PENDAHULUAN
Relasi dan peran orang tua pada masa remaja sangat penting bagi
antara orang tua dan remaja yang telah dibina sejak lahir akan menimbulkan
adanya keterikatan atau ikatan relasi satu sama lain. Hetherington dan Parke
interaksi antara orang tua dan anak. Relasi atau hubungan orang tua dengan anak
remaja pada keluarga normal terlihat adanya afeksi yang hangat antara orang tua
Sutantoputri, 2004). Selain ikatan afeksi, relasi remaja dengan orang tua juga
dikarakteristikkan dengan komunikasi yang baik dan identifikasi yang kuat (Rice,
1999). Menurut Atwater (1983) penerimaan dan perhatian dari orangtua selama
diri remaja. Dari penelitian yang dilakukan oleh Holmbeck, dkk ditemukan bahwa
ikatan relasi yang hangat, mendalam dan berkualitas antara orang tua dan remaja
anak. Nilai-nilai moral, agama dan norma-norma sosial dikenalkan kepada anak
1
2
kualitas hubungan yang negatif antara orangtua dan anak akan menimbulkan
antara orangtua dan remaja tersebut. Orangtua yang menunjukkan pengertian akan
memiliki tekanan emosi, harga diri rendah, masalah di sekolah, dan perilaku
seksual menyimpang.
Masa remaja merupakan masa peralihan atau transisi dari masa anak-anak
satunya adalah menjalin hubungan baru dengan lawan jenis secara lebih matang.
Pada masa ini remaja memiliki tingkat minat yang lebih tinggi terhadap lawan
jenis, mulai memiliki perhatian, perasaan senang dan tertarik dengan lawan
jenisnya yang ditunjukkan dengan munculnya cinta erotik pada remaja (Monk,
Knoers & Haditomo, 1994). Remaja berada dalam masa pertentangan dan masa
puber dengan ciri-ciri sering dan mulai timbul sikap untuk menentang dan
melawan orangtua dan guru. Remaja juga memiliki minat rasa ingin tahu yang
(Hurlock, 2002).
Rasa ingin tahu yang tinggi membuat remaja mencari sumber informasi
Sikap menerima atau menolak seks pranikah remaja tidak dapat dilepaskan
satunya yaitu hubungan antara orang tua dengan remaja. Menurut Laily dan
diberikan pada remaja lebih baik dan tepat jika dilakukan dalam keluarga, karena
anak dilahirkan dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga, sehingga salah satu
cara yang dapat diusahakan untuk mengurangi perilaku seksual pranikah pada
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Indrijati (dalam Lestari, 2007), semakin
baik kualitas komunikasi remaja dan orang tua maka sikapnya semakin tidak
komunikasi remaja dan orang tua maka sikapnya semakin mendukung (menerima
Hasil asesmen awal peneliti terhadap stake holder di desa X yang terdiri
dari tokoh masyarakat, tokoh pendidikan, tokoh pemuda, tokoh pendidikan, tokoh
(PRA) menunjukkan bahwa penyebab banyaknya kasus perilaku seks remaja yang
4
belum menikah dapat dikelompokkan menjadi empat penyebab, yaitu: (1) karena
adanya teknologi yang mudah diakses dan menyediakan informasi yang tidak
seimbang; (2) kurangnya pengawasan dan perhatian orangtua kepada anak dan
dan (4) pengaruh negatif dari teman sebaya. Dari empat kelompok penyebab
masalah tersebut, para stake holder menilai bahwa penyebab masalah yang lebih
perhatian lebih kepada anak dan memberikan edukasi dan pembekalan moral
kepada anak-anaknya agar di kemudian hari kasus kehamilan remaja tidak terjadi
Dari hasil PRA tersebut dapat diketahui bahwa kedekatan antara orangtua
dan anak masih kurang sehingga tidak dapat menjadi rekan bagi anaknya untuk
edukasi dan pembekalan moral kepada anaknya maka diperlukan kedekatan dan
kenyamanan hubungan orangtua dan anak. Hal ini sesuai dengan pendapat Blake
(2001) bahwa kualitas hubungan antara orangtua dan anak mengenai seks dan
tua mereka serta belajar dari sumber lain mengenai topik seksualitas, namun
topik seksualitasdengan anak-anak mereka karena mereka merasa malu dan ada
yang dianggap penting oleh remaja akan diharapkan persetujuannya setiap gerak
dan tingkah laku, seseorang yang tidak ingin dikecewakan, atau seseorang yang
pembentukan sikap (Ali & Asrori, 2005). Bahkan hasil penelitian Lestari dan
pada anak.
