Anda di halaman 1dari 69

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 KEHAMILAN

2.1.1 Pengertian Kehamilan

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan

normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar

atau 9 bulan menurut kalender internasional (Prawirohardjo, 2012:213).

Proses kehamilan merupakan mata rantai yang

berkesinambungan dan terdiri dari : ovulasi, migrasi spermatozoa dan

ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus,

pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai

aterm (Manuaba, 2012:75).

Menurut usia kehamilan, kehamilan dibagi menjadi 3 trimester:

a) Kehamilan trimester kesatu berlangsung 12 minggu (0-12minggu)

b) Kehamilan trimester kedua berlangsung 15 minggu (minggu ke 13-

27 minggu)

c) Kehamilan trimester tiga berlangsung 13 minggu (minggu ke 28-40

minggu) (Prawirohardjo,2012:213).

6
Kehamilan dibagi menjadi 3 triwulan yaitu :

a) Triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan

b) Triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan

c) Triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan

(Prawirohardjo, 2012:213).

Kehamilan terbagi menjadi 3 triwulan, yaitu :

a) Triwulan pertama : 0 - 12 minggu.

b) Triwulan kedua : 13 - 28 minggu.

c) Triwulan ketiga : 29 – 42 minggu (Manuaba, 2012:107).

2.1.2 Fisiologi Proses Kehamilan

Proses kehamilan merupakan matarantai yang bersinambungan

dan terdiri dari : ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan

pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan

plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba,

2012:75).

2.1.3 Tanda dan Gejala Kehamilan

Tanda Dugaan Hamil

a) Amenorea (terlambat datang bulan). Konsepsi dan nidasi

menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel De Graaf dan

ovulasi. Dengan mengetahui hari pertama haid terakhir dengan

perhitungan rumus Naegle, dapat ditentukan perkiraan persalinan.

7
b) Nausea (mual) dan Emesis (muntah). Pengaruh estrogen dan

progesteron menyebabkan pengeluaran asam lambung yang

berlebihan. Mual dan muntah terutama pagi hari yang disebut

morning sickness. Dalam batas fisiologis, keadaan ini dapat

diatasi. Akibat mual dan muntah, nafsu makan berkurang.

c) Ngidam Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu,

keinginan yang demikian disebut ngidam.

d) Sinkope atau pingsan. Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah

kepala (sentral) menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan

menimbulkan sinkop atau pingsan. Keadaan ini menghilang

setelah usia kehamilan 16 minggu.

e) Payudara Tegang. Pengaruh estrogen-progesteron dan

somatomamotrofin menimbulkan deposit lemak, air, dan garam

pada payudara. Payudara membesar dan tegang. Ujung syaraf

tertekan menyebabkan rasa sakit terutama pada hamil pertama.

f) Sering Miksi. Desakan rahim ke depan menyebabkan kandung

kemih cepat terasa penuh dan sering miksi. Pada triwulan kedua,

gejala ini sudah menghilang.

g) Konstipasi atau Obstipasi Pengaruh progesteron dapat

menghambat peristaltik usus, menyebabkan kesulitan untuk

buang air besar.

h) Pigmentasi Kulit. Keluarnya melanophore stimulating hormone

hipofisis anterior menyebabkan pigmentasi kulit di sekitar pipi

8
(kloasma gravidarum), Pada dinding perut (striae livide, striae

nigra, linea alba semakin hitam), dan sekitar payudara

(hiperpigmentasi areola mamae, puting susu makin menonjol,

kelenjar montgomery menonjol, pembuluh darah menifes sekitar

payudara), disekitar pipi (kloasma gravidarum).

i) Epulis. Hipertrofi gusi yang disebut epulis, dapat terjadi bila

hamil.

j) Varices penampakan pembuluh darah vena. Karena pengaruh dari

estrogen dan progesteron terjadi penampakan pembuluh darah

vena, terutama bagi mereka yang mempunyai bakat. Penampakan

pembuluh darah itu terjadi di sekitar genitalia eksterna, kaki dan

betis, dan payudara. Penampakan pembuluh darah ini dapat

menghilang setelah persalinan (Manuaba, 2012:107).

Tanda Tidak Pasti Hamil

a) Rahim membesar, sesuai dengan tuanya kehamilan.

b) Pada pemeriksaan dalam, dijumpai

1) Tanda Hegar : perlunakan kompresibilitas ismus serviks

sehingga ujung-ujung jari seakan dapat ditemukan apabila

istmus ditekan.

2) Tanda Chadwicks : perubahan warna menjadi kebiruan atau

ungu pada vulva, vagina, dan serviks.

3) Tanda Piscaseck : uterus membesar ke segala arah satu

jurusan.

9
4) Kontraksi Braxton Hicks : uterus berkontraksi bila dirangsang.

5) Teraba ballottement.

c) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif. Tetapi sebagian

kemungkinan positif palsu (Manuaba, 2012:108).

Tanda Pasti Hamil

a) Gerakan Janin Dalam Rahim

b) Terlihat / Teraba Gerakan Janin dan Teraba Bagian–Bagian Janin

c) Denyut Jantung Janin. Didengar dengan stetoskop Leanec, alat

kardio tokografi, alat Dopler. Dilihat dengan ultrasonografi.

Pemeriksaan dengan alat canggih, yaitu rontgen untuk melihat

kerangka janin, ultrasonografi (Manuaba, 2012:109).

2.2 ANTENATAL CARE (ANC)

2.2.1 Pengertian Antenatal Care (ANC)

Antenatal care adalah upaya preventif program pelayanan

kesehatan obstetrik untuk optimalisasi saluran maternal dan neonatal

melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan

(Prawirohardjo, 2012:278).

Antenatal care adalah pengawasan sebelum persalinan terutama

ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim

(Manuaba, 2012:110).

Pemeriksaan antenatal (pengawasan antenatal) adalah

pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalisasikan kesehatan mental

10
dan fisik ibu hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan, kala

nifas, persiapan memberikan ASI, dan kembalinya kesehatan

reproduksi secara wajar (Manuaba, 2012:111)

2.2.2 Tujuan Antenatal Care (ANC)

Secara khusus, pengawasan antenatal bertujuan untuk :

a) Mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit yang terdapat

saat kehamilan, saat persalinan, dan kala nifas.

b) Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai hamil,

persalinan, dan kala nifas.

c) Memberikan nasihat dan petunjuk yang berkaitan dengan

kehamilan, persalinan, kala nifas, laktasi, dan aspek keluarga

berencana.

d) Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal

(Manuaba, 2012:111).

2.2.3 Jadwal Kunjungan Antenatal Care (ANC)

Kunjungan antenatal sebaiknya secara berkala dan teratur bila

kehamilan normal, jumlah kunjungan cukup 4 kali selama

kehamilan, yaitu :

a) Satu kali pada trimester I

b) Satu kali pada trimester II

c) Dua kali pada trimester III (Prawirohardjo, 2012:254).

11
Dengan memperhatikan batasan dan tujuan pengawasan

antenatal, maka jadwal pemeriksaan adalah sebagai berikut :

a) Pemeriksaan Pertama

Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui

terlambat haid

b) Pemeriksaan Ulang

1) Setiap bulan sampai usia kehamilan 6 sampai 7 bulan

2) Setiap 2 minggu sampai usia kehamilan 8 bulan

3) Setiap 1 minggu sejak usia kehamilan 8 bulan sampai terjadi

persalinan

c) Pemeriksaan khusus

Pemeriksaan khusus dilakukan apabila terdapat keluhan

tertentu (Manuaba, 2012:111).

Bila kehamilan termasuk risiko tinggi perhatian dan jadwal

kunjungan harus lebih ketat. Namun, bila kehamilan normal

jadwal asuhan normal cukup 4 kali, yaitu :

a) K1 (sebelum kehamilan 28 minggu)

b) K2 (selama kehamilan 28 – 36 minggu)

c) K3 dan K4 (pada usia kehamilan diatas 36 minggu

(Prawirohardjo, 2012:279)

2.2.4 Pemeriksaan Menurut Leopold

12
a. Leopold I

1) Pemeriksa menghadap kearah wajah ibu hamil

2) Menentukan tinggi fundus uteri, bagian janin dalam

fundus dan konsistensi fundus

b. Leopold II

1) Menentukan batas samping rahim kanan-kiri

2) Menetukan letak punggung janin

3) Pada letak lintang, tentukan dimana kepala janin

c. Leopold III

1) Menentukan bagian terbawah janin

2) Apakah bagian terbawah janin sudah masuk atau masih

goyang

d. Leopold IV

1) Pemeriksa menghadap ke kaki ibu

Menentukan bagian terbawah janin dan berapa jauh janin

sudah masuk pintu atas panggul (Manuaba, 2012 : 118)

2.2.5 Pelayanan / Asuhan Standar Minimal 14 T

a) Ukur berat badan dan tinggi badan (T1)

13
1) Dalam keadaan normal kenaikan berat badan ibu dari sebelum

hamil dihitung dari trimester I sampai trimester II yang

berkisar antara 6,5 - 16,5 kg (Manuaba, 2012:95).

