Abstract: The implementation of One Village One Product (OVOP) program in Indonesia refers to
the economic development of one village with one main product from the villagers’ creativity. Naga
traditional village is one of traditional villages producing handicraft from natural resources. The
use of ICT for promoting and marketing faces obstacles related to ICT adoption and digital
readiness of the villagers. Case study method was deployed through in-depth interviews to five key
informants. Based on the diffusion of innovation theory, the result shows the ICT adoption is in
early majority level and their digital readiness is in the unprepared group.
Abstrak: Implementasi One Village One Product (OVOP) di Indonesia mengacu pada program
pembangunan desa secara ekonomi yang berorientasikan pada satu produk utama yang berasal
dari kreativitas masyarakat desa. Kampung Adat Naga merupakan salah satu kampung tradisional
yang menghasilkan produk kerajinan dari bahan alam. Penggunaan TIK untuk promosi dan
pemasaran terhambat terkait adopsi TIK dan kesiapan dalam penggunaan media digital. Metode
studi kasus dilakukan dengan wawancara mendalam kepada lima informan kunci. Berdasarkan
teori difusi inovasi, hasil penelitian menunjukkan bahwa adopsi TIK masyarakat Kampung Adat
Naga berada pada level early majority dan kesiapan digital termasuk kelompok the unprepared.
123
Jurnal
ILMU KOMUNIKASI VOLUME 16, NOMOR 1, Juni 2019: 123-136
124
Nindi Aristi & Preciosa Alnashava Janitra. Kesiapan Digital Masyarakat ...
125
Jurnal
ILMU KOMUNIKASI VOLUME 16, NOMOR 1, Juni 2019: 123-136
Indonesia telah termasuk salah satu negara kampung adat untuk menyesuaikan dan
pengguna kemajuan TIK yang tertinggi di mendukung tujuan pemerintah dalam
dunia, namun ternyata tidak berlaku untuk rangka pengentasan kemiskinan.
semua lapisan masyarakat. Hal ini terkait Pemanfaatan TIK telah menjadi kajian
erat dengan konsep digital divide yang yang cukup populer di kalangan akademisi
mengemukakan bahwa meskipun teknologi seiring meningkatnya penetrasi TIK. Dua
digital sudah semakin maju, masih terdapat penelitian terdahulu dapat dijadikan rujukan
kesenjangan pemanfaatan teknologi untuk melihat pemanfaatan TIK dalam
tersebut di antara kelompok masyarakat, upaya meningkatkan potensi ekonomi
terutama di negara berkembang daerah di Indonesia.
(Andreasson, 2015, h. xxii). Hal ini nampak Penelitian pertama berjudul Intervensi
126
Nindi Aristi & Preciosa Alnashava Janitra. Kesiapan Digital Masyarakat ...
127
Jurnal
ILMU KOMUNIKASI VOLUME 16, NOMOR 1, Juni 2019: 123-136
perubahan positif itu ada, namun harus penelitian ini, yakni mengeksplorasi adopsi
berhadapan dengan tata nilai masyarakat TIK melalui pengamatan terhadap
Kampung Adat Naga yang tidak mau fenomena tersebut.
menggunakan listrik di kehidupan sehari- Metode penelitian yang digunakan
harinya. Hal inilah yang menimbulkan dalam penelitian ini adalah studi kasus.
tantangan terhadap proses adopsi program Penelitian ini menggunakan studi kasus
OVOP oleh masyarakat Kampung Adat eksploratori untuk menguraikan proses
Naga. adopsi TIK yang dilakukan oleh masyarakat
Pengaplikasian website oleh Dinas Kampung Adat Naga, serta menjelaskan
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten kesiapan digital masyarakat Kampung Adat
Tasikmalaya dalam memasarkan produk Naga dalam pelaksanaan program OVOP.
