Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS BREAK EVEN

Disusun Oleh:

1. Persela Amida Kabiai ( C1B017125)


2. Berliandika Muh E P (C1B018078)
3. Muhamad Efendi ( C1B0180)
4. F. Ilham Novaris (C1B0180)

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

2018/2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahnya sehingga kami, kelompok 1 selaku penyusun mampu
menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul “ANALISIS BREAK EVEN”.

Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas dari mata kuliah Manajemen
Operasional. Dan kami susun bertujuan untuk memberikan pembahasan tentang
Analisis Break Even itu sendiri.
Mungkin dalam penyusunan makalah ini, masih banyak terdapat kekurangan yang tidak
kami sadari. Oleh karena itu, kami memohon maaf atas segala kekurangan yang ada
dalam makalah ini, dan mengharapkan kritik dan saran yang membangun sebagai
pembelajaran selanjutnya.

Akhir kata, penulis mengucapakan terima kasih kepada semua pihak. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita.

Wassalamualaikum Wr... Wb...

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...............................................................................................................i

Daftar isi ...................................................................................................................... ii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 1

1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................................. 1

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Break Even…........................................................................................ 2

2.2 Tujuan Analisis Break Even… ...............................................................................3

2.3 Manfaat Analisis Break Even.. ...............................................................................4

2.4 Komponen Break Even Point.. ...............................................................................5

2.5 Perhitungan Break Even Point.. ..............................................................................6

2.6 Keterbatasan dan Kelemahan Break Even Point.. ................................................11

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan ........................................................................................................13

Daftar Pustaka .................................................................................................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Dalam dunia bisnis, informasi merupakan alat yang penting bagi


manajemen untuk membantu menggerakkan dan mengembangkan kegiatan
perusahaan. Kelangsungan hidup dan pertumbuhan suatu perusahaantergantung
pada sistem informasi akuntansi manajemen (Mulyadi, 1993).Dengan menggunakan
informasi akutansi manajemen, maka akan membantu manajemen dalam
pengambilan keputusan secara efektif,mengurangi ketidakpastian dan mengurangi
resiko dalam memilih alternative. Dengan menggunakan informasi manajemen ini,
bisa dilakukan pengendalian manajemen. Hal ini disebabkan informasi akuntansi
manajemen menekankan hubungan antara informasi keuangan dengan manajer yang
bertanggung jawab terhadap perencanaan dan pelaksanaannya.Break Even Point
yang biasa disingkat dengan BEP, yang di Indonesia kita kenal dengan
Titik Impas adalah salah satu bentuk dari sekian banyak informasi akuntansi
manajemen yang dipakai menganalisa hubungan antara:Revenue/Sales, Cost,
Volume & Profit.Analisa break even point sangat penting bagi pimpinan perusahaan
untuk mengetahui pada tingkat produksi berapa jumlah biaya akan sama dengan
jumlah penjualan atau dengan kata lain dengan mengetahui breakeven point kita
akan mengetahui hubungan antara penjualan, produksi, harga jual, biaya, rugi atau
laba, sehingga memudahkan bagi pimpinan untuk mengambil kebijaksanaan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Pengertian Break Even Point?
2. Apa tujuan analisis Break Even?
3. Apa Manfaat dan kegunaan BEP?
4. Apa saja komponen dalam menghitung BEP?
5. Bagaimana Perhitungan BEP?
6. Apa Keterbatasan dan Kelemahan Analisis BEP?
1.3 TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pengertian even point
2. Untuk mengetahui tujuan analisis break even
3. Untuk mengetahui manfaat dan kegunaan BEP
4. Untuk mengetahui komponen BEP
5. Menjelaskan bagaimana cara menghitung BEP
6. Menjelaskan keterbatasan dan kelemahan analisis BEP

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN BREAK EVEN

Break Even Point adalah titik dimana company/business dalam keadaan belum
memperoleh keuntungan, tetapi juga sudah tidak merugi. Dengan kata lain, pada
keadaan itu keuntungan atau kerugian sama dengan nol. Hal tersebut dapat terjadi bila
perusahaan dalam operasinya menggunakan biaya tetap, dan volume penjualan hanya
cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel. Apabila penjualan hanya cukup
untuk menutup biaya variabel dan sebagian biaya tetap, maka perusahaan menderita
kerugian. Dan sebaliknya akan memperoleh memperoleh keuntungan, bila penjualan
melebihi biaya variabel dan biaya tetap yang harus di keluarkan.
Break Even point atau BEP dapat diartikan suatu analisis untuk menentukan dan
mencari jumlah barang atau jasa yang harus dijual kepada konsumen pada harga
tertentu untuk menutupi biaya-biaya yang timbul serta mendapatkan keuntungan/profit.
Break even point atau titik impas dapat pula diartikan sebagai suatu keadaan
dimana dalam operasi perusahaan, perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak
menderita rugi (penghasilan = total biaya). (Munawir, 1986). Menurut Rosyandi
(1985) break even pointmerupakan titik produksi dimana hasil penjualan akan tepat
sama dengan total biaya produksi.