2) Pengukuran tinggi badan ibu hamil dilakukan untuk

mendeteksi faktor resiko terhadap kehamilan yang sering

berhubungan dengan keadaan rongga panggul.

b) Ukur tekanan darah (T2)

Jika tekanan darah ibu hamil melebihi 140/90 mmHg

curigai adanya preeklamsi ringan. kenaikan sistolik ≥30 mmHg

dan kanaikan diastolik ≥15 mmHg tidak dipakai lagi sebagai

kriteria preeklamsia (Prawirohardjo, 2012:543).

c) Ukur tinggi fundus uteri (T3)

Tujuan pemeriksaan TFU menggunakan teknik Mc. Donald

adalah menentukan umur kehamilan berdasarkan mingu

danhasilnya bisa di bandingkan dengan hasil anamnesis hari

pertama haid terakhir (HPHT) dan kapan gerakan janin mulai

dirasakan. TFU yang normal harus sama dengan UK dalam

minggu yang dicantumkan dalam HPHT.

Tinggi Fundus Uteri Usia Kehamilan

1/3 diatas sympisis 12 Minggu

1/2 diatas sympisis 16 Minggu

14
2/3 diatas sympisis 20 Minggu

Setinggi pusat 22 Minggu

1/3 diatas pusat 28 Minggu

1/2 pusat-prosesus xipoideus 34 Minggu

Setinggi prosesus xipoideus 36 Minggu

Dua jari (4 cm) dibawah 40 Minggu

prossesus xipoideus

(Manuaba, 2010:100)

Menurut Spiegelberg dengan jalan mengukur Tinggi Fundus Uteri

dari simfisis diperoleh tabel :

Ukuran Fundus Uteri sesuai Usia Kehamilan

Usia kehamilan sesuai minggu Jarak dari simfisis

22- 28 minggu 24 – 25 cm

28 minggu 26,7 cm

30 minggu 29,5 – 30 cm

32 minggu 31 cm

34 minggu 32 cm

15
36 minggu 33 cm

40 minggu 37,7 cm

Menghitung taksiran berat janin (TBJ) menurut cara Mc. Donald :

(Tinggi Fundus dalam cm – n) x 155 = berat (gram)

a. Kepala teraba 5/5 dan 4/5 maka n = 13

b. Kepala teraba 3/.5 dan 2/5 maka n = 12

c. Kepala teraba 1/5 dan 0/5 maka n = 11

d) Pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan (T4)

1) Dimulai dengan memberikan satu tablet sehari sesegera

mungkin setelah rasa mual hilang.

2) Tiap tablet mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan

Asam Folat 500 µg, minimal masing-masing 90 tablet.

3) Tablet besi sebaiknya tidak diminum bersama teh atau kopi,

karena akan mengganggu penyerapan (Saifuddin, 2014:91).

e) Pemberian imunisasi TT (T5)

Imunisasi Tetanus Toxoid harus segera diberikan pada saat

seorang wanita hamil melakukan kunjungan yang pertama dan

dilakukan pada minggu ke-4.

Tabel 2.2 Interval dan Lama Perlindungan Tetanus Toxoid

Imunisasi Selang waktu minimal Lama

TT pemberian imunisasi TT perlindungan

16
TT 1 Pada kunjungan antenatal

pertama

TT 2 4 minggu setelah TT 1 3 Tahun

TT 3 6 bulan setelah TT 2 6 Tahun

TT 4 1 tahun setelah TT 3 10 Tahun

TT 5 1 tahun setelah TT 4 25 Tahun/ seumur

hidup

(Saifuddin, 2014 : 91)

f) Pemeriksaan Hb (T6)

Pada trimester pertama, konsentrasi HB tampak menurun,

kecuali pada perempuan yang telah memiliki kadar HB rendah

(<11,5 g/dl). Konsentarasi paling rendah didapatkan pada

trimester kedua, yaitu pada usia kehamilan sekitar 30 minggu.

Pada trimester ketiga terjadi sedikit peningkatan HB, kecuali pada

perempuan yang sudah memiliki kadar HB tinggi (>14,6 g/dl).

Umumnya ibu hamil dianggap anemik jika kadar hemoglobin

dibawah 11 g/dl atau hematokrit kurang dari 33%

(Prawirohardjo 2012:775).

g) Pemeriksaan VDRL (PMS) (T7)

Menganjurkan untuk pemeriksaan infeksi menular seksual (IMS)

lain pada kecurigaan adanya resiko IMS (Rukiah,2009:8)

17
h) Pemeriksaan protein urine (T8)

Kadar elektrolit total menurun pada waktu hamil nomal.

Pada preeklamsia kadar elektrolit total sama seperi hamil normal,

kecuali bila diberi diuretikum banyak, retraksi konsumsi garam

auat pemberian cairan oksitosin yang bersifat antidiuretik.

Preklamsi berat yang mengalami hipoksia dapat

menimbulkan gangguan keseimbangan asam basa. Pada waktu

terjadi kejang eklampsia kadar bikarbonat menurun, disebabkan

timbulnya asidosis laktat dan akibat konpensasi hilangnya karbon

dioksidan (Prawirohardjo 2012:539).

i) Pemeriksaan urine reduksi (T9)

j) Perawatan payudara (T10)

Payudara perlu diperiksakan sebelum bayi lahir sehingga

dapat segera berfungsi dengan baik pada saat diperlukan.

Pengurutan payudara untuk mengeluarkan sekresi dan membuka

duktus dan sinus laktiferus sebaiknya dilakukan secara hati-hati

dan benar karena pengurutan yang salah dapat menimbulkan

kontraksi pada rahim sehingga terjadi kontraksi seperti pada uji

kesejahteraan janin menggunakan uterotonika (Prawirohardjo

2012:286).

k) Senam hamil (T11)

Senam hamil bertujuan mempersiapkan dan melatih otot-

otot sehingga dapat diamnfaatkan untuk berfungsi secara optimal

18
dalam persalinan normal.senam hamil ditunjukan bagi ibu hamil

tanpa kelainan atau tidak terdapat penyakit yang menyertai

kehamilan, yaitu penyakit jantung, penyakit ginjal, penyakit

kehamilan (dengan pendarahan, hamil dengan gestosis, hamil

dengan kelainan letak), dan kehamilan disertai anemia. Senam

hamil dimulai pada usia kehamilan 24 sampai 28 minggu

(Manuaba, 2012:132)

l) Pemberian obat malaria (T12)

m) Pemberian kapsul minyak yodium (T13)

n) Temu wicara / konseling (T14)

Anamnesa meliputi biodata, riwayat menstruasi, riwayat

kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas, biosikososial,

dan pengetahuan klien (Rukiah, 2009:8).

2.2.1 Informasi Penting pada Kunjungan ANC

a. Trimester I sebelum minggu ke 14

1) Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu

hamil.

2) Mendeteksi masalah dan menanganinya.

3) Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonaturum, anemia

kekurangan zat besi, penggunaan praktek tradisional yang merugikan.

4) Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi

komplikasi.

19
5) Mendorong perilaku yangsehat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat,

dan sebagainya).

b. Trimester II sebelum minggu ke 28

Sama seperti diatas, ditambah kewaspadaan khusus mengenai

preeklamsia (tanya ibu tentang gejala-gejala preeklamsia, pantau tekanan

darah, evaluasi edema, periksa untuk mengetahui proteinuria).

c. Trimester III antara minggu 28-36

Sama seperti diatas, ditambah palpasi abdominal untuk mengetaui

apakah ada kehamilan ganda.

d. Trimester IV setelah 36 minggu

Sama seperti diatas, ditambah deteksi letak bayi yang tidak normal,

atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah sakit(Prawirohardjo,

2012 : N-2).

2.2 PERSALINAN

2.2.3 Pengertian Persalinan

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput

ketuban keluar dari uterus ibu. Persalina dianggap normal jikaosesnya

terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa

disertai penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi

dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan

berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap (APN, 2012:37).

20
Persalinan adalah peroses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan

melalui jalan lahir atau melalui jalan lahir, dengan bantuan atau tanpa

bantuan (kekuatan sendiri (Manuab, 2012:164).

Persalinan dan kelahiran adalah peroses pengeluaran janin yang

terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir sepontan

dengan persentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam,

tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo,

2009:100).

Dasar asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan

aman selama persalinan dan setelah bayi lahir, serta upaya pencegahan

komplikasi terutama perdarahan pascapersalinan, hipotermia dan

asfiksia bayi baru lahir (Prawirohardjo, 2012:334).

2.2.4 Tujuan Persalinan Normal

Tujuan asuhan persalinan normal adalah mengupayakan

kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi

ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap

serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas

pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal (Prawirohardjo,

2012:335).

Tujuan asuhan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan

hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan

bayinya, melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan

21
intervensi yang seminimal mungkin agar perinsip keamanan dan

kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang diinginkan(optimal).

Dengan pendekatan seperti ini, berarti bahwa : setiap intervensi yang

akan diaplikasikan dalam asuhan persalinan normal harus mempunyai

alasan dan bukti ilmiah yang kaut tentang manfaat interintervensi

tersebut bagi kemajuan dan keberhasilan proses persalinan (APN,

2012:3).

