Hukum Internasional
Hukum Internasional
NIM : 17323131
Hukum Internasional
Secara garis besar hukum adalah suatu peraturan yang harus di patuhi oleh setiap
individu dalam cakupan tertentu dan bersifat memaksa, lantas bagaimana jika cakupan tersebut
lebih luas, secara garis besar hukum internasional merupakan sebuah aturan terhadap segala
aktivitas atau interaksi antar negara yang harus dipatuhi oleh setiap negara yang bersekala
internasional. Tujuan dari adanya hukum iternasional ini agar menggatur, mengawasi dan
mengadili segala bentuk aktivitas setiap negara agar terciptanya sebuah perdamaian dunia dan
untuk menyelesaikan sebuah konflik atau persengketaan antar negara. Beberapa ahli
mendefinisakn pengertian menurut ahli tentang hukum internasional antara lain yaitu:
Menurut Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes hukum internasional dibedakan menjadi
dua yaitu Hukum Internasional Publik dan hukum internasional perdata. Menurut Menurut
Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes definisi dari hukum internasional publik adalah
suatu peraturan yang menggatur tentang hubungan atau persoalan internasional dan yang bukan
bersifat hukum perdata. Dan definisi dari hukum internasional perdata adalah suatu peraturan
yang mengatur hubungan perdata dengan lingkup internasional (Prof. Dr. I Made Pasek
Diantha, SH., MS. Prof. Dr. Ida Bagus Wyasa Putra, SH., MHum. Dr. Putu Tuny Cakabawa
Landra, SH., M. Hum. Dr. I Dewa Gede Palguna, SH., MHum. I Gede Pasek Eka Wisanjaya,
SH., MH. Made Maharta Yasa, SH., MH. A.A. Sri Utari, SH., MH A, 2017).
Defini dari Charles Cheny Hyde tentang hukum internasional lebih terperinci lagi yaitu Charles
Cheny
Hyde berpendapat bahwa hukum iternasional merupakan sebuah hukum yang berisi tentang
prinsip-prinsip dan peraturanperaturan yang harus ditaati oleh setiap negara dan subyek
lainnya, antara lain:
Dari penjelasan diatas tentang definisi dari hukum internasional dapat di artikan bahwa
hukum iternasional, negara bukan lagi menjadi subyek utama dalam hukum internasional
akan tetapi seiring berkembangnya zaman, subyek pada hukum internasional menjadi luas
dan subyek non negara pun bermunculan tentu saja hal tersebut membuat bertambah luasnya
ruang lingkup dalam hukum internasional.
Sudah sejak zaman dahulu hukum internasional itu ada, dari masa klasik, pada masa India
kuno, Cina Kuno, Yunani Kuno dan Romawi. Pada zaman itu hukum internasional sudah ada
dan berkembang menyesuaikan zaman. Pada zaman klasik hukum internasional hanya sebatas
peraturan antara kerajaan dengan kerajaan lainnya dan masi belum mucul subyek-subyek
lainnya dan masih bersifat tradisional, dan pada abad pertengahan ini, hukum internasional
mulai berkembang yang semula hanya bersifat tradisonal dan sederhana perlahan-lahan
mengalami kemajuan. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan hukum internasional
pada abad pertengahan adalah munculnya negara-negara baru, terjadinya peperangan besar,
penemuan teknologi dan persenjataan militer yang mendorong agar hukum internasional untuk
lebih tegas dalam hubungan internasional tersebut. Pada masa modern, hukum internasional
sangat pesat perkembangannya karena banyak faktor dan subyek yang bermunculan seiring
berjalanya waktu. Faktor-faktor tersebut adalah munculnya perserikatan bangsa-bangsa,
munculnya sejata nuklir, hubungan bilateral antar negara, hak asasi manusia, perkembangan
teknologi yang membuat berkembangnya pada hukum internasional karena lebih kompleks dan
mendalam lagi dan munculnya subyek-subyek non negara pada saat zaman modern (Arsensius,
2009).
Tentu saja dalam hukum internasional membuat peraturan untuk melarang setiap negara
menggunakan cara kekerasan dengan negara lain untuk menyelesaikan konfliknya. Pada 18
Oktober 1907 terjadi sebuah Konvensi di negeri kincir angin, tepatnya di kota Den Haag
membahas tentang peraturan dalam hukum internasional tentang larangan menggunakan
kekerasan dan perperangan dalam menyelesaikan sengketa dan konflik pada setiap negara. Dan
tentu saja kemudian peraturan tersebut dikuatkan dengan adanya Pasal 2 ayat (3) Piagam
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Dan kemudian disusul dengan Deklarasi Prinsip-prinsip
Hukum Internasional yang isinya membhasa tentang hubungan antar negara dan kerjasama
antar negara. Dalam deklarasi tersebut melarang penggunaan cara kekerasa seperti peperangan
dan lain-lain yang akan menimbulkan korban jiwa dalam sebuah konflik antar negara. Karena
peperangan akan membuat suatu keadaan yang sangat buruk dan juga keamanan Internasional
dan keadilan akan terganggu oleh hal tersebut. Dalam penyelesaian secara damai
dikelompokan menjadi beberapa yaitu:
a. Arbitrase
Arbitase merupakan cara penyelesaian secara damai dengan menggunakan pihak ke
tiga dalam sebuah konflik. Pihak ketiga akan dipilih secara bebas oleh pihak-pihak yang
memberikan keputusan tanpa mempertimbangkan hukum. Pihak ketiga tersebut
dinamakan arbitrator yang bersifat netral dan tidak memihak salah satu negara yang
bertikai.
References
Arsensius, S. (2009). Sejarah Perkembangan Hukum Internasional Dari Masa Klasik Hingga Masa
Moderen, 1-30.
Prof. Dr. I Made Pasek Diantha, SH., MS. (2017). Buku Ajar Hukum Internasional. Denpasar:
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA .
Prof. Dr. I Made Pasek Diantha, SH., MS. Prof. Dr. Ida Bagus Wyasa Putra, SH., MHum. Dr. Putu Tuny
Cakabawa Landra, SH., M. Hum. Dr. I Dewa Gede Palguna, SH., MHum. I Gede Pasek Eka
Wisanjaya, SH., MH. Made Maharta Yasa, SH., MH. A.A. Sri Utari, SH., MH A. (2017). Buku
Ajar Hukum Internasionall. Denpasar : FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA.