Anda di halaman 1dari 17

Kesiapan Digital Masyarakat Kampung Adat Naga

pada Pelaksanaan One Village One Product

Nindi Aristi & Preciosa Alnashava Janitra


Universitas Padjadjaran
Jl. Raya Bandung – Sumedang Km. 21 Jatinangor 45363
Email: nindi@unpad.ac.id

Abstract: The implementation of One Village One Product (OVOP) program in Indonesia refers to
the economic development of one village with one main product from the villagers’ creativity. Naga
traditional village is one of traditional villages producing handicraft from natural resources. The
use of ICT for promoting and marketing faces obstacles related to ICT adoption and digital
readiness of the villagers. Case study method was deployed through in-depth interviews to five key
informants. Based on the diffusion of innovation theory, the result shows the ICT adoption is in
early majority level and their digital readiness is in the unprepared group.

Key words: digital readiness, ICT adoption, OVOP, traditional village

Abstrak: Implementasi One Village One Product (OVOP) di Indonesia mengacu pada program
pembangunan desa secara ekonomi yang berorientasikan pada satu produk utama yang berasal
dari kreativitas masyarakat desa. Kampung Adat Naga merupakan salah satu kampung tradisional
yang menghasilkan produk kerajinan dari bahan alam. Penggunaan TIK untuk promosi dan
pemasaran terhambat terkait adopsi TIK dan kesiapan dalam penggunaan media digital. Metode
studi kasus dilakukan dengan wawancara mendalam kepada lima informan kunci. Berdasarkan
teori difusi inovasi, hasil penelitian menunjukkan bahwa adopsi TIK masyarakat Kampung Adat
Naga berada pada level early majority dan kesiapan digital termasuk kelompok the unprepared.

Kata kunci: adopsi TIK, kampung adat, kesiapan digital, OVOP


Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada mengalami kenaikan, serta pertumbuhan
tahun 2017 masih berada pada level kredit yang masih rendah dengan diikuti
berkembang dan dihadapkan pada risiko peningkatan kredit bermasalah
tantangan yang tidak ringan (World Bank (Firmansyah, 2016).
Group, 2017). Hal ini merupakan imbas Salah satu upaya yang sedang
dari pertumbuhan perekonomian dunia diprioritaskan oleh pemerintah melalui
yang cenderung lambat dan tidak merata. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil
Berdasarkan laporan tahunan Bank Menengah (KemenkopUKM) sejak tahun
Indonesia tahun 2016, tantangan domestik 2010 adalah program One Village One
yang menjadi tugas pemerintah diwarnai Product (OVOP) (Metro Bali, 2015). Di
dengan pertumbuhan ekonomi yang Jepang, program tersebut pertama kali
melambat, defisit fiskal yang diperkirakan dipelopori oleh Prof. Morihiko Hiramatsu
masih akan besar, utang luar negeri pada tahun 1979 yang menjabat sebagai

123
Jurnal
ILMU KOMUNIKASI VOLUME 16, NOMOR 1, Juni 2019: 123-136

Gubernur Oita (KemenkopUKM, 2013; lapangan kerja, (5) peningkatan perolehan


Munthe, 2014). nilai tambah produk unggulan untuk
Penerapan program tersebut terbukti meningkatkan pendapatan, (6) peningkatan
berhasil mengentaskan kemiskinan warga pemerataan pembangunan dan
Oita. kesejahteraan masyarakat ke seluruh
Dalam konsep OVOP, masyarakat wilayah Indonesia.
Jepang harus dapat menghasilkan Implementasi OVOP di Indonesia
barangbarang terpilih dengan nilai tambah mengacu pada suatu konsep program
tinggi. Satu desa menghasilkan satu produk membangun suatu wilayah, dari tingkat
utama yang kompetitif sebagai suatu usaha desa, kecamatan, kota dan selanjutnya
meningkatkan pendapatan dan standar memilih satu produk utama yang
kehidupan penduduk desa tersebut. Di Oita, dihasilkan dari kreativitas masyarakat desa.
produk-produk yang berhasil Pendekatan ini juga mengedepankan
dikembangkan dengan pendekatan tersebut sumber daya lokal, memiliki kearifan lokal
adalah jamur shitake, jeruk kabasu, green dan bernilai tinggi. Produk-produk yang
house mikan, beef, aji, dan barley (shochu) dipilih menjadi program OVOP tidak
(KemenkopUKM, 2013). hanya dalam bentuk tangible product,
OVOP bertujuan untuk menggali dan tetapi juga dalam wujud intangible
mempromosikan produk inovatif dan kreatif product, misalnya produk-produk budaya
dari sumber daya lokal yang bersifat unik, dan kesenian khas daerah yang memiliki
bernilai tambah tinggi, tetap menjaga nilai jual tinggi secara global.
kelestarian lingkungan, serta memiliki Produk yang memiliki keunggulan
image dan daya saing tinggi. Sementara itu, dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
menurut KemenkopUKM, tujuan utama pendapatan daerahnya melalui kunjungan
program tersebut adalah untuk turis, membuka lapangan pekerjaan, dan
meningkatkan pendapatan, kebanggaan, meningkatkan keterampilan sumber daya
dan kemandirian masyarakat karena pada manusia (SDM). Di Indonesia terdapat
dasarnya pemerintah membantu masyarakat sekitar 74.000 desa yang memiliki keunikan
yang berusaha mandiri. Adapun sasaran dari atau ciri khas (Investor Daily, 2013). Sekitar
program OVOP yaitu 65% penduduknya masih tergolong miskin,
(KemenkopUKM, 2013): (1) pertumbuhan berpendapatan rendah, bertempat tinggal di
Koperasi dan UKM yang mandiri di daerah, desa-desa yang sangat mengandalkan sektor
(2) penguatan koperasi sebagai motor pertanian atau agrikultur (Kemenperin,
penggerak ekonomi daerah dan nasional, (3) n.d.). Kondisi tersebut mengindikasikan
peningkatan kemampuan pemasaran dan bahwa pengembangan program OVOP
daya saing produk koperasi dan UKM sangat potensial untuk dilakukan.
sesuai standar internasional, (4) penciptaan Kekayaan alam yang dimiliki Provinsi
peran koperasi dan UKM dalam penciptaan Jawa Barat menjadi keunggulan yang dapat

