Anda di halaman 1dari 4

SEJARAH DAN MORFOLOGI ANOA DI SULAWESI

Adyaksa Grahito Bagas Pamungkas (1806198130)

Indonesia negeri yang sangat kaya akan potensi keanekaragaman hayati. Letak Indonesia
yang sangat strategis dengan berada di daerah tropis dan diapit oleh dua samudera dan dua
benua serta terdapat dua garis peralihan membuat Indonesia memiliki 270 spesies amphibi,
600 spesies reptil, 1600 spesies kupu-kupu, dan 20.000 spesies tumubuhan berbungan yang
semua telah tersebar di seluruh daratan dan lautan (Bapenas, 2003). Menurut Maryanto et al.,
2007 jumlah spesies mamalia kini mencapai 704 spesies dan burung 1.598 spesies.

Secara garis besar keanekaragaman hayati di Indonesia digolongkan ke dalam wilayah


paparan Sunda dan wilayah paparan Sahul. Pulau Sulawesi yang berada dalam wilayah
paparan Sahul terdapat wilayah zona transisional Wallacea. Hal tersebut membuat Pulau
Sulawesi memiliki tingkat endemisitas spesies yang tinggi dengan ditemukannya 79 dari 127
jenis mamalia yang merupakan endemik, 103 dari 233 jenis burung yang merupakan
endemik, dan 29 dari 104 jenis reptil yang merupakan endemik Pulau Sulawesi.
Keanekaragamaan tersebut akan bertambah seiring ditemukannya spesies-spesies baru.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan No. 57 Tahun 2008 dalam upaya meningkatkan
usaha pelestarian spesies nasional. Departemen kehutanan telah menyusun sebuah Arahan
Strategis Konservasi Spesies Nasional 2008-2018 dengan tujuan mengkonservasi spesies dan
memberikan arahan kebijakan konservasi dan menentukan spesies prioritas berdasarkan
kriteria tertentu untuk kelompok satwa mencakup mamalia, primata, burung, herpetofaunam
serangga/invertebrata, dan spesies perairan. Spesies Anoa (Bubalus depresicornis & Bubalus
quarlesii) dikategorikan kedalam fauna khas Sulawesi dengan prioritas sangat tinggi untuk
dilestarikan.

Smith pada tahun 1827 mendiskripsikan spesimen anoa dengan panjang tanduk spesimen 10
inchi, kuat, pipih, dua per tig berbentuk segitiga dan datar dibagian anterior dan diberikan
nama Antilope depressicornis Lydekkers (1905). Pada tahun 1969, Groves menggolongkan
sub genus anoa menjadi dua spesies yaitu Bubalus depressicornis dan Bubalus quarlessi yang
dibedakan dengan mengikuti dari tempat tinggal mereka. Groves menggolongkan dua spesies
dan memberi nama Bos depressicornis fergusoni dengan anggapan bahwa anoa berkerabat
dekat dengan genus Banteng (Bos).

Klasifikasi taksonomi anoa menurut Walker pada tahun 1964 adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Sub Phyllum : Vertebrata
Kelas : Mamalia
Ordo : Artiodactyla
Famili : Bovidae
Genus : Bubalus
Spesies : Bubalus depressicornis, Smith dan, Bubalus quarlessi, Ouwens

Berdasarkan penggolongan atau taksonomi tersebut membuat anoa memiliki karakteristik-


karakteristik yang berbeda-beda antara Bubalus depressicornis untuk anoa dataran rendah
dan Bubalus quarlessi untuk anoa peunungan. Anoa dataran rendah memilki tinggi pundak
80-100 cm, sedangkan anoa dataran tinggi memiliki tinggi pundak antara 60-75 cm (Groves,
1969). Perbedaan dari anoa bukan hanya dari tinggi pundak saja melainkan terdapat pula dari
bentuk tubuh lainnya yang dapat dilihat dalam tabel berikut.
Keterangan Bubalus depressicornis Bubalus quarlessi

Ukuran Tubuh Relatif lebih besar Memiliki ukuran lebih kecil

Tanduk Sedikit bulat, kasar dengan Berbentuk kerucut yang rata dan
bagian pangkal berbentuk ditandai dengan tidak adanya
segitiga yang pipih dan terdapat “wrinkled”
“wrinkled”
Berat 300 Kg 150 Kg

Tinggi Pundak 80 – 100 cm 75 cm

Panjang Badan 170 – 188 cm 122 – 153 cm

Panjang Tanduk Jantan : 27 – 37 cm Jantan : 15 – 20 cm


Betina : 18 – 26 cm Betina : relatif sama
Panjang Ekor (%dpt) 19.8 – 25.8 cm 14.6 – 17.8 cm

Warna Individu dewasa berwarna coklat Individu dewasa memiliki warna


hitam sampai hitam dengan coklat kemerahan atau berwarna
keadaan bulu jarang. Anak coklat cerah dengan bercak putih
memiliki bulu berwarna coklat di atas kaki. Rambut berbentuk
tipu dan lurus, sejalan dengan seperti wol dan tebal.
bertambahnya umur bulu coklat
akan rontok dan digantikan bulu
berwarna hitam. Bulu kaki
berwarna putih sampai
kekuninggan
Tanda Lainnya Memiliki tanda di leher -
berbentuk seperti bulan sabit
berwarna putih terang, kaki
depan selalu berwarna putih
kekuninggan dari lutu ke kuku,
paha bagian berwarna putih
terang
(Sumber: Anoa dan Habitatnya di Sulawesi Utara)
Daftar Pustaka

Arini, Diah Irawati Dwi. 2013. Anoa dan Habitatnya di Sulawesi Utara. Manado: Balai
Penelitian Kehutanan Manado.

Anda mungkin juga menyukai