Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

HIDROKEL RUANG ASTER STASE KERPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA

DISUSUN OLEH :

NAMA : SITI HATIMAH

NIM : P1908136

INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS

WIYATA HUSADA SAMARINDA

PROGRAM PROFESI NERS

2019

1
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian
Hidrokel adalah kumupulan cairan kuning bening didakam skrotum
yang tidak nyeri yang disebabkan oleh bukaan antara peritoneum dan
tunika vaginalis atau disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam
produksi dan reabsorbsi cairan didalam tunika vaginalis. (Joyce
M.black&Jane Hokanson Hawks,2014)
Hidrokel adalah suatu penyakit dimana penderita mengalami kondisi
berupa penumpukan cairan pada selaput yang melindungi testis.
Hydrocele adalah penumpukan cairan yang berlebihan antara lapisan
parietalis dan visceralis tunika vaginalis testis. (Pramono, 2008).
Hidrokel adalah sesuatu yang tidak nyeri bila ditekan, massa berisi cairan
yang dihasilkan dari gangguan drainase limfatik dari skrotum dan
pembengkakan tunika vaginalis yang mengelilingi testis (Lewis, 2014).
Hidrokel adalah penyebab umum dari pembengkakan skrotum dan
disebabkan oleh ruang paten di tunika vaginalis. Hidrokel terjadi ketika
ada akumulasi abnormal cairan serosa antara lapisan parietal dan
visceral dari tunika vaginalis yang mengelilingi testis (Parks & Leung,
2013).
Hidrokel adalah pelebaran kantong buah zakar karena terkumpulnya
cairan limfe di dalam tunica vaginalis testis. Hidrokel dapat terjadi pada
satu atau dua kantung buah zakar (Kemenkes RI, 2013).

2. Etiologi
Hidrokel yang terjadi pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena hal
berikut ini.
1) Belum sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi
aliran cairan peritoneum ke prosesus vaginalis (Hernia Komunikan)
2) Belum sempurnanya sistem limfatik di daerah skrotum dalam
melakukan reabsorbsi cairan hidrokel.

2
Pada bayi laki-laki, hidrokel dapat terjadi mulai dari dalam rahim. Pada
usia kehamilan 28 minggu, testis turun dari rongga perut bayi ke dalam
skrotum, dimana setiap testis ada kantong yang mengikutinya sehingga
terisi cairan yang mengelilingi testis tersebut.

Pada orang dewasa, hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan
sekunder. Penyebab sekunder dapat terjadi karena didapatkan kelainan
pada testis atau epididimis yang menyebabkan terganggunya sistem
sekresi atau reabsorbsi cairan di kantong hidrokel. Kelainan pada testis
itu mungkin suatu tumor, infeksi, atau trauma pada testis/epididimis,
dan penyumbatan cairan atau darah di dalam korda spermatika.
Kemudian hal ini dapat menyebabkan produksi cairan yang berlebihan
oleh testis, maupun obstruksi aliran limfe atau vena di dalam funikulus
spermatikus.

3. Patofisiologi
Hidrokel adalah pengumpulan cairan pada sebagian prosesus vaginalis
yang masih terbuka. Kantong hidrokel dapat berhubungan melalui
saluran mikroskopis dengan rongga peritoneum dan berbentuk katup
sehingga cairan dari rongga peritoneum dapat masuk ke dalam kantong
hidrokel dan sukar kembali ke rongga peritoneum (Mantu, 1993). Pada
kehidupan fetal, prosesus vaginalis dapat berbentuk kantong yang
mencapai scrotum. Hidrokel disebabkan oleh kelainan kongenital
(bawaan sejak lahir) ataupun ketidaksempurnaan dari prosesus vaginalis
tersebut sehingga menyebabkan tidak menutupnya rongga peritoneum
dengan prosessus vaginalis sehingga terbentuklah rongga antara tunika
vaginalis dengan cavum peritoneal dan menyebabkan terakumulasinya
cairan yang berasal dari sistem limfatik disekitarnya. Cairan seharusnya
seimbang antara produksi dan reabsorbsi oleh system limfatik di
sekitarnya, tetapi pada penyakit ini terjadi gangguan sistem sekresi atau
reabsorbsi cairan limfa sehingga terjadi penimbunan pada tunika
vaginalis. Akibat dari tekanan yang terus-menerus, terjadi obstruksi