Munawir (1986) menyatakan bahwa analisa break even point merupakan suatu
analisa yang ditujukan untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai oleh
suatu perusahaan agar perusahaan tersebut tidak menderita kerugian (keuntungan=0).
Melalui analisa BEP dapat dibuat perencanaan penjualan, sekaligus perencanaan tingkat
produksi, agar perusahaan secara minimal tidak mengalami kerugian. Selanjutnya
karena harus untung berarti perusahaan harus berproduksi di atas BEP atau titik impas.
(Rosyandi, 1985). Dalam rangka memproduksi atau menghasilkan suatu produk, baik
barang maupun jasa, perusahaan terkadang perlu terlebih dulu merencanakan berapa
besar laba yang ingin diperoleh. Artinya dalam hal ini besar laba merupakan prioritas
yang harus dicapai perusahaan, disamping hal-hal lainnya. Agar perolehan lebih mudah
ditentukan, salah satu caranya adalah perusahaan harus mengetahui terlebih dulu
berapa titik impasnya. Artinya perusahaan beroperasi pada jumlah produksi atau
penjualan tertentu sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian ataupun keuntungan.
Analisis titik impas atau analisis pulang pokok atau dikenal dengan nama
analisis Break Even Point (BEP) merupakan salah satu analisis keuangan yang sangat
penting dalam perencanaan keuangan perusahaan. Analisis titik impas sering disebut
analisis perencanaan laba (profit planning). Analisis ini biasanya lebih sering digunakan
apabila perusahaan ingin mengeluarkan suatu produk baru. Artinya dalam memproduksi
produk baru tentu berkaitan dengan maslah biaya yang harus dikeluarkan, kemudian
penentuan harga jual serta jumlah barang atau jasa yang akan diproduksi atau dijual
kekonsumen.

2
Analisis BEP digunakan untuk mengetahui pada titik berapa hasil penjualan
sama dengan jumlah biaya. Atau perusahaan beroperasi dalam kondisi tidak laba dan
tidak rugi, atau laba sama dengan nol. Melalui titik BEP, kita akan dapat mengetahui
bagaimana hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume
kegiatan (penjualan atau produksi). Oleh karena itu, analisis ini juga sering disebut
dengan nama cost profit volume analysis.
Analisis BEP juga memberikan pedoman tentang berapa jumlah produk minimal, yang
harus diproduksi atau dijual. Tujuannya adalah agar perusahaan mampu memperoleh
keuntungan yang maksimal. Artinya dengan memproduksi sejumlah barang dengan
kapasitas produksi yang dimilikinya, perusahaan akan tahu batas minimal yang harus
dijual dan keuntungan maksimal yang diperoleh apabila diproduksi secara penuh.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa arti analisis BEP adalah suatu
keadaan di mana perusahaan beroperasi dalam kondisi tidak memperoleh pendapatan
(laba) dan tidak pula menderita kerugian.

Artinya dalam kondisi ini jumlah pendapatan yang diterima sama dengan jumlah biaya
yang dikeluarkan. Lebih lanjut harus dijual agar kita memperoleh keuntungan, baik
dalam volume penjualan dalam unit maupun rupiah.

2.2 TUJUAN ANALISIS BREAK EVEN

Analisis break even point (Analisis Pulang Pokok) digunakan untuk menentukan
hal-hal seperti: (1) jumlah penjualan minimum yang harus dipertahankan agar
perusahaan tidak mengalami kerugian. Jumlah penjualan minimum ini berarti juga
jumlah produksi minimum yang harus dibuat, (2) jumlah penjualan yang harus dicapai
untuk memperoleh laba yang telah direncanakan atau dapat diartikan bahwa tingkat
produksi harus ditetapkan untuk memperoleh laba tersebut, (3) mengukur dan menjaga
agar penjualan dan tingkat produksi tidak lebih kecil dari BEP, dan (4) menganalisis
perubahan harga jual, harga pokok dan besarnya hasil penjualan atau tingkat produksi.
Sehingga analisis terhadap BEP merupakan suatu alat perencanaan penjualan dan
sekaligus perencanaan tingkat produksi, agar perusahaan secara minimal tidak
mengalami kerugian. Selanjutnya karena harus memperoleh keuntungan berarti
perusahaan harus berproduksi di atas BEP-nya (Prawirasentono, 1997).