124
Nindi Aristi & Preciosa Alnashava Janitra. Kesiapan Digital Masyarakat ...

dikembangkan dalam program OVOP, diperkenalkan dari luar kampung tersebut.


seperti olahan stroberi yang terdapat di Penggunaan listrik dan perkembangan
daerah Ciwidey dan olahan ubi jalar di teknologi adalah contoh perubahan
daerah Kuningan yang telah berhasil dibina modern yang ditolak oleh para pemuka dan
Dinas Koperasi dan UKM Pemerintah masyarakat kampung adat tersebut karena
Provinsi mereka berupaya untuk tetap
(Pemprov) Jawa Barat (Kemenperin, n.d.; mengandalkan sumber daya alam yang
Pitakasari, 2010). Beberapa kota dan tersedia di daerahnya. Hal tersebut tentu
kabupaten di Provinsi Jawa Barat masih bertentangan dengan tujuan pemerintah
menyimpan kekayaan alam dan budaya yang berupaya mengentaskan kemiskinan
yang dapat diarahkan sebagai daerah melalui program olahan ubi jalar dengan
penghasil produk tangible dan intangible menggunakan media pemasaran, baik
unggulan. Kekayaan budaya yang dimiliki media konvensional maupun media baru
di kampungkampung adat yang tersebar di atau digital. Pemerintah Indonesia perlu
Provinsi Jawa Barat menyimpan pesona berkaca pada pemerintah Taiwan,
tersendiri yang memiliki potensi wisata Malaysia, dan Thailand yang telah berhasil
sebagai salah satu jalan pengentasan melakukan program tersebut dengan
kemiskinan di daerah tersebut. mengandalkan promosi melalui media
Delapan kampung adat juga berada di baru atau digital.
wilayah Jawa Barat, yaitu Kampung Berdasarkan laporan e-Marketer tahun
Cikondang, Kampung Mahmud, Kampung 2016, Indonesia menempati urutan ketiga
Urug, Kampung Naga, Kampung Pulo, tertinggi pengguna smartphone di kawasan
Kampung Kuta, Kampung Dukuh, dan Asia Pasifik yang diprediksi akan semakin
Kampung Baduy. Setiap kampung meningkat dari 55 juta pengguna hingga
memiliki kekhasan sumber daya alam mencapai 92 juta pengguna pada tahun
yang khas dan kearifan lokal yang berlaku 2019. Hal ini diakibatkan oleh penambahan
di daerahnya. Pemerintah sendiri sudah akses internet, besarnya jumlah populasi
berupaya mengenalkan program olahan penduduk usia muda di Indonesia, serta
ubi jalar ke kampung-kampung adat dan harga penjualan smartphone yang
memberikan pelatihan bagi masyarakat terjangkau seluruh segmen masyarakat,
adat, namun hal tersebut masih terkendala khususnya bagi segmen kelas menengah.
kemampuan penggunaan teknologi Gambar 1 menunjukkan bahwa
informasi dan komunikasi (TIK) yang
menjadi media pemasaran produk dan
budayanya.
Mayoritas kampung adat di Jawa
Barat mengutamakan tradisi turun-
temurun dan menolak perubahan yang

125
Jurnal
ILMU KOMUNIKASI VOLUME 16, NOMOR 1, Juni 2019: 123-136

Indonesia telah termasuk salah satu negara kampung adat untuk menyesuaikan dan
pengguna kemajuan TIK yang tertinggi di mendukung tujuan pemerintah dalam
dunia, namun ternyata tidak berlaku untuk rangka pengentasan kemiskinan.
semua lapisan masyarakat. Hal ini terkait Pemanfaatan TIK telah menjadi kajian
erat dengan konsep digital divide yang yang cukup populer di kalangan akademisi
mengemukakan bahwa meskipun teknologi seiring meningkatnya penetrasi TIK. Dua
digital sudah semakin maju, masih terdapat penelitian terdahulu dapat dijadikan rujukan
kesenjangan pemanfaatan teknologi untuk melihat pemanfaatan TIK dalam
tersebut di antara kelompok masyarakat, upaya meningkatkan potensi ekonomi
terutama di negara berkembang daerah di Indonesia.
(Andreasson, 2015, h. xxii). Hal ini nampak Penelitian pertama berjudul Intervensi

Gambar 1 Pertumbuhan Penggunaan Smartphone di Asia Pasifik (e-Marketer, 2016)


pada pemanfaatan TIK dan pembelajaran Kognitif dan Pendekatan Rantai Nilai
atas TIK oleh masyarakat kampung adat di dalam Peningkatan Pemanfaatan Teknologi
Provinsi Jawa Barat yang menjalankan Informasi dan Komunikasi di Usaha Kecil
program OVOP. Hal tersebut perlu dan Menengah di Bandung (Widyanti &
didukung dengan pemetaan atas Sunaryo, 2016). Penelitian ini menelaah
karakteristik masyarakat dan budaya pemanfaatan TIK yang melibatkan 61 usaha
setempat. kecil menengah (UKM) di berbagai bidang
Fokus penelitian ini adalah pemahaman di Bandung. Hasil penelitian menunjukkan
masyarakat kampung adat terhadap adaptasi bahwa pemanfaatan TIK di UKM-UKM
TIK dengan tetap mengutamakan nilai-nilai tersebut terbatas pada tujuan pemasaran
luhur budaya yang dianut oleh kampung produk dan penggunaan situs internet.
adat tersebut. Pemahaman tersebut Kendala utama pemanfaatan TIK adalah
diharapkan dapat mendorong masyarakat