dan terbuka antara orangtua dan anak. Komunikasi yang terbuka di dalam
dan bunuh diri dikaitkan dengan remaja yang memiliki komunikasi tertutup,
berkualitas antara orangtua dan anak. Orangtua harus lebih terbuka dan memberi
Kenyataan yang terjadi bahwa kondisi yang diidealkan ini belum terwujud.
seksualitas maupun sahabat bagi anaknya. Hasil wawancara dengan empat orang
bahwa Ibu merasa kesulitan untuk mendekati dan masuk pada dunia anak yang
berada pada masa remaja. Ibu juga merasakan anak tertutup untuk membicarakan
masalahnya. Sejauh ini anak atau remaja juga tidak pernah menceritakan
permasalahan mereka kepada orangtua dan orangtua juga tidak bersikap proaktif
antara remaja dan orangtua tak jarang mengalami konflik saat berkomunikasi
dikarenakan adanya keinginan atau persepsi yang berbeda antara orangtua dan
mereka lebih pandai mencari informasi dan pandai menyembunyikan rahasia dari
apa yang dilakukan anak di luar rumah barangkali berbeda dan perilaku anak di
tersebut membuat anak merasa tidak nyaman dan bahkan takut untuk
menilai teman sebaya lebih memahami perasaan mereka karena mengalami hal
yang sama. Topik pembicaraan dengan teman lebih banyak berkaitan dengan
saat berpacaran, serta saat mengalami konflik dengan teman sekolah. Sementara
data bahwa hubungan kedekatan ibu dengan anak belum terjalin dengan baik. Hal
itu dapat dilihat dari kurangnya kepercayaan dari anak kepada ibu dan sebaliknya
terhadap anak, bahkan tidak jarang interaksi orangtua diwarnai oleh konflik.
Selain itu komunikasi di dalam keluarga belum tercipta dengan baik. Hal ini
sesuai dengan pendapat Ester dan Lance (2012) bahwa ketidakcocokan antara
orangtua dan anak bisa dikaitkan dengan kualitas hubungan yang kurang antara
orangtua dan anak, hal itu dapat dilihat dari kurangnya komunikasi dan kedekatan
dengan remaja tentang topik-topik seksualitas memiliki peran penting untuk dapat
memahami adanya variasi pada sikap dan perilaku seksual remaja, seperti sikap
8
komunikasi seksualitas orang tua dengan remaja baru akan mempengaruhi sikap
Dalam penelitian ini peneliti ingin lebih mengangkat peran ibu dalam
pertimbangan Ibu adalah sosok yang paling berperan dalam mendidik anak dan
ibu adalah sosok yang memiliki ikatan emosional dan melakukan banyak interaksi
dengan anak. Menurut Notosoedirjo dan Latipun (2002), ibu merupakan orang
pertama yang mempunyai relasi dengan anaknya. Ibu lebih banyak melewatkan
secara afeksi (Berk, 2003). Parsons dan Bales (dalam Widiastuti & Widjaja, 2009)
mengemukakan peran ibu dalam keluarga sebagai “ekspresif” dan ayah sebagai
jawab untuk suasana emosional dan afektif dalam rumah, dan untuk
sebagai pencari nafkah yang baik dan memberi disiplin yang tegas. Akibatnya
secara sosial dibandingkan wanita, pria kurang terlibat dalam pengasuhan anak
9
sehari-hari (Lamb dalam Widiastuti & Widjaja, 2004). Peran Ibu yang lebih dekat
dengan anak.