Analisis BEP bertujuan menemukan satu titik baik dalam unit maupun rupiah
yang menunjukan biaya sama dengan pendapatan. Dengan mengetahui titik tersebut,
berarti dalam padanya belum diperoleh keuntungan atau dengan kata lain tidak untung
tidak rugi. Sehingga dikala penjualan permisi lewat melebihi BEP maka mulailah
keuntungan diperoleh. Sasaran analisis BEP tidak lain mengetahui pada tingkat volume
berapa titik impas berada.

Dalam kondisi lain, analisis BEP pun digunakan untuk membantu pemilihan
jenis produk atau proses dengan mengidentifikasi produk atau proses yang mempunyai
total biaya terendah untuk suatu volume harapan. Sedangkan dalam pemilihan lokasi,

3
analisis BEP dipakai untuk menentukan lokasi berbiaya total terendah, yang berarti total
pendapatan tertunggi untuk kapasitas produksi yang ditentukan. Analisis BEP
dibedakan antara penggunaan untuk produk tunggal dan atau untuk beberapa produk
sekaligus. Mayoritas perusahaan memproduksi atau menjual lebih dari satu produk
menggunakan fasilitas yang sama.

Dalam menggunakan analisis BEP, terdapat asumsi-asumsi sebagai berikut:

1. Harga jual barang/jasa per unit relative tetap pada berbagai tingkat volume
penjualan dalam periode yang bersangkutan. Kurva TR merupakan garis linear.

2. Biaya yang teradi dapat dikelompokkan ke dalam biaya tetap dan biaya variabel.

3. Biaya tetap relatif konstan pada periode bersangkutan.

4. Kapasitas produksi maksimum perusahaan tidak bertambah karena ekspansi.

5. Tingkat efisiensi perusahaan relative tidak berubah.

Analisis BEP harus disesuaikan dengan:

1. Perubahan harga jual produk per unit, akibat turun atau naiknya harga jual.

2. Perubahan biaya tetap dan biaya variabel per unit, baik biaya langsung maupun
biaya tidak langsung.

3. Perubahan komposisi barang atau jasa yang diproduksi dan dijual.

2.3 MANFAAT ANALISIS BEP

Manfaat analisis BEP menurut Sutrisno (2000) adalah: (1) perencanaan produksi dan
penjualan sesuai target laba yang di inginkan, (2) perencanaan harga jual normal atas
barang yang di hasilkan untuk mencapai laba yang ditargetkan dengan memproyeksikan
target penjualan, (3) perencanaan dan pemilihan metode produksi yang digunakan dan
(4) penentuan titik tutup pabrik (shut down point), yaitu ketika penjualan tidak mampu
menutup biaya variabel dan biaya tetap tunai.

Analisis Break Even Point secara umum dapat memberikan informasi kepada pimpinan,
bagaimana pola hubungan antara volume penjualan, cost/biaya, dan tingkat keuntungan

4
yang akan diperoleh pada level penjualan tertentu. Analisis Break Even Point dapat
membantu pimpinan dalam mengambil keputusan mengenai hal-hal sebagai berikut:

1. Jumlah penjualan minimal yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak


mengalami kerugian.

2. Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan tertentu.

3. Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita rugi.

4. Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan volume
penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh.

2.4 KOMPONEN DALAM MENGHITUNG BEP

PENGGOLONGAN BIAYA :

Biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Variabel Cost (biaya Variabel)

Variabel cost merupakan jenis biaya yang selalu berubah sesuai dengan
perubahan volume penjualan, dimana perubahannya tercermin dalam biaya variabel
total. Dalam pengertian ini biaya variabel dapat dihitung berdasarkan persentase
tertentu dari penjualan, atau variabel cost per unit dikalikan dengan penjualan dalam
unit.