3
aliran limfe atau vena di dalam funikulus spermatikus dan terjadi atrofi
testis yang dikarenakan akibat dari tekanan pembuluh darah yang ada
di daerah sekitar testis tersebut. Hidrokel dapat ditemukan dimana saja
sepanjang funikulus spermatikus dan juga dapat ditemukan di sekitar
testis yang terdapat dalam rongga perut pada undensensus testis.
Hidrokel infantilis biasanya akan menghilang dalam tahun pertama,
umumnya tidak memerlukan pengobatan jika secara klinis tidak disertai
hernia inguinalis. Hidrokel testis dapat meluas ke atas atau berupa
beberapa kantong yang saling berhubungan sepanjang processus
vaginalis peritonei. Hidrokel akan tampak lebih besar dan kencang pada
sore hari karena banyak cairan yang masuk dalam kantong sewaktu anak
dalam posisi tegak, tapi kemudian akan mengecil pada esok paginya
setelah anak tidur semalaman.
Pada orang dewasa, hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan
sekunder. Penyebab sekunder terjadi karena didapatkan kelainan pada
testis atau epididimis yang menyebabkan terganggunya sistem sekresi
atau reabsorpsi cairan di kantong hidrokel. Kelainan tersebut mungkin
merupakan suatu tumor, infeksi atau trauma pada testis atau epididimis.
Dalam keadaan normal cairan yang berada di dalam rongga tunika
vaginalis berada dalam keseimbangan antara produksi dan reabsorpsi
dalam sistem limfatik (Purnomo, 2003).

4. Pathway
Terlampir.

4
5. Klasifikasi
Menurut letak kantong hidrokel terhadap testis, secara klinis dibedakan
beberapa macam hidrokel, yaitu :
1) Hidrokel testis
Kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga testis tak
dapat diraba. Pada anamnesis, besarnya kantong hidrokel tidak
berubah sepanjang hari.
2) Hidrokel funikulus
Kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak di sebelah kranial
dari testis, sehingga pada palpasi, testis dapat diraba dan berada di
luar kantong hidrokel. Pada anamnesis kantong hidrokel besarnya
tetap sepanjang hari.
3) Hidrokel Komunikan
Terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dengan rongga
peritoneum sehingga prosesus vaginalis dapat terisi cairan
peritoneum. Pada anamnesis kantong hidrokel besarnya dapat
berubah-ubah yaitu bertambah pada saat anak menangis. Pada
palpasi kantong hidrokel terpisah dari testis dan dapat dimasukkan
kedalam rongga abdomen

Hidrokel dapat diklasifikasi menjadi dua jenis berdasarkan kapan


terjadinya yaitu:

1) Hidrokel_primer
Hidrokel primer terlihat pada anak akibat kegagalan penutupan
prosesus vaginalis. Prosesus vaginalis adalah suatu divertikulum
peritoneum embrionik yang melintasi kanalis inguinalis dan
membentuk tunika vaginalis. Hidrokel jenis ini tidak diperlukan
terapi karena dengan sendirinya rongga ini akan menutup dan
cairan dalam tunika akan diabsorpsi.
2) Hidrokel_sekunder
Pada orang dewasa, hidrokel sekunder cenderung berkembang

5
lambat dalam suatu masa dan dianggap sekunder terhadap
obstruksi aliran keluar limfe. Dapat disebabkan oleh kelainan testis
atau epididimis. Keadaan ini dapat karena radang atau karena suatu
proses neoplastik. Radang lapisan mesotel dan tunika vaginalis
menyebabkan terjadinya produksi cairan berlebihan yang tidak
dapat dibuang keluar dalam jumlah yang cukup oleh saluran limfe
dalam lapisan luar tunika.

Berdasarkan kejadian hidrokel dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis


adalah :

1) Hidrokel akut
Biasanya berlangsung dengan cepat dan dapat menyebabkan
nyeri. Cairan berrwarna kemerahan mengandung protein, fibrin,
eritrosit dan sel polimorf.
2) Hidrokel kronis
Hidrokel jenis ini hanya menyebabkan peregangan tunika secara
perlahan dan walaupun akan menjadi besar dan memberikan rasa
berat, jarang menyebabkan nyeri.