126
Nindi Aristi & Preciosa Alnashava Janitra. Kesiapan Digital Masyarakat ...

faktor SDM, terutama berkaitan dengan Rogers berpandangan bahwa


keterbatasan pengetahuan dan informasi. keputusan untuk mengadopsi suatu inovasi
Penelitian selanjutnya berjudul dipengaruhi beberapa variabel: (1) atribut
Analisis Tingkat Penggunaan Teknologi inovasi, (2) jenis informasi, (3) saluran
Informasi dan Komunikasi pada Usaha komunikasi, (4) kondisi sistem sosial, dan
Kecil Menengah di Kabupaten Jepara (5) peran agen perubah (Rogers, 1983, h.
(Roosdhani, Purwo, & Anna, 2012). Hasil 206-208). Cepat-lambatnya pengadopsian
penelitian tersebut menunjukkan bahwa inovasi sangat bergantung dari pola
pemanfaatan TIK masih terbatas pada hal- komunikasi dialogis yang terjadi antara
hal yang bersifat umum, belum secara penyampai inovasi dan penerimanya.
sinergis dapat meningkatkan kinerja atau Proses komunikasi yang bersifat dua arah
mendukung pengelolaan usaha secara memungkinkan setiap partisipan
efisien, persepsi responden terhadap menciptakan pesan dan berbagi informasi
kemanfaatan TIK pada bisnis tinggi, dan dalam rentang waktu tertentu dengan
pengusaha UKM memiliki minat besar tujuan untuk mengadopsi inovasi tersebut.
dalam mengadopsi TIK untuk mengelola Teori difusi inovasi menjadi relevan
bisnis yang dijalankannya. untuk diterapkan pada penelitian ini
Kajian teoritis yang dianggap relevan dengan alasan bahwa program OVOP
dengan penelitian ini adalah teori difusi yang disampaikan oleh Dinas
inovasi dan pengklasifikasian kelompok Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten
masyarakat berdasarkan kesiapan digital Tasikmalaya merupakan sebuah ide atau
sesuai kategori yang diajukan oleh gagasan baru bagi masyarakat Kampung
Lembaga Riset Pew Research Center. Adat Naga. Hal ini didukung pula dengan
Teori difusi inovasi yang diperkenalkan kondisi bahwa media pemasaran produk
Everett M. Rogers (1983, h. 22) pada OVOP menggunakan media digital berupa
awalnya melihat kajian riset dari sudut website yang bertolak belakang dengan
pandang sosiologis yang kental tata nilai yang dianut oleh masyarakat
menjelaskan proses diseminasi suatu Kampung Adat Naga yang mengutamakan
inovasi melalui saluran-saluran tertentu di sumber daya alam (SDA).
antara anggota-anggota masyarakat dalam Masyarakat Kampung Adat Naga yang
sebuah sistem sosial. Diaplikasikannya mengandalkan SDA di lingkungan sekitar
teori tersebut pada beberapa riset menyebabkan mayoritas masyarakatnya
komunikasi memberikan peluang bagi termasuk kelompok kelas menengah bawah
posisinya dalam lingkup disiplin ilmu yang perlu mendapat perhatian dari
komunikasi terutama dalam konteks pemerintah. Pemerintah daerah
komunikasi sosial dan komunikasi mengupayakan peningkatan perekonomian
pemberdayaan. masyarakat dengan memanfaatkan potensi
yang ada melalui program OVOP. Peluang

127
Jurnal
ILMU KOMUNIKASI VOLUME 16, NOMOR 1, Juni 2019: 123-136

perubahan positif itu ada, namun harus penelitian ini, yakni mengeksplorasi adopsi
berhadapan dengan tata nilai masyarakat TIK melalui pengamatan terhadap
Kampung Adat Naga yang tidak mau fenomena tersebut.
menggunakan listrik di kehidupan sehari- Metode penelitian yang digunakan
harinya. Hal inilah yang menimbulkan dalam penelitian ini adalah studi kasus.
tantangan terhadap proses adopsi program Penelitian ini menggunakan studi kasus
OVOP oleh masyarakat Kampung Adat eksploratori untuk menguraikan proses
Naga. adopsi TIK yang dilakukan oleh masyarakat
Pengaplikasian website oleh Dinas Kampung Adat Naga, serta menjelaskan
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten kesiapan digital masyarakat Kampung Adat
Tasikmalaya dalam memasarkan produk Naga dalam pelaksanaan program OVOP.
One Village One Product perlu Pengumpulan data pada penelitian ini
mempertimbangkan kesiapan digital dilakukan melalui wawancara mendalam,
masyarakat Kampung Adat Naga yang tidak observasi, dan studi pustaka. Wawancara
menggunakan TIK sama sekali. mendalam dilakukan kepada tokoh
Komunikasi tatap muka masih menjadi Kampung Adat Naga untuk memperoleh
saluran komunikasi utama bagi masyarakat pemahaman secara menyeluruh mengenai
Kampung Adat Naga. Hal inilah yang makna penggunaan media informasi dan
menarik untuk dikaji. komunikasi serta pengetahuannya atas
Penjelasan di atas menuntun penelitian program OVOP. Selain itu, wawancara juga
ini untuk berfokus pada beberapa hal dilakukan pada tokoh Kampung Adat Naga
berikut: (1) adopsi TIK yang dilakukan untuk menghasilkan pemahaman
masyarakat Kampung Adat Naga; (2) menyeluruh mengenai kondisi sosial
pemanfaatan TIK dalam program OVOP budaya terkait pemanfaatan media baru.
oleh masyarakat Kampung Adat Naga; (3) Peneliti juga mewawancarai pihak Dinas
kesiapan digital dalam proses adopsi TIK di Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten
Kampung Adat Naga. Tasikmalaya terkait program OVOP yang
dilaksanakannya.
METODE
Di samping wawancara, peneliti
Jenis penelitian ini adalah penelitian melakukan observasi terhadap proses,
kualitatif. Menurut Cresswell (2014, h. 4), situasi pembelajaran, dan penggunaan
penelitian kualitatif merupakan pendekatan media informasi dan komunikasi yang
yang dapat digunakan untuk eksplorasi dan dilakukan oleh masyarakat Kampung Adat
memperoleh pemahaman. Penelitian Naga. Observasi juga dilakukan pada
kualitatif lebih menekankan pada aktivitas penggunaan media informasi dan
pengamatan terhadap fenomena yang terjadi komunikasi oleh masyarakat Kampung
di masyarakat. Karakteristik penelitian Adat Naga dalam kegiatan sehari-hari,
kualitatif tersebut sesuai dengan tujuan dari terutama dalam transaksi ekonomi.

