Anda di halaman 1dari 21

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PENDIDIKAN KESEHATAN PENCEGAHAN DIARE PADA


ANAK DI POLI ANAK DI RSD BALUNG JEMBER

Oleh:
Kelompok 4A

PROGRAM PROFESI NERS


UNIVERSITAS JEMBER
2017
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PENDIDIKAN KESEHATAN PENCEGAHAN DIARE PADA


ANAK DI POLI ANAK DI RSD BALUNG JEMBER

diajukan guna memenuhi tugas Program Profesi Ners (P2N)


Stase Keperawatan Anak

Oleh:
Kelompok 4A dan 5A
Mashila Refani Putri, S.Kep. NIM 132311101013
Chrisdiannita Fitria R, S.Kep. NIM 132311101016
Karina Diana Safitri, S.Kep. NIM 132311101019
Lutfiasih Rahmawati, S.Kep. NIM 132311101024
Rizky Bella Mulyaningsasi, S.Kep. NIM 132311101043

PROGRAM PROFESI NERS


UNIVERSITAS JEMBER
2017
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa) dengan
penderita yang banyak dalam waktu yang singkat. Sampai saat ini penyakit diare atau
juga sering disebut gastroenteritis, masih merupakan masalah kesehatan utama setiap
orang di negara-negara berkembang termasuk masyarakat di Indonesia, karena
kurangnya pemahaman dan penyuluhan tentang penyebab diare. Melihat kondisi
negara Indonesia yang sebagian besar penduduknya masih hidup di bawah garis
kemiskinan, penyakit diare masih menjadi penyakit yang sering menyerang
masyarakat Indonesia. Hal ini dikarenakan masyarakat kita yang masih belum
menyadari akan pentingnya sarana air bersih (Nursalam, 2005).
Berdasarkann Center of Disease Control and Prevention (CDC) tahun 2013,
setiap tahunnya terjadi kematian pada anak sejumlah 801.000 sedangkan perharinya
mencapai 2.195 orang kematian pada anak yang disebabkan oleh diare. Data lain
menunjukkan berdasarkan WHO (2015) diare merupakan penyakit yang menjadi
perhatian khusus dari target Sustainable Development Goals (SDGs).
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) (2012) setiap tahunnya
lebih dari satu milyar kasus gastroenteritis. Angka kesakitan diare pada tahun 2011
yaitu 411 penderita per 1000 penduduk. Diperkirakan 82% kematian akibat
gastroenteritis rotavirus terjadi pada negara berkembang, terutama di Asia dan
Afrika, dimana akses kesehatan dan status gizi masih menjadi masalah. Sedangkan
data profil kesehatan Indonesia menyebutkan tahun 2012 jumlah kasus diare yang
ditemukan sekitar 213.435 penderita dengan jumlah kematian 1.289, dan sebagian
besar (70-80%) terjadi pada anak-anak di bawah 5 tahun. Seringkali 1-2% penderita
diare akan jatuh dehidrasi dan kalau tidak segera tertolong 50-60% meninggal
dunia.Dengan demikian di Indonesia diperkirakan ditemukan penderita diare sekitar
60 juta kejadian setiap tahunnya (Depkes RI, 2012).
Diare memiliki faktor risiko diantaranya adalah tidak diberikan ASI ekskusif
selama 6 bulan, tidak melakukan cuci tangan dengan sabun, tidak tersedia air minum
yang aman,sanitasi yang buruk, dan imunisasi yang tidak lengkap. Selain itu faktor
ekonomi juga sangat berpengaruh seperti faktor kemiskinan, kekurangan gizi dan
kurangnya akses fasilitas kesehatan merupakan faktor ynag mendukung timbulnya
diare (UNICEF, 2012; Widoyono, 2008; Sukoco, 2011). Berdasarkan berbagai
penelitian yang dilakukan terhadap faktor-faktor penyebab diare pada anak balita
adalah faktor ekonomi, pengetahuan dan pemahaman orang tua terhadap diare,
perilaku mencuci tangan sebelum atau sesudah memberikan makanan maupun buang
air besar, lingkungan yang tidak sehat dan ketersediaan air bersih (Adisasmito,
2007).
Pencegahan dan penanganan diare pada anak memerlukan keterlibatan
keluarga teutama ibu. Ibu merupakan sosok yang terdekat dengan anak dan pemberi
perawatan utama pada anak. Keterlibatan ibu dalam penatalaksanaan diare sangat
penting. Oleh karena itu pengetahuan yang baik pada ibu sangat diperlukan untuk
membentuk perilaku yang baik dalam hal tatalaksana dan pencegahan diare. Selain
itu keterjangkauan sarana pelayanan kesehatan oleh masyarakat,tingkat kegawatan
penyakit, dan pengalaman pengobatan sebelumnya baik atas pengalaman sendiri
maupun orang lain turut mempengaruhi individu dalam pengambilan keputusan
untuk mengobati penyakit (Hidayat, 2012: Kemenkes, 2010).
Memberikan upaya dalam penatalaksanaan diare pada anak adalah hal yang
harus ibu ketahui dari awal. Tindakan yang dilakukan ibu selama anak mengalami
diare sangat menentukan tingkat kesembuhan dan lamanya (durasi) penyakit
tersebut. Dengan demikian bila ibu berperilaku baik diharapkan dapat memberikan
pencegahan dan pertolongan pertama diare pada anaknya. Orang tua atau ibu akan
dapat memberikan penatalaksanaan yang tepat jika dibekali dengan pengetahauan
dan mempunyai perilaku yang baik. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan
bahwa pendidikan kesehatan atau pemberian informasi pengetahuan seputar diare
pada ibu memberikan pengaruh yang signifikan terhdap peningkatan pengetahuan,
keterampilan dan perilaku ibu dalam memberikan pencegahan dan penanganan anak
diare (Purnamasari, 2011).
Berdasarkan penjelasan diatas, kelompok akan menjelaskan tentang
pencegahan diare pada pasien dan keluarga pasien di ruang dahlia RSD Balung
Jember.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Pasien dan keluarga pasien mengetahui pencegahan diare.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui penegertian diare
b. Mengetahui pencegahan diare
c. Mengetahui manfaat pencegahan diare
d. Mengetahui langkah-langkah pencegahan diare