6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan
hidrokel adalah sebagai berikut :
1) Transiluminasi
Merupakan langkah diagnostik yang paling penting untuk
menemukan massa skrotum. Pemeriksaan ini dilakukan didalam
suatu ruangan yang gelap, sumber cahaya diletakkan pada sisi
pembesaran skrotum. Struktur vaskuler, tumor, darah, hernia dan
testis normal tidak dapat ditembusi sinar. Trasmisi cahaya sebagai
bayangan merah menunjukkan rongga yang mengandung cairan
serosa, seperti hidrokel.
2) Ultrasonografi

6
Ultrasonografi dapat mengirimkan gelombang suara melewati
skrotum dan membantu melihat adanya hernia, kumpulan cairan
(hidrokel), vena abnormal (varikokel) dan kemungkinan adanya
tumor.Pencegahan
Hidrokel pada bayi baru lahir tidak dapat dicegah karena kondisi telah
berkembang sebelum kelahiran. Namun perawatan sebelum bayi lahir
dapat dilakukan untuk membantu mencegah hidrokel pada bayi laki-laki.
Pada laki-laki dewasa, untuk mencegah hidrokel sebaiknya menghindari
daerah kelamin dari cedera misalnya mengikuti aturan keselamatan
ketika sedang berolahraga. Pilihan gaya hidup sehat, berolahraga,
makan-makanan yang bergizi seimbang, dan menghindari penyakit
menular seksual juga dianjurkan untuk membantu mencegah hidrokel
(Belville & Swierzewski, 2011).

7. Penatalaksanaan
Tindakan untuk mengatasi cairan hidrokel menurut Mursalim (2012)
adalah :
1) Aspirasi
Aspirasi cairan hidrokel tidak dianjurkan karena selain angka
kekambuhannya tinggi, kadang kala dapat menimbulkan penyulit
berupa infeksi. Beberapa indikasi untuk melakukan operasi pada
hidrokel adalah sebagai berikut :
a. Hidrokel yang besar sehingga dapat menekan pembuluh darah
b. Indikasi kosmetik
c. Hidrokel permagna yang dirasakan terlalu berat dan mengganggu
pasien dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari.
2) Hidrokelektomi
Pada hidrokel kongenital dilakukan pendekatan inguinal karena
seringkali hidrokel ini disertai dengan hernia inguinalis sehingga pada
saat operasi hidrokel, sekaligus melakukan herniografi. Pada hidrokel

7
testis dewasa dilakukan pendekatan scrotal dengan melakukan eksisi
dan marsupialisasi kantong hidrokel sesuai cara Winkelman atau
aplikasi kantong hidrokel sesuai cara Lord. Pada hidrokel funikulus
dilakukan ekstirpasi hidrokel secara in toto. Pada hidrokel tidak ada
terapi khusus yang diperlukan karena cairan lambat laun akan
diserap, biasanya menghilang sebelum umur 2 tahun. Tindakan
pembedahan untuk mengangkat hidrokel ini bisa dlakukan anestesi
umum ataupun regional (spinal). Indikasi operasi perbaikan hidrokel
menurut Noviana (2011) adalah sebagai berikut :
a. Gagal untuk hilang pada umur 2 tahun
b. Rasa tidak nyaman terus-menerus akibat hidrokel permagna
c. Pembesaran volume cairan hidrokel sehingga dapat menekan
pembuluh darah
d. Adanya infeksi sekunder (sangat jarang)
Penatalaksanaan Post Operasi
Penyembuhan post-operasi hidrokel biasanya cepat. Terapi yang
dapat diberikan menurut Noviana (2011) antara lain sebagai berikut.
1) Analgetik
a. Ibuprofen 10mg/kg setiap 6-8 jam;
b. paracetamol 15 mg/kg setiap 6-8 jam;
c. hindari penggunaan narkotika pada bayi karena adanya risiko
apneu
d. Paracetamol dengan kodein (1mg/kg kodein) setiap 6-8 jam
2) Sekitar 2 minggu setelah operasi, posisi mengangkang harus
dihindari untuk mencegah perpindahan testis yang mobile keluar
dari scrotum, dimana dapat terjebak oleh jaringan ikat dan
mengakibatkan cryptorchidism sekunder.
3) Aktivitas olahraga harus dibatasi selama 4-6 minggu.

8
8. Pronosis
Prognosis pasien dengan hidrokel yang telah dilakukan terapi operasi,
angka rekurensinya kurang dari 1%.
Prognosis dari hidrokel (hydrocele) bergantung pada komplikasi dan
etiologi hidrokel pada pasien. Selain itu, identifikasi dan tata laksana
yang cepat juga bermanfaat untuk mencegah komplikasi, misalnya
hidrokel raksasa.