2.2.5 Klasifikasi atau Jenis Persalinan

Ada 2 klasifikasi persalinan, yaitu berdasarkan bentuk dan usia

kehamilan.

a. Jenis persalinan berdasarkan bentuk persalinan

a) Persalinan spontan. Bila persalinan seluruhnya berlangsung

dengan kekuatan ibu sendiri.

b) Persalinan buatan. Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga

dari luar.

c) Persalinan Anjuran (partus presipitatus) (Manuaba, 2010:164 )

b. Menurut usia dan berat janin yang dilahirkan.

a) Abortus

Adalah terhentinya dan dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum

mampu hidup diluar kandungan, usia kehamilan sebelum 28

minggu, berat janin kurang dari 1000 gr.

b) Persalinan Prematuritas

22
Adalah persalinan sebelum usia kehamilan 28-36 minggu, dengan

berat janin kurang dari 2499 gram.

c) Persalinan aterm

Adalah persalinan antara usia kehamilan 37 dan 42 minggu, berat

janin diatas 2500 gram.

d) Persalinan serotinus

Adalah persalinan melampaui usia kehamilan 42 minggu. Pada

janin terdapat tanda postmaturitas.

e) Persalinan presipitatus

Adalah persalinan berlangsung cepat kurang dari 3 jam

(Manuaba, 2012:166)

2.2.6 Sebab-Sebab Terjadinya Persalinan

Permulaan terjadinya persalinan dengan penurunan hormon

progesteron menjelang persalinan dapat terjadi kontraksi. Kontraksi

otot rahim menyebabkan.

a. Turunnya kepala, masuk pintu atas panggul, terutama pada

primigrapida minggu ke-36 dapat menimbulkan sesak dibagian

bawah, diatas simpisis pubis dan sering ingin berkemih atau sulit

kencing karena kandung kemih tertekan kepala.

b. Perut lebih membesar karena fundus uterin turun.

c. Muncul saat nyeri didaerah pinggang bawah kontraksi ringan otot

rahim dan tertekannya pleksus frankenhauser yang terletak sekitar

serviks (tanda persalinan palsu).

23
d. Terjadi perlunakan serviks karena terdapat kontraksi otot rahim

(Manuaba, 2012 :167)

Teori kemungkinan terjadinya proses persalinan.

a. Teori kerenggangan

Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas

waktu tertentu. Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi

sehingga persalinan dimulai.

b. Teori penurunan progesteron

Produksi progesteron mengalami penurunan, sehingga otot

rahim lebih sensitif terhadap oksitosin. Akibatnya otot rahim mulai

berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesteron tertentu.

c. Teori oksitosin internal

Dengan menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya

kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan aktivitas, sehingga

persalinan dapat mulai.

d. Teori prostaglandin

Konsentrasi prostsglandin meningkat pada usia kehamilan 15

minggu yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostaglandin

saat hamil dapt menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil

konsepsi dikeluarkan.

e. Teori hipotalamus-hipofisis dan glandula suprarenalis

Teori ini menunjukan pada kehamilan dengan anensefalus

sering terjadi kelambatan persalinan karena tidak berbentuk

24
hipotalamus. Pemberian kortikosteroid dapat menyebabkan maturitas

janin, induksi (mulainya) persalinan. Dari percobaan tersebut

disimpulkan ada hubungan antara hipotalamus-hipofisis dengan

mulainya persalinan. Glandula suprarenal merupakan pemicu

terjadinya persalinan (Manuaba, 2010:168)

2.2.7 Tanda-Tanda Persalinan

a. Terjadinya His Persalian

His persalinan mempunyai ciri khas pinggang terasa nyeri yang

menjalar ke depan, sifatnya teratur, interval makin pendek, dan

kekuatannya semakin besar, mempunyai pengaruh terhadap

perubahan serviks, makin beraktifitas (jalan) kekuatan semakin

bertambah.

b. Pengeluaran Lendir Dan Darah (pembawa Tanda)

Dengan his pesali tewrjadi perubahan pada serviks yang

menimbulkan pendataran dan pembukan. Pembukaan menyebabkan

lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas. Terjadi

pendarahan karena kapiler pembuluh darah pecah.

c. Pengeluaran Cairan

Pada berberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan

pengeluaran cairan. Sebagian besar ketuban baru pecah menjelang

pembukaan lengkap. Dengan pecahnya ketuban diharapkan

persalinan berlangsung dalam waktu 24 jam (Manuaba, 212:173)

2.2.8 Persalinan dibagi Menjadi 4 Kala

25
a. Kala I (Kala Pembukaan)

Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang

teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks

membuka lengkap (10 cm).

Kala I persalinan terdiri atas 2 fase yaitu :

1) Fase Laten

a) Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan

dan pembukaan serviks secara bertahap.

b) Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm.

c) Pada umumnya, fase laten berlangsung antara 6 hingga 8 jam.

2) Fase Aktif

a) Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara

bertahap (kontraksi dianggap adekuat jika terjadi tiga kali atau

lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik

atau lebih).

b) Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap 10

cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam

(nulipara atau primipara) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm

(multipara).

c) Terjadi penurunan bagian terbawah janin.

(Asuhan Persalinan Normal, 2012 : 38)

Fase aktif,dibagi dalam 3 fase yaitu :

26
a) Fase akselerasi

Dalam waktu 2 jam, pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.

b) Fase dilatasi maksimal

Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari

pembukaan 4 cm menjadi 9 cm

c) Fase deselarasi

Berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan jadi 10 cm.

Pada primigravida, berlangsung selama 12 jam dan pada

multigravida sekitar 8 jam. Kecepatan pembukaan seviks 1 cm

perjam (nulipara atau primigravida) dan lebih dari 1 cm hingga

2 cm (multipara).

(Asuhan Persalinan Normal, 2012)

b. Kala II (Pengeluaran)

Persalinan kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah

lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua juga

bisa disebut sebagai kala pengeluaran bayi. Tanda pasti kala II

ditemukan melalui pemeriksaan dalam yang hasilnya adalah :

1) Pembukaan serviks telah lengkap atau

2) Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.

Gejala dan tanda kala dua persalinan adalah :

1) Ibu merasa ingin meneran bersamaan engan terjadinya

kontraksi.

27
2) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan /

vaginanya.

3) Perineum menonjol.

4) Vulva-vagina dan spingter ani membuka.

5) Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.

(Asuhan Persalinan Normal, 2012 : 77)

c. Kala III (Pengeluaran Uri)

Persalinan kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan

berakhirnya dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban yang

berlangsung tidak lebih dari 30 menit (Asuhan Persalinan Normal,

2012 : 95)

d. Kala IV (Observasi)

Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena

perdarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama.

Observasi yang dilakukan meliputi tingkat kesadaran penderita,

pemeriksaan tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi dan

pernapasan, kontraksi uterus, terjadinya perdarahan. Perdarahan

diangap normal bila jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc.

(Manuaba, 2012 : 174).

2.4 Langkah APN

I.Mengenali Gejala Dan Tanda Kala Dua

1. Mendengar dan melihat tanda Kala Dua persalinan

28
a) Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran

b) Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan

vagina

c) Perineum tampak menonjol

d) Vulva dan sfinger ani membuka

II. Menyiapkan Pertolongan Persalinan

2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk

menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi segera pada ibu

dan bayi baru lahir.

Untuk asuhan bayi baru lahir atau resusitasi → siapkan:

a) Tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat,

b) 3 handuk/kain bersih dan kering (termasuk ganjal bahu bayi),

c) Alat penghisap lendir,

d) Lampu sorot 60 watt dengan jarak 60cm dari tubuh bayi

Untuk ibu:

e) Menggelar kain dibawah perut ibu

f) Menyiapkan oksitosin 10 unit

g) Alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set

3. Pakai celemek plastik atau dari bahan yang tidak tembus cairan

4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci

tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan

tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering

29
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk

periksa dalam

6. Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang

memakai sarung tangan DTT atau Steril dan pastikan tidak terjadi

kontaminasi pada alat suntik)

III. Memastikan Pembukaan Lengkap Dan Keadaan Janin

7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari

anterior (depan) ke posterior (belakang) menggunakan kapas atau kasa

yang dibasahi air DTT

a) Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja,

bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang

b) Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah

yang tersedia

c) Jika terkontaminasi, lakukan dekontaminasi, lepaskan dan rendam

sarung tangan tersebut dalam larutan klorin 0,5% → langkah # 9.