One Village One Product perlu Pengumpulan data pada penelitian ini
mempertimbangkan kesiapan digital dilakukan melalui wawancara mendalam,
masyarakat Kampung Adat Naga yang tidak observasi, dan studi pustaka. Wawancara
menggunakan TIK sama sekali. mendalam dilakukan kepada tokoh
Komunikasi tatap muka masih menjadi Kampung Adat Naga untuk memperoleh
saluran komunikasi utama bagi masyarakat pemahaman secara menyeluruh mengenai
Kampung Adat Naga. Hal inilah yang makna penggunaan media informasi dan
menarik untuk dikaji. komunikasi serta pengetahuannya atas
Penjelasan di atas menuntun penelitian program OVOP. Selain itu, wawancara juga
ini untuk berfokus pada beberapa hal dilakukan pada tokoh Kampung Adat Naga
berikut: (1) adopsi TIK yang dilakukan untuk menghasilkan pemahaman
masyarakat Kampung Adat Naga; (2) menyeluruh mengenai kondisi sosial
pemanfaatan TIK dalam program OVOP budaya terkait pemanfaatan media baru.
oleh masyarakat Kampung Adat Naga; (3) Peneliti juga mewawancarai pihak Dinas
kesiapan digital dalam proses adopsi TIK di Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten
Kampung Adat Naga. Tasikmalaya terkait program OVOP yang
dilaksanakannya.
METODE
Di samping wawancara, peneliti
Jenis penelitian ini adalah penelitian melakukan observasi terhadap proses,
kualitatif. Menurut Cresswell (2014, h. 4), situasi pembelajaran, dan penggunaan
penelitian kualitatif merupakan pendekatan media informasi dan komunikasi yang
yang dapat digunakan untuk eksplorasi dan dilakukan oleh masyarakat Kampung Adat
memperoleh pemahaman. Penelitian Naga. Observasi juga dilakukan pada
kualitatif lebih menekankan pada aktivitas penggunaan media informasi dan
pengamatan terhadap fenomena yang terjadi komunikasi oleh masyarakat Kampung
di masyarakat. Karakteristik penelitian Adat Naga dalam kegiatan sehari-hari,
kualitatif tersebut sesuai dengan tujuan dari terutama dalam transaksi ekonomi.
128
Nindi Aristi & Preciosa Alnashava Janitra. Kesiapan Digital Masyarakat ...
129
Jurnal
ILMU KOMUNIKASI VOLUME 16, NOMOR 1, Juni 2019: 123-136
Pada awalnya, piring lidi hanya dan nonagro unggulan di setiap pelosok
digunakan oleh masyarakat Kampung Adat wilayah Kabupaten Tasikmalaya. Sejak
Naga untuk peralatan makan mereka puluhan tahun yang lalu, Kabupaten
sendiri, namun sekarang piring lidi tersebut Tasikmalaya memang terkenal dengan
sudah banyak digunakan oleh rumah produk nonagronya, yakni sebagai
makan, kafe, dan restoran di kota-kota penghasil produk tekstil bordir, seperti
besar. Piring lidi yang tadinya tidak bernilai taplak meja bordir, mukena bordir, hingga
ekonomis sekarang telah memiliki nilai jual. pakaian bordir.
Masyarakat Kampung Adat Naga sebagai Bordir memang masih dinyatakan
pelopor pembuat produk piring dapat lebih sebagai produk nonagro unggulan yang
mengoptimalkan penjualan produk tersebut. selalu didukung pengembangan usahanya
Hal ini sesuai dengan pernyataan Kabid oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Perindustrian Non Agro Kabupaten Kabupaten Tasikmalaya. Pelatihan terkait
Tasikmalaya yang menyebutkan bahwa peningkatan kemampuan teknis dan
piring lidi merupakan produk unggulan dari nonteknis bagi para pelaku usaha produk
Kampung Adat Naga yang sudah populer tekstil bordir tersebut sering dilakukan,
dan digunakan di mana-mana. Bahkan, terlebih saat ada daerah lain di luar
piring lidi kini sudah dapat dipesan melalui Kabupaten Tasikmalaya yang meminta
beberapa marketplace seperti Tokopedia, pelatihan bordir selama beberapa bulan,
Bukalapak, dan Shopee. walaupun jenis keterampilan yang dipelajari
Berdasarkan prinsip program OVOP berbeda dengan yang dipelajari oleh pelaku
yang berupaya untuk mencari produk asli usaha lokal.
