- Bekerja kompeten dalam menegakkan diagnosis
- Bekerja dalam batas kompetensi profesional

2. Apakah yang dilakukan dokter sudah sesuai dengan etika kedokteran?


Belum. Dalam KODEKI 2012 pasal 8 tentang Profesionalisme:
“Seorang dokter wajib, dalam setiap praktik mediknya, memberikan pelayanan
secara berkompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai
rasa kasih sayang (compassion) dan penghormatan atas martabat manusia.”
Pasal 10 KODEKI: setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan
mempergunakan segala ilmu dan keterampilannya untuk kepentingan pasien.
Dalam hal ini ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan,
maka atas persetujuan pasien, ia wajib merujuk pasien kepada dokter yang
mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.
Pasal 14 KODEKI: setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan
mempergunakan segala ilmu dan keterampilannya untuk kepentingan pasien.
Dalam hal ini ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan,
maka atas persetujuan pasien, ia wajib merujuk pasien kepada dokter yang
mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.
Undang-undang 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, hak pasien:
mendapat pelayanan baik, di skenario justru dimarahi. Jika diteruskan dibawa
ke MKEK Pasal 29 (1): dokter mendapat sanksi pembinaan dari
kemakhkamahan MKEK.

3. Bagaimana cara menyampaikan edukasi yang baik dan benar?


Edukasi pasien memiliki banyak manfaat antara lain, agar pasien dan
keluarganya berpartisipasi dalam keputusan perawatan dan proses perawatan.
Penyampaian edukasi pasien yang baik harus:
- Menggunakan bahasa yang baik, sopan, mudah dipahami, menyampaikan
secara tidak tergesa gesa.
- Menggunakan komunikasi efektif, tepat, akurat, dan jelas.

4. Apakah yang seharusnya dilakukan dokter X ?


Menurut (Poernomo, Leda Ss. Program Family Health Nutrition,
Depkes RI, 1999) ada 4 langkah dalam melakukan komunikasi, yaitu:
a. Salam
b. Ajak bicara
Usahakan komunikasi 2 arah jangan bicara sendiri. Tunjukkan bahwa dokter
menghargai pendapatnya, dapat memahami kecemasan, serta mengerti
perasaannya.
c. Jelaskan
Berikan penjelasan tentang hal yang menjadi perhatiannya.
d. Ingatan
Di bagian akhir, ingatkan pasien hal-hal yang penting.
Menurut Konsil Kedokteran Indonesia (2006), yang perlu diperhatikan
dalam meningkatkan komunikasi efektif antara dokter dan pasien adalah:
a. Sikap professional dokter
b. Pengumpulan informasi
c. Penyampaian informasi yang akurat
d. Proses langkah-langkah komunikasi
Harus menghormati hak pasien: mendapatkan tindakan medis sesuai
keluhannya, dapat ke dokter/dokter gigi lain. Seharusnya dokter tersebut
instrospeksi diri.
Anamnesis merupakan langkah utama dalam rencana menegakkan
diagnosis pengelolaan, dan pengobatan. Dalam melakukan anamnesis gunakan
cara yang sistematis. Hal yang harus diperhatikan adalah The Fundamental
Four (Riwayat Penyakit Sekarang, Riwayat Penyakit Dahulu, Riwayat
Kesehatan Keluarga, Riwayat Sosial Pribadi) dan The Sacred Seven (lokasi
sakit, onset/sudah berapa lama, kronologis, kualitas, kuantitas, faktor pengubah:
memperberat/memperingan, gejala penyerta).
Undang-undang 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran pasal 52
disebutkan bahwa pasien mempunyai hak:
a. Mendapat penjelasan secara lengkap
b. Meminta pendapat dokter lain
c. Mendapat dokter lain
d. Menolak tindakan
e. Mendapatkan isi rekam medis
Undang-undang No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal 51
tentang kewajiban dokter yang salah satunya adalah memberikan pelayanan
medis sesuai standar profesi dan standar prosedur operasional.

