PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ada pun maksud dan tujuan di buatnya tugas ini yaitu untuk menjelaskan
lebih mendalam mengenai derajat metamorfosa.
C. Metode
1
BAB II
DASAR TEORI
2
umum terjadi kira-kira pada 150°C atau dikehendaki lebih tinggi. Di bawah
permukaan, temperatur di sekitarnya 150°C disertai oleh tekanan lithostatik
kira-kira 500 bar.
Batas atas metamorfisme diambil sebagai titik dimana kelihatan terjadi
pelelehan batuan. Di sini kita mempunyai satu variabel, sebagai variasi
temperatur pelelehan sebagai fungsi dari tipe batuan, tekanan lithostatik dan
tekanan uap. Satu kisaran dari 650°C – 800°C menutup sebagian besar kondisi
tersebut. Batas atas dari metamorfisme dapat ditentukan oleh kejadian dari
batuan yang disebut migmatit. Batuan ini menunjukkan kombinasi dari
kenampakan tekstur, beberapa darinya muncul menjadi batuan beku dan batuan
metamorf yang lain.
3
dengan lebar antara 2 – 3 km. Metamorfisme dislokasi terjadi pada daerah sesar
besar/ utama yaitu pada lokasi dimana masa batuan tersebut mengalami
penggerusan. Sedangkan metamorfisme regional terjadi pada kulit bumi bagian
dalam dan lebih intensif bilamana diikuti juga oleh orogenesa. penyebaran
tubuh batuan metamorf ini luas sekali mencapai ribuan kilometer.
2.2 Metamorfisme
Metamorfisme adalah proses perubahan mineralogi batuan pada kondisi
padat(solid), akibat perbedaan suhu dan tekanan pada kondisi tertentu dengan
kondisi baru.Proses ini diluar proses pelapukan dan diagenesa (Wingkler, 1967
di dalam Mulyo, 2013). Jadi batuan metamorf merupakan batuan-batuan yang
terbentuk dari proses perubahan batuan asal (batuan beku maupun sedimen),
baik perubahan bentuk atau struktur maupun susunan mineralnya akibat
pengaruh tekanan dan/atau temperatur yang sangat tinggi, sehingga menjadi
batuan yang baru. Proses metamorfisme ini berlangsung dalam kondisi
isokimia.
Menurut Doe, 2013 Metamorfisme dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
4
1. Metamorfisme termal
Batuan metamorf yang terbentuk pada zone kontak dengan magma,
intrusi maupun ekstrusi, yang memiliki tekanan 1.000 - 3.000 atm dan
suhu 300°C -800°C.
2. Metamorfisme dinamo
Proses metamorfisme yang membentuk batuan terjadi pada daerah yang
mengalami pensesaran intensif atau tekanan yang tinggi.
3. Metamorfisme regional
Batuan metamorf yang terbentuk dihasilkan oleh proses metamorfisme
pada daerah yang luas akibat orogenesis, yang memiliki tekanan dan
suhu yang tinggi. Metamorfosa ini dibedakan menjadi tiga yaitu:
metamorfosa orogenik, burial, dan dasar samudera (ocean-floor).
5
Gambar 1. Rock cycle
6
2. Struktur
Ada dua struktur yaitu foliasi dan non-foliasi.
3. Tekstur
Tekstur yaitu terdiri dari bentuk, ukuran, dan susunan butir mineral- mineral
batuan tersebut. Akan tetapi ada dua tekstur yang biasanya mudah dijumpai,
yaitu relik dan kristaloblastik. Relik atau bisa disebut sisa adalah tekstur
batuan asal dari batuan metamorf masih bisa diamati dan terlihat jelas
dengan memakai mata telanjang.
Kemudian kristaloblastik yaitu mineral dalam kandungan batuan sudah
terkristalisasi. Namun sebelum batuan tersebut menjadi batuan metamorf,
bisa saja terjadi proses kristalisasi tambahan agar proses metamorfisme
semakin baik dan menghasilkan batu dengan kandungan cukup baik.
4. Bentuk Kristal
Bentuk kristal sebagai kandungan batuan ini terbagi menjadi tiga jenis, yaitu
euhedral, subhedral, dan anhedral. Euhedral yaitu kristal sempurna namun
dibatasi dengan tegas, jelas, dan teratur oleh bidang kristal yang ideal.
Bentuk kristal ini adalah yang paling baik diantara ketiga jenis yang ada.
Kedua adalah subhedral, definisi subhedral adalah kandungan batuan yang
memiliki kristal terbatasi dengan tidak jelas dan sebagian tidak teratur oleh
bidang kristal yang ada. Yang terakhir yakni anhedral, Anhedral adalah
kristal yang dibatasi oleh bidang kristal dengan sifat tidak teratur.
5. Komposisi Mineral
7
Mineral yang mendukung proses metamorfisme antara lain garnet, andalusi,
kyanit, silimanit, dan stauroli. Mineral yang berfungsi sebagai pembentuk
batuan metamorf disebut dengan mineral metamorfik. Suhu dan tekanan
yang tinggi mampu membentuk mineral ini agar mampu membentuk batuan
tersebut.
8
BAB III
DESKRIPSI DAN KLASIFIKASI
9
berbeda. Ada juga beberapa pita warna dan kristal dengan berbagai tekstur
terkandung dalam batu marmer atau batu pualam ini. Batu ini berfungsi sebagai
bahan utama pembuatan ubin.
10
Warna : Abu-abu
Ciri khas : Kuarsa dan feldspar tampak berselang-seling dengan lapisan tipis
kaya amphibole serta mika.