9. Komplikasi
Jika dibiarkan, hidrokel yang cukup besar mudah mengalami trauma dan
hidrokel permagna bisa menekan pembuluh darah yang menuju ke testis
sehingga menimbulkan atrofi testis (Purnomo,2010). Komplikasi yang
dapat terjadi pada pasien dengan hidrokel yaitu:
1) Perdarahan yang disebabkan karena trauma dan aspirasi;
2) Mengganggu kesuburan dan fungsi seksual pasien;
3) Infeksi testi;
4) Kompresi pada peredaran darah testis.

9
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1) Identittas
Identitas meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, status,
pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, alamat, tanggal masuk, tanggal
pengkajian, no RM, diagnosa medis, ditambah lagi dengan identitas
penanggung jawab.
2) Status Kesehatan
a. Status kesehatan saat ini
Nyeri pada bagian genetalianya khususnya skrotum, biasanya
terasa kaku dan besar, serta sering kali klien mengeluh tidak bisa
ereksi dan setelah dilakukan operasi terasa nyeri pada skrotum
karena bekas operasi.
b. Status kesehatan masa lalu
Bagaimana status kesehatan masa lalu berupa kelainan pada saat
bayi, riwayat kecelakaan pada bagian skrotum, riwayat
mengonsumsi obat-obatan, perkembangan saat anak-anak dan
riwayat, riwayat imunisasi
3) Pola Kebutuhan Dasar
a. Pola persepsi dan manajemen kesehatan
Menggambarkan informasi atau riwayat pasien mengenai status
kesehatan dan praktek pencegahan penyakit, riwayat tumbuh
kembang dan keamanan atau proteksi. Bagaimana manajemen
pasien dalam memelihara kesehatan, adakah kebiasaan merokok,
mengkonsumsi alkohol, dan apakah pasien mempunyai riwayat
alergi terhadap obat, makanan atau yang lainnya.
b. Pola nutrisi dan metabolik
Yang dikaji dalam nutrisi yaitu bagaimana nutrisi pada saat
sebelum masuk rumah sakit maupun sesudah masuk rumah sakit.
Dalam hal ini yang perlu dikaji adalah kuantitas dan jenis makanan

10
atau formula yang dikonsumsi setiap hari (gunakan pencatatan
makanan per 24 jam), masalah dengan pemberian makanan,
konsumsi suplemen vitamin, perilaku diet termasuk citra tubuh,
jenis diet, frekuensi pertambahan berat badan, atau tindakan
muntah yang disengaja.
c. Pola eliminasi
Yang dikaji adalah kebiasaan BAK dan BAB (frekuensi, jumlah,
warna, bau, nyeri, kemampuan mengontrol air kecil, adanya
perubahan-perubahan lain), kemampuan perawatan diri,
penggunaan bantuan untuk ekskresi.
d. Pola aktivitas dan latihan
Meliputi informasi riwayat pasien tentang pola latihan,
keseimbangan, tipe dan keteraturan latihan, aktivitas yang
dilakukan di rumah dan aktivitas saat RMS. Pengkajian untuk
aktivitas disini adalah kemampuan perawatan diri, makan/minum,
mandi, toileting, berpakian, mobilisasi di tempat tidur, berpindah,
ambulasi ROM. Dimana disini ada skor untuk tiap aktivitas yang
dilakukan yaitu :
0 : mandiri
1 : alat bantu
2 : dibantu orang lain
3 : dibantu orang lain dan alat
4 : tergantung total.
e. Kognitif dan persepsi
Menggambarkan penginderaan khusus (penglihatan,
pendengaran, rasa, sentuh, bau), penggunaan alat bantu (seperti:
kacamata, alat bantu dengar), perubahan dalam penginderaan,
persepsi akan kenyamanan, alat bantu untuk menurunkan rasa
tidak nyaman, tingkat pendidikan, kemampuan membuat
keputusan.