128
Nindi Aristi & Preciosa Alnashava Janitra. Kesiapan Digital Masyarakat ...

Sementara itu, data sekunder bergotongroyong dan bijak. Pada bulan-


diperoleh melalui studi pustaka, terutama bulan tertentu, persawahan padi dapat
terhadap literatur dan dokumen mengenai dipanen dengan melibatkan seluruh
perkembangan teknologi komunikasi dan penduduk. Pada momen tertentu, kolam
informasi, serta dampaknya dalam ikan dibersihkan dengan cara menangkap
kehidupan sosial masyarakat. Studi pustaka ikan satu persatu dengan tangan. Kegiatan
juga digunakan untuk mendapatkan ini dilakukan atas arahan ketua adat dan
berbagai konsep dan teori yang memberi dibantu oleh seluruh masyarakat Kampung
pemahaman tentang budaya, pengunaan Adat Naga. Wisatawan dari dalam dan luar
media, dan efek media yang dapat negeri banyak yang berkunjung dan
memperdalam pemahaman tentang terlibat dalam kegiatan-kegiatan tersebut.
penggunaan media informasi dan Selain potensi wisata, Kampung Adat
komunikasi. Selain itu, studi pustaka juga Naga memiliki potensi ekonomi berupa
dipakai untuk mengumpulkan berbagai ketersediaan pohon bambu dan kelapa di
data pemanfaatan media digital dalam hutan alam di sekitar lingkungan
pelaksanaan program OVOP di negara- masyarakat tersebut. Pohon bambu
negara lain. digunakan sebagai bahan dasar berbagai
perkakas dapur dan alat kesenian melalui
HASIL
proses anyaman maupun ukiran. Pohon
Kampung Adat Naga yang secara kelapa digunakan sebagai bahan dasar
geografis terletak di perbatasan Kabupaten perkakas dapur, peralatan makan, dan
Tasikmalaya dengan Kota Garut memiliki hiasan. Salah satu produk yang dihasilkan
potensi SDA berupa persawahan padi, melalui pemanfaatan pelepah pohon
pertambakan ikan air tawar, perkebunan kelapa adalah piring lidi.
beragam sayuran dan umbi-umbian, serta
hutan yang dipenuhi pohon bambu yang
masih terjaga keaslian ekosistemnya. Pada
perbatasan antara lingkungan luar dan
Kampung Adat Naga, masyarakat luar
yang hendak menuju kampung tersebut
harus menapaki 419 anak tangga. Hal ini
dimaksudkan agar lingkungan Kampung
Adat Naga tetap terjaga dari pengaruh
lingkungan luar.
Dalam kesehariannya, masyarakat
Gambar 2 Piring Lidi
Kampung Adat Naga mengelola SDA Sumber: Bukalapak.com
yang dimilikinya untuk pemenuhan
kebutuhan hidupnya secara

129
Jurnal
ILMU KOMUNIKASI VOLUME 16, NOMOR 1, Juni 2019: 123-136

Pada awalnya, piring lidi hanya dan nonagro unggulan di setiap pelosok
digunakan oleh masyarakat Kampung Adat wilayah Kabupaten Tasikmalaya. Sejak
Naga untuk peralatan makan mereka puluhan tahun yang lalu, Kabupaten
sendiri, namun sekarang piring lidi tersebut Tasikmalaya memang terkenal dengan
sudah banyak digunakan oleh rumah produk nonagronya, yakni sebagai
makan, kafe, dan restoran di kota-kota penghasil produk tekstil bordir, seperti
besar. Piring lidi yang tadinya tidak bernilai taplak meja bordir, mukena bordir, hingga
ekonomis sekarang telah memiliki nilai jual. pakaian bordir.
Masyarakat Kampung Adat Naga sebagai Bordir memang masih dinyatakan
pelopor pembuat produk piring dapat lebih sebagai produk nonagro unggulan yang
mengoptimalkan penjualan produk tersebut. selalu didukung pengembangan usahanya
Hal ini sesuai dengan pernyataan Kabid oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Perindustrian Non Agro Kabupaten Kabupaten Tasikmalaya. Pelatihan terkait
Tasikmalaya yang menyebutkan bahwa peningkatan kemampuan teknis dan
piring lidi merupakan produk unggulan dari nonteknis bagi para pelaku usaha produk
Kampung Adat Naga yang sudah populer tekstil bordir tersebut sering dilakukan,
dan digunakan di mana-mana. Bahkan, terlebih saat ada daerah lain di luar
piring lidi kini sudah dapat dipesan melalui Kabupaten Tasikmalaya yang meminta
beberapa marketplace seperti Tokopedia, pelatihan bordir selama beberapa bulan,
Bukalapak, dan Shopee. walaupun jenis keterampilan yang dipelajari
Berdasarkan prinsip program OVOP berbeda dengan yang dipelajari oleh pelaku
yang berupaya untuk mencari produk asli usaha lokal.
desa tertentu sehingga dapat dijual ke Meskipun produk bordir memang dapat
daerah lain, produk piring lidi ini dapat memberikan pendapatan daerah yang cukup
menjadi produk unggulan yang dihasilkan baik, Dinas Perindustrian dan Perdagangan
dari Kampung Adat Naga. Dinas Kabupaten Tasikmalaya menyatakan tetap
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten perlu ada pengembangan dari sektor produk
Tasikmalaya telah melakukan beberapa agronya. Sejak tahun 2015, seiring dengan
kegiatan penyebarluasan program OVOP tren kuliner di beberapa daerah di Indonesia,
kepada seluruh daerah di Tasikmalaya, para pelaku usaha di Kabupaten
termasuk Kampung Adat Naga. Kegiatan Tasikmalaya pun mulai mengembangkan
tersebut meliputi identifikasi daerah usaha produk panganan ringan, seperti
penghasil produk agro dan nonagro, bakso goreng, keripik singkong aneka rasa,
pelatihan teknis, hingga dukungan dan keripik seblak dengan variasi level
pemasaran produk melalui website Dinas. kepedasan. Setelah dipasarkan, produk-
Setiap tahun, Dinas Perindustrian dan produk tersebut ternyata mendapat
Perdagangan Kabupaten Tasikmalaya sambutan baik dari para penikmat makanan
melakukan pendataan produk-produk agro ringan di berbagai kota di Indonesia.