5. Bagaimana sudut pandang islam tentang skenario di atas?


 HR Al Bukhari no 6475 dan HR Muslim no 74
“Barangsiapa yang beriman pada Allah dan hari akhir, maka hendaknya dia
berkata baik atau diam”
 HR Muslim
“Janganlah kalian menyakiti sesama muslim”
 HR. Muslim
“Janganlah marah marah, maka jaminanmu surga”

STEP 4 – SKEMA

Dokter-Pasien

Agama Etika
Kedokteran
Standar Pelayanan
Hukum Edukasi & Hak & Kewajiban
Kesehatan
Kedokteran Anamnesis Dokter-Pasien

STEP 5 – SASARAN BELAJAR


1. Etika kedokteran (kewajiban terhadap pasien)
2. Hak dan kewajiban pasien dan dokter
3. Standar pelayanan kesehatan yang baik
4. Hukum kedokteran
5. Edukasi kesehatan
6. Anamnesis
7. Aspek sosial
8. AIK (penuduhan, menyakiti hati, menjaga lisan, sabar)
STEP 6 – BELAJAR MANDIRI

STEP 7
1. Etika Kedokteran (Kewajiban Terhadap Pasien)
Dalam kasus tersebut dokter melanggar pasal 7c, pasal 5, pasal 8
- Pasal 7c: “Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak
sejawatnya, dan hak tenaga kesehatan lainnya dan harus menjaga
kepercayaan pasien.
- Pasal 5: “Tiap perbuatan atau nasihat dokter yang mungkin melemahkan
daya tahan psikis maupun sik, wajib memperoleh persetujuan pasien/
keluarganya dan hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien
tersebut.”
- Pasal 8: “Seorang dokter wajib, dalam setiap praktik medisnya, memberikan
pelayanan secara kompeten dengan kebebasan teknis dan moral
sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang (compassion) dan penghormatan atas
martabat manusia.”
Dokter melanggar pasal 14, pasal 15, pasal 16, pasal 17
- Pasal 14: “Seorangdokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan
seluruh keilmuan dan ketrampilannya untuk kepentingan pasien, yang
ketika ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, atas
persetujuan pasien/keluarganya, ia wajib merujuk pasien kepada dokter
yang mempunyai keahlian untuk itu.”
- Pasal 15: “Setiapdokter wajibmemberikan kesempatan pasiennya agar
senantiasa dapat berinteraksi dengan keluarga dan penasihatnya, termasuk
dalam beribadat dan atau penyelesaian masalah pribadi lainnya.”
- Pasal 16: “Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang
diketahuinya tentang seorang pasien, bahkan jugas etelah pasien itu
meninggal dunia.”
- Pasal 17: “Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu
wujud tugas perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada oranglain bersedia
dan mampu memberikannya.”
Menurut Bertens, etika kedokteran adalah satu cabang dari etika yang
berhubungan dengan masalah moral yang timbul dalam praktik pengobatan.
Etika kedokteran di Indonesia diatur oleh MKEK berupa KODEKI. KODEKI
merupakan kumpulan norma untuk menuntun dokter di Indonesia selaku
kelompok profesi berpraktik di masyarakat.
Etik profesi kedokteran adalah prinsip moral, asas akhlak dokter
terhadap pasien, teman sejawat, dan masyarakat. Nilai inti dari etika
kedokteran:
a. Belas kasih  dokter harus mengidentifikasi gejala yang dialami pasien dan
penyebab yang mendasarinya, harus bersedia membantu.
b. Kompetensi yang tinggi harus dimiliki seorang dokter, apabila dokter
kurang kompeten dapat menyebabkan kematian atau morbiditas pasien yang
buruk.
c. Otonomi/penentuan sendiri  dokter secara kolektif bebas menentukan
standar pendidikan dokter dan praktik pengobatan.
Mukadimah KODEKI 2012 menunjukkan bahwa profesi dokter sejak
perintisannya telah membuktikan sebagai profesi yang luhur dan mulia,
ditunjukkan oleh enam sifat dasar yang harus ditunjukkan oleh setiap dokter
yaitku:
1) Ketuhanan
2) Kemurnian niat
3) Keluhuran budi
4) Kerendahan hati
5) Kesungguhan kerja
6) Integritas ilmiah dan sosial
Dalam mengamalkan profesinya, dokter berpedoman pada KODEKI
yang disusun berdasarkan asas-asas hidup bermasyarakat, yaitu Pancasila yang
diakui Bangsa Indonesia sebagai falsafah hidup.
Kaidah dasar etika kedokteran:
a. Beneficence  prinsip bioetik dimana seorang dokter melakukan suatu
tindakan untuk kepentingan pasiennya.
b. Non-Maleficence  prinsip gawat darurat, dokter tidak melakukan suatu
perbuatan atau tindakan yang dapat memperburuk pasien (first do no harm)
c. Autonomy  dalam prinsip ini, seorang dokter wajib menghormati
martabat dan hak manusia, terutama hak untuk menentukan nasibnya
sendiri. Pasien diberi hak untuk berfikir secara logis dan membuat
keputusan sesuai dengan keinginannya sendiri. Sangat berhubungan dengan
informed consent.
d. Justice  tindakan yang memegang prinsip sama rata, tidak membeda-
bedakan pasien atas dasar SARA, status sosial, dll. Termasuk di dalamnya
adalah melindungi kelompok yang rentan.

