Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Susu merupakan produk hasil ternak dengan nilai gizi tinggi dan banyak
dikonsumsi oleh masyarakat baik anak kecil, remaja, dan orang dewasa. Susu adalah
produk biologis yang rentan terkontaminasi oleh mikroba. Disebabkan oleh kandungan
nutrien dan kondisi lingkungan susu yang cocok untuk pertumbuhan mikroba. Susu
mengandung sumber zat-zat makanan penting seperti air, protein, lemak, mineral Ca
dan P, dan vitamin serta kolostrum.
Kualitas atau mutu susu merupakan bagian penting dalam produksi dan
perdagangan susu. Derajat mutu susu hanya dapat dipertahankan selama waktu
tertentu, yang selanjutnya akan mengalami penurunan dan berakhir dengan kerusakan
susu. Untuk mengukur derajat mutu susu dapat dilakukan dengan uji organoleptic,
uji pH, Uji protein, dan uji alcohol . Uji-uji tersebut dilakukan dengan tujuan untuk
memeriksa keadaan dan kualitas susu yang aman dan layak untuk dikonsumsi.
1.2 TUJUAN
1. Mahasiswa mampu melakukan analisis kualitas produk susu yang
meliputi : Uji organoleptic, Uji PH, Uji alkohol, dan Uji protein
2. Mahasiswa mampu membedakan kualitas dari berbagai macam produk
olehan susu
1.3 MANFAAT
1. Mahasiswa dapat melakukan analisis kualitas produk susu yang
meliputi : Uji organoleptic, Uji PH, Uji alkohol, dan Uji protein
2. Mahasiswa dapat membedakan kualitas dari berbagai macam
produk olehan susu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Susu
Menurut Winarno (1993), susu adalah cairan berwarna putih yang disekresi
oleh kelenjar mammae (ambing) pada binatang mamalia betina, untuk bahan makanan
dan sumber gizi bagi anaknya. Sebagian besar susu yang dikonsumsi manusia berasal
dari sapi. Susu tersebut diproduksi dari unsure darah pada kelenjar susu sapi.
Sedangkan menurut Buckle (1985), susu didefinisikan sebagai sekresi dari kelenjar
susu binatang yang menyusui anaknya.
Untuk keperluan komersial, sumber susu yang paling umum digunakan adalah
sapi. Namun ada juga yang menggunakan ternak lain seperti domba, kambing, dan
kerbau. Alat penghasil susu pada sapi biasanya disebut ambing. Ambing terdiri dari 4
kelenjar yang berlainan yang dikenal sebagai perempatan (quarter). Masing – masing
perempatan dilengkapi dengan satu saluran ke bagaian luar yang disebut putting.
Saluran ini berhubungan dengan saluran yang sebenarnya menyimpan susu. Klelenjar
tersebut terdiri dai banyak saluran cabang yang lebih kecil yang berakhir pada suatu
pelebaran yang disebut alveoli, di alveoli itu susu dihasilkan (Buckle, 1985).
Sebagian besar zat gizi esensial ada dalam susu, diantaranya yaitu protein,
kalsium, fosfor, vitamin A, dan tiamin (vitamin B1). Susu merupakan sumber kalsium
paling baik, karena di samping kadar kalsium yang tinggi, laktosa di dalam susu
membantu absorpsi susu di dalam saluran cerna (Almatsier, 2002). Komposisi susu
sangat beragam, bergantung pada beberapa factor antara lain bangsa sapi, tingkat
laktasi, pakan, interval pemerahan, suhu dan umur sapi. Umumnya susu mengandung
air 87,1%, lemak 3,9%, protein 3,4%, laktosa 4,8%, abu 0,72% dan beberapa vitamin
yang larut dalam lemak susu, yaitu vitamin A, D, E dan K.
Menurut Winarno (1993), Kandungan air di dalam susu tinggi sekali yaitu
sekitar 87,5%. Meskipun kandungan gulanya juga cukup tinggi yaitu 5%, tetapi
rasanya tidak manis. Daya kemanisan hanya seperlima kemanisan gula pasir (sukrosa).
Kandungan laktosa bersama dengan garam bertanggung jawab erhadap rasa susu yang
spesifik.