Pakai sarung tangan DTT/Steril untuk melaksanakan langkah

lanjutan

8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap

a) Bila selaput ketuban masih utuh saat pembukaan sudah lengkap

maka lakukan amniotomi

9. Dekontaminasi sarung tangan (celupkan tangan yang masih memakai

sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, lepaskan sarung tangan

30
dalam keadaan terbalik, dan rendam dalam klorin 0,5% selama 10

menit). Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan

10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi uterus mereda

(relaksasi) untuk memastikan DJJ masih dalam batas normal (120-

160x/menit)

a) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal

b) Mendokumentasikan hasil-hasil periksa dalam, DJJ, semua temuan

pemeriksa dan asuhan yang diberikan ke dalam partograf

IV. Menyiapkan Ibu Dan Keluarga Untuk Membantu Proses Meneran

11. Beritahukan pada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan

janin cukup baik, kemudian bantu ibu menemukan posisis yang

nyaman dan sesuai dengan keinginannya.

a) Tunggu hingga timbul kontraksi atau rasa ingin meneran, lanjutkan

pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti oedoman

penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan semua temuan

yang ada.

b) Jelaskan pada anggota keluarga tentang peran mereka untuk

mendukung dan memberi semangat pada ibu dan meneran secara

benar

31
12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisis meneran jika ada rasa

ingin meneran atau kontraksi yang kuat. Pada kondisi itu, ibu

diposisiskan setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan

dipastikan ibu merasa nyaman.

13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ingin meneran

atau timbul kontraksi yang kuat.

a) Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif

b) Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara

meneran apabila caranya tidak sesuai

c) Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya

(kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama)

d) Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi

e) Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu

f) Berikan cukup asupan cairan per-oral (minum)

g) Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai

h) Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah

pembukaan lengkap dab dipimpin meneran ≥120 menit (2 jam)

pada primigravida atau ≥60 menit (1 jam pada multigravida

14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi

yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk

meneran dalam selang waktu 60 menit

V. Persiapan Untuk Melahirkan Bayi

32
15. Letakkan handuk bersih (untuk mengringkan bayi) diperut bawah

ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-

6cm

16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian sebagai alas bokong

ibu

17. Buka tutup partus set dan periksa kembali kelengkapan peralatan

dan bahan

18. Pakai sarung tangan DTT/Steril pada kedua tangan

VI. Pertolongan Untuk Melahitkan Bayi

Lahirnya kepala

19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka

vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi

dengan kain bersih dan kering, tangan yang kain menahan

belakang kepala untuk mempertahankan posisi defleksi dan

membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu meneran secara efektif

atau bernafas cepat dan dangkal

20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali ousat (ambil tindakan

yang sesuai jika hal itu terjadi), segera lanjutkan proses kelahiran

bayi.

Perhatikan!

a) Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lilitan

lewat bagian atas kepala bayi

33
b) Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat didua

tempat dan potong tali pusat di antara dua klem tersebut

21. Setelah kepala lahir, tunggu putaran paksi luar yang berlangsung

secara spontan

Lahirnya Bahu

22. Setelah putaran paksi luar selesai, pegang kepala bayi secara

biparental. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan

lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu

depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan ke

arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang

Lahirnya Badan dan Tungkai

23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah untuk menopang

kepala dan bahu. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan

memegang lengan dan siku sebelah atas.

24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut

ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki

(masukkan telunjuk diantara kedua kaki dan pegang kedua kaki

dengan melingkarkan ibu jari pada satu sisi dan jari-jari lainnya

pada sisi yang laia agar bertemu dengan jari telunjuk)

VII. Asuhan Bayi Baru Lahir

25. Lakukan penilaian (selintas):

a) Apakah bayi cukup bulan?

b) Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernapas tanpa kesulitan)

34
c) Apakah bayi bergerak dengan aktif?

Bila salah satu jawaban adalah “TIDAK”, lanjut ke langkah

resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia (lihat Penuntun

Belajar Resusitasi Bayi Asfiksia)

Bila semua jawaban adalah “YA”, lanjut ke-26

26. Keringkan tubuh bayi

Keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh

lainnya (kecuali kedua tangan) tanpa membersihkan verniks.

Ganti handuk basah dengan handuk/ kain yang kering.

Pastikan bayi dalam posisi dan kondisi aman di perut bagian

bawah ibu.

27. Periksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi yang

lahir (hamil tunggal) dan bukan kehamilan ganda (gamelli).

28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus

berkontraksi baik.

29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10

unit (intramuskuler) di 1/3 distal lateral paha (lakukan aspirasi

sebelum menyuntikkan oksitosin).

30. Setelah 2 menit sejak bayi (cukup bulan) lahir, pegang tali pusat

dengan satu tangan pada sekitar 5 cm dari pusar bayi, kemudian

jari telunjuk dan jari tengah tangan lain menjepit tali pusat dan

geser hingga 3 cm proksimal dari pusar bayi. Klem tali pusat pada

titik tersebut kemudian tahan klem ini pada posisinya, gunakan

35
jari telunjuk dan tengah tangan lain untuk mendorong isis tali

pusat ke arah ibu (sekitar 5 cm) dan klem tali pusat pada sekitar 2

cm distal dari klem pertama.

31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat

a) Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit

(lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat

diantara 2 klem tersebut.

b) Ikat tali pusat dengan benang DTT/Steril pada satu sisi

kemudian lingkarkan lagi benang tersebut dan ikat tali pusat

dengan simpul kunci pada sisi lainnya

c) Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah

disediakan

32. Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kulit ibu-bayi.

Luruskan bahu bayi sehingga dada bayi menempel di dada

ibunya. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu

dengan posisi lebih rendah dari putting susu atau aerola mamae

ibu

a) Selimuti ibu-bayi dengan kain kering dan hangat, pasang topi

di kepala bayi.

b) Biarkan bayi melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling

sedikit 1 jam.

c) Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu

dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusu untuk pertama kali

36
akan berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu

dari satu payudara

d) Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi

sudah berhasil menyusu

VIII. Manajemen Aktif Kala Tiga Persalinan (Mak III)

33. Pindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva

34. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut bawah ibu (di atas

simfisis), untuk mendeteksi kontraksi. Tangan lain memegang

klem untuk menegangkan tali pusat

35. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah

sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang-atas

(dorso-kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri).

Jika plasenta tidak lahir setel;ah 30-40 detik, hentikan

penegangan tali pusat dan tungu hingga timbul kontraksi

berikutnya dan ulangi kembali prosedur di atas.

a) Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau

anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu.

Mengeluarkan plasenta

36. Bila ada penekanan bagian bawah dinding depan uterus ke aral

dorsal ternyata diikuti dengan pergeseran tali pusat ke arah distal

maka lanjutkan dorongan ke arah kranial hingga plasenta dapat

dilahirkan.

37
a) Ibu boleh meneran tetapi tali pusat hanya ditegangkan (jangan

ditarik secara kuat terutama jika uterus tak berkontraksi) sesuai

dengan sumbu jalan lahir (ke arah bawah-sejajar lantai-atas)

b) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga

berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta

c) Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali

pusat:

1. Ulangi pemberian oksitosin 10 unit IM

2. Lakukan kateterisasi (gunakan teknik aseptik) jika kandung

kemih penuh penuh

3. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan

4. Ulangi tekanan dorso-kranial dan penegangan tali pusat 15

menit berikutnya

5. Jika plasenta tak lahir dalam 30 menit sejak bayi lahir atau

terjadi perdarahan maka segera lakukan tindakan plasenta

manual

37. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan

kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban

terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah

yang telah di sediakan.

a) Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau

Steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian

38
gunakan jari-jari tangan atau klem ovum DTT/Steril untuk

mengeluarkan selaput yang tertinggal

Rangsangan Taktil (Masase) Uterus

38. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase

uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase

dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus

berkontraksi (fundus teraba keras)

a) Lakukan tindakan yang di perlukan (Kompresi Bimanual

Internal, Kompresi Aorta Abdominalis, Tampon Kondom-

Kateter) jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah

rangsangan taktil/masase

IX. Menilai Perdarahan

39. Periksa kedua sisi plasenta (maternal-fetal) pastikan plasenta telah

dilahirkan lengkap. Masukkan plasenta ke kantung plastik atau

tempat khusus

40. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.

Lakukan penjahitan bila terjadi laserasi yang luas dan

menimbulkan perdarahan.

Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera

lakukan penjahitan

39
X. Asuhan Pascapersalinan

41. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi

perdarahan pervaginam

42. Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam

larutan klorin 0,5%, bersihkan noda darah dan cairan tubuh,

lepaskan secara terbalik dan rendam sarung tangan dalam larutan

klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci tangan dengan sabun dan air

bersih mengalir, keringkan tangan dengan tissue atau handuk

pribadi yang bersih dan kering

Evaluasi

43. Pastikan kandung kemih kosong

44. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai

kontraksi

45. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah

46. Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik

47. Pantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernafas dengan

baik (40-60 kali/menit).

a) mJika bayi sulit bernafas, merintih, atau retraksi, diresusitasi

dan segera merujuk ke rumah sakit.

b) Jika bayi nafas terlalu cepat atau sesak nafas, segera rujuk ke

RS rujukan.

40
c) Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Lakukan

kembali kontak kulit ibu-bayi dan hangatkan ibu-bayi dalam

satu selimut.

Kebersihan dan keamanan

48. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin

0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan

setelah didekontaminasi

49. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang

sesuai

50. Bersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh dengan

menggunakan air DTT. Bersihkan cairan ketuban, lendir dan

darah diranjang atau disekitar ibu berbaring. Bantu ibu memakai

pakaian yang bersih dan kering

51. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI.

Anjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan

yang diinginkannya

52. Dekontaminasi tenpat bersalin dengan larutan klorin 0,5%

53. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,

balikkan bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin

0,5% selama 10 menit

54. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian

keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih

dan kering

41
55. Pakai sarung tangan bersih/DTT untuk melakukan pemeriksaan

fisik bayi

56. Dalam satu jam pertama, beri salep/tetes mata profilaksis infeksi,

vitamin K1 1 mg IM di paha kiri bawah lateral, pemeriksaan fisik

bayi baru lahir, pernafasan bayi (normal 40-60 kali/menit) dan

temperatur tubuh (normal 36,5-37,5 oC) setelah 15 menit

57. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi

Hepatitis b di paha kanan bawah lateral. Letakkan bayi didalam

jangkauan ibu agar sewaktu-waktu dapat disusukan.

58. Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam

didalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit

59. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian

keringkan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan

kering

Dokumentasi

60. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda

vital dan asuhan kala IV persalinan (Daftar tilik asuhan persalinan

normal).

2.5 PATOGRAF

42
2.5.1 Pengertian patograf

Patograf adalah alat bantu yang digunakan selama persalinan

(Prawirohardjo, 2011:315).

Patograf adalah untuk memantau kemajuan persalinan dan

membantu petugas kesehatan dalam menentukan keputusan dalam

penatalaksanaan (Prawirohardjo, 2009:104).

Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu

persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik

(APN, 2012:52)

2.5.2 Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk

Tujuan utamapenggunaan patograf adalah untuk mencatat hasil

observbasi dan kemajuan persalinan dan mendeteksi apakah proses

persalinan berjalan secara normal (Prawirohardjo 2011:315).

Tujuan utama dari pengguanaan patograf adalah untuk

a. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai

pembukaan serviks melalui periksa dalam.

b. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal.

Dengan demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan

terjadinya partus lama.

c. Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan komdisi ibu,

kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan

43
medikamentosa yang diberikn, pemeriksaan laboratorium, membuat

keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan dimana

semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medik ibu

bersalin dan bayi baru lahir (APN, 2012:52).

Jika digunakan dengan tepat dan konsisten, partograf akan

membantu penolong persalinan untuk:

a. Mencatat kemajuan persalinan

b. Mencatat kondisi ibu dan janinnya

c. Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran

d. Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini

penyulit persalinan

e. Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan

klinik yang sesuai dan tepat waktu (APN, 2012:52)

2.6 NIFAS

2.6.1 Definisi Nifas

Masa nifas atau puerperium adalah dimulai sejak 1 jam setelah

lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu

(Prawirohardjo, 2011:356)

44
Masa nifas (peurperium) adalah dimulai setelah kelahiran

plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti

keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6

minggu (Prawirohardjo, 2009:122)

Kala puerperium (nifas) yang berlangsung selama 6 minggu

atau 42 hari, merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya organ

kandungan pada keadaan yang normal. Dijumpai dua kejadian penting

pada puerperium, yaitu involusi uterus dan proses laktasi (Manuaba,

2012:200).

2.6.2 Tujuan

Tujuan asuhan masa nifas:

a) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik.

b) Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,

mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun

bayinya.

c) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,

nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada

bayinya dan perawatan bayi sehat.

d) Memberikan pelayanan keluarga berencana (Prawirohardjo,

2009:122).

2.6.3 Pirode Masa Nifas

Priode pasca persalinan meeliputi masa transisi kritis bagi ibu,

bayi dan keluargnya secara fisikologis, emosional, dan sosial, maka

45
Pada masa pascapersalinan seorang ibu memerlukan

a. Informasi dan konseling tentang

a) perawatan bayi dan pemberian ASI

b) apa yang terjadi termasuk adanya masalah yang mungkin timbul

c) kesehatan pribadi, higiene, dan masa penyembuhan

d) kehidupan seksual

e) Kontrasepsi

f) Nutrisi

b. Dukungan dari

a) Petugas kesehatan

b) Keadaan emosional dan psikologis suami serta keluarga.

c) Pelayan kesehatan untuk kecurigaan dan munculnya tanda

terjadinya komplikasi (Prawirohardjo, 2011:357).

2.6.4 Proses Involusi Uterus

Waktu involusi Tinggi fundus Berat uterus

Plasenta lahir Sepusat 1000

7 hari Pertengahan pust-simfisis 500

14 hari Tidak teraba 350

46
42 hari Sebesar hamil 2 minggu 50

56 hari Normal 30

(Manuaba,2010:200).

2.6.5 Gambaran Perawatan Purperium

Segera setelah persalinan dapat terjadi peningkatan suhu tubuh,

tetapi tidak lebih dari 38oC. Bila terjadi peningkatan melebihi 38oC

berturut-turus selama dua hari, kemungkinan terjadi infeksi. Uterus

yang telah menyelesaikan tugasnya, akan menjadi keras karena

kontraksinya, sehingga terdapat penutupan pembuluh darah. Kontraksi

uterus yang diikuti His pengiring menimbulkan rasa nyeri disebut

“nyeri ikutan” (after pain) terutama pada multipara. Masa puerperium

diikuti pengeluaran cairan sisa lapisan endometrium dan sisa dari

tempat implantasi plasenta disebut lokhea.

Pengeluaran lokhea dapat dibagi berdasarkan jumlah dan

warnanya sebagai berikut:

a. Lokhea Rubra (kruenta)

a) Keluar dari hari ke-1 sampai 3 hari.

b) Berwarna merah dan hitam.

c) Terdiri dari sel desidua, verniks kaseosa, rambut lanugo, sisa

mekonium dan sisa darah.

b. Lokhea Sanguinolenta

a) Keluar dari hari ke-3 sampai 7 hari.

47
b) Berwarna putih bercampur merah.

c. Lokhea Serosa

a) Keluar dari hari ke-7 sampai 14 hari.

b) Berwarna kekuningan.

d. Lokhea Alba

a) Keluar setelah hari ke-14

b) Berwarna putih (Manuaba, 2012:201)

2.6.6 Perawatan Masa Nifas

Perawatan purperium saat ini lebih aktif dengan dianjurkan

untuk:

a. Melakukan mobilisasi dini

Perawatan mobilisasi dinio mempunyai keuntungan

melancarkan pengeluaran lokia, mengurangi infeksi purperium,

mempercepat involusi alat kandungan, melancarkan alat gastroin

testinal dan alat perkemihan, meningkatkan kelancaran peredaran

darah, sehinga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa

metabolisme (Manuaba, 2012:201).

Perawatan puerperium dilakukan dalam bentuk

pengawasan sebagai berikut:

a. Rawat gabung

Perawatan ibu dan bayi dalam satu ruangan bersama-sama

sehingga ibu lebih banyak memperhatikan bayinya, segera

48
dapat pemberian ASI, sehingga kelancaran pengeluaran ASI

lebih terjamin.

b. Pemeriksaan umum

a) Kesadaran penderita

b) Keluhan yang terjadi setelah persalinan

c. Pemeriksaan khusus

a) Fisik: tekanan darah, nadi, dan suhu)

b) Fundus uteri: tinggi fundus uteri, kontraksi uterus

d. Payudara: putting susun pembengkakan atau stuwing Asi,

pengeluaran ASI

e. Patrun lokhea: lokhea rubra, lokhea sanguinolenta

f. Luka jahitan episiotomi: apakah baik atau terbuka, apakah ada

tanda-tanda infeksi (kolor, dolor, funsiolesa dan pernanahan).

g. Pemulangan parturien dan pengawasan ikutan/kinjungan masa

nifas.

Parturien dengan persalinan berjalan lancar dan spontan

dapat di pulangkan setelah mencapai keadaan baik dan tidak ada

keluhan. Parturien dipulangkan setelah 2 sampai 3 hari dirawat.

(Manuaba, 2012:202)

2.6.7 Program dan kebijakan teknis

Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk

menilai setatus ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah mendeteksi

dan menangani masalah-masalah yang terjadi (Saifudin, 2014 : 123).

49
a. 6-8 jam setelah persalinan

a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan rujuk bila

perdarahan berlanjut.

c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu dari keluarga

ibu bagaimana mencegah terjadinya perdarahan masa nifas

karena atonia uteri.

d) Pemberian ASI awal.

e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.

f) Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara mencegah

hipotermi.

Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal

dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah b.

kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil.

b. Kunjungan 6 hari setelah persalinan

a) Memastikan involusi uterus berjalan normal: uterus

berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan

abnormal, tidak ada bau.

b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan

abnormal.

c) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan

istirahat.

50
d) Memastikan ibu menyusui bayinya dengan baik dan tidak

memperlihatkan tanda-tanda penyulit.

e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi,

tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-

hari.

c. Kunjungan 2 minggu setelah persalinan

a) Memastikan involusi uterus berjalan normal: uterus

berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan

abnormal, tidak ada bau.

b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan

abnormal.

c) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan

istirahat.

d) Memastikan ibu menyusui bayinya dengan baik dan tidak

memperlihatkan tanda-tanda penyulit.

e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi,

tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-

hari.

d. Kunjungan 6 minggu sesudah persalinan

a) Menanyakan penyulit-penyulit yang ibu atau bayi alami

b) Memberikan konseling KB secara dini (Saifudin, 2014 : 123).