11
Warna batu sekis adalah ungu,
hijau, dan hitam. Batu sekis biasanya memiliki mineral yang terpisah dan berubah
menjadi berkas gelombang yang ditunjukkan kilaunya oleh kristal. Batu sekis dapat
digunakan untuk sumber mika utama sebagai komponen penting dalam industri
elektronika.
12
6. Batu Milonit (Mylonite)
Batu milonit memiliki bentuk yang terdiri atas butir-butir halus, berwarna abu-abu,
biru, coklat, kehitaman, dan bisa dibelah. Batu ini bermanfaat sebagai bahan
kerajinan yang bernilai seni tinggi.
13
7. Batu Tanduk (Hornfels)
14
Komposisi : Mika, kuarsa
Stuktur : Foliated (Slaty-Schistose)
Derajat metamorfisme : Rendah – Intermediate
Ukuran butir : Halus
Warna : Merah, kehijauan
Ciri khas : Membelah mengikuti permukaan gelombang
9. Serpentinit (Serpentinite)
15
Klasifikasi Batuan Metamorf (Berdasarkan komposisi kimianya)
16
Struktur Gneisik: struktur yang memperlihatkan penjajaran mineral granular,
jumlah mineral granular relatif lebih banyak dibanding mineral pipih.
f. Struktur Augen: sama struktur flaser, hanya lensa-lensanya terdiri dari butir-
butir felspar dalam masa dasar yang lebih halus.
17
Tekstur yang berkembang selama proses metamorfisme secara tipikal
penamaanya mengikuti kata-kata yang mempunyai akhiran -blastik.
Contohnya, batuan metamorf yang berkomposisi kristal-kristal berukuran
seragam disebut dengan granoblastik. Secara umum satu atau lebih mineral
yang hadir berbeda lebih besar dari rata-rata; kristal yang lebih besar tersebut
dinamakan porphiroblast. Porphiroblast, dalam pemeriksaan sekilas, mungkin
membingungkan dengan fenokris (pada batuan beku), tetapi biasanya mereka
dapat dibedakan dari sifat mineraloginya dan foliasi alami yang umum dari
matrik. Pengujian mikroskopik porphiroblast sering menampakkan butiran-
butiran dari material matrik, dalam hal ini disebut poikiloblast. Poikiloblast
biasanya dianggap terbentuk oleh pertumbuhan kristal yang lebih besar
disekeliling sisa-sisa mineral terdahulu, tetapi kemungkinan poikiloblast dapat
diakibatkan dengan cara pertumbuhan sederhana pada laju yang lebih cepat
daripada mineral-mineral matriknya, dan yang melingkupinya. Termasuk
material yang menunjukkan (karena bentuknya, orientasi atau penyebarannya)
arah kenampakkan mula-mula dalam batuan (seperti skistosity atau perlapisan
asal); dalam hal ini porphiroblast atau poikiloblast dikatakan mempunyai
tekstur helicitik. Kadangkala batuan metamorf terdiri dari kumpulan butiran-
butiran yang berbentuk melensa atau elipsoida; bentuk dari kumpulan-
kumpulan ini disebut augen (German untuk “mata”), dan umumnya hasil dari
kataklastik (penghancuran, pembutiran, dan rotasi). Sisa kumpulan ini
dihasilkan dalam butiran matrik. Istilah umum untuk agregat adalah
porphyroklast.
Tekstur Kristaloblastik
Tekstur batuan metamorf yang dicirikan dengan tekstur batuan asal sudah tidak
kelihatan lagi atau memperlihatkan kenampakan yang sama sekali baru. Dalam
penamaannya menggunakan akhiran kata –blastik.
18
b. Tekstur Granoblastik: tekstur yang memperlihatkan butir-butir mineral
seragam.
Tekstur Palimpset
Tekstur batuan metamorf yang dicirikan dengan tekstur sisa dari batuan asal
masih bisa diamati. Dalam penamaannya menggunakan awalan kata –blasto.
Amphibolit yaitu batuan metamorf dengan besar butir sedang sampai kasar
dan mineral utama penyusunnya adalah amfibol(umumnya hornblende) dan
19
plagioklas. Batuan ini dapat menunjukkan schystosity bila mineral
prismatiknya terorientasi.
Eclogit yaitu batuan metamorf dengan besar butir sedang sampai kasar dan
mineral penyusun utamanya adalah piroksen ompasit (diopsid kaya sodium dan
aluminium) dan garnet kaya pyrope.
Skarn, Yaitu marmer yang tidak murni karena mengandung mineral calc-
silikat seperti garnet, epidot. Umumnya terjadi karena perubahan komposisi
batuan disekitar kontak dengan batuan beku.
Kuarsit, Yaitu batuan metamorf yang mengandung lebih dari 80% kuarsa.
20
BAB IV
KESIMPULAN
Metamorfosa derajat rendah terjadi pada temperatur antara 200° – 320° C
dan tekanan yang relatif rendah. Batuan metamorf derajat rendah dicirikan oleh
berlimpahnya mineral-mineral hydrous, yaitu mineral-mineral yang mengandung
air (H2O) didalam struktur kristalnya).
a.MineralLempung.
b. Serpentine.
c. Chlorite.
Metamorfosa derajat tinggi terjadi pada temperatur lebih besar dari 320°C dan
tekanan yang relatif tinggi. Seiring dengan meningkatnya derajat metamorfosa,
maka mineral-mineral hydrous akan semakin kurang.
21
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Buranda, JP. TT. Geologi Umum. Malang : Lab. Geografi FMIPA UM.B.E.
22