2. Hak dan Kewajiban


Undang-undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
HAK DOKTER (PASAL 50)
1. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai
standar profesi dan standar operasional prosedur.
2. Memberikan pelayanan medis sesuai standar profesi dan standar
operasional prosedur.
3. Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya.
4. Menerima imbalan jasa.
KEWAJIBAN DOKTER (PASAL 51)
1. Memberikan pelayanan medis sesuai standar profesi dan standar
operasional prosedur serta kebutuhan medis.
2. Apabila tidak tersedia alat kesehatan atau tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan/pengobatan, bisa merujuk pasien ke dokter/sarana kesehatan
lain yang mempunyai kemampuan lebih baik.
3. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan
setelah pasien itu meninggal dunia.
4. Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia
yakin ada orang lain yang mampu melakukannya.
5. Mengikuti perkembangan ilmu kedokteran.
HAK PASIEN (PASAL 52)
1. Mendapatkan penjelasan lengkap tentang rencana tindakan medis yang akan
dilakukan dokter.
2. Bisa meminta pendapat dokter lain (second opinion).
3. Mendapat pelayanan medis sesuai dengan kebutuhan.
4. Bisa menolak tindakan medis yang akan dilakukan dokter bila ada keraguan.
5. Bisa mendapat informasi rekam medis.
KEWAJIBAN PASIEN(PASAL 53)
1. Memberikan informasi yang lengkap, jujur dan dipahami tentang masalah
kesehatannya.
2. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter.
3. Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan.
4. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

3. Standar Pelayanan Kesehatan yang Baik


Menurut Institute of Medicine, mutu pelayanan kesehatan adalah suatu
langkah ke arah peningkatan pelayanan kesehatan baik untuk individu maupun
populasi sesuai outcome kesehatan yang diharapkan untuk pengetahuan
profesional terkini.
Pemberian pelayanan kesehatan harus mencerminkan ketepatan dari
penggunaan pengetahuan terbaru secara ilmiah, klinis, teknis, interpersonal,
manual, kognitif, organisasi, dan unsur-unsur manajemen pelayanan kesehatan.
Kualitas pelayanan merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan
dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau
melebihi harapan. Ciri pelayanan yang berkualitas adalah simpatik, disiplin,
bertanggungjawab dan penuh perhatian sehingga memberikan kepuasan atas
pelayanan yang diberikan.
Menurut Parasuraman, kualitas pelayanan dinilai berdasarkan lima
dimensi yaitu:
a. Tangible (berwujud)  meliputi penampilan fisik dari fasilitas, tenaga
kesehatan, dan peralatan.
b. Reliability (kehandalan)  pemberian pelayanan yang dijanjikan dengan
segera dan memuaskan.
c. Responsiveness (daya tanggap)  membantu dan memberikan pelayanan
dengan tanggap tanpa membedakan.
d. Assurance (jaminan)  jaminan keamanan, keselamatan, dan kenyamanan.
e. Empathy  komunikasi yang baik dan memahami kebutuhan pasien.
Menurut Washington Based Technical Assistance Research Program,
menunjukkan bahwa apabila mutu pelayanan tidak baik, maka orang itu hanya
akan memberitahu ke 4 orang saja. Sedangkan apabila ia tidak puas, ia
memberitahu ke 9 orang lainnya.
Menurut Azrul Azwar (1996), mutu pelayanan kesehatan adalah yang
menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan, di satu pihak dapat
menimbulkan kepuasan pada setiap pasien sesuai dengan tingkat kepuasan rata-
rata, di pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai kode etik dan standar
pelayanan profesi yang ditetapkan. Syarat pokok pelayanan kesehatan menurut
Asrul Azwar (1996): tersedia dan berkesinambungan, dapat diterima dan wajar,
mudah dicapai, mudah dijangkau, bermutu.
Dalam pasal 54 Undang-undang Kesehatan:
1. Penyelenggaraan kesehatan yang baik itu aman, merata secara tanggung
jawab, bermutu, nondiskriminatif.
2. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah bertanggung jawab atas pelayanan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang baik.