11
f. Persepsi - konsep diri
Bagaimana pasien mampu mengenal diri dan menerimanya seperti
harga diri, ideal diri pasien dalam hidupnya, identitas diri dan
gambaran akan dirinya. Pola persepsi diri perlu dikaji, meliputi :
(harga diri, ideal diri, identitas diri, gambaran diri).
g. Pola tidur dan istirahat
Pengkajian pola tidur dan istirahat harus mencakup waktu mulai
tidur dan bangun, kualitas tidur, riwayat tidur siang, keyakinan
budaya, penggunaan alat mempermudah tidur, jadwal istirahat
dan relaksasi, gejala dari perubahan pola tidur, faktor-faktor yang
mempengaruhi, misalnya: nyeri.
h. Pola peran dan hubungan
Mengkaji hubungan pasien dengan keluarga dan orang sekitar
baik-baik saja atau tidak dan dapat berkomunikasi menggunakan
bahasa verbal maupun non verbal.
i. Pola seksual – reproduksi
Masalah atau problem seksual, gambaran perilaku seksual seperti
(perilaku seksual yang aman), pengetahuan tentang seksualitas
dan reproduksi, dampak pada status kesehatan, riwayat
menstruasi dan reproduksi.
j. Pola toleransi stress – koping
Penyebab stress belakangan ini, penetapan tingkat stress,
gambaran umum dan spesifik respon stress, strategi mengatasi
stress yang biasa digunakan dan efektifitasnya, perubahan
kehidupan dan kehilangan, strategi koping yang biasa digunakan,
penilaian kemampuan pengendalian akan kejadian-kejadian yang
dialami, pengetahuan dan penggunaan teknik manajemen stress,
hubungan antara manajemen stress terhadap dinamika keluarga.
k. Pola nilai kepercayaan

12
Latar belakang budaya atau etnik status ekonomi, perilaku sehat
yang berkaitan dengan kelompok budaya atau etnik, tujuan
kehidupan, apa yang penting bagi klien dan keluarga, pentingnya
agama, dampak masalah kesehatan pada spiritualitas
4) Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum
Benjolan di kantong skrotum yang tidak nyeri dan post operasi
nyeri pada area genitalia.
b. Keadaan fisik (Data fokus)
a) Genetalia
Benjolan di kantong skrotum dengan konsistensi kistus dan
pada pemeriksaan penerawangan menunjukkan adanya
transiluminasi.
- Inspeksi : terdapat benjolan yang hanya ada di scrotum, bila
dilakukan transiluminasi pada hidrokel terlihat transulen.
- Auskultasi : pada hidrokel tidak terdapat suara bising usus.
- Palpasi : hidrokel terasa seperti kistik, hidrokel tidak dapat
didorong.

13
2. Diagnosa Keperawatan
1) Ansietas berhubungan dengan khawatir dengan perubahan
status kesehatan.
2) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk
skrotum sehingga klien merasa tidak percaya diri.
3) Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan pembesaran
skrotum sehingga klien merasa tidak nyaman saat berpakaian.
4) Nyeri akut berhubungan dengan trauma pembedahan insisi
(gangguan pada kulit jaringan).
5) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang penayakit dan kurang mengerti mengenai perawatan
luka saat dirumah.
6) Resiko perdarahan berhubungan dengan kemungkinan adanya
perdarahan masif.

3. Rencana Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan NOC (SLKI) NIC (SIKI)

1. Ansietas 1. Tingkat ansietas : 1. Reduksi Ansietas :


Definisi : Setelah dilakukan a. Identifikasi tingkat
Kondisi emosi dan intervensi selama 3 ansietas
pengalaman subyektif jam,maka Tingkat b. Monitor tanda-tanda
individu terhadap objek Ansietas Menurun, ansietas
yang tidak jelas dan dengan kriteria hasil : c. Ciptakan suasana
spesifik akibat antisipasi a. Verbalisasi terapeutik untuk
bahaya yang kebingungan (5) menumbuhkan
memungkinkan indivisu b. Perilaku gelisah (5) kepercayaan
melakukan tindakan untuk c. Perilaku tegang (5) d. Pahami situasi yang
menghadapi ancaman. d. Frekuensi membuat ansietas
Gejala dan Tanda Mayor : pernapasan (5) e. Latih tekhnik relaksasi
1. Subjektif : e. Frekuensi nadi (5) f. Kolaborasikan pemberian
a. Merasa bingung f. Tekanan darah (5) obat antiansietas
b. Merasa khawatir 2. Teknik Relaksasi
dengan akibat dari a. Identifikasi teknik
yang dihadapi relaksasi yang pernah
c. Sulit berkonsentrasi efektif digunakan