C. Manfaat
1. Bagi Penulis
Mendapatkan pengetahuan, informasi, dan wawasan baru terkait dengan
pencegahan diare
2. Bagi Praktik Keperawatan
Memberi informasi bagi praktik keperawatan khususnya keperawatan anak
untuk menggunakan pencegahan diare
3. Bagi Pendidikan Keperawatan
Memberi pengetahuan dan wawasan tentang pencegahan diare pada anak
sehingga dapat menambah studi kepustakaan dan menjadi masukan yang
berarti dan bermanfaat bagi mahasiswa keperawatan dan bidang kesehatan
lainnya.
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik/Materi : Pencegahan Diare/ Demontrasi Cuci Tangan dan Penanganan


Dehidrasi
Sasaran : Keluarga
Waktu : WIB
Hari/Tanggal :
Tempat : Poli Anak RSD Balung Jember

1. StandarKompetensi
Setelah diberikan penyuluhan, keluarga pasien mampu melakukan pencegahan
diare yaitu dengan melakukan cuci tangan dan Penanganan Dehidrasi sesuai
dengan Standar Prosedur Operasional

2. Kompetensi Dasar
Setelah dilakukan penyuluhan selama 15 menit, pasien dapat :
a. Melakukan cuci tangan yang baik dan benar
b. Penanganan dehidrasi

3. Pokok Bahasan : Pencegahan diare pada anak dengan melakukan cuci tangan
dan penanganan dehidrasi.

4. Subpokok Bahasan
a. Pengertian
b. Manfaat
c. Langkah-langkah

5. Waktu : 15 menit

6. Bahan/Alat yang digunakan


a. Materi
b. Leaflet
c. Lembar balik

7. Model Pembelajaran
a. Jenis model pembelajaran : Ceramah dan Praktik
b. Langkah pokok :
1. Menciptakan suasana pertemuan yang baik
2. Mengajukan masalah
3. Mengidentifikasi pilihan tindakan
4. Memberi komentar
5. Menetapkan tindaklanjut sasaran
8. Setting Tempat