Komunikasi terbuka dan hangat merupakan hal yang penting di dalam hubungan
orangtua dan anak terutama pada masa remaja. Dengan adanya komunikasi yang
terbuka dan efektif antara orangtua dan remaja maka diharapkan hubungan antara
orangtua dan remaja menjadi lebih dekat dan berkualitas. Hal itu memungkinkan
remaja merasa nyaman untuk terbuka kepada orangtuanya. Jika remaja merasa
edukasi mengenai seksual kepada anak sehingga kasus kehamilan remaja dapat
ditekan.
antara orangtua dan pra remaja tentang seksualitas di Inggris berupaya untuk
contoh bagi negara-negara Eropa lainnya seperti Belanda, Perancis dan Jerman
untuk mengatasi kehamilan remaja dan infeksi penyakit menular seksual lebih
rendah.
hasil positif mengenai sikap seksual remaja. Sementara hasil penelitian Riesch,
hubungan yang berkualitas antara orangtua terutama ibu dan anak maka perlu
B. Rumusan Masalah
bagi anak remajanya. Komunikasi terbuka dan hangat merupakan hal yang
penting di dalam hubungan orangtua dan anak terutama pada masa remaja.
11
Dengan adanya komunikasi yang terbuka dan efektif antara orangtua dan remaja
maka diharapkan hubungan antara orangtua dan remaja menjadi lebih dekat dan
berkualitas. Hal itu memungkinkan remaja merasa nyaman untuk terbuka kepada
bagi remaja, bahkan hubungan antara remaja dan orangtua kurang dekat yang
disebabkan oleh komunikasi yang kurang terbuka antara orangtua dan remaja. Hal
itu membuat remaja merasa tidak nyaman bahkan takut untuk menceritakan
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoretis
Manfaat teoritik dari penelitian ini adalah hasil penelitian ini dapat
2. Manfaat praktis
a. Bagi Orangtua
E. Keaslian Penelitian
Penelitian mengangkat tema kualitas hubungan ibu dan remaja dalam kajian
anak dalam rangka mencegah hubungan seksual sebelum menikah pada remaja.
pada Remaja China di Hongkong”. Subjek penelitian adalah pelajar tingkat dua di
Orangtua memiliki kepercayaan pada anak dan anak memiliki kepercayaan pada
orangtua berhubungan positif dengan kesiapan anak untuk terbuka pada orangtua
Swenson (2012) dengan judul “ Perbedaan antara Persepsi Remaja dan Ibu pada
Kualitas Hubungan Ibu-Anak dan Diri yang Tertutup: Dampak pada Remaja dan
anak dan keterbukaan dan penyesuaian anak pada ibu. Penelitian tersebut
munculnya perilaku dan treatmen untuk mengatasi masalah hubungan Ibu dan
anak.
Ayah dengan Harga Diri Remaja Putra. Penelitian tersebut dilakukan pada 90
hubungan yang signifikan antara kualitas relasi ayah dengan harga diri remaja
putra. .
Pelatihan Ketrampilan Komunikasi pada Orangtua dan Remaja dari Tipe Keluarga
yang Memiliki Banyak Perbedaan”. Subjek penelitian ini adalah Orangtua (ayah,
ibu) dan remaja di Wisconsin yang berasal dari keluarga bermasalah. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa antara ayah dan remaja tidak terdapat
perubahan hasil dari program intervensi, sementara ibu yang menjadi subjek
lebih terbuka daripada peran kontrol ibu. Secara umum hasil penelitian Riesch,
dkk (2003) menyimpulkan bahwa intervensi yang berbasis pada keluarga tidak
Remaja yang Beresiko pada Gejala Awal Sexual Intercourse. Penelitian ini
tugas rumah (home work assignment) yang harus diisi oleh remaja dan orangtua.
15
terbukti dapat meningkatkan ketahanan diri pada remaja untuk tidak melakukan
melakukan follow up atas penelitian yang dilakukan Swenson (2012) dan Riesch,
hubungan Ibu dan anak. Selanjutnya terdapat persamaan dan perbedaan antara
yang digunakan oleh Widiastuti dan Widjaya (2009), Rieesch, dkk (2003) dan
Shek (2006).
Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang telah ada, yaitu dengan judul
Remaja. Beberapa perbedaannya antara lain adalah subjek dan lokasi pada
penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yaitu ibu yang berdomisili di
wilayah Boyolali. Alat ukur penelitian ini mengadaptasi skala kualitas relasi
hubungan orangtua anak dari Shek (2006). Perbedaan selanjutnya adalah modul
dkk (2003).
penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan. Hal itu dapat diketahui dari lokasi
penelitian, subjek penelitian, alat ukur penelitian, dan modul pelatihan belum