130
Nindi Aristi & Preciosa Alnashava Janitra. Kesiapan Digital Masyarakat ...

Setelah program pengembangan usaha produksi. Gawai tersebut digunakan antara


produk makanan ringan tersebut, dilakukan lain untuk berkomunikasi dengan
pula pengembangan terhadap produk agro temanteman di luar kampung adat,
yang bersifat pengelolaan SDA bermodal menelusuri informasi yang berkaitan
minim, namun memiliki nilai jual. Salah dengan tugas sekolah, bermain permainan
satunya adalah mendorong pembuatan daring, dan menelusuri berita di portal
piring lidi dari Kampung Adat Naga. Piring berita daring. Sebagian besar
lidi ini diyakini dapat menjadi produk menggunakan gawai tersebut untuk
unggulan selanjutnya karena tingginya pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan
permintaan pasar atas barang perabotan hubungan relasi sosial.
makan yang bernuansa masa lampau atau Hal ini menunjukkan bahwa
vintage. penggunaan peralatan gawai belum
Tantangan yang dihadapi oleh Dinas ditujukan untuk meningkatkan
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten perekonomian keluarga dan wilayah
Tasikmalaya dalam sosialisasi program Kampung Adat Naga. Peralatan gawai
OVOP adalah persoalan penggunaan yang seharusnya dapat berfungsi secara
teknologi. Masyarakat Kampung Adat produktif dengan menghasilkan sumber
Naga yang hidup tanpa listrik masih pendapatan lain justru dimanfaatkan
enggan menggunakan TIK, seperti telepon secara tidak optimal oleh para penduduk
genggam, walaupun pada saat observasi di yang telah memilikinya. Biaya yang harus
lapangan terdapat beberapa orang yang dikeluarkan untuk membeli gawai rata-
telah menggunakannya. rata Rp500.000,00 dan biaya untuk
Peraturan adat yang berlaku di mengoperasikannya minimum
Kampung Adat Naga mengenai Rp25.000,00 setiap bulannya. Jumlah
penggunaan teknologi memang sangat pengeluaran tersebut cukup besar bagi
ketat dan mengikat seluruh penduduk, penduduk yang mayoritas mengandalkan
walaupun terdapat beberapa orang yang penghasilan dari hasil bercocok tanam.
mengaku memiliki telepon genggam dan Kondisi ini tentu menghambat upaya
gawai pintar. Peralatan TIK yang dimiliki Dinas Perindustrian dan Perdagangan
oleh beberapa orang tersebut hanya dapat Kabupaten Tasikmalaya yang ingin
digunakan secara aktif ketika mereka mengubah cara penduduk Kampung Adat
beraktivitas di luar Kampung Adat Naga. Naga dalam transaksi perdagangan.
Gawai tersebut dinonaktifkan saat mereka Peralatan gawai yang dapat menjadi
beraktivitas di lingkungan kampung adat. peralatan utama dalam memudahkan
Penggunaan gawai yang dimiliki oleh transaksi perdagangan daring belum tentu
beberapa orang penduduk Kampung Adat dapat diterapkan penggunaannya di
Naga belum sepenuhnya ditujukan untuk Kampung Adat Naga.
memasarkan produk lokal yang mereka

