Anda di halaman 1dari 3

Sepeda Buntut Bungkarno

Cerita oleh Gunarto

Sebuah sepeda antik menjadi banyak incaran orang, sepeda itu adalah
sepeda bekas peninggalan Soekarno sang Proklamator. Ya, saat itu Aku dan
Temanku sedang membicarakan sebuah sepeda yang cukup menjadi perhatian
banyak orang. Dia adalah sepeda peninggalan bapak Proklamator kita yaitu Ir.
Soekarno. Sungguh mengagumkan memang, sepeda tersebut dimiliki seorang
kakek Veteran 45 yang masih gagah perkasa, yang bernama Jupri. Kakek tersebut
telah lama memiliki sepeda antik itu dari sejak 1950, sudah lama memang
begitulah keadaanya. Aku sendiri heran mengapa dan bagaimana kakek itu bisa
memiliki sepeda yang sangat usang yang banyak dicari oleh para pemburu barang
antik.

Pernah suatu ketika Aku bertanya kepada kakek Jupri yang kebetulan
rumahnya tidak terlalu jauh dari rumahku. Suatu malam Aku dan Teman-temanku
pergi ke rumah kakek Jupri dan bertanya soal dari mana dan apa alasan kakek bisa
mendapatkan warisan sepeda itu. Kakek menjawab dan bercerita kepada kami
mengapa dan bagaimana ia bisa mendapatkan sepeda tersebut. Lantas kakek
Jupri pun bercerita kepada kami bahwa ia mendapatkan sepeda itu karena ia
adalah pahlawan veteran perang.

Lantas kami bertanya kepada kakek bagaimana ia bisa mendapatkan


sepeda itu apa dengan cara merampas atau justru diberikan secara langsung oleh
Bung Karno, kejam memang pertanyaan kami itu tapi ya itulah kami anak muda
yang seenaknya bertanya kepada orang tua tanpa pandang bulu. Kakek
menjawab, saya ini dulu mantan asisten Bung Karno saat diasingkan di Lampung.
Kami pun lantas menanyakan kelanjutan cerita, kami bertanya lagi. Maaf kek apa
benar dulu kakek dikasih sepeda itu oleh Bung Karno? Dengan gagah kami
bertanya seolah mengintrogasi, ya maklum lah kami kan mahasiswa hukum dalam
hatiku. Kakek menjawab, ya memang benar saya mendapatkan sepeda antik itu
dari Bung Karno sendiri saat beliau singgah dan diasingkan di Lampung. Saya
sendiri tidak menyangka mengapa Bung Karno mau dan bisa memberikan
sepedanya kepada saya. Bung Karno hanya berpesan agar saya merawat dan
menjaga sepeda ini sampai bisa diwariskan kepada anak-anak kami. Kata Bung
Karno sepeda itu adalah simbol perjuangan dan alat perjuangan rakyat biasa
dalam melawan penjajah Belanda. Mendengar cerita itu aku tidak lantas percaya
dengan apa yang diceritakan oleh kakek Jupri, tapi aku cukup percaya dengan
pernyataan kakek.

Sepeda pada saat itu memang salah satu simbol perjuangan dan alat
perjuangan rakyat jelata pada saat melawan Belanda. Aku lantas berbisik pada
teman disampingku apa dia percaya dengan apa yang diceritakan sang kakek.
Temanku menjawab, bahwa ia sama sekali tidak percaya dengan apa yang
dikatakan oleh kakek Jupri. Jika dilihat dari segi arsitek, sepeda itu memang benar
milik Bung Karno. Kami pun bertanya lagi kepada kakek Jupri, apa benar semua
yang kakek katakan? Dengan nada sedikit menyinggung. Kakek Jupri lantas
menjawab “saya memang mendapatkan sepeda ini dari Bung Karno, kalau kalian
tidak percaya saya akan berikan dan kalian lihat sendiri surat-surat sepeda itu,
cerpen tentang sejarah. Nanti saya carikan dulu surat-suratnya”. Lantas kakek
bergegas menuju kamarnya dan mencari surat perlengkapan sepedahnya, tidak
berapa lama kakek Jupri pun menunjukan surat-suratnya. Memang benar,
didalam suratnya tertera tanggal pembuatan dan penerimaan alih sepeda kepada
kakek Jupri. Tapi kami tidak begitu yakin dengan apa yang sebenarnya terjadi
dengan cerita mistis kakek, itu adalah bahasa kami. Beberapa menit kami melihat-
lihat isi surat, memang benar surat ini adalah surat asli Bung Karno. Tetapi setelah
kami perhatikan dengan seksama surat ini palsu. Dan kami lantas menanyakan
kepada kakek benar surat ini asli. Kakek menjawab bahwa surat ini adalah surat
asli pemberian dari Bung Karno, setelah mendapat penjelasan kami pun melihat
kembali suratnya. Pada saat kami melihat kembali ternyata diatas suratnya
terdapat ada tanda air mata, jadi kami yakin bahwa surat yang kami lihat ini
adalah palsu dan dibuat sendiiri oleh kakek Jupri.
Kami pun akhirnya tidak mempermasalahkan surat perlengkapan itu dan
kami pun bergegas akan pamit pulang. Saat diperjalanan pulang kami berfikir
tentang semua jawaban yang tadi dikatakan oleh kakek Jupri tentang semua yang
dikatakanya tadi. Belum sempat kami memperoleh jawabanya akupun terbangun
dari tidurku bahwa Aku tadi sedang bermimpi dan berkhayal di mimpiku. Betapa
terkejutnya Aku ternyata semua ini hanyalah mimpi belaka. Sekian dulu ya kawan-
kawan cerita dariku. Jangan pada marah-marah ya.

Kelompok “Andrea Hirata”

1. Nurul Maftuhah
2. Putri Maharani Atmaja
3. Rafli Arti Yadi
4. Ratu Annisa
5. Robbi Irham Wicaksana

Kelas: XII MIPA 5

Anda mungkin juga menyukai