2. Fixed Cost (biaya tetap)

Fixed cost merupakan jenis biaya yang selalu tetap dan tidak terpengaruh oleh
volume penjualan melainkan dihubungkan dengan waktu(function of time) sehingga
jenis biaya ini akan konstan selama periode tertentu. Contoh biaya sewa, depresiasi,
bunga. Berproduksi atau tidaknya perusahaan biaya ini tetap dikeluarkan.

3. Semi Varibel Cost

Semi variabel cost merupakan jenis biaya yang sebagian variabel dan sebagian
tetap, yang kadang-kadang disebut dengan semi fixed cost. Biaya yang tergolong jenis
ini misalnya: Sales expense atau komisi bagi salesman dimana komisi bagi salesman ini
tetap unutk range atau volume tertentu, dan naik pada level yang lebih tinggi

5
Apabila perusahaan mempunyai biaya variabel saja, maka tidak akan muncul
masalah break even point dalam perusahaan tersebut. Masalah break even point baru
akan muncul apabila suatu perusahaan disamping mempunyai biaya variabel juga
mempunyai biaya tetap. Besarnya biaya variabel secara totalitas akan berubah-ubah
sesuai dengan volume produksi perusahaan, sedangkan besarnya biaya tetap sacara
totalitas tidak mengalami perubahan meskipun ada perubahan volume produksi. Karena
adanya unsur biaya variabel disuatu sisi dan unsur biaya tetap disisi lain maka suatu
perusahaan dengan volume produksi tertentu menderita kerugian karena penjualan
hanya menutupi biaya tetap. Ini berarti bahwa bagian dari hasil penghasilan penjualan
yang tersedia hanya cukup untuk menutupi biaya tetap tetapi tidak cukup menutupi
biaya variabelnya. Volume penjualan dimana penghasilan total sama besarnya dengan
biaya totalnya, sehingga perusahaan tidak mencapai laba atau keuntungan dan tidak
menderita kerugian disebut Break Even Point.

Analisa break even point memberikan penerapan yang luas untuk menguji
tindakan-tindakan yang diusulkan dalam mempertimbangkan alternatif-alternatif atau
tujuan pengambilan keputusan yang lain. Analisa break even point tidak hanya semata-
mata untuk mengetahui keadaan perusahaan yang break even saja, akan tetapi analisa
break even point mampu memeberikan informasi kepada pimpinan perusahaan
mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungan dengan kemungkinan
memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan.

2.5 Metode dan Perhitungan Analisis BEP

1. Matematis

Titik impas (BEP) terjadi pada saat TR = TC. Dari persamaan tersebut, dapat dibuat
rumus:

TR = TC

P.Q = TFC + Q(AVC)

P.Q – Q(AVC) = TFC

Keterangan:

TR = total penerimaan (total revenue)

TC = total biaya (total cost)

P = harga (price)

6
Q = kuantitas (quantity)

TFC = total biaya tetap (total fixed cost)

AVC = biaya variabel per unit

2. Laporan Laba Rugi (income statement)

Laporan laba rugi memuat data tentang total penghasilan (jumlah barang yang
dijual x harga barang atau jasa per unit) dan total biaya.

Dalam pembebanan biaya harga pokok penjualan (HPP) terdapat 2 konsep:

● Konsep full costing (biaya penuh atau biaya seluruhnya)

● Konsep variable costing

3. Grafis

Analisis BEP dapat pula diselesaikan secara grafis.

Caranya adalah sebagai berikut:

Kurva TR adalah garis linear. TR = P x Q. P adalah harga dan Q adalah jumlah


barang yang diual.

Kurva TC = TFC + TVC

Dari kedua kurva tersebut, yaitu kurva TR dan kurva TC dapat digambarkan secara
grafik. Perpotongan kurva TR dan TC merupakan titik BEP, dimana TR = TC.

PERHITUNGAN BEP

Rumus BEP Break Even Point


Pada dasarnya ada beberapa metode dalam menentukan BEP. Salah satunya,
anda bisa menggunakan Rumus BEP yang pertama, yaitu menghitung break even point
yang harus diketahui adalah jumlah total biaya tetap, biaya variabel per unit atau total
variabel, hasil penjualan total atau harga jual per unit. Rumus yang dapat digunakan
adalah sebagai berikut:
Break even point dalam unit.

7
Keterangan rumus :

 BEP : Break Even Point


 FC : Fixed Cost
 VC : Variabel Cost
 P : Price per unit
 S : Sales Volume.
Break even point dalam rupiah.