2.7 BAYI BARU LAHIR

51
2.7.1 Pengertian

Ditinjau dari pertumbuhan dan perkembangan bayi, periode

neonatal merupakan periode yang sangat kritis. Neonatus pada minggu-

minggu pertama sangat dipengaruhi oleh kondisi ibu pada waktu hamil

dan melahirkan. Manajemen yang baik pada waktu masih dalam

kandungan, selama persalinan, segera sesudah melahirkan, dan

pemantauan pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya akan

menghasilkan bayi yang sehat (Saifuddin, 2014 :13).

Definisi neonatus normal adalah neonatus yang lahir dari

kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir

2500gram sampai dengan 4000 gram (Dwi maryanti,dkk,2011:2).

2.7.2 Asuhan Segera Bayi Baru Lahir

Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang

diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama seteah kelahiran.

Sebagian besar bayi yang baru lahir akan menunjukkan usaha

pernapasan spontan dengan sedikit bantuan atau gangguan. Aspek-

aspek penting dari asuhan segera bayi baru lahir:

a) Jagalah agar bayi tetap kering dan hangat,

b) Usahakan adanya kontak antara kulit bayi dengan kulit ibunya

sesegera mungkin.

Segera setelah melahirkan bayi:

a) Sambil secara cepat menilai pernafasannya, letakkan bayi dengan

handuk diatas perut ibu.

52
b) Dengan kain bersih dan kering atau kasa lap darah atau lendir dari

wajah bayi untuk mencegah jalan udaranya terhalang. Periksa ulang

pernapasan bayi.

Klem dan Potong Tali Pusat

a) Klemlah tali pusat dengan dua buah klem, pada titik kira-kira 2 dan 3

cm dari pangkal pusat bayi (tinggalkan kira-kira satu cm diantara

klem-klem tersebut).

b) Potonglah tali pusat diantara kedua klem sambil melindungi bayi

dari gunting dengan tangan kiri anda.

c) Pertahankan kebersihan pada saat memotong tali pusat. Ganti sarung

tangan bila ternyata sudah kotor. Potonglah tali pusatnya dengan

pisau atau gunting yang steril atau disinfeksi tingkat tinggi (DTT).

d) Periksa tali pusat setiap 15 menit. Apabila masih terjadi perdarahan,

lakukan pengikatan ulang yang lebih ketat.

Jagalah bayi Agar Tetap Hangat

a) Pastikan bayi tersebut tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit

bayi dengan kulit ibu.

b) Gantilah handuk/kain yang basah, dan bungkus bayi tersebut dengan

selimut dan jangan lupa memastikan bahwa kepala telah terlindung

dengan baik untuk mencegah keluarnya panas tubuh.

c) Pastikan bayi tetap hangat dengan memeriksa telapak bayi setiap 15

menit:

1. Apabila telapak bayi terasa dingin, periksalah suhu aksila bayi,

53
2. Apabila suhu bayi kurang dari 36.5oC, segera hangatkan bayi

tersebut.

Kontak Dini dengan Ibu

a) Berikan bayi kepada ibunya secepat mungkin. Kontak dini antara ibu

dan bayi penting untuk:

1. Kehangatan – mempertahankan panas yang benar pada bayi baru

lahir,

2. Ikatan batin dan pemberian ASI.

b) Doronglah ibu untuk menyusui bayinya apabila bayi telah “siap”

(dengan menunjukkan refleks rooting). Jangan paksakan bayi untuk

menyusu.

Pernapasan

Sebagian besar bayi akan bernafas secara spontan. Pernapasan

bayi sebaiknya diperiksa secara teratur untuk mengetahui adanya

masalah.

a) Periksa pernapasan dan warna kulit bayi setiap 5 menit.

b) Jika bayi tidak segera bernapas, lakukan hal-hal berikut:

1. Keringkan bayi dengan selimut atau handuk yang hangat,

2. Gosoklah punggung bayi dengan lembut.

54
c) Jika bayi masih belum mulai bernapas setelah 60 detik mulai

resusitasi.

d) Apabila bayi sianosis (kulit biru) atau sukar bernapas (frekuensi

pernafasan kurang dari 30 atau lebih dari 60 kali/menit), berilah

oksigen kepada bayi dengan kateter nasal atau nasal prongs.

Perawatan mata

Lakukan perawatan mata menggunakan eritromisin 0,5% atau

tetrasiklin 1% dianjurkan untuk pencegahan penyakit mata karena

klamidia (penyakit menular seksual). Obat mata perlu diberikan pada

jam pertama setelah persalinan. Yang lazim dipakai adalah larutan

Perak Nitrat atau Neosporin dan langsung diteteskan pada mata bayi

segera setelah bayi lahir (Prawirohardjo, 2010:N-30).

Pemberian Vitamin K

Melihat bahaya dari PDVK (perdarahan akibat defisiensi VIT

K), departemen kesehatan telah membuat kebijakan nasionalyang berisi

semua bayi baru lahir mendapat proksifilaksis vitamin K1

(fetromenadion) jenis vitamin k yang gunakan adalah vitamin K1,

vitamin K1 diberikan intramuskuler atau oral. Dosis untuk semua bayi

baru lahir intramuskuler 1mg dosis tunggal, oral, 3 kali @ 2mg

55
diberikan pada bayui baru lahir, umur 3-7 hari, dan pada saat bayi

berumur 1-2 bulan bayi yang ditolong oleh dukun wajib diberikan vit K

secara oral (prawirohardjo,2011:372)

2.7.3 Penilaian Klinik

Tujuannya adalah untuk mengetahui derajat vitalitas dan

mengukur reaksi bayi terhadap tindakan resusitasi. Derajat vitalitas bayi

adalah kemapuan sejumlah fungsi tubuh yang bersifat esensial dan

kompleks untuk berlangsungnya kelangsungan hidup bayi, seperti

pernafasan, denyut jantung, sirkulasi darah dan refleks-refleks seperti

menghisap dan mencari puting susu.

Pada saat kelahiran apabila bayi gagal menunjukkan reaksi vital,

maka akan terjadi penurunan denyut jantung secara cepat, tubuh

menjadi biru atau pucat dan refleks-refleks melemah sampai

menghilang. Bila tidak ditangani secara cepat dan benar, keadaan bayi

akan menurun dengan cepat dan mungkin meninggal. Pada beberapa

bayi mungkin pulih kembali secara spontan dalam waktu 10-30 menit

sesudah lahir, tetapi bayi ini mempunyai resiko tinggi untuk cacat di

kemudian hari (Prawirohardjo, 2009:133).

2.7.3 Pemantauan Bayi Baru Lahir

Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui

aktivitas bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan bayi

baru lahir yang memerlukan perhatian keluarga dan penolong

persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan.

56
Pemantauan bayi baru lahir:

a) Dua jam pertama sesudah lahir

Hal-hal yang perlu dinilai waktu pemantauan pada jam pertama

sesudah bayi lahir:

1. Kemampuan menghisap kuat atau lemah

2. Bayi tampak aktif

3. Bayi kemerahan atau biru

b) Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan bayinya

Penolong persalinan melakukan pemeriksaan dan penilaian terhadap

ada tidaknya masalah kesehatan yang memerlukan tindak lanjut,

seperti:

1. Bayi kecil untuk masa kehamilan atau bayi kurang bulan,

2. Gangguan pernapasan,

3. Hipotermia,

4. Infeksi,

5. Cacat bawaan dan trauma lahir.

c) Kepala

Apakah tidak simetris, berupa tumor lunak dibelakang atas yang

menyebabkan kepala tampak lebih panjang, sebagai akibat proses

kelahiran, atau tumor lunak hanya dibelahan kiri atau kanan saja,

atau di sisi kiri dan kanan tetapi tidak melampaui garis tengah bujur

kepala.

57
d) Muka dan wajah

Bayi tampa ekspresi.

e) Mata

Diperhatikan adanya tanda-tanda perdarahan berupa bercak merah

yang akan menghilang dalam waktu 6 minggu.

f) Mulut

Salivasi tidak terdapat pada bayi normal. Bila terdapat sekret yang

berlebihan, kemungkinan ada kelainan bawaan saluran cerna.

g) Leher,dada,abdomen

Melihat adanya cidera akibat persalinan. Ukur lingkar perut.

h) Punggung

Adakah benjolan/tumor atau tulang punggung dengan lekukan yang

kurang sempurna.

i) Bahu,tangan,sendi tungkai

Perlu diperhatikan bentuk, gerakannya, faktur, paresis.

j) Kulit dan kuku

Dalam kedaan normal kulit berwarna kemerahan. Kadang-kadang di

dapatkan kulit yang mengelupas ringan. Pengelupasan yang

berlebihan harus di pikirkan kemungkinan adanya kelainan.