desa tertentu sehingga dapat dijual ke Meskipun produk bordir memang dapat
daerah lain, produk piring lidi ini dapat memberikan pendapatan daerah yang cukup
menjadi produk unggulan yang dihasilkan baik, Dinas Perindustrian dan Perdagangan
dari Kampung Adat Naga. Dinas Kabupaten Tasikmalaya menyatakan tetap
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten perlu ada pengembangan dari sektor produk
Tasikmalaya telah melakukan beberapa agronya. Sejak tahun 2015, seiring dengan
kegiatan penyebarluasan program OVOP tren kuliner di beberapa daerah di Indonesia,
kepada seluruh daerah di Tasikmalaya, para pelaku usaha di Kabupaten
termasuk Kampung Adat Naga. Kegiatan Tasikmalaya pun mulai mengembangkan
tersebut meliputi identifikasi daerah usaha produk panganan ringan, seperti
penghasil produk agro dan nonagro, bakso goreng, keripik singkong aneka rasa,
pelatihan teknis, hingga dukungan dan keripik seblak dengan variasi level
pemasaran produk melalui website Dinas. kepedasan. Setelah dipasarkan, produk-
Setiap tahun, Dinas Perindustrian dan produk tersebut ternyata mendapat
Perdagangan Kabupaten Tasikmalaya sambutan baik dari para penikmat makanan
melakukan pendataan produk-produk agro ringan di berbagai kota di Indonesia.
130
Nindi Aristi & Preciosa Alnashava Janitra. Kesiapan Digital Masyarakat ...
131
Jurnal
ILMU KOMUNIKASI VOLUME 16, NOMOR 1, Juni 2019: 123-136
Jadi, terdapat dua hambatan yang menggunakan telepon pintar dan gawai saat
dihadapi oleh masyarakat Kampung Adat bertransaksi pemasaran dan penjualan
Naga dan Dinas Perindustrian dan produk agar dapat meraih pembeli dari
Perdagangan Kabupaten Tasikmalaya, yaitu berbagai daerah, termasuk luar negeri.
peraturan adat di Kampung Adat Naga Penerapan penggunaan telepon pintar
mengenai larangan penggunaan teknologi dan gawai dalam penjualan daring memang
yang tidak dapat diubah dan kesiapan menjadi salah satu cara mudah untuk
penduduk Kampung Adat Naga dalam menekan biaya pemasaran dan distribusi
mengadopsi TIK. Dua hambatan utama yang sering mendera pelaku UKM. Namun,
inilah yang menjadi kunci keberhasilan penerapan penggunaan telepon pintar dan
program OVOP di Kampung Adat Naga. gawai bagi masyarakat Kampung Adat
Naga yang juga aktif sebagai pelaku UKM
PEMBAHASAN
membutuhkan serangkaian proses adopsi
Dorongan penggunaan TIK yang yang tidak mudah.
dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan
Berdasarkan teori difusi inovasi dari
Perdagangan Kabupaten Tasikmalaya
Everett M. Rogers, proses adopsi
kepada seluruh penggerak usaha kecil dan
kecanggihan TIK di lingkungan Kampung
menengah (UKM) merupakan wujud nyata
Adat Naga dapat dibagi ke dalam lima
era peralihan pemasaran produk yang
klasifikasi, yaitu innovators, early adopters,
selama ini bergerak secara konvensional
early majority, late majority, dan laggard.
menuju pemasaran di era industri 4.0.
Pertama, kelompok innovators, yaitu
Industri 4.0 yang telah dicanangkan oleh
orang-orang yang memiliki keinginan dan
pemerintah Indonesia bertujuan untuk
minat untuk menggunakan TIK, serta
menggabungkan teknologi otomatisasi
berupaya memanfaatkan teknologi tersebut
dengan teknologi siber.