Contoh Soal Mencari BEP:

1. Diketahui PT. Gear Second memiliki usaha di bidang alat perkakas martil
dengan data sebagai berikut :

Kapasitas produksi yang mampu dipakai 100.000 unit mesin martil.


Harga jual persatuan diperkirakan Rp. 5000,- unit
Total biaya tetap sebesar Rp. 150.000.000,- dan total biaya variabel sebesar
Rp.250.000.000,-
Perincian masing-masing biaya adalah sebagai berikut :

Fixed Cost
Overhead Pabrik : Rp. 60.000.000,-
Biaya disribusi : Rp. 65.000.000,-

Biaya administrasi : Rp. 25.000.000,-

Total FC : Rp.150.000.000,-

Variable Cost
Biaya bahan : Rp. 70.000.000,-
Biaya tenaga kerja : Rp. 85.000.000,-

Overhead pabrik : Rp. 20.000.000,-

Biaya distribusi : Rp. 45.000.000,-

Biaya administrasi : Rp. 30.000.000,-

Total VC : Rp.250.000.000,-

Penyelesaian untuk mendapatkan BEP dalam unit maupun rupiah.

Penyelesaian :

8
Kapasitas produksi 100.000 unit

Harga jual per unit Rp. 5000,-

Total Penjualan 100.000 unit x Rp 5000,- = Rp. 500.000.000,-

Untuk mencari BEP dalam unit adalah sebagai berikut :

Jadi perusahaan harus menjual 60.000 Unit perkakas martil agar BEP.

Kemudian, mencari BEP dalam rupiah adalah sebagai berikut :

Jadi perusahaan harus mendapatkan omset sebesar Rp. 300.000.000,- agar terjadi BEP.

Untuk membuktikan kedua hasil tersebut dengan :

BEP = Unit BEP x harga jual unit

BEP = 60.000 unit x Rp.5000 = Rp.300.000.000,-.

2. Sebuah usaha dengan biaya yang tetap Rp 40.000,00-. Biaya ini dikeluarkan
kendati pun tak ada penjualan. Kemudian biaya variabel 1,2 perunit, artinya
berapa unit yang dijual biaya variabelnya dikalikan 1,2. Bertambah besar
volume penjualan , bertambah besar pula biaya variabelnya. Harga jual per unit
Rp 2,00-.

jawaban :

Rumus –> Sales ( S) = Price (P) x Quantity (Q)

9
S=PxQ

=2xQ

* TC = Biaya Tetap + Biaya Variabel

= 40.000 + 1,2 Q

* BEP = S = TC

2Q = 40000 + 1,2Q

2Q – 1,2Q = 40000

Q = 40000/ 0,8 = 50.000

* TC = 40000 + 1,2 x 50000

= 40000 + 60000

= 100.000

S = 2 . 50000 = 100.000

TC = 100.000

TITIK IMPAS

3. Sebuah usaha kerajinan miniatur dari bubur kertas menetapkan harga produk
Rp.10,000/unit. Biaya tetap Rp.10,000,000, biaya tidak tetap Rp.5,000.
Berapa volume produksi pada titik impas?

jawaban : S = P x Q

= 10.000 x Q

*TC = Biaya Tetap + Biaya Variabel


= 10.000.000 + 5000Q

*BEP = S = TC
10000Q = 10.000.000 + 5000Q

10
10000Q-5000Q = 10.000.000
Q = 10.000.000 / 5000
= 2000

*TC = 10.000.000 + 5000 x 2000


= 10.000.000 + 10.000.000
= 20.000.000

S = 10000.2000 = 20.000.000

TC = 20.000.000

2.6 KETERBATASAN DAN KELEMAHAN BEP


Analisis break even dapat dirasakan manfaatnya apabila titik break even dapat
dipertahankan selama periode tertentu. Keadaan ini at dipertahankan apabila biaya-
biaya dan harga jual dalah konstan, karena naik turunnya harga jual dan biaya akan
mempengaruhi titik break even. Dalam kenyataan analisis ini agak sukar untuk
diterapkan. Oleh sebab ini bagi analis perlu diketahui bahwa analisis break even
mempunyai limitasi-limitasi tertentu, yaitu:

a) Fixed cost haruslah konstan selama periode atau range of out put tertentu

b) Variabel cost dalam hubungannya dengan sales haruslah konstan

c) Sales price perunit tidak berubah dalam periode tertentu

d) Sales mix adalah konstan

Berdasarkan limitasi-limitasi tersebut, BREAK EVEN POINT (BEP) akan bergeser


atau berubah apabila:

a) Perubahan FC, terjadi sebagai akibat bertambahnya kapasitas produksi, dimana


perubahan ini di tandai dengan naik turunnya garis FC dan TC-nya, meskipun
perubahannya tidak mempengaruhi kemiringan garis TC. Bila FC naik BEP akan
bergeser keatas atau sebaliknya.