Karbohidrat utama yang terdapat di dalam susu adalah laktosa. Laktosa adalah
disakarida yang terdiri dari glukosa dan galaktosa.Enzim lactase bertugas memecah
laktosa menjadi gula – gula sederhana yaitu glukosa galaktosa. Pada usia bayi tubuh
kita menghasilkan enzim lactase dalam jumlah cukup sehingga susu dapat dicerna
dengan baik. Namun seiring dengan bertambahnya usia,keberadaan enzim lactase
semakin menurun sehingga sebagian dari kita akan menderita diare bila mengonsumsi
susu (Khomsan, 2004).
a) Susu Sterilisasi
Salah satu jenis olahan susu yang dapat dijumpai di pasaran Indonesia
adalah susu sterilisasi. Susu sterilisasi adalah salah satu contoh hasil
pengolahan susu yang dapat menyebabkan susu segar dapat bertahan lebih
lama. Suhu yang digunakan untuk memanaskan susu berada di atas suhu yang
diperlukan untuk membuat susu pasteurisasi dan di bawah suhu susu UHT
yaitu sekitar 100 – 140 ° Celcius dalam waktu yang sangat pendek yaitu kurang
lebih 1 – 4 detik saja (Saleh 2004). Apabila proses pasteurisasi hanya bertujuan
untuk membunuh bakteri patogen (bakteri yang dapat menimbulkan penyakit
pada manusia, hewan dan tumbuhan), sterilisasi susu bertujuan untuk
membunuh semua bakteri, baik bakteri patogen maupun bakteri nonpatogen.
Alat yang digunakan untuk sterilisasi antara lain otoklav (untuk kapasitas kecil)
dan retrot (untuk kapasitas besar).
b) Susu UHT
c) Susu Bubuk
Salah satu contoh produk susu bubuk adalah susu bubuk skim. Susu bubuk
skim adalah hasil separasi susu yang banyak mengandung padatan bukan
lemak, terutama banyak mengandung protein dan dibuat dari susu skim yang
dikeringkan dengan cara penyemprotan atau dengan pengeringan drum (Idris,
1992). Komposisi susu bubuk skim dapat dilihat pada Tabel
d) Yoghurt
Yoghurt adalah salah satu produk fermentasi berbahan dasar susu.
Pada awalnya yoghurt dibuat dari susu binatang ternak seperti susu sapi
atau susu kambing dengan bentuk seperti bubur atau es krim. Proses
pembuatannya adalah, susu difermentasi menggunakan bakteri
Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus dan didalamnya
terdapat kultur aktif bakteri tersebut (Widowati dan Misgiyarta, 2009).
Yoghurt merupakan olahan susu dari hasil fermentasi kedua dari Bakteri
Asam Laktat (BAL) sebagai starter, yakni Sterptococcus thermophillus dan
Lactobacillus bulgaricus yang hidup bersimbiosis. Lama proses fermentasi
akan berakibat pada turunnya pH yoghurt dengan rasa asam yang khas,
selain itu dihasilkan asam asetat, asetal dehid, dan bahan lain yang mudah
menguap. Komposisi yoghurt secara umum adalah protein 4-6%, lemak
0,1-1%, laktosa 2- 3%, asam laktat 0,6-1,3%, pH 3,8-4,6% (Susilorini dan
Sawitri, 2007). Menurut Deeth dan Tamime (1981) yoghurt mengandung
beberapa kandungan antara lain: energi, protein, lemak, karbohidrat.
Bahkan mengandung mineral (kalsium, fosfor, natrium, dan kalium) dan
mempunyai kandungan vitamin cukup lengkap yaitu: vitamin A, B
kompleks, B1 (thiamin), B2 (riboflavin), B6 (piridoksin), B12
(sianokobalamin), vitamin C, vitamin D, E, asam folat, asam nikotinat,
asam pantotenat, biotin dan kolin (Anonimus, 2008). Keberadaan protein
yang mudah dicerna serta asam laktat yang meningkatkan penyerapan
mineral, membuat yoghurt baik dikonsumsi oleh anak dengan gangguan
peyerapan di saluran cerna (Rinadya, 2008).
2.2 Uji organoleptik
Ciri khas susu yang baik dan normal adalah susu tersebut terdiri dari konversi
warna kolostrum yang berwarna kuning dengan warna air susu yaitu putih, jadi susu
normal itu berwarna putih kekuning-kuningan. Kriteria lainnya adalah jika berwarna
biru maka susu telah tercampur air, jika berwarna kuning maka susu mengandung
karoten, dan jika berwarna merah maka susu tercampur dengan darah (Yusuf 2010).
Setelah susu dipanaskan dalam tabung reaksi, maka susu mengeluarkan aroma
yang spesifik dimana bau susu yang dipanaskan lebih tajam daripada susu yang tidak
dipanaskan. Dalam 100% susu terdapat 40 % kadar kemurnian warna susu dan juga
bau susu yang mencirikan untuk susu yang normal, selebihnya 60 % untuk zat makanan
sebagai pelengkap cita rasa yang terdapat di dalam susu tersebut (Yusuf 2010).