secara optimal bagi pengembangan
Pada level pengusaha besar, industri
kehidupannya. Di Kampung Adat Naga,
4.0 diharapkan lebih dapat
orang-orang yang termasuk kelompok ini
mengoptimalisasikan kecanggihan
tidak ada karena adanya peraturan adat yang
teknologi dan kecepatan pertukaran data
membatasi penggunaan teknologi. Generasi
secara digital. Sedangkan pada level
muda yang masih tergolong anak sekolah
pengusaha kecil dan menengah, industri 4.0
dan remaja muda, berusia sekitar 8 hingga
diterjemahkan dengan cara sederhana,
17 tahun, menyatakan keinginannya untuk
yakni penggunaan TIK dalam segala aspek
dapat menggunakan TIK setiap hari, namun
transaksi perdagangan produknya. Contoh
mereka pun menyadari bahwa selama
konkret yang diterapkan oleh Dinas
mereka tinggal di Kampung Adat Naga, hal
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten
tersebut akan sulit dilakukan. Jika mereka
Tasikmalaya dalam program OVOP adalah
ingin bebas menggunakan perangkat
mendorong para pelaku UKM
132
Nindi Aristi & Preciosa Alnashava Janitra. Kesiapan Digital Masyarakat ...
tersebut, maka mereka harus hidup di luar telepon genggam dengan alasan bahwa
Kampung Adat Naga. Kampung Adat Naga telah menjadi daerah
Kedua, kelompok early adopters, wisata unggulan Kabupaten Tasikmalaya,
yaitu orang-orang yang beranggapan sehingga harus ada kontak yang dapat
bahwa penggunaan teknologi diperlukan dihubungi. Penggunaan telepon genggam
dalam kehidupan mereka agar mereka tidak hanya bersifat pragmatis saja karena
tertinggal dari perkembangan teknologi setelah ditelusuri lebih mendalam
dan menyadari bahwa perubahan hidupnya sesungguhnya orang-orang ini enggan
dimulai dari keterlibatannya di era menggunakan telepon genggam.
teknologi canggih. Di Kampung Adat Pengenalan mereka atas telepon genggam
Naga, orangorang yang termasuk ke dalam dimulai sejak mereka terlibat dalam peran
golongan ini adalah anak-anak yang sosial dan fungsional, serta aktivitas
mengenyam pendidikan sekolah dan komunikasi yang melibatkan pihak-pihak
remaja muda, namun penggunaan telepon di luar Kampung Adat Naga.
genggam yang dimilikinya masih sebatas Keempat, kelompok late majority,
untuk hiburan, permainan, dan belum yaitu orang-orang yang memiliki
berkenaan dengan hal-hal ekonomis yang pemikiran konvensional dan kaku
dapat mengubah hidupnya. Orang-orang mengenai perkembangan teknologi.
dalam kelompok ini merupakan peluang Mayoritas masyarakat Kampung Adat
bagi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Naga menjadi bagian dari kelompok ini.
Kabupaten Tasikmalaya dalam Orang-orang tersebut mengedepankan
mengajarkan penggunaan perangkat nilai-nilai budaya asli yang masih mereka
telepon genggam dan gawai untuk menjual anut hingga saat ini. Pemikiran mengenai
produk asli Kampung Adat Naga. masyarakat Kampung Adat Naga harus
Ketiga, kelompok early majority, harmonis dengan alam menjadi hambatan
yaitu orang-orang yang memanfaatkan bagi pengenalan teknologi, terlebih
teknologi untuk keberlangsungan dan penggunaannya dalam kehidupan sehari-
pemenuhan kebutuhan hidupnya. Di hari. Mereka memiliki pandangan bahwa
Kampung Adat Naga, orang-orang yang teknologi mengakibatkan orang-orang
termasuk ke dalam kelompok ini masih Kampung Adat Naga menjadi egois dan
sedikit, misalnya ketua adat dan guide lokal tidak peduli satu sama lain. Hal tersebut
bagi para wisatawan. Ketua adat memiliki dapat menjadi ancaman bagi
telepon genggam dengan alasan bahwa keberlangsungan budaya adat di Kampung
dirinya memiliki tanggung jawab sebagai Naga.