Pemateri

Keluarga

9. Persiapan
Penyuluh mencari materi tentang konsep dasar pencegahan diare dengan
melakukan cuci tangan dan penanganan dehidrasi

10. Kegiatan Pendidikan Kesehatan

Tindakan
Proses Kegiatan Waktu
KegiatanPenyuluh
Peserta
Pendahuluan a. Salam pembuka Memperhati 2 menit
b. Memperkenalkan diri kan
c. Menjelaskan tujuan umum dan tujuan
khusus
Penyajian 1. Menjelaskan materi tentang: Memperhati 10 menit
a. Cara mencuci tangan kan,
b. Penanganan dehidrasi menanggapi
2. Memberikan kesempatan kepada dengan
keluarga untuk bertanya pertanyaan
3. Menjawab pertanyaan
4. Memberikan kesempatan kepada
keluarga untuk menjelaskan kembali
dan mempraktikkan mandiri
Penutup 1. Menyimpulkan praktik yang telah Memperhati 3 menit
diberikan kandan
2. Mengevaluasi hasil praktik menanggapi
3. Memberikan leaflet tentang
pencegahan diare
4. Salam penutup
KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JEMBER
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
T.A 2017/2018

BERITA ACARA

Pada hari ini, ................................................ jam s/d WIB bertempat di Ruang Dahlia
RSD Balung Jember telah dilaksanakan kegiatan Pendidikan Kesehatan Pencegahan
Diare dengan Melakukan Demonstrasi Mencuci Tangan dan Penanganan Dehidrasi
oleh Mahasiswa Program Profesi Ners Universitas Jember. Kegiatan ini diikuti oleh
.................. orang (daftar hadir terlampir).

Jember, ...................................

Mengetahui,

Pembimbing Klinik Penanggung Jawab Mata Kuliah


Poli Anak Stase KeperawatanAnak
RSD Balung Jember PSIK Universitas Jember

(………………………………..) (………………………………..)
NIP NIP
KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JEMBER
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
T.A 2017/2018

DAFTAR HADIR
Telah dilaksanakan penyuluhan pada hari ini, ................................................ jam s/d
WIB bertempat di Ruang Dahlia RSD Balung Jember telah dilaksanakan kegiatan
Pendidikan Kesehatan Pencegahan Diare dengan Melakukan Demonstrasi Mencuci
Tangan dan Penanganan Dehidrasi oleh Mahasiswa Program Profesi Ners
Universitas Jember.

No. Nama Alamat TTD


1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.
13.

14.

15.

Jember, ...................................

Mengetahui,

PembimbingKlinik PenanggungJawab Mata Kuliah


Ruang Dahlia StaseKeperawatanAnak
RSD Balung Jember PSIK UniversitasJember

(………………………………..) (………………………………..)
NIP NIP
Materi
A. Definisi
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi
lembek atau cair,bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering
(biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Dirjen P3L Depkes RI, 2011). Diare
atau mencret didefinisikan sebagai buang air besar dengan feses tidak berbentuk
(unformedstools) atau cair dengan frekuensi lebih dari 3kali dalam 24jam (Amin,
2015).