131
Jurnal
ILMU KOMUNIKASI VOLUME 16, NOMOR 1, Juni 2019: 123-136

Jadi, terdapat dua hambatan yang menggunakan telepon pintar dan gawai saat
dihadapi oleh masyarakat Kampung Adat bertransaksi pemasaran dan penjualan
Naga dan Dinas Perindustrian dan produk agar dapat meraih pembeli dari
Perdagangan Kabupaten Tasikmalaya, yaitu berbagai daerah, termasuk luar negeri.
peraturan adat di Kampung Adat Naga Penerapan penggunaan telepon pintar
mengenai larangan penggunaan teknologi dan gawai dalam penjualan daring memang
yang tidak dapat diubah dan kesiapan menjadi salah satu cara mudah untuk
penduduk Kampung Adat Naga dalam menekan biaya pemasaran dan distribusi
mengadopsi TIK. Dua hambatan utama yang sering mendera pelaku UKM. Namun,
inilah yang menjadi kunci keberhasilan penerapan penggunaan telepon pintar dan
program OVOP di Kampung Adat Naga. gawai bagi masyarakat Kampung Adat
Naga yang juga aktif sebagai pelaku UKM
PEMBAHASAN
membutuhkan serangkaian proses adopsi
Dorongan penggunaan TIK yang yang tidak mudah.
dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan
Berdasarkan teori difusi inovasi dari
Perdagangan Kabupaten Tasikmalaya
Everett M. Rogers, proses adopsi
kepada seluruh penggerak usaha kecil dan
kecanggihan TIK di lingkungan Kampung
menengah (UKM) merupakan wujud nyata
Adat Naga dapat dibagi ke dalam lima
era peralihan pemasaran produk yang
klasifikasi, yaitu innovators, early adopters,
selama ini bergerak secara konvensional
early majority, late majority, dan laggard.
menuju pemasaran di era industri 4.0.
Pertama, kelompok innovators, yaitu
Industri 4.0 yang telah dicanangkan oleh
orang-orang yang memiliki keinginan dan
pemerintah Indonesia bertujuan untuk
minat untuk menggunakan TIK, serta
menggabungkan teknologi otomatisasi
berupaya memanfaatkan teknologi tersebut
dengan teknologi siber.
secara optimal bagi pengembangan
Pada level pengusaha besar, industri
kehidupannya. Di Kampung Adat Naga,
4.0 diharapkan lebih dapat
orang-orang yang termasuk kelompok ini
mengoptimalisasikan kecanggihan
tidak ada karena adanya peraturan adat yang
teknologi dan kecepatan pertukaran data
membatasi penggunaan teknologi. Generasi
secara digital. Sedangkan pada level
muda yang masih tergolong anak sekolah
pengusaha kecil dan menengah, industri 4.0
dan remaja muda, berusia sekitar 8 hingga
diterjemahkan dengan cara sederhana,
17 tahun, menyatakan keinginannya untuk
yakni penggunaan TIK dalam segala aspek
dapat menggunakan TIK setiap hari, namun
transaksi perdagangan produknya. Contoh
mereka pun menyadari bahwa selama
konkret yang diterapkan oleh Dinas
mereka tinggal di Kampung Adat Naga, hal
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten
tersebut akan sulit dilakukan. Jika mereka
Tasikmalaya dalam program OVOP adalah
ingin bebas menggunakan perangkat
mendorong para pelaku UKM

132
Nindi Aristi & Preciosa Alnashava Janitra. Kesiapan Digital Masyarakat ...

tersebut, maka mereka harus hidup di luar telepon genggam dengan alasan bahwa
Kampung Adat Naga. Kampung Adat Naga telah menjadi daerah
Kedua, kelompok early adopters, wisata unggulan Kabupaten Tasikmalaya,
yaitu orang-orang yang beranggapan sehingga harus ada kontak yang dapat
bahwa penggunaan teknologi diperlukan dihubungi. Penggunaan telepon genggam
dalam kehidupan mereka agar mereka tidak hanya bersifat pragmatis saja karena
tertinggal dari perkembangan teknologi setelah ditelusuri lebih mendalam
dan menyadari bahwa perubahan hidupnya sesungguhnya orang-orang ini enggan
dimulai dari keterlibatannya di era menggunakan telepon genggam.
teknologi canggih. Di Kampung Adat Pengenalan mereka atas telepon genggam
Naga, orangorang yang termasuk ke dalam dimulai sejak mereka terlibat dalam peran
golongan ini adalah anak-anak yang sosial dan fungsional, serta aktivitas
mengenyam pendidikan sekolah dan komunikasi yang melibatkan pihak-pihak
remaja muda, namun penggunaan telepon di luar Kampung Adat Naga.
genggam yang dimilikinya masih sebatas Keempat, kelompok late majority,
untuk hiburan, permainan, dan belum yaitu orang-orang yang memiliki
berkenaan dengan hal-hal ekonomis yang pemikiran konvensional dan kaku
dapat mengubah hidupnya. Orang-orang mengenai perkembangan teknologi.
dalam kelompok ini merupakan peluang Mayoritas masyarakat Kampung Adat
bagi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Naga menjadi bagian dari kelompok ini.
Kabupaten Tasikmalaya dalam Orang-orang tersebut mengedepankan
mengajarkan penggunaan perangkat nilai-nilai budaya asli yang masih mereka
telepon genggam dan gawai untuk menjual anut hingga saat ini. Pemikiran mengenai
produk asli Kampung Adat Naga. masyarakat Kampung Adat Naga harus
Ketiga, kelompok early majority, harmonis dengan alam menjadi hambatan
yaitu orang-orang yang memanfaatkan bagi pengenalan teknologi, terlebih
teknologi untuk keberlangsungan dan penggunaannya dalam kehidupan sehari-
pemenuhan kebutuhan hidupnya. Di hari. Mereka memiliki pandangan bahwa
Kampung Adat Naga, orang-orang yang teknologi mengakibatkan orang-orang
termasuk ke dalam kelompok ini masih Kampung Adat Naga menjadi egois dan
sedikit, misalnya ketua adat dan guide lokal tidak peduli satu sama lain. Hal tersebut
bagi para wisatawan. Ketua adat memiliki dapat menjadi ancaman bagi
telepon genggam dengan alasan bahwa keberlangsungan budaya adat di Kampung
dirinya memiliki tanggung jawab sebagai Naga.
abdi negara (Pegawai Negeri Sipil/PNS) Kelima, kelompok laggards, yaitu
yang harus selalu dapat dikontak, terutama orang-orang yang memiliki pemikiran
berkenaan dengan Kampung Adat Naga. skeptis terhadap perubahan dan
Sedangkan para guide lokal memiliki perkembangan teknologi. Penduduk