abdi negara (Pegawai Negeri Sipil/PNS) Kelima, kelompok laggards, yaitu
yang harus selalu dapat dikontak, terutama orang-orang yang memiliki pemikiran
berkenaan dengan Kampung Adat Naga. skeptis terhadap perubahan dan
Sedangkan para guide lokal memiliki perkembangan teknologi. Penduduk
133
Jurnal
ILMU KOMUNIKASI VOLUME 16, NOMOR 1, Juni 2019: 123-136
Kampung Adat Naga yang memiliki secara langsung dilakukan dengan cara
pandangan skeptis atas kehadiran memajang produk-produk hasil kerajinan
teknologi dalam kehidupannya tidak masyarakat Kampung Adat Naga di deretan
sedikit. Mereka cenderung meyakini toko yang ada di area masuk lokasi wisata
bahwa teknologi yang ada tidak Kampung Adat Naga. Selain itu, pemasaran
membantu, namun justru akan merusak produk juga dilakukan secara langsung
hidup mereka. Oleh karena itu, orang- kepada wisatawan yang berkunjung ke
orang yang termasuk kelompok ini Kampung Adat Naga serta kepada para
berharap agar generasi penerus tidak pengepul atau pemborong produk untuk
menggunakan teknologi, sehingga nilai- dijual kembali ke toko atau pasar.
nilai asli budaya mereka tetap terjaga. Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Bahkan, mereka juga merasa kecewa Kabupaten Tasikmalaya menyampaikan
dengan adanya beberapa orang dari bahwa bentuk pemasaran langsung tidak
Kampung Adat Naga yang telah dapat menghasilkan pendapatan secara
menggunakan telepon genggam. optimal bagi masyarakat Kampung Adat
Sistem pemasaran produk dari program Naga dan menyarankan agar mereka
OVOP yang dikelola oleh Dinas menggunakan media digital melalui telepon
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten pintar. Saran tersebut tidak mudah diterima
Tasikmalaya memenfaatkan penggunaan oleh masyarakat Kampung Adat Naga.
media digital, yakni website. Tujuan Walapun sudah ada anjuran dari dinas,
penggunaan website adalah sebagai saluran mereka lebih memilih untuk tetap
komunikasi bagi para penghasil produk menggunakan sistem pemasaran langsung
untuk menempatkan informasi produk yang dan tidak menggunakan website maupun
ditawarkan kepada konsumen. Namun, media sosial. Hal ini mereka lakukan karena
berdasarkan wawancara dengan Kepala mereka memegang teguh tata nilai
Bidang Industri Non-Agro, website tersebut penghindaran penggunaan teknologi.
merupakan media bantu saja dan tidak ada Selain itu, terdapat pula kesenjangan
paksaan bagi para pemasar untuk antara masyarakat yang berusia tua dan
menggunakannya. Pemasaran melalui muda dalam adopsi teknologi. Penduduk
media sosial lebih banyak dilakukan oleh usia muda cenderung lebih adaptif terhadap
para penghasil produk dari Kabupaten kemajuan teknologi. Fenomena ini sejalan
Tasikmalaya secara mandiri. dengan hasil studi penggunaan media sosial
Hal ini berbeda dengan kondisi yang oleh lansia, yaitu bahwa para lansia
terjadi di Kampung Adat Naga dalam mengalami berbagai hambatan ketika
memasarkan produk buatan penduduk lokal menggunakan media sosial (Ashari, 2018,
yang hanya mengandalkan pemasaran h. 169).
secara langsung dan tidak menggunakan Kesiapan digital yang dimiliki oleh
website maupun media sosial. Pemasaran masyarakat Kampung Adat Naga dapat
134
Nindi Aristi & Preciosa Alnashava Janitra. Kesiapan Digital Masyarakat ...
135
Jurnal
ILMU KOMUNIKASI VOLUME 16, NOMOR 1, Juni 2019: 123-136
136
Nindi Aristi & Preciosa Alnashava Janitra. Kesiapan Digital Masyarakat ...
137
FORMULIR PEMESANAN*)
Jurnal ILMU KOMUNIKASI (Terakreditasi)
SK No. 36a/E/KPT/2016 Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan Kemenristekdikti
Mohon dicatat untuk pemesanan Jurnal ILMU KOMUNIKASI (Terakreditasi) atas nama:
Nama lengkap : ………………………………………………………………………....
Alamat lengkap : ………………………………………………………………………....
………………………………………………………………………....
Kota : ………………………………….. Kode
Pos : …………………………………..
Nomor kontak : ……………………………………………………
Alamat email : ……………………………………………………
No. Edisi Terbit Jumlah
………………………, ………………………….
(………………………………………)
*) kirim lembar ini ke Jurnal ILMU KOMUNIKASI, email: jik@uajy.ac.id atau faks: (0274)
487748
138
139