4. Hukum Kedokteran
a. Bidang administrasi : pasal 29, pasal 30, pasal 36, Undang-undang no 29
tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
b. Ketentuan Pidana : pasal 75-80, Undang-undang no 29 tahun 2004
Menurut Van der Mijin, hukum kesehatan diartikan sebagai hukum yang
berhubungan langsung dengan pemeliharaan kesehatan masyarakat yang
meliputi penerapan perangkat hukum perdata, pidana, dan administratif tata
usaha negara.
5. Edukasi Kesehatan
Menurut Potter dan Perry (2009) ada beberapa faktor yang perlu
diperhatikan dalam keberhasilan edukasi kesehatan antara lain:
a. Tingkat pendidikan
b. Tingkat sosial ekonomi
c. Adat istiadat
d. Kepercayaan masyarakat
e. Ketersediaan waktu dari masyarakat
Menurut BPJS, edukasi kesehatan adalah kegiatan upaya meningkatkan
pengetahuan kesehatan perorangan paling sedikit mengenai pengelolaan faktor
risiko penyakit dan perilaku hidup bersih dan sehat dalam upaya meningkatkan
status kesehatan masyarakat/pasien, mencegah timbulnya kembali penyakit dan
memulihkan penyakit. Tujuannya meningkatkan pengetahuan, kemampuan,
kesadaran, dan pemahaman pasien terhadap pemeliharaan kesehatan serta
meningkatkan aktivitas fisik melalui berbagai macam kegiatan. Edukasi
kesehatan dibagi menjadi:
a. Edukasi langsung  olah raga sehat, promosi kesehatan keliling.
b. Edukasi melalui media  cetak, elektronik.
Tugas dokter selain menyembuhkan penyakit, juga memberikan
edukasi. Oleh karena itu, seorang dokter harus kompeten dan memiliki
kemampuan dalam hal etika, moral, hukum kedokteran, serta keselamatan
pasien. Dokter mempunyai aspek: bahasa yang mudah dipahami, bicara tidak
tergesa gesa, mampu membangun kepercayaan pasien.

6. Anamnesis
Anamnesis adalah proses pengumpulan data secara sistematis yang
bertujuan untuk menentukan status kesehatan dan fungsional pasien pada saat
ini dan waktu sebelumya, serta untuk menentukan pola respon pasien saat ini
dan waktu sebelumnya.
Anamnesis adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan antara dokter
sebagai pemeriksa dengan pasien yang bertujuan untuk mendapatkan informasi
tentang penyakit yang diderita dan informasi lainnya yang berkaitan sehingga
dapat mengarahkan diagnosis penyakit pasien.
Jenis jenis anamnesis:
a. Alloanamnesis  anamnesis yang dilakukan terhadap orang tua, wali, atau
orang terdekat pasien.
b. Autoanamnesis  anamnesis yang dilakukan langsung kepada pasien.
Anamnesis merupakan langkah utama dalam rencana menegakkan
diagnosis pengelolaan, dan pengobatan. Dalam melakukan anamnesis gunakan
cara yang sistematis. Hal yang harus diperhatikan adalah The Fundamental
Four (Riwayat Penyakit Sekarang, Riwayat Penyakit Dahulu, Riwayat
Kesehatan Keluarga, Riwayat Sosial Pribadi) dan The Sacred Seven (lokasi
sakit, onset/sudah berapa lama, kronologis, kualitas, kuantitas, faktor pengubah:
memperberat/memperingan, gejala penyerta).
Teknik anamnesis :
1. Teknik reseptif: mendengar, melihat, mencatat emosi pasien dan emosional
diri sendiri.
2. Teknik manipulatif: memicu untuk bercerita, menghambat atau
mengarahkan cerita, memformulasikan pertanyaan, memperjelas jawaban
dan membuat rangkuman.