2. Objektif

14
a. Tampak gelisah b. Periksa ketegangan
b. Tampak tegang otot, TTV, sebelum dan
c. Sulit tidur sesudah latihan
c. Monitor respon
Gejala dan Tanda Minor : terhadap terapi
1. Subjektif relaksasi
a. Mengeluh pusing
b. Anoreksia
c. Palpitasi
d. Merasa tidak
berdaya
2. Objektif
a. Frekuensi napas
meningkat
b. Frekuensi nadi
meningkat
c. Tekanan darah
meningkat
d. Muka tampak
pucat

2. Gangguan citra tubuh 1. Citra tubuh 1. Promosi citra tubuh


Definisi : Setelah dilakukan a. Identifikasi harapan
Perubahan persepsi intervensi selama 3 jam, citra tubuh berdasarkan
tentang penampilan, maka Citra Tubuh tahap perkembangan
struktur dan fungsi fisik Meningkat, dengan b. Monitor frekuensi
individu kriteria hasil : pernyataan kritik
Gejala dan Tanda Mayor : a. Melihat bagian terhadap diri sendiri
1. Subjektif : tubuh (5) c. Diskuksikan perubahan
a. Mengungkapkan b. Menyentuh bagian tubuh dan fungsinya
kecacatan / tubuh (5) d. Diskusikan kondisi
kehilangaan c. Verbalisasi kecacatan stress yang
bagian tubuh bagian tubuh (5) mempengaruhi citra
2. Objektif d. Respon nonverbal tubuh (mis. Luka,
a. Kehilangan bagian pada perubahan penyakit, pembedahan )
tubuh tubuh (5) e. Jelaskan kepada
b. Fungsi / struktur keluarga pasien tentang
tubuh berubah / perawatan citra tubuh
hilang. 2. Promosi koping
a. Identifikasi kegiatan
Gejala dan Tanda Minor : jangka pendek dan
1. Subjektif jangka panjang sesuai
a. Mengungkapkan tujuan
perasaan negatif b. Identifikasi pemahaman
tentang perubahan proses penyakit
tubuh c. Fasilitasi dalam
b. Mengungkapkan memperoleh informasi
perubahan gaya yang dibutuhkan
hidup

15
2. Objektif d. Anjurkan menjalin
a. Menyembunyikan / hubungan yang
menunjukkan memiliki kepentingan
bagian tubuh dan tujuan sama.
secara berlebihan
b. Menghindari
melihat dan /
menyentuh bagian
tubuh.
c. Fokus berlebihan
pada perubahan
tubuh.
d. Hubungan sosial
berubah.

3. Gangguan rasa nyaman 1. Status kenyamanan 1. Manajemen Nyeri


Definisi : Setelah dilakukan a. Identifikasi lokasi,
Perasaan kurang senang, intervensi selama 3 jam, karakteristik, durasi,
lega dan sempurna dalam maka Status frekuensi, kualitas,
dimensi fisik, psikospiritual, Kenyamanan intensitas nyeri
lingkungan dan social. Meningkat, dengan b. Identifikasi skala nyeri
Gejala dan Tanda Mayor : kriteria hasil : c. Identifikasi faktor yang
1. Subjektif : a. Kesejahteraan fisik memperberat dan
a. Mengeluh tidak (5) memperingati nyeri
nyaman b. Kesejahteraan d. Jelaskan strategi
2. Objektif psikologis (5) meredakan nyeri
a. gelisah c. Dukungan sosial dan e. Kolaborasi pemberian
keluarga (5) analgetik, jika perlu.
Gejala dan Tanda Minor : d. Perawatan sesuai 2. Pengaturan Posisi
1. Subjektif kebutuhan (5) a. Monitor status
a. Mengeluh sulit e. Rileks (5) oksigenasi sebelum dan
tidur sesudah mengubah
b. Tidak mampu rileks posisi
c. Mengeluh b. Tempatkan pada posisi
kedinginan / terapeutik
kepanasan c. Informasikan saat akan
d. Merasa gatal 3. Terapi Relaksasi
e. Mengeluh mual a. Identifikasi penurunan
f. Mengeluh lelah tingkat energi,
2. Objektif ketidakmampuan
a. Menunjukkan berkonsentrasi, atau
gejala stress. gejala lain yang
b. Tampak merintis / mengganggu
menangis. kemampuan kognitif
c. Pola eliminasi b. Identifikasi teknik
berubah. relaksasi yang pernah
d. Postur tubuh efektif digunakan
berubah. c. Periksa ketegangan
otot, frekuensi nadi,
tekanan darah, dan