Susu agak manis diakibatkan karena kandungan karbohidratnya yang cukup
tinggi, khususnya untuk golongan laktosa. Susu dari segi rasa mengandung susu yang
agak manis untuk dikatakan normal selebihnya banyak kelaianan di dalam susu yang
tidak bermanfaat bagi tubuh (Yusuf 2010).
2.3 Uji PH
Alasan utama pengecekkan dan pengendalian nilai derajat
keasaman (pH) produk olahan susu adalah untuk mencegah adanya patogen (food
pathogen) dalam produk selama proses, penyimpanan maupun saat distribusi.
Beberapa mikroorganisme yang dapat tumbuh sebagai patogen adalah B.
cereus, Campylobacter spp., E. coli, L. monocytogenes, Salmonella spp., dan S.
aureus (toxin production). Berdasarkan SNI Susu Segar (SNI 01- 3141-1998.1998),
nilai pH yang baik untuk susu dan produk susu adalah 4,5 – 7,04. Hal ini dikarenakan
produk olahan susu memiliki kondisi pH optimum yang berbeda-beda bergantung pada
bakteri maupun bahan yang digunakan dalam pengolahannya. Beberapa produk olahan
susu melalui proses fermentasi diantaranya adalah yogurt, keju, susu fermentasi dan
mentega.
2.4 Uji Kandungan Protein
Metode Titrasi Formol merupakan cara lain dalam menentukan kadar protein.
Metode ini secara ekonomis murah, cep, dan idak memerlukan keahlian khusus,
walaupun metode ini kurang praktis dalam penentuan kandungan protein secara absolut
akibat dari keseimbangan nitrogen (N) yang berbeda (Davide, 1977). Prinsip titrasi
formol adalah metode analisis cara penentuan protein dengan cara titrasi formol untuk
menghidrolisis protein dalam sampel. Semakin banyak larutan NaOH yang digunakan
maka semakin tinggi kadar proteinnya, begitupun sebaliknya.
METODE PRAKTIKUM
b. Uji PH
- Yoghurt
- Susu Sterilisasi
- Susu Bubuk
- Susu UHT
- PH Meter
A. Uji Organoleptik
Hasil pengamatan
dicatat
B. Uji PH
Elektroda dicelupkan
pada sempel
Catat hasil
pengamatan
Tambahakan 8 tetes
Diankan sebentar k-oksalat jenuh dan
10 tetes fenolpthalein
Hitung persen
protein
D. Uji Alkohol
1 ml sampel di Tambahkan 2 ml
masukkan ke dalam alkohol 70 %
tabung reaksi
Catat hasil
pengamatan
BAB IV
4.1 HASIL
a. Uji Organoleptik
b. Uji pH
Sampel Ph
Susu Sterilisasi 5,87
Susu Uht 5,93
Susu Bubuk 6,23
Yoghurt 4,16
c. Uji Alkohol
Sampel Gumpalan
Susu Sterilisasi Negative
Susu UHT Negative
Susu Bubuk Negatif
Yoghurt Positif
Tf
susu steril 3 - 0,1 = 2,9
susu UHT 1,5 - 0,1 = 1,4
Susu Bubuk 2 - 0,1 = 1,9
yoghurt 5,3 - 0,1 = 5,2
%N steril = tf x 0,1 x 14,008
v x 10
2,9 x 0,1 x 14,008
5 x 10
0,0812
% protein 6,38 x 0,0812 : 0,518 0,52%
4.2 PEMBAHASAN
a. Uji organoleptik
Pada pengamatan di dapatkan bahwa warna rasa dan bau pada sampel susu
UHT, strilisasi, dan susu bubuk, tidak berbeda signifikan. Susu berbau khas susu biasa,
berwarna putih, dan memiliki rasa gurih susu yang khas. Ini menandakan bahwa sampel
susu dalam keadaan baik dan layak untuk di konsumsi. Sesuai dengan Menurut Yusuf
(2010) Ciri khas susu yang baik dan normal adalah susu tersebut terdiri dari konversi
warna kolostrum yang berwarna kuning dengan warna air susu yaitu putih, jadi susu
normal itu berwarna putih kekuning-kuningan. Kriteria lainnya adalah jika berwarna
biru maka susu telah tercampur air, jika berwarna kuning maka susu mengandung
karoten, dan jika berwarna merah maka susu tercampur dengan darah. Namun terdapat
perbedaan pada yoghurt dimana aroma dan rasa yoghurt adalah asam, hal ini tidak
menjadi indicator bahwa yoghurt tidak layak konsumsi dikarnakan rasa asam yang di
hasilkan oleh yoghurt adalah akibat adanya aktifitas bakteri baik golongan asam laktat,
hal ini lah yang menyebabkan yoghurt menjadi asam.
b. Uji pH
Pada pengamatan di dapat kan pH sampel adalah : susu sterilisasi 5,87 , susu
UHT 5,93 , susu bubuk 6,23 , dan yoghurt 4,16. Berdasarkan SNI Susu Segar (SNI 01-
3141-1998.1998), nilai pH yang baik untuk susu dan produk susu adalah 4,5 – 7,04.