b) Perubahan pada variabel cost ratio atau VC per unit, dimana perubahan ini akan
menentukan bagaimana miringnya garis total cost. Naiknya biayaVC per unit akan
menggeser BEP keatas atau sebaliknya.

c) Perubahan dalam sales price per unit .Perubahan ini akan mempengaruhi miringnya
garis total revenue (TR). Naiknya harga jual per unit pada level penjualan yang sama
walaupun semua biaya adalah tetap, akan menggeser kebawah atau sebaliknya.

11
d) Terjadinya perubahan dalam sales mix. Apabila suatu perusahaan memproduksi
lebih dari satu macam produk maka komposisi atau perbandingan antara satu produk
dengan produk lain (sales mix) haruslah tetap. Apabila terjadi perubahan misalnya
terjadi kenaikan 20% pada produk A sedangkan produk B tetap maka BEP pun akan
berubah.

Kelemahan Break Even Point

- Asumsi yang menyebutkan harga jual konstan padahal kenyataan harga ini kadang-
kadang harus berubah sesuai dengan kekuatan permintaan dan penawaran di pasar.
Untuk menutuapi kelemahan itu, maka harus dibuat analisis sensitivitas untuk harga
jual yang berbeda.

-Asumsi terhadap cost, penggolongan biaya tetap dan biaya variabel juga mengandung
kelemahan. Dalam keadaan tertentu untuk memenuhi volume penjualan biaya tetap
tidak bisa tidak harus berubah karena pembelian mesin-mesin atau peralatan lainnya.
Dengan demikian juga perhitungannya biaya variabel perunit juga akan dapat
dipengaruhi perubahan ini.

-Jenis barang yang dijual tidak selalu satu jenis.

- Biaya tetap juga tidak selalu tetap pada berbagai kapasitas.

-Biaya variabel juga tidak selalu berubah sejajar dengan perubahan volume.

Namun begitu,asumsi-asumsi terhadap analisis titik impas seperti asumsi


terhadap biaya yang dianggap tetap, kapasitas produksi serta tingkat penjualan dengan
jumlah dan harga yang juga diasumsikan tetap, maupun biaya variable yang disumsikan
berubah sebanding dengan perubahan volume penjualan perlu dilakukan karena untuk
dapat membuat suatu model analisis mau tidak mau perlu adanya asumsi yang
mendasari perhitungan tersebut, agar perhitungan yang dilakukan dapat menghasilkan
hal-hal yang ingin kita prediksi. Kelemahan-kelemahan yang terjadi merupakan resiko
dari prediksi yang dilakukan sehingga dalam pengambilan keputusan melalui analisis
titik impas tetap perlu adanya kehati-hatian dari manajer guna menghindari kesalahan
yang berakibat pada kerugian usaha

12
BAB III

PENUTUPAN

3.1 KESIMPULAN

Break Even Point (BEP) dapat diartikan suatu titik atau keadan dimana
perusahaan dalam operasi nya tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita
kerugian. Tujuan analisi break even point yaitu untuk mengetahui pada volume
penjualan atau produksi berapakah suatu perusahaan akan mencapai laba tertentu.

Analisis break even point secara umum dapat memberika informasi kepada
pimpinan bagaimana pola hubungan antara volume penjualan, biaya , dan tingkat
keuntungan yg akan di peroleh pada level penjualan tertentu.

Analisis break even point dapat di rasakan manfaat nya apabila. Break even
point dapat di pertahankan selama periode tertentu. Keadaan ini dapat di pertahankan
apabila biaya-biaya dan harga jual konstan, karna naik turunnya harga jual dan biaya
akan mempengaruhi. BREAK EVEN POINT.

13
3.3 DAFTAR PUSTAKA

https://zaviabalqis.wordpress.com/2016/04/30/analisis-bep/

https://irnawt.wordpress.com/2011/04/28/pengertian-definisi-dan-rumus-bep-break-even-point-
4/

Supranto Johannes.2013. Riset Operasi . Depok:RajaGrafindo Persada.

14

Anda mungkin juga menyukai