133
Jurnal
ILMU KOMUNIKASI VOLUME 16, NOMOR 1, Juni 2019: 123-136

Kampung Adat Naga yang memiliki secara langsung dilakukan dengan cara
pandangan skeptis atas kehadiran memajang produk-produk hasil kerajinan
teknologi dalam kehidupannya tidak masyarakat Kampung Adat Naga di deretan
sedikit. Mereka cenderung meyakini toko yang ada di area masuk lokasi wisata
bahwa teknologi yang ada tidak Kampung Adat Naga. Selain itu, pemasaran
membantu, namun justru akan merusak produk juga dilakukan secara langsung
hidup mereka. Oleh karena itu, orang- kepada wisatawan yang berkunjung ke
orang yang termasuk kelompok ini Kampung Adat Naga serta kepada para
berharap agar generasi penerus tidak pengepul atau pemborong produk untuk
menggunakan teknologi, sehingga nilai- dijual kembali ke toko atau pasar.
nilai asli budaya mereka tetap terjaga. Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Bahkan, mereka juga merasa kecewa Kabupaten Tasikmalaya menyampaikan
dengan adanya beberapa orang dari bahwa bentuk pemasaran langsung tidak
Kampung Adat Naga yang telah dapat menghasilkan pendapatan secara
menggunakan telepon genggam. optimal bagi masyarakat Kampung Adat
Sistem pemasaran produk dari program Naga dan menyarankan agar mereka
OVOP yang dikelola oleh Dinas menggunakan media digital melalui telepon
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten pintar. Saran tersebut tidak mudah diterima
Tasikmalaya memenfaatkan penggunaan oleh masyarakat Kampung Adat Naga.
media digital, yakni website. Tujuan Walapun sudah ada anjuran dari dinas,
penggunaan website adalah sebagai saluran mereka lebih memilih untuk tetap
komunikasi bagi para penghasil produk menggunakan sistem pemasaran langsung
untuk menempatkan informasi produk yang dan tidak menggunakan website maupun
ditawarkan kepada konsumen. Namun, media sosial. Hal ini mereka lakukan karena
berdasarkan wawancara dengan Kepala mereka memegang teguh tata nilai
Bidang Industri Non-Agro, website tersebut penghindaran penggunaan teknologi.
merupakan media bantu saja dan tidak ada Selain itu, terdapat pula kesenjangan
paksaan bagi para pemasar untuk antara masyarakat yang berusia tua dan
menggunakannya. Pemasaran melalui muda dalam adopsi teknologi. Penduduk
media sosial lebih banyak dilakukan oleh usia muda cenderung lebih adaptif terhadap
para penghasil produk dari Kabupaten kemajuan teknologi. Fenomena ini sejalan
Tasikmalaya secara mandiri. dengan hasil studi penggunaan media sosial
Hal ini berbeda dengan kondisi yang oleh lansia, yaitu bahwa para lansia
terjadi di Kampung Adat Naga dalam mengalami berbagai hambatan ketika
memasarkan produk buatan penduduk lokal menggunakan media sosial (Ashari, 2018,
yang hanya mengandalkan pemasaran h. 169).
secara langsung dan tidak menggunakan Kesiapan digital yang dimiliki oleh
website maupun media sosial. Pemasaran masyarakat Kampung Adat Naga dapat

134
Nindi Aristi & Preciosa Alnashava Janitra. Kesiapan Digital Masyarakat ...

dilihat dari pengelompokkan masyarakat menghargai nilai-nilai yang dianut oleh


digital yang dibuat oleh Lembaga Riset Pew masyarakat setempat.
Research Center dari Amerika Serikat.
Spektrum kesiapan digital dapat dilihat
pada gambar 3.
Berdasarkan level kesiapan digital di
atas, masyarakat Kampung Adat Naga
termasuk dalam kelompok the unprepared
karena adopsi teknologi mereka relatif
rendah dan mereka tidak menggunakan
teknologi, terutama internet, dalam
kesehariannya. Beberapa orang telah
menggunakan telepon genggam, seperti
ketua adat, anak-anak sekolah, remaja
muda, serta para guide lokal, namun
penggunaannya terbatas. Ketua adat
menyatakan bahwa walaupun memiliki
telepon genggam, namun ketua adat
tersebut sangat jarang menggunakannya di
dalam lingkungan kampung adat. Ketua
adat pun sering kali meminta hal yang sama
juga dilakukan oleh para penduduk yang
memiliki telepon genggam. Hal ini
bertujuan agar masyarakat kampung adat
tetap solid dan peduli kepada sesamanya,
sehingga hidup harmonis dan tolong-
menolong tetap menjadi falsafah hidup
Kampung Adat Naga.
Jika kelompok masyarakat ini diminta
untuk menggunakan teknologi, maka
mereka akan membutuhkan bantuan pihak
lain yang dapat memberikan pembelajaran
tentang teknologi. Dalam hal penggunaan
teknologi, Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kabupaten Tasikmalaya
belum pernah memberikan pelatihan
tersebut kepada masyarakat Kampung
Adat Naga karena memahami dan

135
Jurnal
ILMU KOMUNIKASI VOLUME 16, NOMOR 1, Juni 2019: 123-136

Gambar 3 Pengelompokan Kesiapan Digital


Sumber: Horrigan, 2016
Pada situasi ini, masyarakat Kampung Tasikmalaya dalam menjalankan program
Adat Naga mengalami kesenjangan pemasaran UKM yang berbasiskan media
digital, terutama dalam aspek ekonomi informasi dan komunikasi.
yang saat ini para penjual cenderung
SIMPULAN
menggunakan perangkat TIK untuk
memasarkan produknya. Kesenjangan Proses adopsi TIK yang dilakukan oleh
digital di suatu daerah dapat menghambat mayoritas masyarakat Kampung Adat Naga
langkah pemerintah dalam meningkatkan masih termasuk ke dalam kelompok early
perekonomian masyarakat daerah tersebut, majority. Pemanfaatan TIK melalui telepon
namun hal ini tidak menjadi kekhawatiran genggam oleh sebagian kecil masyarakat
bagi masyarakat Kampung Adat Naga. Kampung Adat Naga masih rendah karena
Mereka masih tetap lebih mengutamakan penggunaannya hanya untuk menjalankan
penerapan nilai, norma, dan budaya peran seseorang di lingkungan sosial di luar
leluhur. Hal ini menarik di tengah wilayah Kampung Adat Naga, seperti
pemikiran lain di era digital. Sebuah menjadi PNS dan guide lokal. Sementara
terobosan perlu dilakukan oleh Dinas itu, level kesiapan digital masyarakat
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Kampung Adat Naga termasuk ke dalam