B. Etiologi
Diare dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor. Menurut Mansjoerdkk
(2000) penyebab diare pada anak adalah
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak. Infeksi enteral ini meliputi: infeksi bakteri (Vibrio,
E.Coli, Salmonella, Shigela, Campylobacter, Yersina, Aeromonas), virus
(Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus), dan parasit yang terdiri dari
cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides), Protozoa
(Entamoebahistolytica, Giardialamblia, Trichomonashominis), jamur
(Candidaalbicans).
b. Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan
2. Faktor malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, galaktosa). Pada bayi dan anak
yang terpenting dan tersering adalah intoleransi laktosa.
c. Malabsorbsi lemak.
d. Malabsorbsi protein.
e. Faktor makanan, makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
3. Faktor psikologis
Faktor psikologis meliputi rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat
menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar (Ngastiyah, 2005).
Menurut Dirjen P3L Kemenkes RI(2011) penyebab diare,diantaranya:
a. Infeksi (kuman-kumanpenyakit)
Kuman-kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui makanan/minuman
yang tercemar atau kontak langsung dengan tinja penderita (feces oral).Siklus
penyebaran penyakit diare bisa digambarkan sebagai berikut melalui 5F(Feces
atau tinja, flies atau lalat, food atau makanan, finger atau jari tangan, fomites
atau peralatan makanan). Di bawah ini beberapa contoh perilaku terjadinya
penyebaran kuman yang menyebabkan penyakit diare:
b. Tidak memberikan ASI (Air Susu Ibu) secara esklusif
c. Memberi MPASI terlalu dini mempercepat bayi kontak terhadap kuman
d. Penggunaan botol susu
Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena penyakit diare
karena sangat sulit membersihkan botol dan juga kualitas air di beberapa
wilayah Indonesia juga sudah terkontaminasi kuman-kuman penyakit seperti
bakteri E.Coli
e. Menyimpan makanan pada suhu kamar dan tidak ditutup dengan baik.
f. Minum air/ menggunakan air yang tercemar
g. Tidak mencuci tangan setelah BAB, membersihkan BAB anak
h. Membuang tinja (termasuk tinja bayi) sembarangan.
4. Penurunan daya tahan tubuh
a. Tidak memberikan ASI kepada bayi sampai usia 2tahun (atau lebih). Di dalam
ASI terdapat antibody yang dapat melindungi bayi dari kuman penyakit.
b. Kurang gizi / malnutrisi terutama anak yang kurang gizi buruk akan mudah
terkena diare.
c. Imunodefisiensi/Imunosupresi, terinfeksi oleh virus (seperti campak,AIDS)
d. Segera proporsional,balita lebih sering terkena diare (55%)
5. Faktor lingkungan dan perilaku
Penyakit diare adalah penyakit yang berbasis lingkungan yang faktor utama dari
kontaminasi air atau tinja berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat.
C. Klasifikasi dan Tanda Gejala
Diare dapat diklasifikasikan berdasarkan lama waktu diare, menjadi:
a. Diare akut
Diare akut bila diare berlangsung kurang dari 2 minggu (Amin,2015). Diare
akut adalah diare yang onset gejalanya tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 14
hari (Zein,Sagala,& Ginting, 2004)
b. Diare kronik
Diare kronik apabila diare berlangsung 2 minggu atau lebih. Feses dapat
dengan atau tanpa lendir, darah, atau pus. Gejala penyerta dapat berupa mual,
muntah, nyeri abdominal, mulas, tenesmus, demam, dan tanda-tanda dehidrasi
(Amin, 2015).

D. Komplikasi
1. Dehidrasi(ringan sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik) sebagai
akibat dari kehilangan air dan elektrolit.
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoniotot, lemah, bradikardia,
perubahan elektokardiogram).
4. Hipoglikemia.
5. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vilimukosa usus dan defisiensi enzim
laktase.
6. Kejang,terjadi pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energi protein, akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik
(Ngastiyah, 2005).

E. Penatalaksaan
Menurut Dirjen P3L Depkes RI (2011) penanganan diare tanpa dehidrasi yang
dapat dilakukan sebagai berikut.
1. Berikan Oralit
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah tangga
dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia berikan
cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit merupakan
cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk menggantikan cairan yang hilang.
2. Berikan obat Zinc
Zinc merupakan salah satu mikro nutrien yang penting dalam tubuh. Zinc dapat
menghambat enzim INOS (Inducible Nitric OxideSynthase), dimana ekskresi
enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitelusus.
3. Pemberian ASI/ makanan
PemberianASI/ makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada
penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah
berkurangnya berat badan.
4. Pemberian antibiotik hanya atas indikasi
Antibiotik tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diare
pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat pada
penderita diare dengan darah (sebagian besar karena shigellosis), suspek kolera.
Obat-obatan Antidiare juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita diare
karena terbukti tidak bermanfaat.
5. Pemberian nasehat
Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat
tentang:
a. Cara memberikan cairan dan obat dirumah
b. Kapan harus membawa kembali anak kepetugas kesehatan, bila:
1) Diare lebih sering;
2) Muntah berulang;
3) Sangat haus;
4) Makan/minum sedikit;
5) Timbuldemam;
6) Tinja berdarah;
7) Tidak membaik dalam 3hari;
F. Pencegahan
Ada beberapa cara pencegahan diare menurut Dirjen P3L Kemenkes RI (2011),
yaitu sebagai berikut:
1. Cuci tangan dengan sabun dan bilas dengan air sampai bersih:
a. Sebelum makan.
b. Sebelum menyusui.
c. Setelah Buang Air Besar(BAB).
d. Setelah membuang tinja/ kotoran anak.
e. Sebelum menyiapkan makan anak dan menyuapi makan anak.
2. Gunakan air bersih.
3. Cuci peralatan makan dan minum dengan baik dan benar
4. Semua anggota keluarga Buang Air Besar (BAB) dijamban yang sehat.
5. Buang tinja anak dijamban.
6. Berikan imunisasi campak untuk meningkatkan kekebalan tubuh agar tidak
mudah terkena diare.