Hal ini dikarenakan produk olahan susu memiliki kondisi pH optimum yang berbeda-
beda bergantung pada bakteri maupun bahan yang digunakan dalam
pengolahannya.oleh karna itu sampel termasuk ke dalam golongan susu yang layak di
minum. Namun di dapatkan bahwa pH yoghurt berada pada angka 4,16 yoghurt
cenderung bersifat asam. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Susilorini dan Sawitri,
(2007) Komposisi yoghurt secara umum adalah protein 4-6%, lemak 0,1-1%, laktosa 2-
3%, asam laktat 0,6-1,3%, pH 3,8-4,6%
c. Uji Alkohol
Pada pengamatan hasil uj alkohol di peroleh hasil negative pada sampel susu
bubuk, susu UHT dan susu sterilisasi, namun pada yoghurt di peroleh hasil positif.
Menurut Soriah (2010) Uji alkohol dilakukan untuk mengetahui adanya susu yang
rusak, apabila terdapat butir–butir susu pada dinding tabung menunjukkan susu
tersebut positif telah rusak. Susu segar yang berkualitas baik tidak akan pecah atau
menggumpal bila dipanaskan atau dididihkan. Sebaliknya, susu yang bermutu jelek
akan mengalami penggumpalan bila dipanaskan. Hal itu terjadi karena adanya asam
yang dihasilkan oleh mikroba dari peruraian laktosa. Asam tersebut mengakibatkan
protein susu mudah mengalami denaturasi dan penggumpalan bila dilakukan
pemanasan. Jadi, susu yang telah banyak ditumbuhi mikroba akan menjadi asam dan
mudah pecah bila dipanaskan. Hal tersebut menandakan bahwa yoghurt terdapat
bakteri, namu bakteri pada yoghurt adalah bakteri yang memberikan dampak positif
sesuai dengan pernyatan Widowati dan Misgiyarta, (2009) Yoghurt adalah salah satu
produk fermentasi berbahan dasar susu. Pada awalnya yoghurt dibuat dari susu binatang
ternak seperti susu sapi atau susu kambing dengan bentuk seperti bubur atau es krim.
Proses pembuatannya adalah, susu difermentasi menggunakan bakteri Lactobacillus
bulgaricus dan Streptococcus thermophillus dan didalamnya terdapat kultur aktif bakteri
tersebut
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
1. Uji organoleptic menunjukan bahwa sampel dalam keadaa baik dan layak untuk
di konsusmsi
2. Uji pH menunjukkan tidak adanya perbedaan antara hasil pengamatan dan dan
literatul
3. Uji alkohol menunjukkan bahwa hanya yoghurt yang memperoleh hasil
positifyaitu sampel menggumpal setelah di beri alkohol 70%
4. Uji protein menunjukkan terdapapat kesalahan pada proses praktikum di
karnakan terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara hasil pengamatan
dan literatul
5.2 SARAN
Agar lebih teliti dan berhati hati saat melakukan praktikum, agar di peroleh
hasil yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Davide CL. 1977. Laboratory Guide in Dairy Chemistry Practical. Laguna: FAO
Regional Dairy Deveploment adn Training and Reserch Inst Univ of Philiphines at Los
Banos Coll.
Khomsan A. 2004. Peranan Pangan dan Gizi untuk Kualitas Hidup. Jakarta: Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Soriah, Wahyuningsih. 2010. Hubungan variasi pakan terhadap mutu susu segar di desa
pasirbuncir kecamatan caringin kabupaten bogor. Jurnal. Jurnal Penyuluhan Pertanian
volume 5 nomor 1 halaman 67-77.
Winarno F.G. 1990. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Winarno, F.G. 1993. Pangan Gizi, Teknologi dan Konsumen. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Yusuf R.2010. Kandungan protein susu sapi perah friesian holstein akibat pemberian
pakan yang mengandung tepung katu (sauropus androgynus (l.) merr) yang
berbeda. Jurnal. Jurnal Teknologi Pertanian volume 6 nomor 1 halaman 1-6.
LAMPIRAN