Anda di halaman 1dari 3

DAKWAH DI ERA KEMERDEKAAN

Muhammad Arsyi Kurniawan (1806198055)

Dakwah di era kemerdekaan bermula ketika kerajaan Jepang berjanji


membantu Indonesiauntuk bebas dari penjajahan Belanda. Akan tetapi yang terjadi
ialah eksploitasi tenaga Indonesia untuk kepentingan industri Jepang yang pada saat
itu juga menjadi bagian dari Perang Dunia II dan Jepang mengalami kekalahan
telak. Hal ini membuat Jepang menjanjikan kemerdekaan kepada Indonesia. Lalu
membentuk badan yang seakan merupakan bantuan dari Kerajaan Jepang dalam
membantu kemerdekaan Indonesia, yaitu BPUPKI dan PPKI yang dilanjutkan oleh
panitia sembilan yang menghasilkan 5 rumusan dasar negara, di poin pertama
terdapat kata “menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” , walaupun di
Dasar Negara poin tersebut akhirnya diubah menjadi “Ketuhanan yang Maha Esa”.
Dasar negara menjadi pembahasan yang begitu sengit dimusyawarahkan oleh para
elit politik Indonesia dari tokoh nasionalis dan islamis. Para ulama berusaha
memperjuangkan demi tegaknya syariat Islam di Indonesia. Hatta berusaha melobi
para ulama untuk bersedia Indonesia bukan berdasarkan Islam demi persatuan
Indonesia. Akhirnya Indonesia dibentuk sebagai negara republik.

Betapa seringpun terjadi perbedaan pendapat antar golongan, tetapi


semuanya setuju untuk membela Indonesia. Contohnya ketika pasukan sekutu yang
diboncengi Belanda kembali untuk menjajah Indonesia yang kala itu telah
memerdekakan dirinya. Ketika kehadiran Belanda mengancam, semua golong bahu
membahu untuk mempertahankan kemerdekaan yang telah susah payah diraih oleh
bangsa yang baru seumur jagung. K.H Hasyim Asy’ari bahkan mengeluarkan fatwa
yang berisi kewajiban bagi umat Islam utuk memerangi tentara sekutu termasuk
Belanda dengan mengeluarkan resolusi jihad tanggal 22 Oktober 1945 yang hingga
saat ini hari tersebut diabadikan menjadi hari santri Nasional.
Ketika pasukan sekutu dan Belanda telah pergi kaum Muslimin masih tetap
ikut terlibat dalam mengelola pemerintahan yang telah diakui oleh dunia. Sejak
Indonesia merdeka telah terbentuk berbagai organisasi berbasis Islam seperti
Masyumi (Majelis Syuro Mukmin Indonesia), NU (Nahdlatul Ulama), PSII dan
PERTI. Tokoh Islam juga turut berkontribusi dalam pemerintahan Indonesia, M.
Natsir berperan penting dalam pengembalian bentuk negara yang sebelumnya
Republik Indonesia Serikat (RIS) menjadi negara kesatuan dengan mosi integralnya
, hal tersebut membuat Presiden Soekarno percaya terhadap M. Natsir dan
mengangkatnya menjadi Perdana Menteri pada tahun 1950 yang diberi nama
Kabinet Natsir yang juga berperan penting menjadikan Indonesia sebagai anggota
PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa) yang ke-60 . Kabinet berikutnya juga dipimpin
oleh tokoh Masyumi yaitu Burhanudin Harahap. Setahun setelah menjabat, kabinet
Burhanudin Harahap melaksanakan Pemilihan Umum 1955. Pemilihan Umum
1950 dinilai sebagai pemilu yang paling berkualitas di abad ke-20, pada saat itu
partai berbasis Islam memperoleh total suara sebesar 40% yakni melalui Masyumi
dan NU.

Pada 5 Juli 1959, era demokrasi terpemimpin dimulai setelah


dikeluarkannya dekrit presiden yang membubarkan parlemen karena tidak dapat
memutuskan dasar negara RI. Zaman ini diwarnai dengan pembubaran partai yang
menentang kebijakan Presiden Soekarno, dimana Masyumi termasuk salah satu
partai yang dibubarkan sedangkan NU menjadi satu-satunya partai berbasis Islam
yang ikut andil dalam pemerintahan Soekarno pada masa itu.

Era demokrasi terpemimpin berakhir pada tahun 1966 dengan adanya surat
perintah sebelas Maret (SUPERSEMAR). Era orde baru pun dimulai, tokoh-tokoh
yang tadinya menentang Soekarno dan dimasukkan ke dalam penjara maka pada
zaman orde baru tokoh tersebut dibebaskan. Era ini dinilai sebagai kesempatan bagi
Islam untuk kembali berkancah di dunia politik, terbukti dengan berpartisipasinya
4 partai Islam pada pemilu 1971 , yaitu NU, Parmusisi, PSII dan Perti. Namun
ternyata di pemilu 1977 terjadi penggabungan partai sehingga hanya 3 partai yang
tersisa yaitu PPP yang dianggap mewakili Islam, Golkar sebagai mesin politik
pemerintah dan PDI yang dianggap mewakili kaum Nasionalis. Pada pemilu 1987
PPP telah berganti landasan yang sebelumnya berlandaskan Islam menjadi
Pancasila, hal tersebut berarti tidak ada partai Islam yang berpartisipasi di dunia
politik. Hal ini dianggap sebagai fenomena deislamisasi politik. Tetapi, dakwah
Islam tidak hanya berhenti hanya karena hal tersebut. Para tokoh juga mencari
metode dakwah lain, salah satunya melalui jalur pendidikan dengan pengembangan
pesantren.

Di era reformasi muncul kembali peran Islam terutama di dunia politik.


Krisis ekonomi pada tahun 1997 menyebabkan era orde baru menjadi rapuh dan
puncaknya pada tahun 1998 ketika Soeharto menyatakan mundur sebagai presiden
RI, berikutnya digantikan oleh Presiden Habibie dan pada pemerintahannya muncul
banyak partai politik baru berbasis Islam seperti Partai Amanat Nasional (PAN),
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Bulan Bintang (PBB) dan Partai Keadilan
(PK) hingga saat ini.

Berdirinya negara Indonesia bukanlah akhir dari dakwah Islam, tetapi


merupakan babak baru perjuangan Islam untuk berdakwah di setiap lapisan
masyarakat. Masih banyak hal yang harus diperbaiki dan ditingkatkan sehingga
mendekati model Islam yang ideal sebagaimana yang terwujud dalam generasi para
sahabat Nabi.

Anda mungkin juga menyukai