Waspada timbulnya kulit dengan warna yang tak rata (cutis

marmorata) telapak tangan, telapak kaki atau kuku yang menjadi

58
biru, kulit menjadi pucat atau kuning. Bercak-bercak besar biru yang

sering terdapat di sekitar bokong (mongolia spot) akan menghilang

pada umur 1-5 tahun.

k) Kelancaran menghisap dan pencernaan

Harus di perhatikan.

l) Tinja dan kemih

Diharapkan keluar dalam 24 jam pertama. Waspada bila terjadi perut

yang tiba-tiba membesar, tanpa keluarnya tinja, disertai muntah, dan

mungkin dengan kulit kebiruan, harap segera konsultasi pemeriksaan

lebih lanjut.

m) Refleks

Repleks rooting : bayi menoleh kearah benda yang menyentuh pipi.

Refleks isap : terjadi apabila terdapat benda menyentuh bibir, yang

disertai refleks menelan. Reflek moro ialah timbulnya penggerakan

tangan yang simetris apa bila kepala tiba-tiba digerakan. Refleks

mengeluarkan lidah terjadi apabila diletakan benda didalam mulut,

yang sering ditafsirkan bayi menolak makanan/minuman.

n) Berat badan

Sebaiknya setiap hari dipantau. Penurunan berat badan lebih dari 5%

berat badan waktu lahir, menunjukan kekurangan cairan.

o) Pemantauan tanda-tanda vital

Suhu tubuh bayi di ukur melalui dubur atau ketiak.

59
Pada pernapasan normal, perut dan dada bergerak hampir bersamaan

tanpa adanya retraksi, tanpa terdengan suara pada waktu inspirasi

maupun ekspirasi. Gerak pernapasan 30-50 kali permenit.

Nadi dapat dipantau di semua titik nadi perifer.

Tekanan darah diukur bila ada indikasi (Prawirohardjo, 2009:136).

2.8 IMUNISASI

2.8.1 Pengertian Imunisasi

Imunisasi adalah suatu cara memproduksi imunitas aktif buatan

untuk melindungi diri melawan penyakit tertentu dengan memasukkan

suatu zat ke dalam tubuh melalui penyuntikan atau secara oral

(Neonatus, 2012:82).

2.8.2 Tujuan Pemberian Imunisasi

Mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan

menghilangkan penyakit infeksi tertentu, apabila terjadi penyakit tidak

akan terlalu parah dan dapat mencegah gejala yang dapat menimbulkan

cacat dan kematian (Neonatus, 2012:313).

2.8.3 Macam Kekebalan (cara timbul)

1. Aktif

a. Dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada antigen, misalnya

imunisasi aktif, terpajan secara alamiah

b. Berlangsung lama

2. Pasif

60
a. Diperoleh dari luar tubuh, bukan dibuat individu itu sendiri,

misalnya kekebalan janin yang diperoleh dari ibu, imunisai pasif

b. Tidak berlangsung lama

2.8.4 Tata Cara Pemberian Imunisasi

Sebelum melakukan imunisasi :

1. Memberitahu resiko vaksinasi

2. Persiapan bila terjadi reaksi ikutan

3. Baca dengan teliti informasi produk

4. Tinjau apakah ada kontraindikasi

5. Periksa pasien dan beri antipiretik bila perlu

6. Periksa kondisi vaksin (warna, kadaluarsa)

7. Pemberian sesuai jadwal

8. Berikan vaksin dengan teknik yang benar

2.8.5 Jenis-Jenis Imunisasi

1. BCG

Imunisasi BCG berguna untuk mencegah penyakit

tuberculosis berat. Misaslnya TB paru berat. Imunisasi ini sebaiknya

diberikan sebelum bayi berusia 2-3 bulan. Dosis untuk bayi kurang

setahun adalah 0,05 ml dan anak 0,10 ml. disuntikkan secara

intradermal dibawah lengan kanan atas. BCG tidak menyebabkan

demam. Tidak dianjurkan BCG ulangan. Suntikkan BCG akan

meninggalkan jaringan parut pada bekas suntikan. BCG tidak dapat

diberikan pada pasien pengidap leukemia, dalam pengobatan steroid

61
jangka panjang atau pengudap HIV. Apabila BCG diberikan pada

usia lebih dari 3 bulan, sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih

dahulu (Neonatus, 2012:318).

2. HEPATITIS B

Imunisasi hepatitis B diberikan sedini mungkin setelah lahir.

Pemberian imunisasi Hepatitis B pada bayi baru lahir harus

berdasarkan apakah ibu mengandung virus Hepatitis B aktif atau

tidak pada saat melahirkan. Ulangan imunisasi Hepatitis B dapat

dipertimbangkan pada umur 10-15 tahun. apabila sampai umur 5

tahun anak belum pernah memperoleh imunisasi Hepatitis B maka

diberikan secepatnya. Penyakit ini sangat menular dan disebabkan

virus yang menimbulkan peradangan pada hati. Kurang lebih 90%

bayi dan 5 orang dewasa akan terus membawa virus ini tubuhnya

selama masa akut penyakit ini berakhir. Seorang wanita hamil

membawa virus Hepatitis B atau menderita penyakit ini selama

kehamilanya, maka dia dapat menularkan penyakit itu pada anaknya

(Neonatus, 2012:318).

3. VAKSIN DPT (DIFTERI, PERTUSIS, DAN TETANUS)

Imunisasi DPT untuk mencegah bayi dari tiga penyakit yaitu

difteri, pertusis, dan tetanus. Difteri disebabkan bakteri

corynebacteriumdiptheriae yang sangat menular. Dimulai dengan

gangguan pernafasan dengan terhambatnya saluran pernafasan oleh

karena terjadi selaput ditenggorokan dan penyumbat jalan nafas,

62
sehingga dapat menyebabkan kematian. Selain itu juga menimbulkan

toksin atau racun yang berbahaya untuk jantung (Neonatus,

2012:319).

4. VAKSIN POLIO

Untuk imunisasi dasar (3 kali pemberian) vaksin diberikan 2

tetes peroral dengan interval tidak kurang dari dua minggu.

Mengingat Indonesia merupakan daerah endemik polio, sesuai

pedoman PPI imunisasi polio diberikan segera setelah lahir pada

kunjungan pertama. Dengan demikian diperoleh daerah cakupan

yang luas.

Pemberian polio 1 saat bayi masih berada di rumah sakit atau

rumah bersalin dianjurkan saat bayi akan dipulangkan. Maksudnya

tak lain agar tidak mencemari bayi lain oleh karena virus polio hidup

dapat dikeluarkan melalui tinja (Neonatus, 2012:320).

5. CAMPAK

Vaksin campak diberikan dalam satu dosis 0,5 ml pada usia 9

bulan. Hanya saja, mengingat kadar antibody campak pada anak

sekolah mulai berkurang (Neonatus, 2012:320).

2.8.6 TABEL MACAM, WAKTU, FREKUENSI DAN EFEK SAMPING

IMUNISASI

Macam Waktu Frekuensi Efek Samping

Imunisasi Pemberian

63
BCG 0-11 bulan 1 kali pemberian -

DPT 2-11 bulan 3 kali pemberian Demam ringan,

pembengkakan dan

rasa nyeri ditempat

penyuntikan akan

sembuh 2-3 hari.

Polio 2-12 bulan 4 kali pemberian -

Hepatitis 0-11 bulan 3 kali pemberian -

Campak 9 bulan 1 kali pemberian Demam ringan,

Pembengkakan dan

rasa nyeri ditempat

penyuntikan akan

sembuh 2-3 hari.

2.9 KONTRASEPSI

2.9.1 Definisi

Keluarga Berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan

atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai

kontrasepsi. Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya

kehamilan (http://id.wikipedia.org/wiki/keluarga_berencana).

2.9.2 Jenis dan Waktu yang tepat untuk ber-KB

64
a. Postpartum

KB suntik, Norplant (KB susuk)/ implanon, AKDR, Pil KB hanya

progesterone, Kontap, dan Metode sederhana

b. Postmentrual regulation

KB suntik

c. Pasca-abortus

KB susuk atau implanon

d. Saat menstruasi

AKDR, Kontap, Metode sederhana

e. Masa interval

KB sunti, KB susuk atau implanon, AKDR

f. Post-koitus

KB darurat (Manuaba, 2010:592)

2.9.3 Macam-Macam Kontrasepsi

a. KB metode sederhana

Metode KB sederhana adalah metode KB yang digunakan

tanpa bantuan orang lain. Yang termasuk KB sederhana adalah :

a) Kondom

Cara kerja kondom adalah menampung spermatozoa

sehingga tidak masuk ke dalam kanalis serviks. Konsep kerja

kondom adalah menghalangi tertumpahnya sperma ke dalam

vagina sehingga spermatozoa tidak mungkin masuk ke dalam

rahim dan seterusnya. Kegagalan kondom terjadi bila karet

65
kondom bocor atau robek dan menarik penis setelah lemah

sehingga sebagian sperma dapat masuk vagina.

1) Keuntungan kontrasepsi kondom adalah murah, mudah

didapatkan, tidak memerlukan pengawasan medis, berfungsi

ganda dan dipakai oleh kalangan berpendidikan.

2) Kerugiannya adalah kenikmatan terganggu, mungkin alergi

terhadap karet atau jelinya yang mengandung spermisid dan

sulit dipasarkan kepada masyarakat dengan berpendidikan

rendah (Manuaba, 2010:593).

b) Pantang berkala

Syarat utama metode pantang berkala adalah patrun

menstruasi teratur dan kerja sama dengan suami harus baik.

1) Pantang berkala dengan sistem kalender

Metode ini memerlukan sistem menstruasi yang teratur

sehingga dapat memperhitungkan masa subur untuk

menghindari kehamilan dengan tidak melakukan hubungan

seksual.

2) Pantang berkala dengan sistem suhu basal

Pantang berkala dengan sistem pengukuran suhu basal

memerlukan pengetahuan dan metode pengukuran yang akurat,

sehingga dapat bermanfaat. Kelemahan sistem pantang berkala

adalah pengukuran suhu basal merepotkan dan tidak akurat,

hanya dapat dilakukan oleh mereka yang terdidik dan hanya

66
berguna pada siklus menstruasi 20 sampai 30 hari (Manuaba,

2010:596).

c) Senggama terputus

Metode senggama terputus adalah mengeluarkan kemaluan

menjelang terjadinya ejakulasi. Kekurangan metode ini adalah

mengganggu kepuasan kedua belah pihak, kegagalan hamil

sekitar 30 sampai 35% karena semen keluar sebelum mencapai

puncak kenikmatan, terlambat mengeluarkan kemaluan, semen

yang tertumpah diluar sebagian dapat masuk ke genetalia dan

dapat menimbulkan ketegangan jiwa kedua belah pihak

(Manuaba, 2010:596).

d) Spermisid

Spermisid adalah zat kimia yang dapat melumpuhkan sampai

mematikan spermatozoa yang digunakan menjelang hubungan

seksual. Setelah pemasangan sekitar 5 sampai 10 menit, hubungan

seksual dapat dilakukan agar spermisid dapat berfungsi.

Kekurangan spermisida :

1) Merepotkan menjelang hubungan senggama

2) Nilai kepuasan berkurang

3) Dapat menimbulkan iritasi atau alergi

4) Kejadian hamil tinggi sekitar 30 sampai 35% karena

pemasangan tidak sempurna atau terlalu cepat melakukan

senggama (Manuaba, 2010:597).

67
b. KB Metode Efektif

a) Kontrasepsi hormonal Pil

Adalah suatu cara untuk mencegah kehamilan yang berisi

hormon yang digunakan dengan minum setiap hari.

Macam-macam pil:

a. Mini pil (progesteronnya rendah, biasanya diberikan pada ibu

yang menyusui)

b. Pil kombinasi (umumnya digunakan yang berisi estrogen dan

progesteron)

c. Pil pasca senggama.

Keuntungan Pemakaian Pil :

a) Bila minum pil sesuai dengan aturannya dijamin berhasil 100

%.

b) Dapat dipakai pengobatan beberapa masalah

Ketegangan menjelang menstruasi

Perdarahan menstruasi yang tidak teratur

Nyeri pada saat menstruasi

Pengobatan pasangan mandul

c) Pengobatan penyakit endometriosis

d) Dapat meningkatkan libido

Kerugian Memakai Pil :

a) Harus minum pil setiap hari

b) Dalam waktu panjang dapat menekan ovarium

68
c) Penyulit ringan

d) Berat badan bertambah

e) Rambut rontok

f) Mual sampai muntah

g) Mempengaruhi fungsi hati dan ginjal (Manuaba, 2010:598).

b) Kontrasepsi hormonal Suntik

Adalah suatu cara untuk mencegah kehamilan yang berisi

hormonal yang diberikan dengan cara penyuntikan.

Macam-macam suntik:

a. Depo provera : interval 12 minggu

b. Norigest : interval 8 minggu

c. Cyclovem : interval 4 minggu

Keuntungan KB Suntik :

a. Pemberiannya sederhana setiap 8 sampai 12 minggu.

b. Tingkat efektivitasnya tinggi.

c. Hubungan seks dengan suntikan KB bebas.

d. Pengawasan medis yang ringan.

e. Dapat dipakai dan di berikan paska persalinan, pasca

keguguran, pasca menstruasi.

f. Tidak mengganggu pengeluaran laktasi dan tumbuh kembang

bayi.

g. Suntik KB cyclofem diberikan setiap bulan dan periksa KB

akan mendapatkan menstruasi.

69
Kerugian KB Suntik :

a. Perdarahan yang tidak menentu.

b. Terjadinya amenorrhea (tidak datang bulan) berkepanjangan.

c. Masih terjadi kemungkinan hamil (Manuaba, 2010:600).

c) Kontrasepsi hormonal Susuk

Adalah suatu cara untuk mencegah kehamilan yang berupa kapsul

dipasang pada lengan kiri atas bawah kulit.

Macam-macam Susuk KB

a. Norplant (5 tahun, terdiri dari 6 kapsul)

b. Implant (3 tahun, terdiri dari 1 kapsul)

Keuntungan susuk KB :

a. Dipasang selama 5 tahun.

b. Kontrol medis ringan.

c. Dapat dilayani didaerah pedesaan.

d. Penyulit medis tidak terlalu tinggi.

e. Biaya ringan.

Kerugian Susuk KB :

a. Menimbulkan gangguan menstruasi, yaitu tidak mendapat

menstruasi dan terjadi perdarahan yang tidak teratur.

b. Berat badan bertambah.

c. Menimbulkan akro, ketegangan pada payudara.

d. Liang senggama terasa kering (Manuaba, 2010:602).

70
d) Kontrasepsi mekanis

1. AKDR

Adalah suatu cara untuk mencegah kehamilan dengan

memasukkan alat kontrasepsi kedalam rongga rahim.

Macam-macam AKDR

a) Inert dibuat dari plastik (lippes loop/spiral)

b) Mengandung tembaga (TCU 380 A, TCU 200, MICU 250,

MICU 375, dan Nova T)

c) Mengandung hormone steroid (progestasi dan levonova)

Keuntungan AKDR :

a) Umumnya hanya memerlukan satu kali pemasangan.

b) Tidak menimbulkan efek sistemik.

c) Alat itu ekonomis dan cocok untuk penggunaan secara

massal.

d) Efektivitas cukup tinggi.

e) Reversibel.

Kerugian AKDR :

a) Perdarahan.

b) Rasa nyeri dan kejang diperut.

c) Gangguan pada suami.

d) Ekspulsi.

e) Infeksi.

71
f) Kehamilan (Manuaba, 2010:610).

2.10 MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN SOAP

2.10.1 Pengertian

Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang

menjadi tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada klien

yang mempunyai kebutuhan atau masalah dalam bidang kesehatan

ibu masa hamil, masa persalinan bayi setelah lahir serta keluarga

berencana pada masa nifas.

Asuhan kebidanan adalah proses pengambilan keputusan dan

tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan

ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat bidan.

Manajemen kebidanan adalah proses pencegahan masalah yang

digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan

tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan - penemuan,

keterampilan dalam rangkaian tahapan logis untuk mengambil

keputusan yang berfokus pada klien.

Manajemen kebidanan menyangkut pemberian pelayanan

kebidanan yang urut dan menyeluruh dari bidan kepada kliennya,

yang merupakan suatu proses manajemen kebidanan yang di

selenggarakan untuk memberikan pelayanan yang berkualitas

melalui tahapan - tahapan dan langkah - langkah yang disusun secara

sistematis untuk mendapatkan data, memberikan pelayanan yang

72
benar sesuai dengan keputusan tindakan klinik yang dilakukan

dengan tepat, efektif, dan efisien.

Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang

berurutan yang di mulai dengan pengumpulan data dasar dan

berakhir dengan evaluasi yang bisa diaplikasikan dalam suatu situasi.

Akan tetapi setiap langkah tersebut bisa dipecah- pecah kedalam

tugas-tugas tertentu dan semuanya bervariasi sesuai dengan kondisi.

2.10.2 Manajemen SOAP

Manajemen kebidanan merupakan metode/bentuk pendekatan

yang digunakan bidan dalam memberikan asuhan kebidanan,

sehingga langkah-langkah dalam manajemen kebidanan merupakan

alur pikir bidan dalam pemecahan masalah dan mengambil

keputusan klinis.

Manajemen asuhan kebidanan yang dilakukan harus dicatat

secara benar, sederhana, jelas, dan logis sebagai pendokumentasian.

Metode pendokumentsian yang digunakan dalam asuhan

kebidanan adalah SOAP, yang merupakan salah satu metode

pendokumentasian yang ada.

SOAP merupakan singkatan dari :

S : Subjektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan

data/informasi klien atau keluarganya melalui anamnesa.

O : Objektif

73
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik

klien, hasil lab, tes diagnostik yang dirumuskan dalam data

fokus untuk mendukung assesment.

A : Assesment

Mengambarkan pendokumentasian hasil analisa dan

interprestasi hasil analisa dan interprestasi data subjektif dan

objektif dalam satu identitas diagnosa masalah, antisipasi

diagnosa lain/masalah potensial.

P : Planning

Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan

evaluasi berdasarkan assesment (Rukiah, 2009:193).

74

Anda mungkin juga menyukai