G. Cara Menyiapkan botol susu yang Benar


Menurut PERMENKES NO. 39 tahun 2013, panduan untuk membersihkan dan
sterilisasi peralatan, serta menyiapkan dan menyajikan susu bayi harus dicantumkan
pada label dan/atau leaflet seperti dibawah ini:
1. Cara membersihkan dan sterilisasi peralatan, meliputi :
a. mencuci tangan dengan sabun sebelum membersihkan dan mensterilkan
peralatan minum bayi
b. mencuci semua peralatan (botol, dot, sikat botol dan sikat dot) dengan sabun;
dan
c. membilas botol dan dot dengan air yang mengalir;
2. Sterilisasi dengan cara direbus, meliputi :
a. botol harus terendam seluruhnya sehingga tidak ada udara di dalam botol;
b. panci ditutup dan biarkan sampai mendidih selama 5 – 10 menit;
c. panci biarkan tertutup, biarkan botol dan dot didalamnya sampai segera akan
digunakan;
d. mencuci tangan dengan sabun sebelum mengambil botol dan dot;
e. bila botol tidak langsung digunakan setelah direbus botol harus disimpan
ditempat yang bersih dan tertutup; dan
f. dot dan penutupnya terpasang dengan baik.
Standart Operasional Procedur

JUDUL SOP:
CUCI TANGAN BERSIH
PSIK
Universitas Jember
PROSEDUR TETAP NO NO REVISI: HALAMAN:
DOKUMEN:
TANGGAL DITETAPKAN OLEH:
TERBIT:
1. PENGERTIAN Menggosok dengan sabun secara bersama,
seluruh kulit permukaan tangan dengan kuat dan
ringkas yang kemudian dibilas di bawah aliran
air
2. TUJUAN 1. Membuang kotoran dan mikroorganisme
yang menempel pada tangan yang didapat
dari pasien, pengunjung, alat/ bahan
kesehatan atau petugas kesehatan
2. Mengurangi mikroorganisme di tangan
3. INDIKASI 1. Sebelum dan sesudah makan
2. Setelah BAB
3. Setelah bermain
4. Sebelum dan sesudah melakukan tindakan
4. KONTRAINDIKASI -

5. PERSIAPAN PASIEN Berikan penjelasan pada pasien tentang tindakan


yang akan dilakukan dan jelaskan alasan
tindakan dilakukan bila perawat cuci tangan di
dekat pasien
6. PERSIAPAN ALAT 1. Air hangat mengalir/ kran/ wastafel
2. Handuk kering atau handuk kertas
3. Tissue pada tempatnya
4. Sabun biasa/ desinfektan / aseptik gel
7. CARA BEKERJA
1. Kaji kondisi tangan (kuku terpotong pendek, periksa adanya luka/ lesi pada tangan)
2. Lepaskan perhiasan dan jam tangan
3. Gulung engan panjang sampai siku
4. Jika mencuci tangan di dekat pasien, jelaskan tindakan yang akan dilakukan dan
alasan tindakan dilakukan
5. Berdiri di depan wastafel, jaga agar tangan dan seragam tidak menyentuh wastafel
6. Alirkan air
7. Basahi tangan sampai pergelangan di bawah air mengalir, pertahankan tangan lebih
rendah dari siku, biarkan air mengalir sampai jari – jari.
8. Hindari percikan air mengenai seragam dan lantai
9. Gunakan sabun biasa/ mikrobial kira – kira satu sendok teh. Sabuni seluruh
permukaan tangan sampai pergelangan, bilas dan ulangi memberi sabun
10. Dengan gerakan memutar, gosok telapak tagan, punggung tangan, jari – jari,
pergelangan, buku jari, lengan bawah dan area sekitar jari. Lakukan gerakan dengan
cepat paling sedikit 10 – 15 detik