16
suhu sebelum dan
sesudah latihan
d. Monitor respos
terhadap terapi
relaksasi.
e. Ciptakan lingkungan
tenang dan tanpa
gangguan dengan
pencahyaaan dan suhu
ruangan nyaman
f. Jelaskan tujuan,
manfaat, batasan, dan
jenis relaksasi yang
tersedia ( mis.musik,
napas dalam)
g. Anjurkan mengambil
posisi nyaman
h. Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi
relaksasi.
i. Anjurkan sering
mengulangi atau
melatih teknik relaksasi
4. Nyeri Akut 3. Tingkat Nyeri 1. Manajemen Nyeri
Definisi : Setelah dilakukan a. Identifikasi lokasi,
Pengalaman sensorik atau intervensi selama 3 jam, karateristik, durasi,
emosional yang berkaitan maka Tingkat Nyeri frekuensi, kualitas,
dengan kerusakan jaringan Menurun, dengan intensitas nyeri
aktual atau fungsonal, kriteria hasil : b. Identifikasi skala nyeri
dengan onset mendadak a. Keluhan nyeri (5) c. Identifikasi respons
atau lambat dan b. Meringis (5) nyeri non verbal
berintensitas ringan hingga c. Sikap protektif (5) d. Identifikasi faktor yang
berat yang berlangsung d. Kesulitan tidur (5) memperberat dan
kurang dari 3 bulan. e. Perasaan depresi (5) memperingan nyeri
e. Berikan teknik
Gejala dan Tanda Mayor : nonfarmakologis untuk
1. Subjektif : mengurangi ras nyeri
a. Mengeluh nyeri (mis.kompres hangat /
2. Objektif dingin )
a. Tampak meringis f. Ajarkan teknik
b. Bersikap protektif nonfarmakologis untuk
(mis.waspada, mengurangi rasa nyeri
posisi menghindari g. Kolaborasi pemberian
nyeri ) analgesik, jika perlu
c. Gelisah
d. Frekuensi nadi 2. Pemberian Analgesik
meningkat a. Identifikasi karakteristik
e. Sulit tidur nyeri (mis.pencetus,
pereda, kualitas, lokasi,
Gejala dan Tanda Minor :

17
1. Subjektif intensitas, frekuensi,
Tidak tersedia durasi )
2. Objektif b. Identifikasi riwayat
a. Tekanan darah alergi
meningkat c. Monitor tanda-tanda
b. Pola napas berubah vital sebelum dan
c. Nafsu makan sesudah pemberian
berubah analgesik
d. Proses berpikit d. Jelaskan efek terapi dan
terganggu. efek samping obat
e. Kolaborasi pemberian
dosis dan jenis
analgesik, sesuai
indikasi.
5. Defisit Pengetahuan 3. Tingkat pengetahuan 1. Edukasi Kesehatan :
Definisi : Setelah dilakukan a. Identifikasi kesiapan
Ketiadaan atau kurangnya intervensi selama 3 dan kemampuan
informasi kognitif yang jam, maka Tingkat menerima informasi
berkaitan dengan topik Pengetahuan b. Identifikasi faktor-
tertentu. Meningkat, dengan faktor yang dapat
Gejala dan Tanda Mayor : kriteria hasil : meningkatkan dan
1. Subjektif : a. Perilaku sesuai menurunkan motivasi
a. Menanyakan anjuran verbalisasi perilaku hidu bersih
masalah yang minat dalam belajar dan sehat
dihadapi (5) c. Sediakan materi dan
2. Objektif b. Kemampuan media pendidikan
a. Menunjukkan menjelaskan kesehatan
perilaku tidak pengetahuan d. Jadwalkan pendidikan
sesuai anjuran tentang suatu topik kesehatan sesuai
b. Menunjukkan (5) kesepakatan
persepsi yang c. Kemampuan e. Berikan kesempatan
keliru terhadap menggambarkan bertanya
masalah. pengalaman f. Jelaskan faktor resiko
sebelumnya yang yang dapat
Gejala dan Tanda Minor : sesuai dengan mempengaruhi
1. Subjektif topik (5) kesehatan
(Tidak tersedia) d. Perilaku sesuai g. Ajarkan perilaku hidup
2. Objektif dengan bersih dan sehat
a. Menjalani pengetahuan (5) h. Ajarkan strategi yang
pemeriksaan yang dapat digunakan untuk
tidak tepat meningkatkan perilaku
b. Menunjukkan hidup bersih dan sehat
perilaku berlebih