7. Aspek Sosial
Menurut GM Foster: ada beberapa aspek yang mempengaruhi
kesehatan: umur, jenis kelamin, pekerjaan, lingkungan/sosial ekonomi, self
concept, image kelompok, identifikasi individu kepada kelompok sosialnya.
Etik kedokteran yang memiliki dampak aspek sosial dan moral dipaksa
harus seiringan dengan keprofesian kedokteran yang memiliki dampak atau
sanksi disiplin profesi yang bersifat administratif, dokter yang melanggar etik
kedokteran lebih merasakan dampak sanksi sosial daripada hukum yang tertulis.
Kemungkinan terjadinya peningkatan ketidakpuasan pasien terhadap
layanan dokter atau rumah sakit ataupin tenaga kesehatan lainnya dapat terjadi
sebagai akibat dari:
- Semakin tingginya pendidikan rata-rata masyarakat sehingga membuat
mereka lebih tau tentan hak-haknya dan lebih asertif
- Semakin tingginya harapan masyarakat kepada layanan kedokteran sebagai
hasil dari luasnya arus informasi
- Komersialisasi dan tingginya biaya layanan kedokteran dan kesehatan
sehingga masyarakat semakin tidak toleran terhadap layanan yang tidak
sempurna
- Provokasi oleh ahli hukum dan oleh tenaga kesehatan sendiri

8. AIK (penuduhan, menyakiti hati, menjaga lisan, sabar)


 HR. Bukhari dan Muslim
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia berkata
baik dan diam.”
 HR. Muslim
“Janganlah engkau menyakiti hati saudara, jagalah lisanmu maka ganjaran
surga bagimu.”
 QS. Al-Hujurat : 12

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka


(kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah
mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama
lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya
yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat
lagi Maha Penyayang.
 QS. Al Ahzab : 58

Artinya: Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan


mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya
mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.
 HR. Bukhari
Anas RA berkata: saya telah mendengar Rasulullah saw bersabda: Allah
SWT telah berfirman: Apabila Saya menguji seorang hambaKu dengan buta
kedua matanya, kemudian ia sabar, maka Saya akan menggantikannya
dengan surga.
DAFTAR PUSTAKA

1. Al-Quran dan Hadist


2. Redhono, Dhani. 2014. History Taking – Anamnesis. Surakarta: UNS
3. Setyawan, F.E.B. 2017. Komunikasi Medis Hubungan Dokter Pasien. Malang:
UMM
4. BPJS Kesehatan. Panduan Praktis Edukasi Kesehatan
5. Diab, A.L. Dinamika Hukum dan Etika dalam Profesi Kedokteran. 2016
[diakses pada 31 Oktober 2018 jam 20.17 WIB] tersedia di
http://ejournal.iainkendari.ac.id/
6. FK USU. Kode Etik Kedokteran Indonesia dan Pedoman Pelaksanaan Kode
Etik Kedokteran Indonesia. 2004 [diakses pada 30 Oktober 2018 jam 23.18
WIB] tersedia di https://luk.staff.ugm.ac.id/
7. Konsil Kedokteran Indonesia. 2006. Komunikasi Efektif Dokter Pasien. Jakarta:
KKI
8. Siswosaputro, Andi Yok dan Dahlia Herawati. Majalah Kedokteran Gigi Vol.
19 No.2. Hubungan Dokter Pasien Sesuai Harapan Konsil Kedokteran
Indonesia. UGM. 2012 [diakses pada 24 Oktober 2018 jam 21.45 tersedia di
jurnal.ugm.ac.id/mkgi/article]
9. Wahid, Syarifudin. 2017. Etika dan Profesionalisme di Bidang Kedokteran.
UNHAS

Anda mungkin juga menyukai