11. Jika daerah sekitar kuku kotor, bersihkan dengan kuku jari tangan yang satunya dan
tambahkan sabun
12. Bilas tangan dan pergelangan di bawah air yang mengalir, pertahankan posisi tangan
lebih rendah dari siku.
13. Keringkan tangan dengan handuk kering/ handuk kertas sekali pakai dari jari tangan
ke pergelangan tangan dan lengan bagian bawah
14. Buang handuk pada tempat kotor
15. Lakukan cuci tangan sesuai 5 waktu
a. Sebelum menyentuh pasien
b. Sebelum melakukan tindakan pada pasien
c. Setelah menyentuh cairan pasien (urin, darah)
d. Setelah menyentuh pasien
e. Setelah menyentuh lingkungan pasien
16. Tutup kran
8. HASIL
Tangan bersih
9. HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN :
1. Hindari percikan air mengenai seragam dan lantai
2. Gunakan agen antiseptik sebelum melakukan prosedur invasif
3. Lepaskan semua perhiasan dan aksesoris yang digunakan di tangan
4. Periksa adanya luka pada tangan
5. Tangan yang sensitif terhadap sabun, gunakan lotion setelah cuci tangan
JUDUL SOP:
MENYIAPKAN BOTOL SUSU
PSIK
Universitas Jember
PROSEDUR NO NO REVISI: HALAMAN:
TETAP DOKUMEN:
TANGGAL DITETAPKAN OLEH:
TERBIT:
1. PENGERTIAN Membersihkan dan menyiapkan botol
susu sebelum digunakan kembali
2. TUJUAN Membuang kotoran dan mikroorganisme
yang menempel pada botol
3. INDIKASI Sebelum menggunakan botol susu

4. KONTRAINDIKASI -

5. PERSIAPAN ALAT 1. Botol susu dan dot


2. Sikat botol
3. Sikat dot
4. Air hangat mengalir/ kran/ wastafel
5. Sabun biasa
6. Sabun cuci botol
6. CARA BEKERJA
1. Cara membersihkan dan sterilisasi peralatan, meliputi :
a. mencuci tangan dengan sabun sebelum membersihkan dan
mensterilkan peralatan minum bayi
b. mencuci semua peralatan (botol, dot, sikat botol dan sikat dot)
dengan sabun; dan
c. membilas botol dan dot dengan air yang mengalir;
2. Sterilisasi dengan cara direbus, meliputi :
a. botol harus terendam seluruhnya sehingga tidak ada udara di dalam
botol;
b. panci ditutup dan biarkan sampai mendidih selama 5 – 10 menit;
c. panci biarkan tertutup, biarkan botol dan dot didalamnya sampai
segera akan digunakan;
d. mencuci tangan dengan sabun sebelum mengambil botol dan dot;
e. bila botol tidak langsung digunakan setelah direbus botol harus
disimpan ditempat yang bersih dan tertutup; dan
f. dot dan penutupnya terpasang dengan baik.
7. HASIL
Botol bersih dan steril
8. HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN :
Leaflet Penyuluhan
DAFTAR PUSTAKA

Amin,LZ. 2015. Tatalaksana Diare Akut. Continuing Medical Education CDK230


Volume 42 No.7 Tahun 2015

Dirjen P3L Depkes RI. 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan. Jakarta: Depkes RI

Dirjen P3L Kemenkes RI. 2011. Panduan Sosialisasi Diare Balita untuk Petugas
Kesehatan. Jakarta: Kemenkes RI

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit.Edisi2. Jakarta: ECG

Anda mungkin juga menyukai