6. Risiko Perdarahan 1. Tingkat Perdarahan 1. Pencegahan Perdarahan :


Definisi : Setelah dilakukan a. Monitor tanda dan
Berisiko mengalami intervensi selama 3 gejala perdarahan
kehilangan darah baik jam ,maka Tingkat b. Monitor
internal (terjadi didalam Perdarahan Menurun, hematokrit/hemoglobin
tubuh) maupun eksternal dengan kriteria hasil :

18
(terjadi hingga keluar a. Hemoptisis (4) sebelum dan setelah
tubuh). b. Hematemesis (4) kehilangan darah
c. Hematuria (4) c. Monitor tanda-tanda
d. Perdarahan pasca vital
operasi (4) d. Pertahankan bed rest
selama perdarahan
e. Jelaskan tandda dan
gejala perdarahan
f. Anjurkan segera
melapor jika terjadi
perdarahan
g. Kolaborasi pemberian
obat pengontrol
perdarahan, jika perlu.

4. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses perawatan.
Implementasi merupakan tahap pengerjaan atau tindakan dari
intervensi yang telah disusun. Tindakan keperawatan disesuaikan
dengan intervensi yang dilakukan.
5. Evaluasi
1) Dx 1 : Ansietas berkurang atau hilang.
2) Dx 2 : Pasien dapat menunjukkan persepsi tentang penampilan
membaik atau meningkat.
3) Dx 3 : Status kenyamanan meningkat
4) Dx 4 : Nyeri berkurang atau hilang.
5) Dx 5 : Tingkat pengetahuan meningkat.
6) Dx 6 : Pasien tidak mengalami risiko perdarahan pasca
pembedahan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Joyce M.Black & Jane Hokanson Hawks. 2014. Keperawatan Medikal Bedah
Edisi Kedelapan. Singapura : Elseiver.

Lewis, S. L. D., Dirksen, S. R., Heitkemper, M. M., Bucher, L. (2014). Medical


Surgical nursing : assesment and management of clinical problems. 9𝑡ℎ Ed. St.
Louis: Mosby Elseiver.

PPNI (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator


Diagnostik, edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

PPNI (2018).Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria hasil


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

PPNI (2018).Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

CL. Belville, William & Stanley Swierzewski. 2011. Hydrocele Prognosis,


Prevention. http://www.healthcommunities.com/hydrocele/prognosis-prevention.
shtml ( 03 November 2019).

.Herdman, T. Heather. 2012 . Nanda Internasional Diagnosis Keperawatan


2012-2014 . Yogyakarta : EGC CN. M.Bulechek, Gloria dkk. 2016.

Nursing Intervention Classification (NIC) Edisi


Keenam . Yogyakarta : Mocomedia

CO. Moorhead, Sue dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi
Kelima . Yogyakarta : Mocomedia CP.

Mursalim, Andrianto. 2012. Hidrocele. http://www.scribd.com/doc/83776693/


hidrocele#download [03 November 2019]

20
Lampiran :

Primer (kelainan Sekunder (trauma,


bawaan ) epidididermis, infeksi,
tumor testis )

Sistem limpatik Belum Terganggunya sistem


yang belum sempurnanya sekresi / reabsorpsi cairan
sempurna penutupan
prosesus vaginalis

Gangguan
keseimbangan Keluarnya cairan
produksi & reabsorpsi dari rongga
cairan abdomen

Cairan menumpuk
di lapisan parietal
& visceral

Penumpukan cairan
ditunka vaginalis

HIDROKEL

Penumpukan cairan
di Skrotum

21
Skrotum membesar

PRE OP POST OP

Perubahan status Klien merasa Klien merasa Kurangnya


kesehatan tidak percaya diri tidak nyaman informasi tentang
saat berpakaian penyakit

Klien cemas GANGGUAN GANGGUAN DEFISIT


dengan CITRA TUBUH RASA NYAMAN PENGETAHUAN
kondisinya

Kurangnya mengerti Adanya Kemungkinan


ANSIETAS mengenai perawatan luka insisi adanya
luka saat dirumah perdarahan
masif

Klien merasakan
nyeri

NYERI AKUT RESIKO


PERDARAHAN

22

Anda mungkin juga menyukai