136
Nindi Aristi & Preciosa Alnashava Janitra. Kesiapan Digital Masyarakat ...

kelompok the unprepared yang rtgfiles/paparan_deputi_bidang_pengkajian_


membutuhkan bantuan pihak lain dalam dan_sumberdaya_ukmk_kkukm.pdf>
Kemenperin. (n.d.). One vilage one product (OVOP).
pembelajaran penggunaan teknologi.
Direktorat Jenderal Industri Kecil dan
DAFTAR RUJUKAN Menengah Kementerian Perindustrian <http://
ikm.kemenperin.go.id/programmes/capacityb
Andreasson, K. (2015). Digital divides: The new uilding/one-vilage-one-product-ovop/>
challenges and opportunities of e-inclusion.
Metro Bali. (2015, Februari 6). Bali akan terus
Boca Raton, FL: CRC Press, Taylor & Francis
galakkan program “one village one product”.
Group.
<http://metrobali. com/bali-akan-
Ashari, R. G. (2018). Memahami hambatan dan cara terusgalakkan-program-one-village-one-
lansia mempelajari media sosial. Jurnal Ilmu product/>
Komunikasi, 15(2), 155-170.
Munthe, M. G. (2014, Maret 17). Indonesia berbagi
Cresswell, J. W. (2014). Research design: pengalaman one village one product.
Qualitative, quantitative, and mixed methods Bisnis.com. <https://ekonomi.bisnis.com/
approaches (4th ed). Thousand Oaks, read/20140317/87/211415/indonesia-
California: SAGE Publications. berbagipengalaman-one-village-one-product>
e-Marketer. (2016, April 30). Indonesia is the 3rd Pitakasari, A. R. (2010, Juni 4). Ada 13 wilayah siap
largest smartphone market in the Asia Pacific. terapkan “one village one product”.
<http://www.indonesia-investments. Republika.co.id.
com/news/todays-headlines/indonesia-is- <https://republika.co.id/berita/ breaking-
the3rd-largest-smartphone-market-in-the- news/ekonomi/10/06/04/118467-ada13-
asiapacific/item6777?> wilayah-siap-terapkan-one-village-
Firmansyah. (2016, November 2). BI: Kondisi oneproduct->
perekonomian Indonesia 2017 mengejutkan. Rogers, E. M. (1983). Diffusion of innovations (4th
Kompas.com. <https://ekonomi.kompas. ed). New York, NY: The Free Press.
com/read/2016/11/02/190000126/ b i . k o n d
Roosdhani, M. R., Purwo A. W., & Anna W. (2012).
isi.perekonomian.
Analisis tingkat penggunaan teknologi
indonesia.2017.m%09engejutkan>
informasi dan komunikasi pada usaha kecil
Horrigan, J. (2016). Digital readiness gaps. Pew menengah di Kabupaten Jepara. Jurnal
Research Center. <https://www.pewinternet. Dinamika Ekonomi dan Bisnis, 9(2), 89-104.
org/2016/09/20/ digital-readiness-gaps/>
Widyanti, A., & Sunaryo, I. (2016). Intervensi
Investor Daily. (2013, Agustus 15). Kemenkop kognitif dan pendekatan rantai nilai dalam
optimis akan ada 100 lokasi OVOP. < https:// peningkatan pemanfaatan teknologi informasi
investor.id/archive/kemenkop-optimis- dan komunikasi di usaha kecil dan menengah
akanada-100-lokasi-ovop > di Bandung. J@ti Undip: Jurnal Teknik
KemenkopUKM. (2013). Rapat koordinasi nasional Industri, 11(2), 81-86.
pengembangan produk unggulan daerah World Bank Group. (2017). Perkembangan
dengan pendekatan one village one product triwulanan perekonomian Indonesia Juni 2017:
melalui koperasi. Materi disampaikan oleh Naik peringkat. The World Bank.
Deputi Menteri Bidang Pengkajian Sumber <http://www.worldbank.org/in/country/
Daya UKMK Kementerian Koperasi dan UKM indonesia/publication/indonesia-
<http://www.depkop.go.id/uploads/tx_ economicquarterly-june-2017>

137
FORMULIR PEMESANAN*)
Jurnal ILMU KOMUNIKASI (Terakreditasi)
SK No. 36a/E/KPT/2016 Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan Kemenristekdikti

Harga beli per nomor terbit:


Rp100.000,00 (dalam Pulau Jawa)
Rp120.000,00 (luar Pulau Jawa)

Mohon dicatat untuk pemesanan Jurnal ILMU KOMUNIKASI (Terakreditasi) atas nama:
Nama lengkap : ………………………………………………………………………....
Alamat lengkap : ………………………………………………………………………....
………………………………………………………………………....
Kota : ………………………………….. Kode
Pos : …………………………………..
Nomor kontak : ……………………………………………………
Alamat email : ……………………………………………………
No. Edisi Terbit Jumlah

1. Vol………… No…….…… Tahun ………… ………… (eksemplar)


2. Vol………… No….……… Tahun ………… ………… (eksemplar)
3. Vol………… No….……… Tahun ………… ………… (eksemplar)
4. Vol………… No….……… Tahun ………… ………… (eksemplar)
5. Vol………… No….……… Tahun ………… ………… (eksemplar)
6. Vol………… No….……… Tahun ………… ………… (eksemplar)
Total ………… (eksemplar)

Jumlah biaya pemesanan Rp……………………

Uang sejumlah Rp………………………….. tersebut telah saya transfer ke CIMB Niaga


Kantor Kas UAJY Babarsari, nomor rekening 705089904900 a.n Birgitta Bestari Puspita Jati
pada tanggal
…………………………….. melalui Bank ……………………..

………………………, ………………………….

(………………………………………)
*) kirim lembar ini ke Jurnal ILMU KOMUNIKASI, email: jik@uajy.ac.id atau faks: (0274)
487748
138

139

Anda mungkin juga menyukai